STUDI KASUS: PT INDOCIPTA PANGAN MAKMUR



STUDI KASUS: PT INDOCIPTA PANGAN MAKMUR

Manuel S. Lizardo, Jr., Buoy Ngadimun

Asian Institute of management, Makati, the Pihillippines

Di akhir 1990, Buoy Ngadimun, manajer pemasaran PT Indocipta Pangan Makmur (IPM) Snack Food Manufacturing Company sedang meninjau ulang kinerja perusahaan dan menyiapkan anggaran tahun 1991. Laporannya akan berdampak kepada upaya-upaya pemasaran dan prioritas belanja serta beberapa isu-isu yang harus disampaikan.

Penjualan makanan ringan modern dari perusahaan bernilai Rp. 36 milyar, laba kotor adalah 35%. Lini produk “Chiki” merupakan penyumbang penjualan terbesar. Para konsumen telah mengidentifikasi “Chiki” dengan nama mereknya. Namun demikian, walaupun posisi perusahaan dalam industri kuat, Buoy menyadari bahwa perusahaan harus menghadapi ancaman-ancaman persaingan, mempertahankan pertumbuhan penjualan dan meningkatkan pangsa pasar. Ia merenungkan repositioning ”Chiki” tetapi khawatir bahwa langkah ini akan memperngaruhi posisi merek yang telah kuat di pasar. Ia berpikir akan pilihan-pilihan lain yang dapat dikembangkan, seperti fokus kepada upaya-upaya yang lebih banyak kepada produk-produk lain dari perusahaan.

PT IPM

PT IPM didirikan pada tahun 1984 untuk membentuk divisi makanan ringan dan gula-gula (confectioneries) dari Indofood Group, produsen makanan kemasan yang terkemuka di Indonesia. Indofoordilibatkan dalam produksi 140 item makanan termasuk mi, makanan bayi, makanan ringan, minuman ringan dan makanan yang mudah dimasak (easy-to-cook meals). Sebagai tambahan, group perusahaan ini telah beroperasi di Malaysia untuk melayani konsumen di negara tersebut, Singapura dan Brunei; juga melakukan ekspor produk-produk ke bagian-bagian lain dunia (misalnya Hong Kong, Belanda, Amerika Serikat, Meksiko, Mesir, Australia). Indofood USA, anak perusahaan di Amerika Serikat yang berkedudukan di California, memasarkan produk-produk di Amerika Serikat.

Dari tahun 1988 sampai 1990, penjualan (dalam ton) PT IPM telah bertumbuh 62,6% per tahun dan lebih tinggi dari rata-rata industri (lihat tabel 1). Filosofi perusahaan menekankan untuk merespons kebutuhan-kebutuhan konsumen dan meningkatkan volume penjualan melalui sebuah sistem pemasaran yang efektif. Sasaran jangka pendek PT IPM adalah mempertahankan dominansinya di segmen anak-anak dan sukses melakukan penetrasi pada segmen-segmen pasar remaja dan dewasa. Untuk sasaran jangka menengah, ditujukan untuk membantu meningkatkan pasar makanan ringan modern yang berhadapan dengan jenis-jenis tradisional. Sasaran jangka panjang PT IPM adalah untuk mencapai kepemimpinan pasar di seluruh segmen pasar.

Organisasi

General Manager mengawasi seluruh operasi-operasi perusahaan (lihat figur 1 untuk struktur organisasi). Kebijakan-kebijakan kepegawaian menekankan kompensasi yang seimbang, penghargaan bagi pekerjaan yang patut diteladani, kelompok kerja, pelatihan yang memadai, kesejahteraan karyawan dan perkembangan individu. PT IPM mencoba untuk menciptakan sebuah atmosfir yang kondusif untuk produktivitas dengan menanamkan sebuah hubungan kerja yang harmonis di antara karyawan perusahaan, manajemen partisipatif, komunikasi informal untuk mengembangkan kelompok kerja, pekerjaan yang baik (good work), disiplin, sinkronisasi sasaran-sasaran individu dan perusahaan serta penilaian-penilaian kinerja yang reguler.

Tabel 1. Penjualan Makanan Ringan Modern dan Penjualan PT IPM, 1988-90 (dalam ton)

| |1988 |1989 |1990 |

|Penjualan Industri makanan ringan modern |3.005,6 |3.426,4 |5.400,0 |

| Ekstrusi (extrussions) | | | |

| Pelet (pellets) | | | |

| Keripik (solid chips) | | | |

|Penjualan PT IPM | | | |

| Ekstrusi (extrussions) | | | |

| Pelet (pellets) | | | |

| Keripik (solid chips) | | | |

Profil produk

PT IPM memproduksi produk-produk makanan ringan kering berbentuk ekstrusi, keripik dan pelet. ”Chiki”, penjual yang terbesar (biggest seller), merupakan produk ekstrusi, dikemas dalam kantong ukuran 18 gram dan 85 gram dengan tiga rasa – cokelat, ayam dan keju. Lini produk ”Chiki” diarahkan kepada anak-anak berusia 1-12 tahun. ”Chiki” diluncurkan pada tahun 1984; dengan keberhasilannya yang hampir secara instan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk memproduksi makanan ringan modern. Sebagai akibat dari terjadilah perang harga, PT IPM meluncurkan merek lain, ”Yoyo” untuk bersaing dengan merek-merek yang berharga jual lebih rendah (misalnya, ”Maru”); namun, ”Yoyo” diberi harga yang lebih tinggi daripada para pesaing (misalnya, ”Bollo”). PT IPM mencoba untuk melakukan perluasan berikutnya dalam kategori ekstrusi, namun produk barunya, ”Chirly” kurang berhasil.

Lini produk keripik dari PT IPM menawarkan empat variasi: pisang, ketela, ubi jalar dan kentang. Namun, hanya keripik kentang ”Chitato”, tersedia dalam rasa alami, panggang sapi dan ayam, yang berhasil. Produk ini dipasarkan untuk segmen pasar remaja.

Tahun 1989, PT IPM mulai memasarkan ”Jetz”, dikemas dalam kantung 18 gram dan 85 gram, dalam kategori pelet. Produk ini menawarkan pilihan-pilihan lain dengan rasa ayam pedas, paprika, bawang dan bawang keju. Produk ini ditujukan kepada segmen pasar usia 22-45 tahun.

Perusahaan dan Industri

Pada tahun 1990, industri makanan ringan di Indonesia telah mencapai penjualan bulanan sebesar RP. 30 milyar; sebagian besar berupa makanan ringan tradisional yang dibuat di rumahan dan penjualan makanan ringan modern yang diproduksi pabrik hanya 15%. Namun, dari tahun 1984 sampai 1989, penjualan makanan ringan modern meningkat sebesar 750%. Pada tahun 1990, pasar makanan ringan modern meningkat lebih cepat (dalam satuan ton) daripada yang tradisional baik dalam total volume yang dikonsumsi maupun dalam konsumsi per kapita. Laju kenaikan konsumsi per kapita dari makanan ringan tradisional menurun di tahun 1990 menjadi 8% dari 19% di tahun 1989; sebaliknya, rata-rata konsumsi per kapita dari makanan ringan modern meningkat 58% pada tahun 1990, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang naik hanya 14% (tabel 2).

Tabel 2. Konsumsi Makanan Ringan per Kategori dan Berat (1988-1990)

|Makanan Ringan Tradisional |

|Ukuran Pasar |1988 |1989 |1990 |

|Tonase |29.761,3 |35.416,0 |38.250,0 |

|Volume (jutaan kemasan) |1.653,4 |1.967,6 |2.125,0 |

|Nilai (jutaan Rp.) |238.090,4 |283.328,0 |306.000,0 |

|Konsumsi/Kapita (gram/penduduk) |165,3 |196,7 |212,5 |

|Perubahan (%) |- |+19 |+8 |

|Makanan Ringan Modern |

|Ukuran Pasar |1988 |1989 |1990 |

|Tonase |3005,6 |3426,4 |5.400,0 |

|Volume (jutaan kemasan) |166,9 |190,4 |300,0 |

|Nilai (jutaan Rp.) |30.056,0 |34.264,0 |54.000,0 |

|Konsumsi/Kapita (gram/penduduk) |16,7 |19,0 |30,0 |

|Perubahan (%) |- |+14 |+58 |

Pasar

Bangsa Indonesia pada umumnya berpendidikan dan pemilih (choosy); mereka mencari mutu di antara banyak produk yang saling bersaing secara ketat untuk memperebutkan pangsa pasar (market share). Para konsumen meminta manfaat-manfaat dari produk-produk dan perusahaan-perusahaan mensponsori skema-skema promosi karena preferensi-preferensi dengan mudah dipengaruhi oleh kemasan yang menarik dan kampanye-kampanye promosi.

Pada tahun 1990, penduduk Indonesia adalah 180 juta. Dari tahun 1980 sampai 1989, laju pertumbuhan perduduk adalah 2,13% per tahun; proyeksi lima tahun ke depan adalah 2,10% - 2,13%. Sekitar 60% dari total penduduk terkonsentrasi di Jawa dengan tingkat kepadatan penduduk = 753 orang/km2; melalui program keluarga berencana dan transmigrasi yang diselenggarakan oleh pemerintah, kepadatan penduduk diharapkan menurun. Penduduk perkotaan di Jawa merupakan 26% dari total penduduk nasional. Sekitar tahun 2000, penduduk perkotaan di Indonesia diharapkan mencapai 305 dari total penduduk, seiring dengan semakin banyaknya penduduk yang bermigrasi ke pusat-pusat kota; persentase ini dapat lebih besar jika laju pertumbuhan perekonomian dipertahankan. Pada saat ini, 30% penduduk yang tinggal di daerah-daerah pedesaan, kebanyakan berada di tingkat bertahan hidup (subsistence); laju pertumbuhan penduduk lima kali lebih rendah daripada daerah-daerah perkotaan.

Profil Konsumen

Pasar makanan ringan modern di Indonesia pada umumnya disegmentasikan diantara naka-anak, remaja dan dewasa. Anak-anak adalah yang paling tertarik kepada produk-produk baru, kemasan yang menarik dan nilai hiburan (entertainment value) yang ditawarkan produk. Namun, orang-orang dewasa (terutama para ibu) mempengaruhi keputusan pembelian. Segmen pasar yang lebih tua lebih tradisional dan matang dalam nilai-nilai yang mereka cari; produk-produk dibanding-bandingkan berdasarkanatribut-atribut fisik, kemasan yang alami, keterjangkauan produk dan keakraban.

Pada bulan Agustus 1990, PT IPM mengadakan survei citra, sikap dan penggunaan (Usage, Attitude, and Image Survey -UAI); para responden termasuk para konsumen makanan ringan jenis ekstrusi (322), pelet (246) dan keripik (238). Hasilnya termasuk:

o Makanan ringan dimakan sebagai pelengkap dari kegiatan-kegiatan lain (misalnya menonton TV, membaca buku)

o Konsumsi makanan ringan kebanyakan terjadi di dalam ruangan

o Kriteria untuk memilih makanan ringan termasuk mutu (misalnya rasa, bentuk, kerenyahan), tingkat ketersediaan dan tingkat keterjangkauan.

o Anak-anak merupakan konsumen makanan ringan terbesar, diikuti oleh para remaja dan kemudian ibu-ibu. Makanan ringan dibeli sekurang-kurangnya seminggu sekali.

o Secara keseluruhan, makanan ringan dibeli rata-rata dua kantong sekali beli. Ekstrusi adalah yang paling laku.

o Para konsumen membelanjakan rata-rata Rp. 791 sekali pembelian untuk makanan ringan. Keripik adalah yang paling mahal yaitu Rp. 977; harga-harga makanan ringan jenis pelet dan ekstrusi masing-masing adalah Rp. 799 dan Rp. 619. Para konsumen membelanjakan paling banyak pada makanan ringan dengan harga di bawah Rp. 200.

Kategori-kategori Produk

Dua kategori umum dari makanan ringan dikenal oleh orang-orang Indonesia yaitu:

o Makanan ringan basah. Ibu-ibu rumah tangga memasak dan menyiapkan makanan ringan basah terutama untuk konsumsi keluarga. Dijual oleh para pedagang kaki lima, makanan ringan termasuk pisang goreng, singkong goreng, kue dan banyak lagi lain-lainnya. Setiap wilayah di Indonesia memiliki makanan ringan yang populer untuk masing-masing wilayah.

o Makanan ringan kering. Baik yang tradisional maupun modern. Makanan ringan tradisional umumnya buatan rumah tangga, bentuknya konvensional dan dijual dalam kemasan plastik yang transparan. Produk-produk umumnya dibuat dari bahan tepung dengan tiga rasa – asin, manis, dan pedas. Tersedia banyak merek-merek dan setiap daerah diidentifikasikan dengan sebuah makanan ringan tradisional yang spesifik. Sebaliknya, makanan ringan modern diproduksi dalam jumlah besar dan dibedakan dari jenis-jenis makanan ringan lainnya dengan kemasan yang moden; tersedia dalam kemasan-kemasan tunggal.

Makanan ringan modern diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok berdasarkan atas bahan baku. Makanan ringan jenis Ekstrusi atau Ekstrudat (Extrusion or Extrudat) dibua dari jagung, beras dan tepung terigu yang dicampur bersama-sama dan dituangkan ke dalam sebuah cetakan untuk dikeringkan. Pelet dibuat dari rasa-rasa makanan alami, tepung dan air; diproduksi melalui pembentukan dan pengeringan dan disiapkan untuk dimakan setelah digoreng atau dibakar. Bahan baku utama untuk keripik adalah hasil tanaman dan buah-buahan yang digoreng dan dijual dalam bentuk yang dilapis.

Gaya Produk (Product Style)

Kemasan merupakan hal yang krusial untuk pembentukan citra produk. Kemasan yang menarik dan unik berkontribusi dalam menyampaikanidentitas produk kepada para konsumen. Ukuran-ukuran kemasan makanan ringan adalah kecil, sedang dan besar; ukuran kecil 20 gram yang umum di industri. Para konsumen Indonesia menyukai sebuah variasi rasa makanan ringan. Para produsen memproduksi makanan ringan dengan ”rasa Indonesia” dikategorikan berdasarkan atas asal daerah. Wilayah Barat memproduksi makanan ringan dengan rasa coklat dan rendang sapi, wilayah Tengah dengan rasa ayam dan wilayah Timur dengan rasa coklat dan ayam.

Penetapan harga

Harga produk-produk PT IPM berkisar dari Rp. 25 sampai Rp. 750. Kebanyakan produk-produk keripik berhaga mahal tetapi makanan ringan jenis ekstrusi dan pelet dijual pada harga Rp. 250 paling mahal (lihat tabel 3A untuk kisaran harga PT IPM; tabel 3B untuk struktur penetapan harga industri)

Tabel 3A. Kisaran harga PT IPM dan Produk-produk Pesaing

|Segmen Pasar |Produk |Kisaran Harga (Rp.) |

|Anak-anak |”Chiki” Balls ”Maru” |25-250 |

|(7-12 tahun |”Chirly” ”Bollo” Balls | |

| |“Yoyo” Balls “Taro” | |

|Remaja |Keripik Kentang “Ultra” Chips |275-750 |

|(13-21 tahun) | | |

|Dewasa |“Jetz” Keripik Singkong | |

|(22-45 tahun) |“Chitato” (55 gr) Keripik Ubi | |

| |Keripik Pisang | |

Tabel 3B. Struktur Penetapan Harga Industri

|Dijual kepada para distributor Rp. 100 Marjin distributor 15% |

|Dijual kepada para pedagang besar Rp. 115 Marjin pedagang besar 5% |

|Dijual kepada para pengecer Rp. 120 Marjin pengecer 20% |

|Dijual kepada para pelanggan Rp. 140 |

Persaingan

Industri makanan ringan modern di Indonesia terdiri dari enam perusahaan tetapi didominasi oleh dua perusahaan yaitu PT IPM dan PT Rasa Murni Utama. Kedua perusahaan ini menetapkan harga-harga untuk industri.

Merek-merek utama dari PT Rasa Murni Utama adalah ”Taro” dan ”Gaza”. ”Taro”, sebuah makanan ringan berbentuk pelet, bahan baku utamanya adalah tepung terigu dan tapioka, merupakan merek kedua yang paling terkenal di segmen pasar anak-anak. ”Taro” tersedia dalam rasa panggang dan rumput laut; dijual dengan harga eceran Rp. 200. Kepopulerannya disumbang oleh jenis produk yang populer dan unik (panggang kentang). Lebih lanjut, tidak seperti kebanyakan merek populer, ”Chiki” tidak menyebabkan iritasi kerongkongan.

Tidak ada merek makanan ringan modern yang mendominasi segmen remaja. PT Mamee Pacific Buana mempromosikan merek ”Smax” untuk segmen ini, tetapi tidak berhasil seperti juga pada segmen anak-anak. PT Cipta rasa Primatama dan PT Radiance Food berkonsentrasi pada segmen anak-anak dan remaja. Namun, kedua perusahaan tersebut kurang dukungan distribusi yang memadai dan periklanan serta promosi untuk memperoleh pangsa pasar yang berarti. Sumindo Food Company adalah pendatang baru, makanan ringan kentang diluncurkan pada tahun 1990 dengan sukungan promosi yang kuat, menjadikannya sebagai produk yang populer di Jawa Timur dimana perusahaan berlokasi.

Kebanyakan perusahaan-perusahaan makanan ringan modern fokus pada menarik segmen anak-anak. Positioning produk didasarkan kepada atribut-atribut seperti rasa (tabel 4). Makanan ringan tradisional kebanyakan menarik bagi segmen remaja. Jenis-jenis makanan ringan ini umumnya di beli dalam jumlah besar di wilayah-wilayah. Makanan ringan tradisional mempertahankan daya tarik mereka bagi generasi yang lebih tua, sebagian besar karena mereka dibuat di rumahan (homemade), dan kemasan konvensional mereka menyediakan sebuah citra kesegaran (image of freshness).

Tabel 4. Positioning Pasar dari Produk-produk Makanan Ringan Terpilih di Industri

|Merek |Berdasarkan tribut-atribut produk |Jenis makanan ringan |

| |Rasa |Target pasar | |

|Chiki |Coklat, ayam, keju |Anak-anak |Ekstrusi |

|Chitato |Berkanji, panggang sapi, ayam |Dewasa |Keripik |

|Jetz |Ayam pedas, bawang paradiso, paprika, bawang keju |Remaja |Pelet |

|Taro |Panggang, rumput laut |Anak-anak |Lembaran pelet |

|”Smax” |Ayam, keju, sotong |Anak-anak |Dasar nasi (rice base) |

|Berdasarkan Harga-harga (Rp.) |

|Tinggi (500-800) |Sedang (275-800) |Rendah (25-250) |

|Makanan ringan impor |Smax (besar), Taro (besar) |Chiki, Smax (kecil), Taro (kecil), Jetz, |

| | |Chitato |

Distribusi

Karena konsumen Indonesia adalah pembeli makanan ringan yang impulsif, ketersediaan produk merupakan sebuah faktor kunci sukses. Dua sistem distribusi modern ada di Indonesia, sistem distributor konvensional dan sistem pedagang besar.

o Sistem distributor. Dalam sistem ini, para produsen menjual kepada para distributor yang memiliki gudang-gudang (warehouses) di wilayah-wilayah yang berbeda di Indonesia; para distributor menerima sebuah mark-up sebesar 10% - 13%. Beberapa produsen memberikan kepada para distributor dukungan logistik dan promosi; syarat-syarat kredit berkisar dari satu sampai dua bulan. (konsinyasi tidak lazim). Para distributor regional menyampaikan barang-barang ke cabang-cabang di kota-kota besar (misalnya, Jakarta, Bogor, Bandung, Cirebon). Kantor-kantor cabang mengambil pesanan, dibantu di promosi dan strategi-strategi pemasaran untuk setiap wilayah. Para distributor lokal mengirimkan produk-produk ke para pedagang besar di wilayah mereka. Para pedagang besar memiliki kontak langsung dengan para pengecer dan melayani mereka. Sebagai tambahan, mereka memberikan umpan-balik dan informasi pasar yang penting kepada para produsen. Beberapa distributor langsung melayani para pengecer - tidak melalui para pedagang besar.

o Sistem pedagang besar. Kebanyakan produsen makanan ringan tradisional adalah bisnis-bisnis yang dimiliki oleh keluarga. Tergantung kepada loyalitas pelanggan, bisnis dilaksanakan melalui para pedagang besar melalui telepon dan kontak-kontak personal. Para produsen tergantung kepada hubungan-hubungan baik dengan para pedagang dan kuat di wilayah-wilayahnya sendiri. Cakupan operasi terbatas hanya regional dan hanya produk-produk tradisional yang sudah mapan. Distribusi yang cepat dari produk-produk melalui sistem pedagang besar memastikan kesegaran produk, sebuah isu yang krusial karena kebanyakan item-item makanan ringan tradisional sangat tidak tahan lama. Para pedagang besar bertanggung jawab untuk 60% dari total penjualan industri tetapi beberapa perusahaan-perusahaan makanan ringan modern mampu menditribusikan produk-produk mereka melalui pedagang besar. Untuk para produsen makanan ringan modern, hanya dua merek terkemuka yang menarik bagi para pedagang besar; perusahaan-perusahaan lain memberikan marjin keuntungan yang lebih kecil daripada para pemimpin pasar.

Indonesia terdiri dari 150.000 outlet eceran yang potensial; 80.000 (53%) dicapai melalui para distributor dan pedagang besar (wholesaler). Outlet-outlet ini terdiri dari tiga tipe: 350 supermarket, toko-toko P&D lebih kecil dari supermarket; dan toko atau warung. Para pengecer menjual makanan ringan modern dan tradisional.

Secara total, 55 distributor menangani produk-produk PT IPM di wilayah-wilayah Indonesia; 19 di wilayah Barat (Sumatera); delapan di wilayah Tengah (Jawa Tengah, Jawa barat dan Kalimantan); 28 di Timur (Jawa Timur, Sulawesi, Maluku dan Timor Timur). Disebabkan oleh karena kekurangan tim penjualan dan penyebaran outlet yang luas, distribusi PT IPM mencakup hanya 13,3% dari keseluruhan outlet eceran potensial yang berjumlah 150.000. PT IPM menawarkan syarat-syarat kredit yang berbeda-beda kepada para distributor: di wilayah Tengah menerima kredit 25 hari, di Barat dan Timur menerima 35 hari. Selanjutnya, para distributor memberikan para pedagang dan wholesaler rata-rata kredit 21 hari. PT IPM memberikan para distributor marjin 10%.

Promosi dan Periklanan

Pada tahun 1990, PT IPM mengeluarkan RP. 2,5 milyaar untuk mempromosikan produk-produknya, 40% untuk pembentukan citra merek, dibandingkan dengan 30% oleh perusahaan-perusahaan makanan ringan modern lainnya. Dari anggaran total, 74% dibelanjakan untuk mempromosikan ”Chiki”; sisanya dibagi antara ”Jetz” dan ”Chitato.” PR IPM menggunakan iklan cetak dan radio bersama-sama dengan periklanan luar ruang, termasuk billboard, nama toko dan spanduk. Promosi konsumen dan perdagangan (consumer and trade promotion) seperti sponsorship dan distribusi hadiah-hadiah kepada para konsumen juga efektif dalam mempromosikan produk-produk PT IPM.

Selain PT IPM, pembelanja promosi dan periklanan besar lainnya adalah PT Rasa Murni Utama (Rp. 900 juta) dan PT Pacific Buana (RP. 600 juta). Secara total, pembelanjaan promosi dan periklanan industri adalah Rp. 5 milyar pada tahun 1990. Sebelum tahun 1990, kebanyakan periklanan dipasang di majalah-majalah, surat-surat kabar, radio dan media luar ruang; kemudian, persaingan semakin tajam dengan dicabutnya larangan pemerintah untuk periklanan televisi.

Keputusan Positioning

”Chiki”, produk best seller dari PT IPM, diposisikan hanya di segmen anak-anak. Upaya-upaya pT IPM di kedua segmen pasar lainnya tergantung kepada para wholesaler untuk mendiribusikan produk-produk; pengeluaran promosi dan periklanan terbatas. Buoy percaya PT IPM harus juga memposisikan dirinya di kedua segmen pasar tersebut. Ia bertanya-tanya apakah upaya pemasaran menjadi keharusan dan prioritas-prioritas apa yang harus ditetapkan untuk promosi dan periklanan bagi semua produk-produk PT IPM.

Buoy mempertimbangkan untuk merekomendasikan apakah reposisi”Chiki” atau fokus kepada produk-produk PT IPM lainnya. Ia tahu manajemen puncak akan memeriksa beberapa faktor yang berkaitan dengan strategi-strategi positioning ini. Sebagai contoh: Posisi-posisi apa yang pada saat sekarang dipegang oleh produk-produk perusahaan terhadap persaingan? Apa kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan produk-produk perusahaan? Di segmen atau segmen-segmen mana perusahaan harus membentuk keunggulan bersaing yang kuat?

(Capon, N. & Vanhonacker, W.R., The Asian Marketing Casebook, Simon & Schuster (Asia) Pte Ltd, Singapore, 1999, pp.266-74 - diterjemahan)

Tugas:

1. Cobalah Anda menjawab ketiga pertanyaan diatas yaitu posisi-posisi, kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan, dan target segmen pasar.

2. Apakah Chiki harus direposisi ataukah fokus kepada produk-produk PT IPM lainnya?

................
................

In order to avoid copyright disputes, this page is only a partial summary.

Google Online Preview   Download