Daftar Pustaka - Jurnal Kommas



JURNALPOLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA GURU, SISWA, DAN ORANG TUA KELOMPOK BERMAIN ISLAM SURAKARTA PERIODE PANDEMI COVID-19Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikOleh :Fatima Putri Isnaini D0216033PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2020Pola Komunikasi Interpersonal Antara Guru, Siswa, dan Orang Tua Kelompok Bermain Islam Surakarta Periode Pandemi Covid-19Fatima Putri IsnainiPawitoProgram Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret SurakartaAbstractThis study aims to determine the pattern of communication between teachers, students, and parents of the Islamic Play Group in Surakarta during the Covid-19 pandemic seen from the teachers and parents as informants. This study used a sample of Islamic Playgroup based on its group affiliation, namely the Al-Qur'an Tafsir Council (MTA): MTA Kindergarten Jebres, Muhammadiyah: Aisyiyah Karangasem Special Program Kindergarten, and Islamic Foundation: Integrated Islamic Family Planning Nur Hidayah Kindergarten Jajar.This research is a qualitative descriptive study. In this study, the key informants were three teachers from three Playgroups with their respective class affiliations. Meanwhile, the supporting informants were the parents of the Play Group students from the three sample schools. Data were collected through observation, interviews, and documentation.The results of this study indicate that the pattern of communication between teachers and students in play groups takes place in one and two directions, and is carried out in groups at KB MTA Jebres, and individuals at KB Aisyiyah PK Karangasem and KB IT Nur Hidayah. In addition, the teacher and student communication patterns are characterized by four indicators, namely: (1) Active Role of Students; (2) Exercises given to students while at home; (3) individual differences or different student characteristics; (4) Feedback from students during learning using the home visit method. Meanwhile, interpersonal communication between teachers and parents of playgroup students is characterized by: (1) openness; (2) Empathy; (3) Support; (4) Positive Feelings; (5) Equality.Keywords: communication patterns, interpersonal communication, teachers, students, parentsPendahuluan Sejak bulan Maret 2020, dunia digegerkan dengan coronavirus disease (covid-19). Menurut WHO (World Health Organization) corona adalah virus yang dapat menjangkit manusia dan hewan. Beberapa jenisnya dapat menyebabkan infeksi saluran nafas seperti SARS dan MERS. Meskipun sebelumya virus ini sudah ada, namun saat ini ditemukan turunan baru dari coronavirus yang menyebar dengan nama Covid-19. Covid-19 mewabah pertama kali di Wuhan, China, pada Desember 2019 dan sekarang telah ditetapkan sebagai pandemi, karena menjangkit hampir seluruh dunia.Virus Covid-19 berdampak pula pada pendidikan di Indonesia. Ujian Nasional tahun 2020 yang semula terjadwal, akhirnya terpaksa dibatalkan. Selain itu pembelajaran pada tahun ajaran baru 2020/2021 dilaksanakan dengan sistem daring. Kesulitan dirasakan pada semua elemen, utamanya pendidikan. Pemerintah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 1 tahun 2020 yaitu Kebijakan Merdeka Belajar Dalam Penentuan Kelulusan Peserta Didik dan Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Ajaran 2020/2021 yang intinya adalah membatasi kegiatan yang dapat mengumpulkan massa di sekolah.Kelompok Bermain menekankan pendidikan yang bersifat praktek dan melibatkan alat peraga. Pendidikan Anak Usia dini melibatkan proses perkembangan emosional, motorik halus, dan juga perkembangan sosial anak CITATION Pet15 \l 1057 (Petersen & Wittmer, 2015). Kesulitan dirasakan guru karena sekolah harus dilangsungkan dirumah selama Pandemi Covid-19. Padahal anak usia kurang dari lima tahun memiliki tingkat kecenderungan tertular lebih tinggi dibandingkan umur diatasnya.Dikutip dari dalam penelitian yang berjudul “Age-Related Differences in Nasopharyngeal Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) Levels in Patients with Mild to Moderate Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)” dijelaskan bahwa anak-anak dibawah 5 tahun memiliki tingkat 10 sampai 100 kali lebih tinggi materi genetik coronavirus dalam hidung mereka dibandingkan anak dengan umur lebih tua dan orang dewasa. Melalui penelitian ini, peneliti melihat bagaimana pola komunikasi interpersonal berlangsung selama sistem pembelajaran pada pandemi Covid-19 di Kelompok Bermain Islam menurut afiliasi golongannya. Rumusan MasalahBagaimana pola komunikasi interpersonal antara guru dengan siswa Kelompok Bermain Islam di Surakarta periode pandemi Covid-19?”Bagaimana pola komunikasi interpersonal antara guru dengan orang tua siswa Kelompok Bermain Islam di Surakarta periode pandemi Covid-19?”Tinjauan PustakaPola KomunikasiPola menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai bentuk (struktur) yang tetap. Effendy (Gunawan, 2013:225) menyatakan bahwa pola komunikasi adalah suatu proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautannya unsur-unsur yang dicakup beserta keberlangsungannya guna memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis. Sedangkan menurut Soejanto (Santi & Ferry, 2015) Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya. Komunikasi InterpersonalAlo Liliweri dalam bukunya Komunikasi Antarpribadi, mengutip pendapat Joseph A. Devito mengenai ciri-ciri komunikasi interpersonal yang efektif, diantaranya adalah:Keterbukaan (openness)Keterbukaan yang dimaksud adalah keikhlasan untuk menerima informasi dalam hubungan interpersonal. Kualitas keterbukaan mengacu kepada tiga aspek, yaitu : (1) Adanya kemauan komunikator terbuka kepada komunikan, harus memiliki kemauan mengungkap informasi yang biasanya disembunyikan; (2) Adanya kemauan komunikator untuk bereaksi secara jujur secara spontan kepada komunikan; (3) Adanya rasa tanggung jawab komunikator terhadap perasaan dan pikiran yang dimilikinya.Empati (emphaty)Kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain, melalui sudut pandang orang lain. Orang yang memiliki rasa empati cenderung bisa melihat motivasi dan pengalaman orang lain, bagaimana perasaan dan sikap, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik secara verbal maupun non-verbal. Dukungan (supportiveness)Dukungan merupakan sikap yang dilakukan secara deskriptif dan spontan terhadap orang lain. Rasa positif (positiveness)Setiap orang wajib memiliki perasaan positif kepada diri sendiri. Hal ini dapat membuat ia mendorong orang lain untuk aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi efektif.Kesetaraan (equality)Kesetaraan merupakan kondisi dimana seseorang secara diam-diam mengakui, menghargai, berguna, dan memiliki sesuatu yang penting untuk disumbangkan tanpa syarat apapun.Komunikasi dalam Organisasi PendidikanHeinich dalam (Pribadi, 2009:19-21) menjelaskan perspektif pembelajaran efektif, sebagai berikut: Peran aktif siswa (active participation). Proses belajar akan berlangsung efektif jika siswa secara aktif dalam tugas-tugas yang bermakna dan berinteraksi dengan materi pelajaran secara intensif. Keterlibatan mental siswa dalam melakukan proses belajar akan memperbesar kemungkinan terjadinya proses belajar dalam diri seseorang. Latihan (practice). Latihan berupa pemberikan tugas dan soal dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari. Agar lebih efektif, perlu dirancang tugas dan soal yang menantang dan membutuhkan “intellectual skills’ serta “cognitive strategy ”. Perbedaan individual (individual differences). Guru yang baik adalah guru yang mampu mengembangkan semua potensi siswa yang memiliki keunikan masing-masing. Guru tidak hanya mengajari anak-anak pintar saja dan tidak ada istilah “siswa sisa” dalam proses pembelajaran. Umpan balik (feedback). Umpan balik adalah hal penting dalam pembelajaran. Umpan balik hasil belajar akan menjadi bahan refleksi dan evaluasi bagi peserta didik. Umpan balik yang efektif akan memacu semangat dan motivasi peserta didik untuk berbuat lebih baik.Pengertian Guru, Siswa, dan Orang TuaGuru Pengertian Guru Menurut Para Ahli?Pendidikan adalah seseorang pengajar ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Orang yang diserahi tanggung jawab sebagai pendidik di lingkungan sekolah adalah guru (Purwanto, 1997:138).SiswaSiswa adalah anggota masyarakat yang berusaha meningkatkan kualitas dirinya dengan melalui proses pendidikan tertentu (UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 4). Siswa dilihat sebagai seseorang “subjek didik” yang mana nilai kemanusian sebagai individu, sebagai makhluk sosial yang mempunyai identitas moral, harus dikembangkan untuk mencapai tingkatan optimal dan kriteria kehidupan sebagai manusia warga negara yang diharapkan (Muhaimin Dkk, 2005). Orang TuaMenurut Miami (Zaldy Munir, 2010:2) dikemukakan bahwa “Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya”. Sedangkan menurut Widnaningsih (Indah Pertiwi, 2010:15) menyatakan bahwa “orang tua merupakan seorang atau dua orang ayah-ibu yang bertanggung jawab pada keturunannya semenjak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik berupa tubuh maupun sifat-sifat moral dan spiritual”. Jadi, orangtua merupakan sepasang laki-laki dan perempuan yang memiliki ikatan perkawinan dan siap bertanggungjawab atas keturunannya.Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskripstif. Jenis penelitian adalah studi kasus yang dibatasi oleh waktu dan aktivitas dalam pembelajaran Kelompok Bermain Islam di Surakarta pada periode pandemi covid-19. Populasi dipilih berdasarkan afiliasi golongan kelompok bermain islam, yaitu: Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA): KB MTA Jebres, Muhammadiyah: KB Aisyiyah Program Khusus Karangasem, Yayasan Islam: KB Islam Terpadu Nur Hidayah Jajar. Sampel dalam penelitian adalah masing-masing satu guru dari tiga sekolah yang dipilih, dan enam orang tua siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam kepada guru dan orang tua, observasi langsung dalam pembelajaran home visit, dan dokumentasi pada saat mengikuti observasi.Waktu penelitian dimulai pada tanggal 18 Agustus hingga 23 Oktober 2020. Uji validitas menggunakan triangulasi sumber data. Teknik analisis data menggunakan milik Huberman (Sugiyono, 2005) yaitu: koleksi data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Hasil PenelitianPola Komunikasi Guru dengan Siswa Kelompok Bermain Islam di SurakartaBerdasarkan hasil wawancara dari ketiga guru dari tiga kelompok bermain Islam di Surakarta berdasarkan afiliasi golongannya, pembelajaran yang dilakukan selama periode pandemi Covid-19 adalah sebagai berikut : Pola komunikasi yang digunakan dalam pembelajaran antara guru dan siswa Kelompok Bermain Islam di Surakarta di masa pandemi Covid-19 adalah pola komunikasi interpersonal. Dimana komunikasi antarpersonal atau interpersonal communication merupakan komunikasi antara orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal CITATION Mul15 \t \l 1057 (Mulyana, 2015). KB MTA JebresPeran aktif siswa (active participation)Salah satu contoh peran aktif siswa terlihat pada home visit berkelompok tanggal 18 Agustus 2020 dirumah salah satu siswa yaitu Sean, yang beralamat di Jl. Merbabu Raya Jebres, Mojosongo. Bunda Maya menyiapkan tema kemerdekaan dengan kegiatan membuat bendera merah putih. Selama Bunda Maya mempersiapkan alat dan bahan, para siswa antusias dan mendekati Bunda untuk melihat lebih dekat apa yang akan mereka lakukan dengan bahan tersebut. Disaat semua siswa sudah mendapatkan giliran untuk membuat bendera dan menyusun manik-manik, Bunda Maya bertanya kepada siswa “sudah belajar apa sama bunda?” dijawab dengan teriakan oleh siswa secara kompak “bendera merah putih”. Dilanjutkan dengan Bunda bertanya kepada Abizar “warna merah disebelah mana?” dan dijawab “atas” oleh Abizar. Selanjutnya, bunda Maya bertanya kepada siswanya, “bahasa inggrisnya merah apa?” dilanjutkan jawaban dari siswa secara serentak “red”. “kalau bahasa inggrisnya putih?” dijawab siswa dengan lantang “white”.Dari contoh kegiatan tanggal 18 Agustus 2020, terlihat partisipasi aktif dari siswa dalam menanggapi guru untuk membuat bendera merah putih, menyusun manik-manik, serta menyebutkan bahasa inggris dari warna merah dan putih. Selain itu, partisipasi aktif anak dalam pembelajaran juga dapat berupa kegiatan motorik untuk anak, seperti yang disampaikan oleh Bunda Maya (3 September 2020):“kita menggunakan kegiatan motorik biasa mbak, seperti senam sederhana, atau misalnya kita ee apa yang ada dirumah itu kita gunakan, misalnya adanya apa, apa ngih, misalnya ada sapu, kita bisa menggunakan ‘o gimana to carane menyapu? Bisa bantu mama nggak dirumah menyapu seperti apa?’ gitu.”Latihan (practice)Latihan yang diberikan dari guru KB MTA Jebres kepada siswanya adalah berupa ‘Inspirasi Kegiatan Bermain’ yang dilakukan dirumah, selama tidak dilaksanakan home visit. Kegiatan ini bersifat motorik yang aka melatih anak mandiri melakukan kegiatannya dirumah tanpa dibantu oleh orang tua. Selain itu, diberikan juga latihan membaca Iqro dirumah, dan di review oleh guru pada saat home visit. Lalu, ada latihan berupa menghafalkan hadist dalam kehidupan sehari-hari, contohnya adalah hadist tersenyum. Bunda Maya :“Itu kan buat ide kegiatannya dirumah, yang disukai anak,.. Menggunakan semua bahan yang ada dirumah, jadi nggak perlu beli atau apapun, gunakan apa saja yang ada dirumah itu. Entah itu dengan peralatan dapur, atau peralatan yang ada dirumah itu, atau apa yang ada disekitar rumah, atau dengan batu kerikil pun itu bisa mereka buat belajar.”Perbedaan individual (individual difference)Pembelajaran di masa pandemi membuat guru melaksanakan home visit secara berkelompok. Hal ini memungkinkan guru untuk lebih memahami potensi siswa secara pribadi, karena siswa yang datang lebih sedikit dibandingkan dengan di sekolah. Bunda Maya cukup mengerti muridnya, dan bagaimana cara mengatasi pribadi siswanya. Seperti contohnya pada saat seorang siswa bernama Sabrina tidak mau mengikuti pelajaran, dan memilih untuk bermain, Bunda memiliki solusi dengan cara memperlihatkan hal yang menarik perhatian anak, setelah itu, Bunda akan memberitahukan aturan main kepada Sabrina agar mau mengikuti materi yang Bunda ajarkan terlebih dahulu. Bunda Maya:“Koyo Sabrina kan galak kae, ya sepintar-pintarnya kita merayu anak lah ya mbak, mesti anak itu fokusnya pada mainan, nah ketika mereka ‘oh ini lo bunda bawa ini’ nanti kita mainan ini, nah ketika mereka sudah melihat mainan, mereka baru apa, ‘ah iya mau bunda, mau bunda’ fokus ke kita, lah mereka mendekat, lah setelah itu kita berikan dulu apa yang mau kita sampaikan, setelah itu kita berikan aturan mainnya seperti apa, kalau sudah selesai baru boleh bermain.”Umpan balik (feedback)Umpan balik atau feedback dari siswa KB MTA Jebres terhadap materi belajar yang diberikan kepada Bunda dirasakan sudah lebih efektif dengan adanya home visit kerumah siswa. Karena guru bisa mengetahui secara langsung sejauh mana siswa menangkap pembelajaran yang diberikan oleh Bunda. Berikut kutipan dari wawancara dengan Bunda Maya :“Saya rasa cukup efektif ya mbak daripada hanya lewat online kan kadang nggak tau kita nggak bisa langsung menilai perkembangan anak, kita nggak tau dirumahnya seperti apa, kecuali ketika mengerjakan itu, mereka di video, kita bisa melihat prosesnya langsung, tapi ketika hanya mengirimkan foto, kita nggak tau, anak e mau nggak. Kalau pas home visit seperti ini, kita benar-benar bisa mengevaluasi langsung anak e itu seperti apa to, dia benar-benar bisa ini gak to, nah seperti itu..”KB Aisyiyah Program Khusus KarangasemPeran aktif siswa (active participation)Peran aktif siswa selama pandemi Covid-19 di KB Aisyiyah PK Karangasem dirasakan Ibu Ifa berkurang dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan home visit KB Aisyiyah PK Karangasem dilakukan secara individu, sehingga siswa berhadapan dengan guru, tidak ada teman yang lainnya. Akibatnya, rasa antusias dari anak berkurang, karena merasa tidak memiliki teman bersaing dalam belajar. Dikutip dari pernyataan Ibu Ifa, anak akan merasa lebih senang ketika bertemu dengan banyak teman, sehingga mereka bisa bermain bersama. Apalagi usia guru dan siswa terpaut jauh, yang menyebabkan anak tidak bisa bermain dengan leluasa bersama gurunya. Ibu Ifa :“sebenernya kalau anak-anak itu, dia seneng gurunya dateng, dia seneng punya temen, karena beberapa anak itu dirumah juga nggak punya temen, kaya Bian, itu kan dia dirumah sendirian. Ada gurunya dateng, dia seneng. Apalagi kalau dia kesekolah lebih seneng. Walaupun cuma dirumah ketemu gurunya dia udah seneng sebenernya. Tapi lebih seneng lagi mungkin kalau dia punya temen buanyak. Jadinya dia bisa lari-lari, atau dia bisa main bareng temen-temennya, bukan cuma gurunya yang usianya lebih tua ya, sama dari dianya jadinya dia inginnya juga seusianya dia. jadinya antusias anak akan lebih bagus kalau di sekolah.”Latihan (practice)Tugas yang diberikan guru kepada siswa berupa tugas seni dan persiapan. Hal ini dilakukan untuk melatih motorik halus dan kasar anak, serta persiapan untuk masuk ke TK. Ibu Ifa menyampaikan, bahwa beberapa anak disekolah masih merasa jijik dengan tekstur dari lem. Untuk itu, guru bertugas melatih anak agar tidak lagi takut dengan sesuatu yang digunakan untuk praktik.“Lebih ke seni sama persiapan. Terus sama sentra alam mungkin dikit, karna kita alam itu nggak Cuma air, karna kita gunakan kaya daun, atau batu gitu bisa digunakan untuk home visit. Tapi kita belum menggunakan itu. Ooh kita udah menggunakan itu, yang stroberi kemaren,”Perbedaan individual (individual difference)Ibu Ifa cukup memahami keadaan siswanya di sekolah. Selama belajar dirumah, tentu lebih banyak hambatan yang terjadi karena anak merasa berada didalam wilayah kekuasaannya. Sehingga diperlukan perhatian ekstra terhadap satu-persatu siswa, agar mereka mau mengikuti pelajaran. Ibu Ifa :“Kita nggak maksa anak ‘kamu harus selesai ini semua’. Karna anak KB itu nggak bisa dipaksa. Jadi emang udah cukup ‘saya udah nggak mau bu’ yauda nggak usah. Tapi kalau nanti ‘yaudah kamu main dulu boleh’ terus nanti pas anak selesai main ‘kamu mau ini lagi nggak?’ kalau nggak mau yaudah. Kalau mau, masih mau, nggak apa-apa dilanjutin. Tapi kalau memang gamau yaudah, selesai. Kaya tadi Yudhan ‘saya nggak mau’ udah nggak mau yaudah nggak usah dilanjutin. Selesai.”Umpan balik (feedback)Ibu Ifa merasakan bahwa feedback yang dihasilkan dari anak akan lebih baik saat dilaksanakannya program home visit. Hal ini dikarenakan anak hanya bersama dengan guru, tidak ada gangguan dari teman yang membuat anak dapat fokus mengerjakan apa yang diberikan oleh guru. Selanjutnya, karena diberikan pelajaran secara privat, anak akan lebih mudah menangkap pelajaran. Berikut pernyataan Ibu Ifa :“kalau saya lebih efektifnya dirumah, karena interaksinya anak lebih banyak. Karena kalau ada anak yang lain interaksinya akan berbeda dengan kalau cuma sama gurunya.”KB Islam Terpadu Nur Hidayah JajarPeran aktif siswa (active participation)Selama tiga minggu melaksanakan home visit, Ustadzah Isti baru merasakan siswanya memiliki antusias untuk menerima kehadiran dan pembelajaran dari ustadzah. Bahkan ustadzah memberikan pilihan kepada siswanya, siapa yang mereka mau untuk datang mengajar. Seperti yang dikatakan oleh Ustadzah Isti:“baru pekan kemaren itu saya merasakan ‘oh ini anak-anak sudah lekat’ gitu. Alhamdulillah kalau anaknya tidak semua, tapi beberapa sudah lekat. Kalau ‘besok ustadzah mau dateng’ gitu sueneng. Jadi ustadzah itu memang diharapkan untuk anak-anak. Anu, ‘besok yang dateng, yang ngajar siapa?’ kadang malah milih. ‘siapa yang dateng besok? Us Isti apa Us Arti?’ ‘aku pengennya sama Us Arti’ gitu nggih misal, Us Arti nya (menanggapi dengan senang) ‘yeee’. Kalau kelas saya ada pilihan, walaupun nggak semuanya, tapi kalau sama siapa saja mau, itu kita anu, tapi cenderung kalau anaknya ini mau pilih yang mana Kalau kelekatannya ya alhamdulillah, yo satu dua memang kita harus ikut orang tuanya disitu, gitu juga ada us..”Penugasan yang diberikan siswa untuk melihat peran aktif siswa berupa kegiatan motorik. Dalam sebuah tugas, siswa diminta memberikan peran aktifnya yang dikirim ke ustadzah dalam bentuk video, foto, maupun laporan melalui orang tua siswa. Untuk menghargai peran aktif anak, Ustadzah Isti memberikan reward contohnya adalah dengan stiker emoji.“jadi penugasan itu misalnya ‘temen-temen punya masker kan.. apa gitu terus tolong kucek ya’ nah itu kan sebenarnya pengenalan motorik njih, nah itu ‘nyuci ya dirumah’ nah tugasnya itu nanti orang tua sudah tau, nah tugasnya nanti hasilnya itu nanti dikirim di video ada, foto ada, kalau nggak laporan.. nanti ‘us ini udah nyuci tadi’ nah nanti kita kasih reward siapa yang sudah, siapa yang sudah, kalau nggak ya apa, hadiah apa emoji apa gitu.”Latihan (practice)Latihan yang diterapkan guru pada siswa KB IT Nur Hidayah adalah berupa kemandirian. Menurut Ustadzah Isti, anak usia Kelompok Bermain yang terbiasa dibantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari perlu diajarkan untuk mandiri. Selain itu, diperlukan pula kegiatan latihan berupa praktek untuk mengetahui kemampuan dari anak. Apa saja yang sudah dilakukan oleh anak, dan apa yang belum bisa dilakukan. Berikut kutipan dari wawancara dengan Ustadzah Isti :“KB itu kita lebih ke meluncurkan kemandirian anak ya, namanya anak kecil, dari kecil biasane digendong, biasane pake pampers, biasane masih minum susu, nah itu kita lebih menekanin kemandiriannya anak, ini baru kita akan mulai, kalau kemarin itu kita mulai dengan kegiatan happy fun,”Perbedaan individual (individual difference)Setiap anak memiliki perlakuan dan kebiasaan masing-masing. Hal ini harus diketahui oleh guru untuk dapat lebih mudah mendekati dan memberikan materi bahan ajar kepada anak. Ustadzah perlu mengetahui bagaimana karakter anak untuk menentukan seperti apa cara Ustadzah memperlakukan siswanya. Cara yang dilakukan ustadzah untuk mengetahui karakter anak adalah dengan bertemu langsung dan berinteraksi. Selain itu, diperlukan pula bantuan orang tua untuk memberikan informasi jujur mengenai kebiasaan anak dirumah dan bagaimana cara mengatasi anak tersebut. Ustadzah Isti :“Kita lihat karakternya anaknya, kalau misalkan kalau dirumah sukanya berantem sama adek ya biasanya dipesen ‘eh dirumah sayang adek ya.. boleh nggak adek diginiin?’ kita tetep nonton per anak nggih.. terus nanti kalau anaknya beda, misalkan yang modelnya perang-perangan atau nggak mau istirahat gitu kan, nanti ya saya pesennya itu, biasanya nanti orang tua tu ngasih kode. Tapi pesan-pesan itu ya, in sha Allah lebih mengena daripada kadang sama orang tua. Itu mengapa HV itu diperlukan,”Umpan balik (feedback)KB IT Nur Hidayah menerapkan pembelajaran dengan cara home visit, video call bersama, juga pendampingan melalui video. Hal ini dirasakan Ustadzah Isti tidak seefektif belajar di sekolah. Namun, ustadzah Isti memaklumi hal ini, karena home visit hanya dilakukan sekali dalam seminggu, sedangkan jika disekolah, anak akan mengulang materi tersebut setiap hari sehingga lebih cepat untuk memahami sebuah materi. Ustadzah Isti juga menambahkan, tugas yang menjadi tumpuan untuk melihat feedback anak adalah home visit dan video pendampingan dari guru sentra. “Memang sih hasilnya tidak sebaik ketika kita pembelajaran biasa. Kalau pembelajaran biasa itu kan kita pembiasaan tiap hari kita sampaikan, tiap hari kita ulang, otomatis kan hafal, ngerti, faham, wong kita kadang selipi cerita nggih, nah untuk sekarang itu ketika pandemi ini yang kita jagakne itu ketika dia nonton itu terus menerus kan tau, nanti ada selipan ‘nanti temen-temen anu..’ kaya nasehat-nasehat gitukan, seperti itu, sama ya itu tadi, pas home visit tok, ya emang hasilnya nggak seperti kayak pas masuk, tapi kita sudah memaklumi, wes nggak papa.. nanti kita ulang lagi, review lagi, home visit selanjutnya di review lagi. Tetep yo ada plus minus nya.”Pola Komunikasi Interpersonal antara Guru dengan Orang Tua di KB Islam di SurakartaKomunikasi interpersonal yang terjadi antara guru dan orang tua merupakan hal yang lumrah terjadi. Pasalnya guru merupakan orang tua kedua bagi anak di sekolah. Komunikasi interpersonal diperlukan antara guru dengan orang tua, untuk melihat perkembangan anak selama mengikuti pembelajaran khususnya di masa pandemi Covid-19. Pola komunikasi yang digunakan dalam pembelajaran antara guru dan orang tua siswa merupakan pola komunikasi interpersonal. Dimana komunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam kelompok kecil. Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi verbal dan non verbal.KB MTA JebresKeterbukaan (openness)Bunda Maya menyatakan bahwa :“ada mbak, kadang pas kita WA itu ternyata orang tuanya sedang bekerja, untuk itu kita minta nomer hp untuk yang mendampingi anak dirumah, jadi nanti ketika orang tua kerja, kita WA nya ke pemdampingnya yang dirumah. Entah itu yang momong, atau sodaranya, atau budenya seperti itu.. kadang juga waktu kita WA itu mereka juga sedang ada keperluan keluar rumah atau bagaimana, ngoten niku.”Adanya keterbukaan dari orang tua ke guru dan sebaliknya terjadi pada saat guru menanyakan tugas yang harus dikumpulkan oleh anak. Disini bunda Maya selaku guru menyatakan bahwa ia segera membutuhkan tugas anak yang dikumpulkan walaupun ia tau orang tua mungkin sedang bekerja di kala itu. Apabila guru tidak terbuka untuk menghubungi orang tua untuk mengumpulkan tugas, bunda tidak akan tahu bahwa siswa dirumah juga ada orang yang bisa dimintai tolong untuk membimbing anak mengerjakan tugas. Hal ini akan memudahkan bunda, karena bunda bisa meminta kontak orang yang bersangkutan dan tidak mengganggu orang tua si anak yang sedang bekerja.Sedangkan keterbukaan orang tua adalah berupa kejujuran mereka untuk tidak bisa membimbing anak mengerjakan tugas akibat kedsibukan mereka bekerja maupun kegiatan diluar rumah. Keterbukaan ini memudahkan bunda untuk mencari solusi dengan meminta nomor pengasuh yang berada dirumah, sehingga guru tidak perlu mengganggu kegiatan orang tua.Empati (emphaty)Rasa empati dari guru kepada orang tua terjadi pada saat orang tua menginformasikan bahwa ia sedang sibuk. Hal ini dapat dimaklumi oleh bunda, karena sebagai guru sekaligus orang tua bagi anaknya, bunda merasakan bagimana menjadi seorang ibu yang bekerja. Akhirnya terciptalah kelonggaran yang diberikan guru kepada orang tua untuk melaksanakan tugas dan home visit anak. Kutipan wawancara dari bunda Maya, guru KB MTA Jebres :“Kalau misalnya benar-benar mungkin orangtuanya sibuk bekerja, kita kan juga nggak bisa maksa nggih mbak nggih. Ya kita berikan kelonggaran, setidaknya bisa melaporkan perkembangan anaknya lewat narasi, bisa lewat japri ataupun WA di grup. Jadi misalnya mereka menceritakan kegiatan anak hari ini itu apa, mereka bisa bertanya kepada yang mendampingi anak mereka dirumah ketika mereka bekerja seperti itu, kalau yang tidak bekerja mungkin bisa mereka mengirimkan foto, kadang ada yang mengirim di grup ada yang lewat japri, ngoten niku.”Dukungan (supportiveness)Sebagai guru dan orang tua, terkadang melalui hal yang sulit atau melelahkan. Untuk itu diperlukan dukungan dari pihak lain untuk bisa melakukan sesuatu lebih baik lagi. Sebagai seorang guru, bunda Maya menyampaikan bahwa ia memberikan motivasi sebagai bentuk dukungan kepada orang tua yang sudah berjuang untuk anak mereka, dan meluangkan waktu serta tenaga untuk anak. Bunda Maya :“kita motivasi juga sih mbak ya kita di grup informasikan tugasnya untuk setiap minggunya itu, nah kalau belum ada anak yang kirim, kita motivasi.”Rasa positif (positiveness)Walaupun terkadang merasakn hambatan untuk melakukan home visit maupun tugas secara daring, Bunda Maya memiliki rasa positif terhadap pembelajaran anak dan apa yang disampaikan kepada orang tua. Bunda Maya merasa bahwa apa yang ia lakukan sudah cukup efektif bagi dirinya dan untuk perkembangan anak. Meskipun tetap ada kekurangan dari sistem belajar yang baru, Bunda tidak menyerah, dan tetap memanfaatkan apa yag bisa ia lakukan. Berikut kutipan rasa positif Bunda Maya :“saya rasa cukup efektif ya mbak daripada hanya lewat online kan kadang nggak tau kita nggak bisa langsung menilai perkembangan anak,”Rasa positif terhadap guru dirasakan ibu Beta terhadap Bunda Maya sebagai guru. Karena ia merasa bahwa anak akan lebih disiplin disaat sekolah. Ibu Beta mengakui bahwa anaknya Regar akan berlaku sesukanya jika dirumah. Padahal disekolah ia bisa disiplin dengan guru. Berikut pendapat Ibu Beta :“kalau disekolah itu kan biasanya sama bunda lebih disiplin, waktu berangkat, berangkat sekolah. Kalo dirumah kan anak wes sesukanya. Pokoke wes karepe dewe lah, kadang yo ndak mau, gitu.”KB Aisyiyah Program Khusus KarangasemKeterbukaan (openness)Sebagai seorang guru, Ibu Ifa harus berkata jujur kepada orang tua mengenai perkembangan dan hambatan yang siswa mereka hadapi selama belajar. Ibu Ifa lebih senang mengungkapkan fakta, agar orang tua paham mengenai apa yang dilalui anak, dengan harapan dapat bersama mencari solusi terbaik untuk anak. Pernyataan tersebut dikutip dari hasil wawancara dengan Ibu Ifa :“ya kalau saya itu ngobrol sama mamah-mamah itu sesuai faktanya. Mungkin kalau dirumah itu “mungkin karna dia itu anak tunggal ma, mungkin karna mamanya juga jarang dirumah, karna sibuk kerja, jadi anaknya itu perlu perhatian, ingin diperhatikan mamanya, ingin disuapin juga.”Empati (emphaty)Ibu guru KB Aisyiyah PK Karangasem cenderung bisa melihat bagaimana perasaan orang tua dan bagaimana sikap yang harus mereka ambil untuk mengatasi anaknya. Ibu Ifa akan memberikan keterangan tentang kebiasaan anak disekolah, dan menjawab permasalahan yang orang tua hadapi. Hal ini terlihat dari wawancara dengan Ibu Ifa :“emang komunikasi tentang anak disekolah sama dirumah itu beda karena situasinya juga berbeda. Jadi anak itu ngikutin apa yang dia lihat. Pertama Bimo juga nggak bisa, pertama tak kasih sendok yang besar, itu dia nggak bisa makan sendok yang besar. Terus tak kasih sendok yang kecil, dia bisa. Oh berarti dia mulai dari sendok yang kecil dulu. Saya juga bilang ke mamahnya “coba mah sendok yang kecil”. Terus habis itu mamanya bilang “tetep nggakmau buk” oo yaudah berarti dia memang maunya diperhatikan sama mamahnya.”Dukungan (supportiveness)Dukungan yang dilakukan guru kepada orang tua adalah berupa perhatian untuk ikut mrnyaksikan bagaimana perkembangan anak ataupun kesulitan yang dihadapi orang tua saat meminta anak belajar. Ibu Ifa tidak memaksakan orang tua untuk mengumpulkan tugas. Apabila anak belum mau mengerjakan tugas, Ibu Ifa menyarankan untuk melakukan kegiatan lain, dan memberi masukan untuk tidak memaksa anak melakukan tugas yang tidak ia mau. Ibu Ifa:“tetep dibiarin aja, kalau nggak mau ya nggak usah dipaksa. Katanya ya belajar, tapi belajarnya nggak sama kaya bu Ifa gitu, tapi kita tetep mantau ‘gimana, mau nggak ma?’ atau ‘yauda kalo nggak mau, belajar yang lain aja ma, dirumah ada apa’ tapi kita tetep komunikasi sama mamah-mamahnya, gimana perkembangan anaknya dirumah”Rasa positif (positiveness)Ibu Ifa merasa optimis bahwa anak didiknya tidak mengalami kesulitan belajar saat dirumah. Walaupun ada anak yang harus belajar ditemani oleh orang tuanya, tidak mengurangi rasa positif yang dimiliki oleh Ibu Ifa terhadap pembelajarannya untuk siswa KB. Ibu ifa menyatakan :“Karena beberapa anak kalau dirumah nggak mau belajar. Tapi alhamdulillah kalo di KB itu Cuma Yudhan sih sebenere. Kalau yang lain In Sha Allah nggak ada sama sekali. Paling Zaki sih, tapi kalau Zaki masih ada mamanya yang meng handle biar dia mau belajar. Tapi yang lain In Sha Allah nggak ada.”KB Islam Terpadu Nur Hidayah JajarKeterbukaan (openness)Antara guru dan orang tua terjalin rasa keterbukaan. Hal ini mengacu pada informasi terkait dengan siswa. Guru dan orang tua saling memberikan informasi kebiasaan dan perilaku anak saat ada dan tidak ada guru. Tak jarang orang tua berpesan kepada guru agar anaknya tidak melakukan hal-hal yang tidak baik. Contohnya adalah disaat Ustadzah Isti melakukan home visit, salah seorang orang tua berkata bahwa si anak dirumah tidak mau tidur siang, atau tidak mau makan dengan sayur. Tugas Ustadzah Isti adalah untuk memberi nasihat kepada anak untuk mau tidur siang atau makan sayur melalui cerita yang menarik. Hal ini disampaikan Us Isti pada wawancara pada tanggal 21 Oktober 2020 sebagai berikut :“ya saya pesennya itu, biasanya nanti orang tua tu ngasih kode. Nanti eyang (memberi tahu dengan bisikan) ‘sambil jalan-jalan’. ‘eh katanya jalan-jalan, bener nggak?’ ‘uti gitu loo’ yaudah kayak ngobrol biasa gitu ngasih taunya, in sha Allah ya awal-awal pasti memang anak akan anu ya, tapi lama-lama dia akan lapor gitu atau laporan,”Empati (emphaty)Sebagai orang tua, Ibu Indah memperlihatkan adanya empati kepada guru dengan menyadari bahwa apa yang ditugaskan kepada anaknya adalah hal yang penting. Untuk itu ia tidak mau seenaknya dalam membantu anak mengerjakan tugas. Selain itu, ia juga tidak segan untuk bertanya secara pasti, apabila ada yang kurang jelas. Kutipan wawancara dengan Ibu Indah: “Biasanya kalau kurang jelas gitu saya sampaikan ke Us Isti atau Us Arti gitu biar tidak terjadi miskom, seperti itu hehehe. Misalnya seperti penugasan, penugasannya mungkin saya belum tau, kurang jelas, seperti yang kemaren itu tugasnya kan tentang kegiatan ee benda-benda di kamar mandi, seperti itu. Saya kan di video tidak ada kemudian saya menanyakan ke Us Isti, karna memang belum begitu paham, seperti itu.”Dukungan (supportiveness)Sebagai bentuk dukungan orang tua kepada guru, Ibu Tutik berusaha meyakinkan kepada Abrisam bahwa Ustadzah akan datang memberikan pembelajaran yang ia senangi, sehingga Abrisam senang saat Ustadzah datang kerumahnya. Ibu Tutik:“kebetulan anaknya kalau dikasih tugas-tugas itu cepet ini nggih, cepet nangkepnya, kalau ada home visit ini seneng banget, merasa ketemu dengan ustadzahnya seneng,”Rasa positif (positiveness)Rasa positif terhadap pembelajaran di periode pandemi dirasakan orang tua Naima, Ibu Indah. Ia menuturkan bahwa Naima sangat menanti-nanti kapan Ustadzah akan datang dan memberikannya pelajaran dirumah. Ibu Indah:“dia suka, hehe yang ditunggu-tunggu adalah itu hahahahah yang ditunggu-tunggu ‘kapan ustadzah kesini? Ibu itu lo telpon pake laptopnya ibu itu lo’ (menirukan naimah) hehehe.”KesimpulanDari ketiga sekolah yang menjadi objek penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan peran aktif dari siswa, latihan yang diberikan selama home visit, perlakuan guru kepada siswa yang memiliki perbedaan individual atau karakteristik selama home visit, dan juga perbedaan timbal balik dari siswa selama melakukan pembelajaran dirumah. Dari tiga sampel sekolah, ketiganya memiliki pola komunikasi interpersonal antara guru dan orang tua berupa: (1) Keterbukaan. Ada keterbukaan dari orang tua dan gur mengenai kondisi anak.; (2) Empati. Para guru dapat mengerti perasaan orang tua terhadap anaknya. ; (3) Dukungan. Berupa motivasi kepada orang tua; (4) Rasa Positif. Para guru merasakan bahwa anak didiknya akan tetap bisa mendapatkan ilmu selama dirumah. Daftar Pustaka BIBLIOGRAPHY Dwiputra, K. O. (2020, August 04). Balita Bisa Lebih Banyak Bawa Virus Corona!Harapan, E., & Ahmad, S. (2014). Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.kbbi.web.id. (t.thn.).kemendikbud.go.id. (2020, February 13). Surat Edaran Nomor 1 tahun 2020 yaitu Kebijakan Merdeka Belajar Dalam Penentuan Kelulusan Peserta Didik dan Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru. Tahun Ajaran 2020/2021.Liliweri, A. (2011). Komunikasi Antarpersonal. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.Mulyana, D. (2015). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Mulyana, D. (2015). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Nofrion. (2018). Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Prenamedia Group.Petersen, S. H., & Wittmer, D. S. (2015). Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Pendekatan Interpersonal. Jakarta: Prenamedia Group.Rahmat, J. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.who.int. (2020, October 12). Coronavirus diseases (COVID-19) Pandemic. ................
................

In order to avoid copyright disputes, this page is only a partial summary.

Google Online Preview   Download

To fulfill the demand for quickly locating and searching documents.

It is intelligent file search solution for home and business.

Literature Lottery

Related searches