MODUL 4 MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA INDUSTRI …



-720090-111410000-233680261302500297815590550MODUL MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA INDUSTRI KONSTRUKSIPELATIHAN MANAJEMEN RANTAI PASOK KONSTRUKSI00MODUL MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA INDUSTRI KONSTRUKSIPELATIHAN MANAJEMEN RANTAI PASOK KONSTRUKSI34861569221352017PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI002017PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSIrighttopMODUL 040MODUL 04centerbottom00KATA PENGANTARPuji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya validasi dan penyempurnaan Modul Manajemen Rantai Pasok Pada Industri Konstruksi sebagai Materi Substansi dalam Pelatihan Manajemen Rantai Pasok. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang PUPR. Modul Manajemen Rantai Pasok Pada Industri Konstruksi ini disusun dalam 7 (tujuh) bab yang terbagi atas Pendahuluan, Materi Pokok dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami Manajemen Rantai Pasok Pada Industri Konstruksi. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta. Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim Penyusun dan Tim Validasi Sistem Diklat, sehingga modul ini dapat disajikan dengan baik. Perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang PUPR.Bandung, Oktober 2017Kepala Pusat Pendidikan dan PelatihanSumber Daya Air dan KonstruksiIr. K. M. Arsyad, M.ScDAFTAR ISI TOC \o "1-3" \h \z \u KATA PENGANTAR PAGEREF _Toc505850575 \h iDAFTAR ISI PAGEREF _Toc505850576 \h iiDAFTAR TABEL PAGEREF _Toc505850577 \h vDAFTAR GAMBAR PAGEREF _Toc505850578 \h viPETUNJUK PENGGUNAAN MODUL PAGEREF _Toc505850579 \h viiBAB I PENDAHULUAN PAGEREF _Toc505850580 \h 11.1Latar Belakang PAGEREF _Toc505850581 \h 11.2Deskripsi Singkat PAGEREF _Toc505850582 \h 21.3Tujuan Pembelajaran PAGEREF _Toc505850583 \h 21.3.1Hasil Belajar PAGEREF _Toc505850584 \h 21.3.2Indikator Hasil Belajar PAGEREF _Toc505850585 \h 21.4Materi Pokok dan Sub Materi Pokok PAGEREF _Toc505850586 \h 2BAB II PENGENALAN MANAJEMEN RANTAI PASOK KONSTRUKSI PAGEREF _Toc505850587 \h 52.1Umum PAGEREF _Toc505850588 \h 52.2Macam Proyek Konstruksi PAGEREF _Toc505850589 \h 62.2.1Desain Pra-konstruksi dan Pemilihan Kontraktor PAGEREF _Toc505850590 \h 72.2.2Pembangunan (Construction) PAGEREF _Toc505850591 \h 72.2.3Manajemen Informasi PAGEREF _Toc505850592 \h 82.2.4Manajemen Risiko PAGEREF _Toc505850593 \h 82.3Elemen Kritis Untuk Praktik Konstruksi PAGEREF _Toc505850594 \h 82.4Manajemen Rantai Pasok dan Pelaksanaan Konstruksi yang Kompetitif PAGEREF _Toc505850595 \h 112.5Kendala Dalam Manajemen Rantai Pasok PAGEREF _Toc505850596 \h 122.6Kemitraan Rantai Pasok PAGEREF _Toc505850597 \h 132.6.1Rantai Pasok Konstruksi Tradisional (Traditional Construction Supply Chain) PAGEREF _Toc505850598 \h 142.6.2Keuntungan Kemitraan Rantai Pasok PAGEREF _Toc505850599 \h 162.6.3Risiko Kemitraan Rantai Pasok PAGEREF _Toc505850600 \h 162.6.4Kerja Sama Operasi Rantai Pasok PAGEREF _Toc505850601 \h 172.7Latihan PAGEREF _Toc505850602 \h 172.8Rangkuman PAGEREF _Toc505850603 \h 182.9Evaluasi PAGEREF _Toc505850604 \h 19BAB III TAHAPAN PROYEK KONSTRUKSI PAGEREF _Toc505850605 \h 213.1Proyek Konstruksi PAGEREF _Toc505850606 \h 213.1.1Pengertian Proyek Konstruksi PAGEREF _Toc505850607 \h 213.1.2Daur Hidup Proyek Konstruksi PAGEREF _Toc505850608 \h 263.2Tahap Konseptual PAGEREF _Toc505850609 \h 303.3Tahap Perencanaan dan Pengembangan (Planning and Development) atau Disingkat PP/ Definisi PAGEREF _Toc505850610 \h 313.4Tahap Implementasi PAGEREF _Toc505850611 \h 323.5Tahap Terminasi PAGEREF _Toc505850612 \h 333.6Tahap Operasi atau Utilisasi PAGEREF _Toc505850613 \h 343.7Latihan PAGEREF _Toc505850614 \h 343.8Rangkuman PAGEREF _Toc505850615 \h 353.9Evaluasi PAGEREF _Toc505850616 \h 40BAB IV TAHAP PERENCANAAN PAGEREF _Toc505850617 \h 414.1Project Delivery PAGEREF _Toc505850618 \h 414.1.1Design-Build (DB) PAGEREF _Toc505850619 \h 414.1.2Design-Bid-Build (DBB) PAGEREF _Toc505850620 \h 414.1.3Built Operete Transfer (BOT) PAGEREF _Toc505850621 \h 424.1.4Engineering Procurement and Construction (EPC) PAGEREF _Toc505850622 \h 424.2Master Schedule PAGEREF _Toc505850623 \h 424.3Latihan PAGEREF _Toc505850624 \h 434.4Rangkuman PAGEREF _Toc505850625 \h 434.5Evaluasi PAGEREF _Toc505850626 \h 44BAB V TAHAP PROCUREMENT PAGEREF _Toc505850627 \h 475.1Identifikasi Kebutuhan Material PAGEREF _Toc505850628 \h 475.1.1Tujuan Pengadaan Material PAGEREF _Toc505850629 \h 475.2Pertimbangan Pembelian PAGEREF _Toc505850630 \h 475.3Rencana Pengadaan (Procurement Plan) PAGEREF _Toc505850631 \h 485.3.1Rencana Pengadaan Material Konstruksi PAGEREF _Toc505850632 \h 485.3.2Rencana Pengadaan Peralatan Konstruksi PAGEREF _Toc505850633 \h 485.4Pelaksanaan Procurement PAGEREF _Toc505850634 \h 495.4.1Menyepakati Spesifikasi Kebutuhan Barang Dengan Bagian Operasional PAGEREF _Toc505850635 \h 495.4.2Memilih Pemasok PAGEREF _Toc505850636 \h 505.4.3Negosiasi dengan pemasok PAGEREF _Toc505850637 \h 525.4.4Mengatur dan/atau memonitor PAGEREF _Toc505850638 \h 525.5Kerjasama Dengan Pemasok PAGEREF _Toc505850639 \h 535.6Analisa Pemasok PAGEREF _Toc505850640 \h 555.7Persepsi Pemasok PAGEREF _Toc505850641 \h 585.8Negosiasi PAGEREF _Toc505850642 \h 615.9Proses Negosiasi PAGEREF _Toc505850643 \h 635.10Mendapatkan Harga yang Tepat PAGEREF _Toc505850644 \h 645.11Etika Kerjasama dengan Pemasok PAGEREF _Toc505850645 \h 655.12Pengelolaan Pergudangan PAGEREF _Toc505850646 \h 665.13Perencanaan Gudang PAGEREF _Toc505850647 \h 695.14Konsep PAGEREF _Toc505850648 \h 715.15Latihan PAGEREF _Toc505850649 \h 735.16Rangkuman PAGEREF _Toc505850650 \h 735.17Evaluasi PAGEREF _Toc505850651 \h 74BAB VI TAHAP EVALUASI PAGEREF _Toc505850652 \h 766.1Evaluasi Kinerja Pemasok Material PAGEREF _Toc505850653 \h 766.1.1Kriteria Evaluasi PAGEREF _Toc505850654 \h 766.1.2Contoh Evaluasi Kinerja Pemasok Material PAGEREF _Toc505850655 \h 766.2Evaluasi Kinerja Pemasok Peralatan Konstruksi PAGEREF _Toc505850656 \h 786.2.1Kriteria Evaluasi PAGEREF _Toc505850657 \h 786.2.2Contoh Evaluasi kinerja Peralatan Sewa PAGEREF _Toc505850658 \h 786.3Latihan PAGEREF _Toc505850659 \h 796.4Rangkuman PAGEREF _Toc505850660 \h 796.5Evaluasi PAGEREF _Toc505850661 \h 80BAB VII PENUTUP PAGEREF _Toc505850662 \h 837.1Simpulan PAGEREF _Toc505850663 \h 837.2Tindak Lanjut PAGEREF _Toc505850664 \h 84DAFTAR PUSTAKA PAGEREF _Toc505850665 \h 86GLOSARIUM PAGEREF _Toc505850666 \h 87KUNCI JAWABAN PAGEREF _Toc505850667 \h 89DAFTAR TABEL TOC \h \z \c "Tabel 2." Tabel 2.1. Barriers to Supply Chain Management PAGEREF _Toc505850668 \h 13Tabel 2.2. Discrete versus Relational Business Strategies PAGEREF _Toc505850669 \h 15Tabel 2.3. Keuntungan potensial untuk kemitraan supplier PAGEREF _Toc505850670 \h 15Tabel 2.4. Traditional versus Partnership Supply Strategies PAGEREF _Toc505850671 \h 16Tabel 2.5. Langkah penerapan kemitraan suplier PAGEREF _Toc505850672 \h 17 TOC \h \z \c "Tabel 3." Tabel 3.1. Perbandingan kegiatan proyek versus operasional PAGEREF _Toc505850673 \h 24 TOC \h \z \c "Tabel 5." Tabel 5.1. Metode Kuantitatif Pemilihan Pemasok PAGEREF _Toc505850674 \h 52Tabel 5.2. Strategi Logistik, Pembelian, dan Operasional untuk Pemasok PAGEREF _Toc505850675 \h 56Tabel 5.3. Model dan Tipe Kontrak PAGEREF _Toc505850676 \h 60DAFTAR GAMBAR TOC \h \z \c "Gambar 2." Gambar 2.1. Optimalisasi Profit dengan penerapan CSCM PAGEREF _Toc505850677 \h 9Gambar 2.2. Rumah Lean Construction PAGEREF _Toc505850678 \h 10Gambar 2.3. Lingkaran Profit Construction Supply Chain Management PAGEREF _Toc505850679 \h 12Gambar 2.4. Evolusi dari tradisional ke integrated construction supply chain management PAGEREF _Toc505850680 \h 14 TOC \h \z \c "Gambar 3." Gambar 3.1. Tiga Kendala PAGEREF _Toc505850681 \h 23Gambar 3.2. Daur Hidup Proyek Konstruksi PAGEREF _Toc505850682 \h 34 TOC \h \z \c "Gambar 5." Gambar 5.1. Supply Positioning Model PAGEREF _Toc505850683 \h 55Gambar 5.2. Strategi Supply Positioning Model PAGEREF _Toc505850684 \h 57Gambar 5.3. Supplier Perception Model PAGEREF _Toc505850685 \h 59Gambar 5.4. Supply Positioning Model Versus Supplier Perception Model PAGEREF _Toc505850686 \h 59PETUNJUK PENGGUNAAN MODULDeskripsi Modul Manajemen Rantai Pasok Pada Industri Konstruksi ini terdiri dari lima kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas Pengenalan Manajemen Rantai Pasok Konstruksi. Kegiatan belajar kedua membahas Tahapan Proyek Konstruksi. Kegiatan belajar ketiga membahas Tahap Perencanaan. Kegiatan belajar keempat membahas Tahap Procurement dan Kegiatan belajar kelima membahas Tahap Evaluasi. Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan. Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami Manajemen Rantai Pasok Pada Industri Konstruksi. Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau evaluasi yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari materi dalam modul iniPersyaratanDalam mempelajari modul pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan baik materi yang merupakan dasar dari Manajemen Rantai Pasok. Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan dapat membaca terlebih dahulu Pengenalan Manajemen Rantai Pasok.MetodeDalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara/ Fasilitator, adanya kesempatan tanya jawab, curah pendapat dan diskusi. Alat Bantu/ MediaUntuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/ Media pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/ proyektor, Laptop, white board/ Flip Chart dengan spidol dan penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/ atau bahan ajar.Tujuan Kurikuler KhususSetelah mengikuti semua kegiatan pembelajaran dalam mata pelatihan ini, peserta diharapkan mampu memahami manajemen rantai pasok pada industri konstruksi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kegiatan pelaksanaan manajemen rantai pasok.BAB IPENDAHULUANLatar BelakangTantangan yang dihadapi oleh dunia usaha saat ini semakin kompleks, termasuk pula pada sektor jasa konstruksi. Salah satu strategi yang dapat digunakan dalam menghadapi tantangan tersebut adalah melakukan kerja sama yang saling menguntungkan antar pihak-pihak yang terlibat demi mencapai tujuan bersama.Supply chain Management merupakan suatu metode terintegrasi diantara pihak-pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menghasilkan produk atau jasa. Dimana dimulai pada proses mendapatkan bahan baku dari supplier, menuju ke proses produksi dan berakhir pada proses penghantaran kepada pengguna akhir yang berlandaskan pada semangat kolaborasi demi mewujudkan tujuan bersama yaitu kepuasan pelanggan (customer satisfaction)Para pelaku di dalam proyek konstrusi sangat banyak, yang dapat dibedakan sebagai pihak pengguna jasa dan pihak penyedia, yaitu owner, konsultan, kontraktor, sub kontraktor dan supplier.Mengingat kompleksnya penerapan Supply chain Management ini, maka diperlukan tenaga-tenaga ahli yang mampu memahami Supply chain Management Construction sebagai solusi dari persoalan-persoalan terkait dengan penghantaran produk ke end user (pengguna akhir).Dalam mengembangkan kompetensi manajerial dan teknis SDM Kementerian PUPR serta aparatur sipil negara (ASN), maka Pusdiklat SDA dan Konstruksi menetapkan strategi peningkatan kapasitas dan kompetensi melalui pendidikan, pelatihan, seminar, kursus dan penataran untuk mendukung pencapaian kinerja pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat.Untuk tujuan meningkatkan kemampuan keterampilan teknis aparatur sipil negara (ASN) bidang Ke-PUPR-an di bidang Konstruksi, maka Pusdiklat SDA dan Konstruksi melaksanakan penyusunan modul pelatihan Supply chain Management Construction untuk menghasilkan SDM bidang konstruksi yang kompeten dan berintegritas dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur bidang konstruksi yang handal.Deskripsi SingkatMata pelatihan ini membahas berbagai materi terkait dengan Pengenalan Manajemen Rantai Pasok Konstruksi, Tahapan Proyek Konstruksi, Tahap Perencanaan, Tahap Procurement serta Tahap Evaluasi.Tujuan PembelajaranHasil BelajarSetelah mengikuti semua kegiatan pembelajaran dalam mata pelatihan ini, peserta diharapkan mampu memahami manajemen rantai pasok pada industri konstruksi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kegiatan pelaksanaan manajemen rantai pasok.Indikator Hasil BelajarSetelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan diharapkan mampu:Mengetahui tentang Pengenalan Manajemen Rantai Pasok KonstruksiMengetahui tentang Tahapan Proyek Konstruksi; Mengetahui tentang Tahap Perencanaan;Mengetahui tentang Tahap Procurement;Mengetahui tentang Tahap Evaluasi.Materi Pokok dan Sub Materi PokokMateri Pokok 1: Pengenalan Manajemen Rantai Pasok KonstruksiMacam Proyek KonstruksiElemen Kritis Untuk Praktik KonstruksiManajemen Rantai Pasok dan Pelaksanaan Konstruksi yang KompetitifKendala Dalam Manajemen Rantai PasokKemitraan Rantai PasokLatihanRangkumanEvaluasiMateri Pokok 3: Tahapan Proyek Konstruksi Proyek KonstruksiTahap KonseptualTahap Perencanaan dan Pengembangan (Planning and Development) atau disingkat PP/ DefinisiTahap ImplementasiTahap TerminasiTahap Operasi atau UtilisasiLatihanRangkumanEvaluasi Materi Pokok 4: Tahap PerencanaanProject DeliveryMaster ScheduleRencana Pengadaan (Procurement Plan)Latihan RangkumanEvaluasi Materi Pokok 5: Tahap ProcurementIdentifikasi Kebutuhan MaterialPertimbangan PembelianRencana Pengadaan (Procurement Plan)Pelaksanaan ProcurementKerjasama Dengan PemasokAnalisa PemasokPersepsi PemasokNegosiasiProses NegosiasiMendapatkan Harga yang TepatEtika Kerjasama dengan PemasokPengelolaan PergudanganPerencanaan GudangKonsepLatihanRangkumanEvaluasi Materi Pokok 6: Tahap EvaluasiEvaluasi Kinerja Pemasok MaterialEvaluasi Kinerja Pemasok Peralatan KonstruksiLatihanRangkumanEvaluasiBAB IIPENGENALAN MANAJEMEN RANTAI PASOK KONSTRUKSIIndikator Hasil Belajar:Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu mengetahui tahapan proyek konstruksi.Indikator Hasil Belajar:Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu mengetahui tahapan proyek konstruksi.UmumSeperti dijelaskan pada modul sebelumnya bahwa Manajemen Rantai Pasok (MRP) atau Supply Chain Management (SCM) telah terbukti efektif diterapkan pada Industri Manufaktur, tetapi kurang efektif diterapkan pada Industri Konstruksi yang ditandai dengan tingginya angka waste. Hal ini disebabkan hubungan antara risiko dan reward pada industri konstruksi lain dengan yang ada di industri manufaktur. Kurva expected risk reward pada industri manufaktur berkorelasi positip artinya setiap unit risiko diikuti oleh reward, sebaliknya kurva risk-reward pada industri konstruksi berkorelasi negatif.Risiko sumberdaya konstruksi melibatkan semua entitas dalam supply chain yaitu pemilik proyek, arsitek, kontraktor utama, sub kontraktor dan supplier. Potensi kesalahan dan masalah diperbesar oleh saling keterkaitan diantara entitas tersebut, antara lain:Masalah internal keuanganMasalah modal kerjaPembayaran yang lambat dari pemilik proyekBuruknya perencanaan dan spesifikasiKurang memadainya kemampuan teknisTidak cukupnya teknologi informasiKurangnya komunikasi diantara mitra supply chainTidak efisiennya produktifitasMasalah mutu kerjaMasalah metode kerjaMasalah keandalan delivery Masalah mutu bahan curahMacam Proyek KonstruksiPada garis besarnya proyek konstruksi yang banyak dikerjakan dapat digolongkan sebagai berikut:Sektor Swasta Perumahan (misalnya rumah huni, apartment dan cabang pengembangannya.Sektor Swasta Komersial (misalnya gudang pengecer, pabrik manufaktur, rumah makan, pergudanganSektor Bangunan Publik/ vertikal (Sekolahan, Universitas, bandara dan gedung negara)Sektor Publik dam Swasta berat/ horisontalManajemen Rantai Pasok Konstruksi (MRPK) atau Construction Supply Chain Management (CSCM) didefinisikan sebagai strategi manajemen aliran informasi, aktifitas, tugas dan proses yang melibatkan organisasi independen dan kaitannya (hulu dan hilir) yang menciptakan nilai yang diserahkan kepada owner/ pemilik dalam bentuk proyek jadi.Kegiatan di hulu pada RPK/ SCM dari perspektif kontraktor utama melibatkan pemilik proyek dan team engineering/ design yang menyiapkan proses konstruksi. Sementara kegiatan di hilir meliputu supplier material dan sub kontraktor untuk melaksanakan tugas membangun proyek, memerlukan koordinasi yang kuat diantara mitra proyek.Untuk mengawinkan dan selanjutnya mengatur elemen rantai pasok hilir dan hulu, kontraktor utama harus mengembangkan struktur sistim komunikasi yang efisien untuk hubungan manajemen yang efektif.MRPK/ SCM dapat dengan mudah membawa evolusi alami kearah hubungan kerja yang produktif pada seluruh proses konstruksi.Dokumen penting seperti kontrak, change orders, spesifikasi dan lainnya membuat baik hulu maupun hilir dalam masa siklus hidup (life cycle) proyek adalah alasan lain mengapa kebutuhan untuk CSCM ini penting. Bila diintegrasikan dengan perbaikan terus menerus, CSCM dapat berhasil mangatasi masalah utama pada industri konstruksi dan pemilik proyek.CSCM secara sistimatis dapat mengurangi sumber ketidak pastian melalui kerjasama yang aktif dari semua entitas dalam supply chain pada 4 area fungsi: desain pra-konstruksi dan pemilihan kontraktor, pembangunan, manajemen informasi dan manajemen risiko.Desain Pra-konstruksi dan Pemilihan KontraktorSetelah owner membuat ketetapan internal dengan proyek baru, perusahaan arsitek atau engineering yang qualified akan dipilih untuk mengembangkan design. Dimulai dengan membuat Request for Proposal (RFP) sebagai awal dimulainya jasa arsitektural. Kompensasi Arsitek ditetapkan dengan negosiasi. Langkah selanjutnya adalah mengembangkan design yang tepat yang memenuhi kepentingan owner dalam hal konstruksi dan fungsi. Arsitek mengkomunikasikan desain proyek akhir, spesifikasi, dan dokumen tender untuk mengumpulkan kontraktor yang qualified. Kontraktor utama (main contractors) dapat dipilih melalui proses tender kompetitif atau dengan negosiasi. Untuk kontraktor atau sub kontraktor berlaku 4 metode pricing yang banyak dipakai pada industri konstruksiFixed Price (lump sum) Negosiasi, cost plus fee Harga satuan (Unit price) Design buildSetelah tender dimenangkan, dokumen kontrak ditanda tangani antara owner dengan kontraktor utama atau construction managerDengan ditanda tanganinya kontrak antara owner dan prime contractor atau construction manager, supplier material dan sub kontraktor dipilih dan dokumen sejenis ditanda tangani semua entitas hilir (down stream) rantai pasok. Pembangunan (Construction)Fase pembangunan adalah inti dari produksi, termasuk kegiatan yang kritis seperti penjadwalan (scheduling), koordinasi lapangan dan sumber daya, material dan pengelolaan logistikManajemen InformasiDalam area ini termasuk informasi demand dan supply proyek (transparansi informasi, aliran, akuisisi, ketersediaan dan sharing). Elemen kunci dalam ketidak pastian manajemen informasi dianalisis dalam arti bagaimana mereka berkontribusi terhadap ketidak efisienan informasi di hulu dan hilir dari proses konstruksi. Pada saat yang sama, sub kontraktor, material, peralatan dan bahkan dana bergerak dalam merespon signal aliran informasi. Bagaimanapun pada proyek konstruksi aliran ini terjadi dalam konteks hubungan antara organisasi independen. Dalam lingkungan pra-CSCM ada kepercayaan informal pada manajemen informasi untuk mengoordinasi mata rantai. Kekuatan CSCM adalah dapat menyeberang batas organisasi, mengorganisasi informasi dan aliran proses, mengirimkan sinyal operasi dan mengevaluasi hasil. Dengan demikian manajemen informasi adalah darah kehidupan dari CSCM.Manajemen RisikoPotensi kekurangan dalam bisnis berkorelasi langsung dengan hubungan dalam bisnis tersebut, yaitu berurusan dengan business lain, karyawan dan umum. Perselisihan antara customer, sub kontraktor dan suplier selalu terjadi karena buruknya komunikasi awal dan usaha untuk merubah risiko dengan tidak adil melalui pasal pasal kontrak. Pegawai yang tidak puas berpengaruh negatip terhadap produktifitas Elemen Kritis Untuk Praktik KonstruksiIndustri konstruksi mengalami persaingan harga yang sulit dalam beberapa dekade, yang membuat sulitnya bertahan hidup. Strategi biaya rendah, mutu tinggi, penyelesaian proyek tepat waktu dan kepemimpinan yang fleksibel memungkinkan perusahaan memiliki kemampuan bersaing dengan memposisikan efisiensi operasional sebagai senjata persaingan. Dalam lingkungan bisnis saat ini, strategi persaingan tidak hanya keharusan untuk pemimpin pasar dalam industri konstruksi, tetapi adalah kebutuhan untuk semua perusahaan pada industri konstruksi untuk sekedar bertahan hidup. Ada beberapa praktek yang baik untuk meramalkan keuntungan CSCM. Lihat gambar 2.1Gambar 2. SEQ Gambar_2. \* ARABIC 1. Optimalisasi Profit dengan penerapan CSCMPertama industri konstruksi harus mengembangkan sikap tulus ke arah dedikasi yang kuat pada efisiensi operasinal. Kepercayaan dan komitmen kearah pengembangan efisiensi operasional sebagai penggerak profit memerlukan dukungan organisasi tingkat tinggi yang harus dikomunikasikan seluruh perusahaan.Kedua adalah kebutuhan untuk elemen operasional dalam melakukan perbaikan berkelanjutan/ terus menerus. Penetapan keuntungan bersaing (competitive advantage) berarti sedikit bila perusahaan konstruksi tidak dapat mendukungnya dari proyek ke proyek, sehingga pemimpin industri konstruksi harus menjaga semangat dasar dari antisipasi (bukan reaksi) untuk berubah.Menyadari bahwa kemajuan adalah hasil dari perubahan-perubahan kecil dari waktu ke waktu , industri konstruksi harus membuat lingkungan kerja selalu memperbaiki proses (metode kerja). Hal ini memerlukan pelatihan karyawan dan pemberdayaan perubahan yang kecil akan secara efektif memperbaiki mutu tenaga kerja.Komponen ketiga yang diperlukan untuk memposisikan efisiensi pengoperasian sebagai sumber keuntungan adalah menghilangkan/ mengurangi waste. Untuk dapat mengurangi biaya dan reaksi untuk berubah maka perusahaan konstruksi harus “ramping” (“lean”). Hal ini mengharuskan sikap umum kearah menghilangkan kelebihan material, personil dan proses. Konstruksi ramping (lean construction) telah membantu mendorong banyak perusahaan konstruksi yang responsive berhasil.Elemen ke empat yang membantu praktek pengoperasian yang baik adalah teknologi. Pengetahuan tentang kemampuan perusahaan, persaingan dan daur hidup bisnis (business cycle) adalah hal yang kritis. Teknologi modern dapat juga digunakan untuk meningkatkan aliran informasi baik didalam maupun diluar perusahaan. Teknologi juga dapat untuk memfasilitasi peningkatan pemilihan proyek, perencanaan, metode kerja dan aliran material. Pendekatan “Lean Construction” mendorong respon perusahaan konstruksi untuk berkompetisi. (Lihat gambar 2.2)Elemen kritis dari sikap, peningkatan proses, pengurangan waste, dan teknologi diperlukan untuk meningkatkan efisiensi operasional sehingga dapat menghasilkan keunggulan kompetitif. Strategi berorientasi pada operasi harus diperluas pada masing-masing perusahaan konstruksi. Proyek diserahkan kepada pemilik melalui jaringan rantai pasok terdiri dari arsitek, engineers, kontraktor, supplier material dan anggota rantai pasok terkait lainnya. Kebanyakan perusahaan adalah mata rantai dari rantai pasok. Kekuatan ranta sekuat mata rantai yang terlemah. Oleh karena itu, perusahaan konstruksi tidak bias menjadi responsive tanpa sub kontraktor atau supplier material yang responsive. Contoh lain, kontraktor utama tidak dapat membuat proyek berkwalitas tinggi tanpa material yang berkwalitas dan sub kontraktor yang well informed, mendorong tanggung jawab mutu kepada sub kontraktor dan supplier materialnya.Gambar 2. SEQ Gambar_2. \* ARABIC 2. Rumah Lean ConstructionManajemen Rantai Pasok dan Pelaksanaan Konstruksi yang KompetitifDiskusi ini menghantar pada kesimpulan bahwa satu perusahaan konstruksi tidak perlu memposisikan dirinya sebagai operations efficiency leader tanpa bantuan perusahaan lain dalam rantai pasok. Elemen ke lima yang diperlukan untuk prngoperasian konstruksi yang kompetitif adalah “supply chain control”. Secara spesifik, rantai pasok terdiri dari semua perusahaan yang menyumbang delivery dari proyek bermutu tinggi atau jasa kepada pemilik proyek.Perusahaan manufaktur mencapai kendali yang ketat terhadap rantai pasoknya dengan “keiretsu”, dimana didefinisikan sebagai business cohort yang mempercayakan pada kerjasama, koordinasi dan pengendalian untuk posisi daya saing business dan norma industri. Sementara kegiatan “keiretsu” digerakkan oleh lingkungan budaya Jepang yang unik, filosofi semacam keiretsu dipindahkan ke Amerika Serikat menghasilkan konsep supply chain management.Supply chain management melibatkan strategi dan proses koordinasi sub kontraktor, supplier material dan informasi didalam rantai pasok (supply chain) untuk menyerahkan proyek dengan memuaskan kepada pemilik proyek.Hasil yang diharapkan adalah saling menguntungkan, kemitraan yang “win- win” dan menciptakan sinergi rantai pasok dimana seluruh mata rantai lebih efektif dari pada jumlah masing-masing bagian secara individual.Idealnya, manajemen supply chain mewakili win-win, tujuan utopis lingkaran keuntungan (lihat gambar 2.3).Gambar 2. SEQ Gambar_2. \* ARABIC 3. Lingkaran Profit Construction Supply Chain ManagementMasing-masing perusahaan pada rantai pasok memperoleh keuntungan dan keberhasilan masing-masing dengan menciptakan nilai customer secara fungsional, proyek bermutu tinggi dan harga yang dapat diterima. Tiap organisasi dalam rantai pasok dapat menurunkan biayanya sendiri dan meningkatkan kinerja proyek melalui manajemen supply chain, sehingga memungkinkan supply chain menyerahlan nilai kepada pemilik proyek. Kepuasan pemilik proyek sebagai reward kepada supply chain dengan tenaga contracting yang loyal, memungkinkan keuntungannya intuk dipindahkan kembali kepada supply chain. Ini akan memutar perbantuan integrasi dan respon supply chain, yang menyebabkan siklus diulang lagi.Kendala Dalam Manajemen Rantai PasokManajemen Rantai Pasok menawarkan janji untuk industri konstruksi. Tantangan intensif pada pelaksanaan, sering menghalangi eksploitasi yang efektif dari keuntungan supply chain management dan terbukti merusak tiap keuntungan efisiensi operasional yang telah direncanakan. Lihat table 2.1Tabel 2. SEQ Tabel_2. \* ARABIC 1. Barriers to Supply Chain ManagementSatu rintangan (barrier) individualistic dan merugikan dari industri mempersulit untuk membuat hubungan kooperatif dengan entitas konstruksi terkait. Kemitraan Rantai PasokHal yang kritis dalam implementasi teknik CSCM adala kemitraan (partnership) atau sering dikatakan strategi perserikatan. Strategi kemitraan rantai pasok adalah hubungan yang dibentuk antara dua entitas independen dalam saluran pasokan untuk mencapai tujuan dan keuntungan yang spesifik. Kemitraan tersebut membentuk block dari CSCM. Aliran informasi level tinggi dan koordinasi error-free planning and scheduling yang diperlukan oleh CSCM membutuhkan kontraktor utama untuk membangun ikatan yang lebih kuat dengan sedikit sub kontraktor dan supplier yang strategis. Sekali digerakkan dengan persaingan secara tradisional, hubungan antara supplier untuk banyak perusahaan konstruksi yang matang dengan hubungan yang merusak menjadi satu kemitraan dalam suatu kemitraan supply chain konstruksi.Dalam pasangan win-win pada kemitraan konstruksi, kontraktor utama dan (sub kontraktor dan material) strategis supplier berbagi sasaran juga dengan risiko yang melekat melalui perencanaan dan pengendalian bersama, mencari untuk membuat supply chain yang efektif dengan meningkatkan aliran informasi dan meningkatkan loyalitas pemilik proyek. Seperti sasaran total dari CSCM, koordinasi tersebut memberikan pelayanan yang meningkat, inovasi teknologi dan sesain proyek dengan biaya yang lebih kecil.Secara ideal hasil akhir untum semua anggota construction supply chain adalah mengurangi ketidak pastian (uncertainty), mencapai pengendalian biaya yang lebih baik, waktu kegiatan, material, peralatan, mutu nproyek dan mencapai kepuasan pemilik proyek.Rantai Pasok Konstruksi Tradisional (Traditional Construction Supply Chain)Perusahaan harus mengambil langkah yang tegas untuk memecahkan hambatan antar perusahaan ke masing-masing melicinkan ketidak pastian dan meningkatkan pengendalian kegiatan supply chain (lihat gambar 2.4.) Evolusi integrasi fungsional antar perusahaan telah terjadi pada kebanyakan perusahaan konstruksi yang progresif beberapa dekade terakhir, dan kini mendorongnya kearah integrasi external dengan sub kontraktor, supplier material dan pemilik proyek.Gambar 2. SEQ Gambar_2. \* ARABIC 4. Evolusi dari tradisional ke integrated construction supply chain managementPada dekade terakhir perusahaan-perusahaan Amerika dalam supply chain mulai sadar akan keuntungan-keuntungan yang dapat dinikmati dari sharing teknologi, informasi dan perencanaan dengan perusahaan lain bahkan dengan perusahaan pesaing (competitors).Banyak pemikir business modern akan mengklaim bahwa keterbukaan dan sikap saling berhubungan tidak hanya menguntungkan, tetapi sesungguhnya juga penting sekali dan tak dapat dihindari dalam memelihara keunggulan kompetitif. Pemikiran relationalisme antara perusahaan menjauhkan konsep transaksi diskrit (dicrete transaction), memecahkan hambatan (barriers) tradisional antar perusahaan. Lihat table 2.2. Tabel 2. SEQ Tabel_2. \* ARABIC 2. Discrete versus Relational Business StrategiesKesatuan perusahaan untuk berbagi informasi dan perencanaan akan mengurangi ketidak pastian (uncertainty) dan juga meningkatkan pengendalian.Pada akhirnya mitra supply chain akan memperoleh keuntungan dari usaha bersama (joint effort)Kemajuan konstruksi modern seperti Lean Management Method (Metode Manajemen Ramping) memerlukan pengendalian yang lebih ketat oleh kemitraan rantai pasok konstruksi (construction supply chain partnership)Aliansi strategis pasokan konstruksi melangkah lebih jauh dengan hal ini dengan hubungan dengan level yang lebih dalam dimana mitra membuat hubungan interdependen yang intensif dari mana masing-masing mendapatkan keuntungan bersama. Kemitraan supply konstruksi strategis menekankan asosiasi jangka panjang langsung, mendorong perencanaan bersama dan usaha pemecahan masalah (problem solving). Lihat tabel 2.3 Tabel 2. SEQ Tabel_2. \* ARABIC 3. Keuntungan potensial untuk kemitraan supplierKeuntungan Kemitraan Rantai PasokKontraktor utama, supplier dan sub kontraktor dapat memperoleh hasil peningkatan mutu, dan mungkin biaya transaksi dapat dikurangi melalui skala ekonomi, turunnya biaya administratip dan switching, proses integrasi dan koordinasi.Selanjutnya strategi kemitraan supply chain akan meningkatkan kondisi stabilitas pasar dan keuntungan strategi kemitraan (lihat tabel 2.4)Tabel 2. SEQ Tabel_2. \* ARABIC 4. Traditional versus Partnership Supply StrategiesRisiko Kemitraan Rantai PasokDengan beberapa keuntungan (benefit), kemitraan rantai pasok konstruksi tetap meninggalkan risiko yang melekat, dimana berpotensi untuk dapat merusak para pesertanya. Pertama dan terpenting kepercayaan yang tinggi pada salah satu partner dapat runtuh bila partner tidak memenuhi harapan.Seluruh proses implementasi kemitraan menentukan elemen kritis terhadap keberhasilan kemitraan dan beberapa faktor yang menyumbangkan keberhasilan kemitraan (lihat table 2.5)Tabel 2. SEQ Tabel_2. \* ARABIC 5. Langkah penerapan kemitraan suplierDalam praktek, mengatasi hambatan sosial dan sikap serta praktik manajerial terbukti sangat sulit.Faktor sikap yang terpenting menyangkut kerjasama, kepercayaan (trust) dan niat baik (goodwill), kemampuan untuk flexible dan mengatasi konflik.Kerja Sama Operasi Rantai PasokKerjasama operasi adalah jenis khusus kemitraan construction supply chain. Secara spesifik kerja sama operasi adalah bentuk formal dari kemitraan supply chain yang dibentuk untuk mengerjakan proyek tunggal.Pendekatan kerja sama operasi mungkin sesuai untuk kondisi:Banyak ragam ketrampilan (skill)Interdependensi diantara para partnerMasing-masing entitas bekerja menuju tujuan yang sama Inovasi dan sinergiBerbagi akuntabilitas diantara entitasLatihanSebutkan potensi kesalahan dan masalah risiko sumberdaya konstruksi yang melibatkan semua entitas dalam supply chain!Jelaskan praktek yang baik untuk meramalkan keuntungan CSCM!Jelaskan yang dimaksud dengan strategi kemitraan rantai pasok!RangkumanManajemen Rantai Pasok (MRP) atau Supply Chain Management (SCM) telah terbukti efektif diterapkan pada Industri Manufaktur, tetapi kurang efektif diterapkan pada Industri Konstruksi yang ditandai dengan tingginya angka waste. Hal ini disebabkan hubungan antara risiko dan reward pada industri konstruksi lain dengan yang ada di industri manufaktur. Kurva expected risk reward pada industri manufaktur berkorelasi positip artinya setiap unit risiko diikuti oleh reward, sebaliknya kurva risk-reward pada industri konstruksi berkorelasi negatif.Manajemen Rantai Pasok Konstruksi (MRPK) atau Construction Supply Chain Management (CSCM) didefinisikan sebagai strategi manajemen aliran informasi, aktifitas, tugas dan proses yang melibatkan organisasi independen dan kaitannya (hulu dan hilir) yang menciptakan nilai yang diserahkan kepada owner/ pemilik dalam bentuk proyek jadi.Manajemen Rantai Pasok (MRP) atau Supply Chain Management (SCM) telah terbukti efektif diterapkan pada Industri Manufaktur, tetapi kurang efektif diterapkan pada Industri Konstruksi yang ditandai dengan tingginya angka waste. Hal ini disebabkan hubungan antara risiko dan reward pada industri konstruksi lain dengan yang ada di industri manufaktur. Kurva expected risk reward pada industri manufaktur berkorelasi positip artinya setiap unit risiko diikuti oleh reward, sebaliknya kurva risk-reward pada industri konstruksi berkorelasi negatif.Ada beberapa praktek yang baik untuk meramalkan keuntungan CSCM, yaitu:Pertama industri konstruksi harus mengembangkan sikap tulus ke arah dedikasi yang kuat pada efisiensi operasinal. Kepercayaan dan komitmen kearah pengembangan efisiensi operasional sebagai penggerak profit memerlukan dukungan organisasi tingkat tinggi yang harus dikomunikasikan seluruh perusahaan.Kedua adalah kebutuhan untuk elemen operasional dalam melakukan perbaikan berkelanjutan/ terus menerus. Ketiga yang diperlukan untuk memposisikan efisiensi pengoperasian sebagai sumber keuntungan adalah menghilangkan/ mengurangi waste. Keempat yang membantu praktek pengoperasian yang baik adalah teknologi. Adapun kendala dalam Manajemen Rantai Pasok yaitu tantangan intensif pada pelaksanaan, sering menghalangi eksploitasi yang efektif dari keuntungan supply chain management dan terbukti merusak tiap keuntungan efisiensi operasional yang telah direncanakan. Satu rintangan (barrier) individualistic dan merugikan dari industri mempersulit untuk membuat hubungan kooperatif dengan entitas konstruksi terkait. Hal yang kritis dalam implementasi teknik CSCM adalah kemitraan (partnership) atau sering dikatakan strategi perserikatan. Strategi kemitraan rantai pasok adalah hubungan yang dibentuk antara dua entitas independen dalam saluran pasokan untuk mencapai tujuan dan keuntungan yang spesifik. Kemitraan tersebut membentuk block dari CSCM. Aliran informasi level tinggi dan koordinasi error-free planning and scheduling yang diperlukan oleh CSCM membutuhkan kontraktor utama untuk membangun ikatan yang lebih kuat dengan sedikit sub kontraktor dan supplier yang strategis. Sekali digerakkan dengan persaingan secara tradisional, hubungan antara supplier untuk banyak perusahaan konstruksi yang matang dengan hubungan yang merusak menjadi satu kemitraan dalam suatu kemitraan supply chain konstruksi.EvaluasiJawablah pertanyaan dibawah ini, dengan cara memilih jawaban yang paling benar!Pada garis besarnya proyek konstruksi yang banyak dikerjakan dapat digolongkan sebagai berikut, kecuali:Sektor Pariwisata Sektor Swasta PerumahanSektor Swasta Komersial Sektor Publik dan Swasta berat/ horisontalBerikut adalah metode pricing yang banyak dipakai kontraktor atau sub kontraktor pada industri konstruksi, kecuali:Fixed Price (lump sum) Harga satuan (Unit price) down streamNegosiasi, cost plus fee CSCM secara sistimatis dapat mengurangi sumber ketidak pastian melalui kerjasama yang aktif dari semua entitas dalam supply chain pada 4 area, kecuali:Desain pra-konstruksi dan pemilihan kontraktorManajemen informasi dan manajemen risiko PembangunanMasa siklus hidup (life cycle)BAB IIITAHAPAN PROYEK KONSTRUKSIIndikator Hasil Belajar:Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu mengetahui tahapan proyek konstruksi.Indikator Hasil Belajar:Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu mengetahui tahapan proyek konstruksi.Proyek KonstruksiPengertian Proyek KonstruksiDalam membahas Rantai Pasok Konstruksi perlu diadakan pengertian yang jelas terhadap proyek konstruksi, karena keberhasilan penerapan rantai pasok di sektor manufaktur yang beraktifitas dalam tataran operasional tentu tidak serta merta akan berhasil diterapkan pada sektor konstruksi yang beraktifitas dalam tataran proyek.Sejak dahulu telah dikenal adanya proyek. Wujud dan skalanya dapat beraneka ragam, mulai dari rumah hunian sederhana sampai dengan candi-candi raksasa. Semakin maju peradaban manusia semakin besar dan kompleks proyek yang dikerjakan dengan melibatkan penggunaan bahan-bahan, tenaga kerja, dan teknologi yang makin terampil dan canggih. Akan tetapi, mengapa kegiatan tersebut disebut proyek? Bagaimana halnya dengan kegiatan petani di ladang atau nelayan di laut yang terus menerus dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya? Jawaban atas pertanyaan tersebut akan menjadi topik pembahasan bagian awal buku ini, yakni batasan dan penjelasan kegiatan yang berbentuk proyek. Pembahasan dimulai dengan merumuskan definisi dan membedakan dengan kegiatan operasional rutin, menyinggung kriteria besar kecil dan kompleksitas suatu proyek. Pembahasan kemudian dilanjutkan dengan menganalisis dinamika yang melekat pada kegiatan tersebut.Perilaku Kegiatan ProyekKegiatan Proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas. Lingkup (scope) tugas tersebut dapat berupa pembangunan pabrik, pembuatan produk baru atau pelaksanaan penelitian dan pengembangan. Dari pengertian diatas maka ciri pokok proyek adalah sebagai berikut:Bertujuan menghasilkan lingkup (deliverable) tertentu berupa produk akhir atau hasil kerja akhir.Dalam proses mewujudkan lingkup diatas ditentukan jumlah biaya, jadwal, serta kriteria mutu.Bersifat sementara dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan titik akhir ditentukan dengan jelas.Non rutin tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.Di samping proyek, dikenal pula program yang mempunyai sifat sama dengan proyek. Perbedaannya terletak pada kurun waktu pelaksanaan dan besarnya sumber daya yang diperlukan. Program memiliki skala yang lebih besar dari pada proyek. Dengan kata lain, suatu program merupakan kumpulan dari bermacam-macam proyek.Sasaran Proyek dan Tiga Kendala (Triple Constraint)Selain berbentuk bangunan di atas telah disebutkan bahwa tiap proyek memiliki tujuan khusus, misalnya membangun rumah tinggal, jembatan, atau instalasi pabrik. Dapat pula berupa produk hasil kerja penelitian dan pengembangan. Di dalam proses mencapai tujuan tersebut, ada batasan yang harus dipenuhi yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal, serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Ketiga batasan di atas disebut tiga kendala (triple constraint). Perhatikan Gambar 3.1.Gambar 3. SEQ Gambar_3. \* ARABIC 1. Tiga KendalaBiaya (Anggaran) Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran. Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar dan jadwal pengerjaan bertahun-tahun, anggarannya tidak hanya ditentukan secara (total proyek, tetapi dipecah atas komponen- komponennya atau per periode tertentu (misalnya, per kuartal) yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian, penyelesaian bagian-bagian proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran per periode.Waktu (Jadwal) Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang ditentukan.Mutu Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan. Sebagai contoh, bila hasil kegiatan proyek tersebut berupa instalasi pabrik, maka kriteria yang harus dipenuhi adalah pabrik harus mampu beroperasi secara memuaskan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Jadi, memenuhi persyaratan mutu berarti mampu memenuhi tugas yang dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for the intended use.Ketiga batasan tersebut bersifat tarik-menarik. Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu atau jadwal. Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi. Pada perkembangan selanjutnya ditambahkan parameter lingkup sehingga parameter di atas menjadi lingkup, biaya, jadwal dan mutu.Kegiatan Proyek versus Kegiatan OperasionalBanyak sekali perbedaan antara kegiatan proyek dengan kegiatan operasional. Perbedaan yang bersifat mendasar adalah kegiatan operasi didasarkan pada konsep mendayagunakan sistem yang telah ada, apakah berbentuk dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for the intended use.Tabel 3. SEQ Tabel_3. \* ARABIC 1. Perbandingan kegiatan proyek versus operasionalKegiatan ProyekKegiatan OperasionalBercorak dinamis, non rutin Berulang-ulang rutinSiklus proyek relatif pendek Berlangsung dalam jangka panjangIntensitas kegiatan di dalam periode siklusIntensitas kegiatan relatif samaKegiatan harus diselesaikan berdasarkan anggaran dan jadwal yang telah ditentukanBatasan anggaran dan jadwal tidak setajam proyekTerdiri dari bermacam-macam kegiatan yang memerlukan berbagai disiplin ilmuMacam kegiatan tidak terlalu banyakKeperluan sumber daya berubah, baik macam maupun volumenyaMacam dan volume keperluan sumber daya relatif konstanUkuran ProyekSampai pada saat ini belum ada kriteria yang telah dibakukan untuk dapat mengatakan besar kecilnya suatu proyek secara kuantitatif. Salah satu sebab adalah banyaknya ragam proyek sehingga besamya ukuran proyek yang satu (misalnya, rumah tinggal), belum tentu sama dengan ukuran proyek yang lain (misalnya, bendungan serbaguna). Dalam rangka meletakkan bahasa yang sama,Kompleksitas ProyekKompleksitas proyek tergantung dari hal-hal sebagai berikut:Jumlah macam kegiatan di dalam proyekMacam dan jumlah hubungan antar kelompok (organisasi) di dalam proyek dengan pihak luarKompleksitas tidak tergantung dari besar kecilnya ukuran suatu proyek. Proyek kecil dapat saja bersifat lebih kompleks daripada proyek besar.Macam ProyekDilihat dari komponen kegiatan utamanya macam proyek dapat dikelompokkan sebagai berikut:Proyek Engineering-KonstruksiKomponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan, dan konstruksi. Contoh Proyek-macam ini adalah pembangunan gedung, jembatan, pelabuhan, jalan raya, fasilitas industri. Proyek Engineering–ManufakturProyek ini dimaksudkan untuk menghasilkan produk baru. Jadi, produk tersebut adalah hasil usaha kegiatan proyek. Dengan kata lain, proyek manufaktur merupakan proses untuk menghasilkan produk baru. Kegiatan utamanya meliputi desain-engineering, pengembangan produk (product development), pengadaan, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan. Contoh untuk ini adalah pembuatan ketel uap, generator listrik, mesin pabrik, kendaraan. Bila kegiatan manufaktur dilakukan berulang-ulang, rutin, dan menghasilkan produk yang sama dengan terdahulu, maka kegiatan ini tidak lagi diklasifikasikan sebagai proyek.Proyek Penelitian dan PengembanganProyek penelitian dan pengembangan (research and development) bertujuan melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan suatu produk tertentu. Dalam mengejar hasil akhir, proyek ini seringkali menempuh proses yang berubah-ubah, subbstansial maka perlu diberikan batasan yang ketat perihal masalah tersebut.Proyek Pelayanan ManajemenBanyak perusahaan memerlukan proyek semacam ini. Di antaranya:Merancang sistem informasi manajemen, meliputi perangkat lunak ataupun perangkat keras.Merancang program efisiensi dan penghematan.Melakukan diversifikasi, penggabungan dan pengambilalihan. Proyek tersebut tidak membuahkan hasil dalam bentuk fisik, tetapi laporan akhirProyek KapitalBerbagai badan usaha atau pemerintah memiliki kriteria tertentu untuk proyek kapital. Hal ini berkaitan dengan penggunaan dana kapital (istilah akuntansi) untuk investasi. Proyek kapital umumnya meliputi pembebasan tanah, penyiapan lahan, pembelian material dan peralatan (mesin-mesin), manufaktur (pabrikasi) dan konstruksi pembangun fasilitas produksi.Daur Hidup Proyek KonstruksiSeperti disebutkan sebelumnya bahwa proyek berbeda-beda dalam hal kompleksitas, ukuran, dan sumber daya yang diperlukan. Meskipun demikian setiap proyek memiliki pola tertentu yang merupakan ciri pokok yang melekat dan membedakannya dari kegiatan operasional rutin.Semakin besar dan kompleks suatu proyek, ciri tersebut semakin terlihat. Ciri pokok ini dikenal sebagai dinamika dalam kegiatan sepanjang daur hidup proyek (project life cycle). Dalam siklus proyek, kegiatan-kegiatan berlangsung mulai dari titik awal, kemudian jenis dan intensitasnya meningkat sampai ke puncak (peak), turun, dan berakhir. Kegiatan?kegiatan tersebut memerlukan sumber daya yang berupa jam-orang (man-hour), dana, material atau peralatanBila dibuat grafik dengan sumber daya pada sumbu vertikal dan waktu pada sumbu hori ontal, maka akan terlihat siklus proyek sebagai garis lengkung dengan titik-titik awal, puncak, dan akhir.Di samping turun naiknya intensitas kegiatan, terjadi pula perubahan dalam aspek lain, seperti kualifikasi tenaga yang diperlukan. Misalnya, pada awal proyek diperlukan ahli-ahli perencanaan dan engineering, sedangkan menjelang akhir proyek diperlukan lebih banyak tenaga inspektor di lapangan. Berbeda dari kegiatan operasional rutin yang relatif stabil, kegiatan proyek bersifat dinamis, terus berubah-ubah. Untuk mencapai penggunaan sumber daya yang efisien, perlu diusahakan agar tidak terjadi gejolak-gejolak (luktuasi) yang tajam. Dengan demikian, seluruh kegiatan dalam siklus proyek merupakan rangkaian yang berkesinambungan menuju sasaran yang telah ditentukanPerkembangan dalam Siklus ProyekSuatu sistem yang dinamis, seperti halnya proyek, memiliki tahap-tahap perkembangan. Pada masing-masing tahap terdapat kegiatan yang dominan dengan tujuan yang khusus atau spesifik. Sampai saat ini belum ada keseragaman pembagian tahap dalam siklus proyek, baik jumJah maupun terminologi yang dipakai. Ha! ini antara lain ka rena banyaknya macam, ukuran, dan kompleksitas proyek, serta Iatar belakang tujuan pembagian itu sendiri.Pembagian Menurut UNIDOSalah satu sistematika penahapan yang luas pemakaiannya adalah yang disusun oleh United Nation Industrial Development Organization (UNIDO). UNIDO membagi siklus proyek menjadi 2 tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap implementasi. Kegiatan pada kedua tahap itu diperinci menjadi sebagai berikut:Tahap Persiapanldentifikasi gagasan atau analisis pendahuluan.Pengembangan ide menjadi konsep-konsep alternatifFormulasi lingkup proyek. Evaluasi lanjutan dan keputusan untuk investasiTahap ImplementasiPenyiapan desain-engineering terinci, jadwal induk, dan anggaran.Pengadaan kontrak dan pernbelian.Pengeijaan pabrikasi, konstruksi, uji coba, dan start- upSetelah proyek selesai kemudian dilanjutkan dengan operasi rutin dari instalasi yang baru selesai dibangunPembagian Menurut MRDCMobil Research and Development Corporation (MRDC), suatu anak perusahaan Mobil Oil-Princeton USA yang bergerak dalam konsultansi bidang penelitian dan pengembangan termasuk pengelolaan proyek, menyusun sistematika siklus proyek menjadi tiga tahap. Ketiga tahap tersebut terdiri atas Frontend, Tahap 1 dan Tahap 2, dengan perincian sebagai berikut:Front EndTahap ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:Mengidentifikasi lingkup gagasan (ide) yang timbul;Memikirkan alternatif-alternatif yang mungkin;Memilih altematif dan merumuskannya menjadi lingkup keija pendahuluan;Membuat perkiraan biaya dan jadwal pendahuluan;Menyiapkan angka anggaran biaya tahap berikutnya.Tahap 1Terdiri dari kegiatan-kegiatan: Memperjelas definisi lingkup kerja;Menyusun anggaran proyek dan jadwal induk;Menyiapkan dokurnen tender, rancangan kontrak, dan memilih calon pelaksana (kontraktor) untuk pekerjaan Tahap 2.Tahap 2Kegiatan utamanya terdiri dari:Membuat desain-engineering terinci;Melakukan pembelian atau kontrak material dan jasa;Manufaktur (pabrikasi) peralatan dan konstruksi; Melakukan inspeksi, uji coba, dan startup. Bila tahap-tahap di atas telah diselesaikan maka proyek telah dianggap selesai dan diserahkan kepada pemilik untuk dioperasikanPembagian Menurutt PMI (Project Management Institute)Salah satu sistematika penahapan yang disusun oleh PMI (Project Management Institute), yaitu suatu institusi yang mengembangkan manajemen proyek dan telah dikenal dan diakui secara luas terutama oleh mereka yang terkait dengan masalah proyek, terdiri dari tahap-tahap konseptual, perencanaan & pengembangan (PP/ Definisi), implementasi, dan terminasi.Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa pembagian siklus proyek menjadi beberapa tahap pada umumnya didasarkan atas jenis kegiatan utama (dominan) yang berlangsung di dalam tahap yang bersangkutan. Kegiatan utama ini tidak harus berhenti pada tahap yang bersangkutan, tetapi masih berkelanjutan di tahap berikutnya. Jadi, ada jenis kegiatan yang sama dengan tahap terdahulu tetapi intensitasnya sudah jauh berbeda.Dari sudut pengelolaan proyek, manfaat yang diperoleh dari adanya pembagian siklus proyek menjadi tahap-tahap ini adalah memudahkan untuk mengidentifikasi dan mengikuti perubahan kegiatan, dan selanjutnya menyiapkan sumber daya dan usaha yang diperlukan untuk menanganinyaPenahapan Kegiatan Proyek dan Siklus SistemBila diperhatikan dengan sungguhsungguh, maka sistematika pembagian tahap dan urutan kegiatan pada siklus proyek yang diperlihatkan oleh contoh-contoh di atas dan oleh berbagai kepustakaan, temyata sejalan dengan siklus sistem. Hal ini dikarenakan penyusunannya menggunakan pendekatan sistem dan menganggap siklus proyek adalah bagian dari siklus sistem, yaitu bagian yang berurusan dengan proses mewujudkan gagasan menjadi bentuk fisik (bringing system into being) . Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya siklus proyek terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap yang diklasifikasikan oleh UNIDO sebagai tahap persiapan, diperinci lebih lanjut oleh PMI menjadi tahap konseptual dan definisi. Tahap ini sering pula disebut tahap perencanaan dan pengembangan (PP) karena pada tahap tersebut kegiatan itulah yang dominan. Tahap akhir proyek dikenal sebagai tahap terminasi. Secara lengkap, penahapan menurut PMI adalah sebagai berikut: Tahap konseptual.Tahap perencanaan dan pengembangan (planning and development) atau disingkat PP/ Definisi.Tahap implementasi.Tahap terminasiTahap KonseptualPeriode ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu penyusunan dan perumusan agasan, analisis pendahuluan dan pengkajian kelayakan.Salah satu kegiatan utama yang bersifat menyeluruh ("comprehensive"), dalam tahap ini yang mencoba menyoroti segala aspek mengenai layak tidaknya suatu gagasan untuk direalisasikan, disebut studi kelayakan. Dibandingkan dengan pengkajian yang dilakukan sebelumnya, studi kelayakan mempunyai lmgkup dan aspek pengkajian yang lebih luas, mendorong potensi yang positif dan menaruh perhatian khusus terhadap kendala dan keterbatasannya.Deliverable Akhir Tahap Konseptual Deliverable akhir tahap konseptual adalah paket atau dokumen hasil studi kelayakan. Dokumen tersebut umumnya berisi analisis berbagai aspek kelayakan seperti pemasaran, permintaan, teknik, produksi, manajemen dan organisasi. Dokumen tersebut juga berisi perkiraan garis besar biaya dan jadwal proyek.Tahap Perencanaan dan Pengembangan (Planning and Development) atau Disingkat PP/ DefinisiTelah disebutkan sebelumnya bahwa pada masa permulaan siklus proyek, kegiatan ditujukan untuk mengi dentifikasi dan merumuskan gagasan, mengembangkannya menjadi altematif, lengkap dengan indikasi lingkungan kerja, jadwal dan biaya. Meskipun demikian, semua itu masih dalam taraf konseptual, dalam arti pengkajian sudah melebar dan meluas mencakup aspek yang mempunyai kaitan erat antara gagasan dan peluang yang tersedia, tetapi belum cukup mendalam untuk dapat dipakai sebagai dasar mengambil keputusan akhir jadi tidaknya proyek. Oleh karena itu, perlu diadakan pengkajian yang lebih mendalam agar dapat ditarik kesimpulan yang mantap. Sejalan dengan usaha tersebut, mulailah dirintis rencana kesiapan perangkat dan pelaksanaan proyek ataupun strategi penyelenggaraan. Dengan demikian, kegiatan utama dalam tahap PP/ Definisi adalah sebagai berikut:Melanjutkan evaluasi hasil kegiatan tahap konseptual, dalam arti lebih mendalam dan terinci, sehingga kesimpulannya cukup mantap untuk dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan perihal kelangsungan investasi atau proyek.Menyiapkan perangkat, seperti data, kriteria dan spesifikasi teknik, engineering dan komersial yang selanjutnya dipakai untuk membuat RFP, dokumen dan kontrak.Menyusun perencanaan dan membuat keputusan strategis yang berkaitan dengan garis penyelenggaraan proyek, seperti macam kontrak yang akan dipakai, bobot sasaran pokok, filosofi desain, komposisi pendanaan.Memilih peserta proyek yang terdiri dari tim proyek pemilik, kontraktor, konsultan, arsitek, dan lain-lain.Ditinjau dari segi penyelenggaraan proyek secara keseluruhan dengan empat sasaran utama, yaitu lingkup, jadwal, biaya dan mutu, rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam tahap PP/ Definisi ini (dalam hubungannya dengan persiapan memasuki tahap berikutnya) adalah usaha untuk menetapkan dan menjelaskan kedudukan keempat sasaran tersebut. Artinya, dalam tahap PP/ Definisi ditetapkan letak batas dan kriterianya. Dengan kata lain, tahap ini menentukan batasan berbagai parameter yang menyangkut sasaran, strategi untuk mencapainya dan sumber daya yang diperlukan. Dengan demikian, diharapkan tidak terjadi kekaburan interpretasi sebelum proyek sampai ke tahap implementasi fisik. Akhir tahap definisi ditandai oleh kegiatan menyiapkan segala kelengkapan dokumen (kontrak, prosedur) yang berisi penjabaran rencana tindakan (action plan) yang mengikat organisasi peserta proyek (pemilik, kontraktor, konsultan) untuk melakukan tugas dan kewajibannya masing-masing dalam rangka mencapai sasaran proyek Deliverable tahap ini adalah sebagai berikut:Dokumen berisi hasil analisis lanjutan kelayakan proyek.Dokumen berisi rencana strategis dan operasional proyekDokumen berisi definisi lingkup, anggaran biaya (ABP), jadwal induk dan garis besar kriteria mutu proyek.RFP atau paket lelang.Dokumen hasil evaluasi proposal dari para peserta lelang.Kegiatan menyiapkan "deliverable" pada penyelenggaraan proyek E-MK dengan jenis kontrak lump sum dilakukan oleh pihak pemilik proyek. Namun demikian, kegiatan tersebut sering pula dilakukan dengan menggunakan bantuan konsultan.Tahap ImplementasiKomponen kegiatan utama pada tahap ini berbeda dari proyek ke proyek. Tetapi untuk proyek E-MK umumnya terdiri dari kegiatan desain- engineering terinci fasilitas yang hendak dibangun, desain-engineering produk, pengadaan material dan peralatan, manufaktur atau pabrikasi dan instalasi atau konstruksi.Kegiatan desain-engineering terinci merupakan tindak lanjut jenis pekerjaan yang sama yang telah dirintis di tahap PP/ Definisi. Tahap implementasi terdiri dari kegiatan sebagai berikut:Mengkaji lingkup kerja proyek, kemudian membuat program implementasi dan mengkomunikasikan kepada peserta dan penanggung jawab proyek.Melakukan pekerjaan desain-engineering terinci, pengadaan material dan peralatan, pabrikasi, instalasi atau konstruksi. Melakukan perencanaan dan pengendalian aspek biaya, jadwal dan mutu. Kegiatan lain yang tidak kalah pentingnya ialah memobilisasi tenaga kerja, melatih dan melakukan supervise.Tahap TerminasiKegiatan utama pada tahap terminasi adalah sebagai berikut:Mempersiapkan instalasi atau produk beroperasi, seperti uji coba start- up, dan performance test.Penyelesaian administrasi dan keuangan proyek seperti asuransi dan klaim.Seleksi dan kompilasi dokumen proyek untuk diserahkan kepada pemilik atau kepada induk perusahaan.Melaksanakan demobilisasi dan reassignment pers onil.Bila langkah di atas telah selesai maka disusun laporan penutupan proyekDeliverable tahap ini berupa:Instalasi atau produk yang siap pakai atau siap beroperasi. Ini ditandai dengan diterbitkannya sertifikat "operational acceptance" oleh pemilik proyek untuk pelaksana atau kontraktor.Dokumen pernyataan penyelesaian masalah asuransi, klaim dan jaminan (warranty).Tahap Operasi atau UtilisasiTahap operasi atau utilisasi atau aplikasi hasil proyek tidak termasuk dalam siklus proyek, tetapi sudah merupakan kegiatan operasional. Kita mencantumkannya di sini hanya untuk memperjelas batas kegiatan yang bersangkutan; di mana kegiatan proyek berhenti dan organisasi operasi mulai bertanggung jawab atas operasi dan pemeliharaan instalasi atau produk hasil proyekGambar 3. SEQ Gambar_3. \* ARABIC 2. Daur Hidup Proyek KonstruksiLatihanJelaskan pengertian Kegiatan Proyek!Jelaskan sistematika penahapan yang disusun oleh United Nation Industrial Development Organization (UNIDO)!Sebutkan Kegiatan utama pada tahap terminasi!RangkumanKegiatan Proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas. Lingkup (scope) tugas tersebut dapat berupa pembangunan pabrik, pembuatan produk baru atau pelaksanaan penelitian dan pengembangan. Dari pengertian diatas maka ciri pokok proyek adalah sebagai berikut:Bertujuan menghasilkan lingkup (deliverable) tertentu berupa produk akhir atau hasil kerja akhir.Dalam proses mewujudkan lingkup diatas ditentukan jumlah biaya, jadwal, serta kriteria mutu.Bersifat sementara dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan titik akhir ditentukan dengan jelas.Non rutin tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.Di samping proyek, dikenal pula program yang mempunyai sifat sama dengan proyek. Perbedaannya terletak pada kurun waktu pelaksanaan dan besarnya sumber daya yang diperlukan. Program memiliki skala yang lebih besar dari pada proyek. Dengan kata lain, suatu program merupakan kumpulan dari bermacam-macam proyek.Sasaran Proyek dan Tiga Kendala (Triple Constraint)Setiap proyek memiliki tujuan khusus. Di dalam proses mencapai tujuan tersebut, ada batasan yang harus dipenuhi yaitu:Biaya (Anggaran) Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran. Waktu (Jadwal) Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan. Mutu Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan. Ketiga batasan tersebut bersifat tarik-menarik. Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu atau jadwal. Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi. Pada perkembangan selanjutnya ditambahkan parameter lingkup sehingga parameter di atas menjadi lingkup, biaya, jadwal dan mutu.Kegiatan Proyek versus Kegiatan OperasionalBanyak sekali perbedaan antara kegiatan proyek dengan kegiatan operasional. Perbedaan yang bersifat mendasar adalah kegiatan operasi didasarkan pada konsep mendayagunakan sistem yang telah ada, apakah berbentuk dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for the intended use.Untuk ukuran proyek sampai pada saat ini belum ada kriteria yang telah dibakukan untuk dapat mengatakan besar kecilnya suatu proyek secara kuantitatif. Salah satu sebab adalah banyaknya ragam proyek sehingga besamya ukuran proyek yang satu (misalnya, rumah tinggal), belum tentu sama dengan ukuran proyek yang lain (misalnya, bendungan serbaguna). Dalam rangka meletakkan bahasa yang sama,Kompleksitas proyek tergantung dari hal-hal sebagai berikut:Jumlah macam kegiatan di dalam proyekMacam dan jumlah hubungan antar kelompok (organisasi) di dalam proyek dengan pihak luarKompleksitas tidak tergantung dari besar kecilnya ukuran suatu proyek. Proyek kecil dapat saja bersifat lebih kompleks daripada proyek besar.Dilihat dari komponen kegiatan utamanya macam proyek dapat dikelompokkan sebagai berikut:Proyek Engineering-KonstruksiKomponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan, dan konstruksi. Contoh Proyek-macam ini adalah pembangunan gedung, jembatan, pelabuhan, jalan raya, fasilitas industri. Proyek Engineering–ManufakturProyek ini dimaksudkan untuk menghasilkan produk baru. Jadi, produk tersebut adalah hasil usaha kegiatan proyek. Dengan kata lain, proyek manufaktur merupakan proses untuk menghasilkan produk baru. Kegiatan utamanya meliputi desain-engineering, pengembangan produk (product development), pengadaan, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan. Proyek Penelitian dan PengembanganProyek penelitian dan pengembangan (research and development) bertujuan melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan suatu produk tertentu. Dalam mengejar hasil akhir, proyek ini seringkali menempuh proses yang berubah-ubah, subbstansial maka perlu diberikan batasan yang ketat perihal masalah tersebut.Proyek Pelayanan ManajemenBanyak perusahaan memerlukan proyek semacam ini. Di antaranya:Merancang sistem informasi manajemen, meliputi perangkat lunak ataupun perangkat keras.Merancang program efisiensi dan penghematan.Melakukan diversifikasi, penggabungan dan pengambilalihan.Proyek tersebut tidak membuahkan hasil dalam bentuk fisik, tetapi laporan akhirProyek KapitalBerbagai badan usaha atau pemerintah memiliki kriteria tertentu untuk proyek kapital. Hal ini berkaitan dengan penggunaan dana kapital (istilah akuntansi) untuk investasi. Proyek kapital umumnya meliputi pembebasan tanah, penyiapan lahan, pembelian material dan peralatan (mesin-mesin), manufaktur (pabrikasi) dan konstruksi pembangun fasilitas produksi.Perkembangan dalam Siklus Proyek merupakan suatu sistem yang dinamis, seperti halnya proyek, memiliki tahap-tahap perkembangan. Namun sampai saat ini belum ada keseragaman pembagian tahap dalam siklus proyek, baik jumlah maupun terminologi yang dipakai, antara lain:Pembagian Menurut UNIDOSalah satu sistematika penahapan yang luas pemakaiannya adalah yang disusun oleh United Nation Industrial Development Organization (UNIDO). UNIDO membagi siklus proyek menjadi 2 tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap implementasi. Kegiatan pada kedua tahap itu diperinci menjadi sebagai berikut:Tahap Persiapanldentifikasi gagasan atau analisis pendahuluan.Pengembangan ide menjadi konsep-konsep alternatifFormulasi lingkup proyek. Evaluasi lanjutan dan keputusan untuk investasiTahap ImplementasiPenyiapan desain-engineering terinci, jadwal induk, dan anggaran.Pengadaan kontrak dan pernbelian.Pengeijaan pabrikasi, konstruksi, uji coba, dan start- upSetelah proyek selesai kemudian dilanjutkan dengan operasi rutin dari instalasi yang baru selesai dibangunPembagian Menurut MRDCMobil Research and Development Corporation (MRDC), suatu anak perusahaan Mobil Oil-Princeton USA yang bergerak dalam konsultansi bidang penelitian dan pengembangan termasuk pengelolaan proyek, menyusun sistematika siklus proyek menjadi tiga tahap. Ketiga tahap tersebut terdiri atas Frontend, Tahap 1 dan Tahap 2, dengan perincian sebagai berikut:Front EndTahap ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:Mengidentifikasi lingkup gagasan (ide) yang timbul;Memikirkan alternatif-alternatif yang mungkin;Memilih altematif dan merumuskannya menjadi lingkup keija pendahuluan;Membuat perkiraan biaya dan jadwal pendahuluan;Menyiapkan angka anggaran biaya tahap berikutnya.Tahap 1Terdiri dari kegiatan-kegiatan: Memperjelas definisi lingkup kerja;Menyusun anggaran proyek dan jadwal induk;Menyiapkan dokurnen tender, rancangan kontrak, dan memilih calon pelaksana (kontraktor) untuk pekerjaan Tahap 2.Tahap 2Kegiatan utamanya terdiri dari:Membuat desain-engineering terinci;Melakukan pembelian atau kontrak material dan jasa;Manufaktur (pabrikasi) peralatan dan konstruksi; Melakukan inspeksi, uji coba, dan startup. Pembagian Menurutt PMI (Project Management Institute)Salah satu sistematika penahapan yang disusun oleh PMI (Project Management Institute), yaitu suatu institusi yang mengembangkan manajemen proyek dan telah dikenal dan diakui secara luas terutama oleh mereka yang terkait dengan masalah proyek, terdiri dari tahap-tahap konseptual, perencanaan & pengembangan (PP/ Definisi), implementasi, dan terminasi.Secara lengkap, penahapan menurut PMI adalah sebagai berikut: Tahap konseptual.Tahap perencanaan dan pengembangan (planning and development) atau disingkat PP/ Definisi.Tahap implementasi.Tahap terminasiEvaluasi Jawablah pertanyaan dibawah ini, dengan cara memilih jawaban yang paling benar!Berikut ini adalah ciri pokok proyek sebagai berikut, kecuali:Bersifat sementara dalam arti umurnya dibatas oleh selesainya tugas.Bertujuan menghasilkan lingkup (deliverable) tertentu berupa produk akhir atau hasil kerja akhir.Macam dan volume keperluan sumber daya relatif konstanDalam proses mewujudkan lingkup diatas ditentukan jumlah biaya, jadwal, serta kriteria mutu.Di dalam proses mencapai tujuan penyelenggara proyek, ada batasan yang harus dipenuhi , yaitu: Macam dan jumlah hubungan antar kelompok (organisasi) di dalam proyek dengan pihak luarKompleksitas ProyekBesar biaya (anggaran) yang dialokasikanVisioner Jumlah macam kegiatan di dalam proyekKegiatan utama pada tahap terminasi adalah sebagai berikut, kecuali:Mempersiapkan instalasi atau produk beroperasi, seperti uji coba start- up, dan performance test.Memilih peserta proyek yang terdiri dari tim proyek pemilik, kontraktor, konsultan, arsitek, dan lain-lain.Penyelesaian administrasi dan keuangan proyek seperti asuransi dan klaim.Seleksi dan kompilasi dokumen proyek untuk diserahkan kepada pemilik atau kepada induk perusahaanBAB IVTAHAP PERENCANAANIndikator Hasil Belajar:Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu mengetahui tahap perencanaan.Indikator Hasil Belajar:Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu mengetahui tahap perencanaan.Project DeliveryAda beberapa fase tahapan kegiatan proyek yang berurutan untuk metode penyerahan (delivery method) yaitu Fase desain, Fase Penawaran (atau tender), Fase konstruksi dan Fase Pendanaan.Design-Build (DB)Desain-Build (desain/ membangun, dan disingkat D-B atau D/ B) adalah suatu metode penyerahan proyek yang digunakan dalam industri konstruksi. Ini adalah metode menyerahkan sebuah proyek di mana desain dan layanan konstruksi dikontrak oleh entitas tunggal yang sama, dikenal sebagai desain-builder contractor.D-B bergantung pada satu titik kontrak tanggung jawab dan digunakan untuk meminimalkan resiko untuk pemilik proyek dan untuk mengurangi Jadwal penyerahan yang tumpang tindih antara tahap desain dan tahap konstruksi dari suatu proyek. DB dengan tanggung jawab titik tunggal membawa perlakuan kontrak yang jelas untuk klien karena kontraktor D-B akan bertanggung jawab untuk semua pekerjaan pada proyek, terlepas dari sifat kesalahannya.Design-Bid-Build (DBB)Desain-Bid-Build (desain-tender-membangun, dan disingkat DBB atau D/ B) adalah suatu metode penyerahan proyek yang digunakan dalam industri konstruksi dimana kegiatan desain dan membangun dipisahkan kontraknya.Desain-tawaran-membangun adalah metode tradisional untuk penyerahan proyek dan berbeda dalam beberapa aspek penting dari desain-membangun.Built Operete Transfer (BOT)Built Operate Transfer (membangun-beroperasi-transfer) adalah bentuk pembiayaan proyek, dimana badan swasta menerima konsesi dari pemerintah atau sektor publik untuk membiayai, merancang, membangun, dan mengoperasikan infrastruktur/ fasilitas yang tertera pada kontrak konsesi. Setelah berakhirnya jangka waktu konsesi, badan swasta (pemegang konsesi akan mentransfer/ mengembalikan kepada pemerintah. Karena pada periode konsesi badan swasta juga berstatus memiliki maka BOT juga biasa disebut BOOT (Built-Own-Operate-Transfer).Engineering Procurement and Construction (EPC)"Perencanaan, pengadaan, dan konstruksi" (EPC) merupakan bentuk khusus pengaturan yang digunakan di beberapa industri dimana Kontraktor EPC bertanggung jawab atas semua kegiatan dari desain, pengadaan, konstruksi, komisioning dan penyerahan proyek kepada pengguna atau pemilik. Bentuk kontrak. Singkatan lain digunakan untuk jenis kontrak ini "LSTK" untuk "Lump Sum Turn Key", atau juga disebut "EPCC" yang merupakan singkatan "Engineering Procurement Construction and Commisioning".Master ScheduleSalah satu dokumen yang dihasilkan pada tahap perencanaan proyek adalah Master Schedule Proyek (Rencana Induk Proyek) yangmemuat data tentang:Macam kegiatan dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakanWaktu pelaksanaan setiap kegiatan.Durasi total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.Jaluralur kritis (critical path) untuk menentukan kegiatan yang tidak boleh terlambat atau tertunda pelaksanaannya (kegiatan kritis).Kemajuan pelaksanaan proyek pada setiap waktu yang ditentukan. Dasar penghitungan cashflow proyek.Dasar penjadualan sumberdaya proyek lain, seperti tenaga, material, dan peralatan.Alat pengendalian proyekData tersebut menjadi sumber acuan dari semua kegiatan pelaksanaan proyek dari awal sampai selesainya proyek.Latihan Sebutkan beberapa fase tahapan kegiatan proyek yang berurutan untuk metode penyerahan (delivery method)!Jelaskan yang dimaksud dengan metode design-build (DB), design-bid-build (DBB), built operete transfer (BOT) dan engineering procurement and construction (EPC)!Jelaskan yang dimaksud dengan Master Schedule!RangkumanAda beberapa fase tahapan kegiatan proyek yang berurutan untuk metode penyerahan (delivery method) yaitu Fase desain, Fase Penawaran (atau tender), Fase konstruksi dan Fase Pendanaan.Desain-Build (desain/ membangun, dan disingkat D-B atau D/B) adalah suatu metode penyerahan proyek yang digunakan dalam industri konstruksi. Ini adalah metode menyerahkan sebuah proyek di mana desain dan layanan konstruksi dikontrak oleh entitas tunggal yang sama, dikenal sebagai desain-builder contractor.Desain-Bid-Build (desain-tender-membangun, dan disingkat DBB atau D/B) adalah suatu metode penyerahan proyek yang digunakan dalam industri konstruksi dimana kegiatan desain dan membangun dipisahkan kontraknya.Built Operate Transfer (membangun-beroperasi-transfer) adalah bentuk pembiayaan proyek, dimana badan swasta menerima konsesi dari pemerintah atau sektor publik untuk membiayai, merancang, membangun, dan mengoperasikan infrastruktur/ fasilitas yang tertera pada kontrak konsesi. "Perencanaan, pengadaan, dan konstruksi" (EPC) merupakan bentuk khusus pengaturan yang digunakan di beberapa industri dimana Kontraktor EPCbertanggung jawab atas semua kegiatan dari desain, pengadaan, konstruksi, komisioning dan penyerahan proyek kepada pengguna atau pemilik.Master Schedule merupakan salah satu dokumen yang dihasilkan pada tahap perencanaan proyek yang memuat data tentang:Macam kegiatan dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan;Waktu pelaksanaan setiap kegiatan;Durasi total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek;Jaluralur kritis (critical path) untuk menentukan kegiatan yang tidak boleh terlambat atau tertunda pelaksanaannya (kegiatan kritis);Kemajuan pelaksanaan proyek pada setiap waktu yang ditentukan;Dasar penghitungan cashflow proyek;Dll.Evaluasi Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan melingkari jawaban yang Anda anggap tepat!Berikut ini yang dimaksud Built Operete Transfer (BOT), adalah:Suatu metode penyerahan proyek yang digunakan dalam industri konstruksi dimana kegiatan desain dan membangun dipisahkan kontraknya.Bentuk pembiayaan proyek, dimana badan swasta menerima konsesi dari pemerintah atau sektor publik untuk membiayai, merancang, membangun, dan mengoperasikan infrastruktur/ fasilitas yang tertera pada kontrak konsesi.Suatu metode penyerahan proyek yang digunakan dalam industri konstruksi.Bentuk khusus pengaturan yang digunakan di beberapa industri dimana Kontraktor EPC bertanggung jawab atas semua kegiatan dari desain, pengadaan, konstruksi, komisioning dan penyerahan proyek kepada pengguna atau pemilik.Master Schedule Proyek (Rencana Induk Proyek) adalah salah satu dokumen yang dihasilkan pada tahap perencanaan proyek yang memuat data tentang, kecuali:Macam kegiatan dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakanDurasi total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyekJenis dan kapasitas peralatan konstruksi yang digunakan pada setiap macam pekerjaanWaktu pelaksanaan setiap kegiatanMaster schedule dijadikan acuan untuk menyusun kebutuhan setiap jenis material konstruksi sebagai berikut, kecuali:Menganalisis komponen material untuk setiap macam struktur pekerjaan yang diperlukan sesuai dengan spesifikasi teknik dan gambar kerjaMenentukan jadwal pengadaan sesuai dengan jadwal kegiatannya.Membuat ERP (Equipment Requirement Planning) untuk setiap jenis dan kapasitas alat berikut jumlahnya sesuai dengan jadwal kegiatannya.Mengidentifikasi setiap macam dan volume pekerjaan yang akan dikerjakancentercenterBAB VTAHAP PROCUREMENTIndikator Hasil Belajar:Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu mengetahui tahap procurement.Indikator Hasil Belajar:Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu mengetahui tahap procurement.Identifikasi Kebutuhan MaterialTujuan Pengadaan MaterialMemperoleh barang dan layangan dari pemasok pada jumlah, harga, dan kualitas yang sesuai kebutuhan.Memastikan perusahaan memperoleh pelayanan terbaik dari pemasok sehingga proses operasi di perusahaan berjalan lancar.Mengidentifikasi pemasok yang mampu menyediakan barang dan layanan terbaik, dan membina hubungan baik.Menjalin hubungan yang lebih dekat dengan pemasok untuk saling memahami kebutuhan masing-masing.Negiosasi biaya pembelian dan pengadaan barang.Mempersiapkan kemungkinan akan kelangkaan barang, kenaikan harga, dan rencana pengembangan produk baru organisasi.Pertimbangan PembelianPertimbangan organisasi dalam memutuskan membuat barang kebutuhannya sendiri atau mengadakan/ membeli dari pemasok adalah: Menentukan biaya dan kualitas terbaik dengan produksi sendiri atau membeli.Keunggulan produksi, atau bisnis utama. Jika barang yang dibutuhkan merupakan bisnis utama atau keunggulan organisasi, sebaiknya disediakan/ dibuat sendiri.Meningkatkan utilitas sumber daya sendiri.Keahlian khusus yang hanya dimiliki pemasok. Misalnya, hanya pemasok A yang memiliki sertifikat khusus dalam membuat barang. Sehingga organisasi harus membeli barang dari pemasok A.Rencana Pengadaan (Procurement Plan)Rencana Pengadaan Material KonstruksiMaster schedule proyek dijadikan acuan untuk menyusun kebutuhan setiap jenis material konstruksi sebagai berikut:Mengidentifikasi setiap macam dan volume pekerjaan yang akan dikerjakanMenganalisis komponen material untuk setiap macam struktur pekerjaan yang diperlukan sesuai dengan spesifikasi teknik dan gambar kerjaMenentukan jadwal pengadaan sesuai dengan jadwal kegiatannya.Membuat MRP (Material Requirement Planning) untuk setiap jenis material konstruksi sesuai dengan jadwal kegiatannya.Rencana Pengadaan Peralatan KonstruksiKebutuhan peralatan konstruksi untuk menyelesaikan proyek dihitung dengan mempertimbangkan data-data sebagai berikut:Jenis dan kapasitas peralatan konstruksi yang digunakan pada setiap macam pekerjaan yang dapat dilihat dari metode kerja dalam melaksanakan pekerjaan tersebut Volume setiap pekerjaan yang menggunakan peralatan konstruksiMembuat ERP (Equipment Requirement Planning) untuk setiap jenis dan kapasitas alat berikut jumlahnya sesuai dengan jadwal kegiatannya.Pengadaan peralatan konstruksi dilakukan dengan:Menggunakan peralatan konstruksi milik sendiri bila perusahaan memiliki jumlah peralatan konstruksi dengan jenis dan kapasitas yang sama dengan junlah yang cukup untuk keperluan proyek tersebut.Menggunakan peralatan sewa (rental equipment) bila perusahaan tidak mempunyai jumlah yang cukup.Melakukan pembelian alat baru (investasi) apabila tingkat utilisasi peralatan tersebut cukup tinggi di proyek. Untuk hal ini harus dilakukan studi kelayakan ekonomisnya lebih dahulu sebelum pelaksanaan investasi.Pelaksanaan ProcurementMenyepakati Spesifikasi Kebutuhan Barang Dengan Bagian OperasionalSpesifikasi ini terdiri dari: karakter fisik barang, warna, merek, dan lain sebagainya. Bersama dengan bagian produksi, bagian pengadaan barang sudah menentukan apakah pemenuhan barang dengan membeli dari pemasok atau membuat sendiri barang tersebut.Pertimbangannya sebagai berikut:Biaya modal, material, tenaga kerja, pengiriman, transaksi, inspeksi, dan lain-lain,Skala ekonomi, Ketersediaan dan kontinuitas pasokan, Kontinuitas dan fluktuasi permaintaan, Keteresediaan kapasitas,Ketertarikan dengan kompetensi inti yang ada saat ini dan yang akan datang,RegulasiJika perhitungan biaya dan resiko di masa kini dan masa depan lebih menguntungkan dengan membuat barang sendiri, perusahaan dapat membuatanya. Jika barang yang dibutuhkan bukan barang inti ynag mendukung proses perusahaan, perusahaan dapat membelinya dari perusahaan lain. Misalnya, sebuah perusahaan pembuat film tidak perlu membuat alat tulis untuk menyediakan alat tulis bagi karyawannya tetapi bisa membeli dari perusahaan pembuat alat tulis. Perusahaan pembuat film cukup mempersiapkan jumlah safety stock di gudangnya.Jika ada peraturan pemerintah yang hanya mengizinkan satu perusahaan yang ditunjuk untuk membuat sebuaah barang yang merupakan input perusahaan kita maka perusahaan tidak punya pilihan lain selain membeli dari perusahaan yang ditunjuk itu (pengaruh regulasi; tidak mempertimbangankan biaya dan resiko). Perusahaan yang ditunjuk tersebut disebut dengan sole supplier (satu-satunya pemasok).Memilih PemasokJika perusahaan sudah memutuskan untuk membeli dari pemasok, langkah berikutnya adalah mengenal dan memilih pemasok yang andal. Hal ini dapat dilakukan melalui proses negoisasi atau tender dengan pertimbangan berikut: Tipe pemasok:Sole: satu-satunya pemasok yang tersedia di industri, bisa karena peraturan pemerintah atau pemasok memiliki satu-satunya teknologi untuk mengakses bahan mentah.Single: ada beberapa pilihan pemasok, tetapi hanya dipilih satu karena keunikan/kemampuan pemasok yang tidak dimiliki perusahaan lain. Tujuan adalah: mempermudah transaksi, komunikasi yang lebih baik, kesamaan pasokan untuk barang-barang kritis.Multiple: memilih beberapa pemasok, biasanya 3 – 4 pemasok untuk barang-barang yang menjadi inti proses/ input. Jumlah pemasok yng terlalu sedikit akan menurunkan posisi persaingan kita. Di sisi lain, terlalu banyak pemasok akan mempersulit koordinasi dan penilaian pemasok. 3 – 4 pemasok dapat menumbuhkan persaingan yang sehat atar pemasokKualitas manajemen dan kesehatan keuangan (arus kas) pemasok. Tujuannya untuk menjalin hubungan jangka panjang dan menjaga kelancaran proses dari pemasok itu sendiri. Kemampuan teknis dan kehandalan pemasok untuk terus mempertahankan kemampuan teknisnyaLokasi, harga, dan pelayanan purna jual. Pertimbangkan keuntungan dan kerugian dari pemasok lokal dan nasional, pajak, izin pengiriman barang, pemasok mana yang andal menyesuaikan dengan kondisi dan budaya di Negara konsumen berada, dan pemasok yang memiliki sertifikasi.Kerja sama dengan pemasok:Kunci utama: komitmen jangka panjang, saling percaya, berbagi visi dan misi.Manajemen inventory: konsinyasi dan Vendor Managed Inventory (VMI).Pemasok Internasional (Global Sourcing). Pertimbangannya: biaya produksi lebih murah, ketersediaan tenaga kerja, mendekati potensi pasar yang lebih besarAlat bantu dalam memilih pemasok adalah dengan menerapkan pendekatan kuantitatif. Langkah awal dengan menetapkan kriteria yang diaharapkan dari pemasok, menentukan bobot yang menunjukkan tingkat kepentingan kriteria yang dibutuhkan organisasi/perusahaan dari para pemasoknya. Semakin tinggi bobot makin semakin penting kriteria tersebut bagi organisasi/ perusahaan. Jumlah bobot dari seluruh kriteria bisa dalam bentuk presentase dengan presentase total untuk semua kriteria 100%, asalkan menunjukkan tingkat kepentingan kriteria. Nilai diperoleh dari penilaian perusahaan terhadap kinerja pemasok untuk setiap kriteria (dalam contoh di atas nilai diberikan antara 0 – 5).Jika pembeli mensyaratkan pemasok memiliki sertifiaksi tertentu (kriteria nomor 7 pada table 5.1.) sebagai syarat mutlak, secara otomatis pemasok C gugur. Kepemilikan sertifikasi ini merupakan kirteria kualitatif sehingga tidak perlu angka.Bobot dan niai dikalikan, kemudian hasil total untuk semua kriteria dijumlahkan. Karena pemasok A mendapat nilai tertinggi, pemasok A menjadi pilihan utama. Penilaian dapat dilakukan terhadap 10 pemasok untuk mendapat 3 pemasok.Jika perusahaan menetapkan kriteria minimum yang harus dipenuhi pemasok, misalnya: nilai untuk kriteria kualitas harus 5, maka otomatis pemasok B tidak dipilih meskipun nilai untuk kriteria lainnya baik. Tabel 5. SEQ Tabel_5. \* ARABIC 1. Metode Kuantitatif Pemilihan PemasokNoKriteriaBobotPemasok APemasok BPemasok CNB x NNB x NNB x N1Kualitasbahan105504405502Ketepatan kirim83244325403Kesepakatan harga75353213214Jaminan keuangan54205254205Pelayananpurna jual2365105106Kemampu an memasok65302122127Memilikisertifikat0YaYaTidakJumlah165144153Negosiasi dengan pemasokNegoisasi terkait dengan harga dan biaya, waktu pengiriman barang. Pembayaran (term of payment/ TOP) yang menguntungkan organisasi pembelian dan penjual, kriteria penilaian kinerja pemasok, serta disiplin organisasi pembeli dan penjual dalam menjalankan kesepakatan.Mengatur dan/atau memonitorSiklus pengiriman dan pembelian barang dengan metode: blanket order, purchase order, atau long – term contract.Pembelian barang sampai diterima perusahaan (proses notifikasi kepada konsumen). Kinerja pemasok: koordinasi perubahan kualitas barang yang diharapkan perusahaan dan yang mampu dipenuhi pemasok, mencari alternatif pemenuhan kebutuhan.Kerjasama Dengan PemasokPrinsip-prinsip kerja sama dengan pemasok:Mempunyai tujuan yang sama. Saling menguntungkan.Saling percaya dan terbuka. Kerjasama jangka panjang.Perbaikan berkesinambungan dalam hal mutu dan biaya.Semua prinsip di atas mendukung proses pengadaan barang untuk menciptakan koordinasi dan kerja sama yang baik dengan pemasok untuk berbagi risiko pengadaan-pengiriman-pembelian barang.Tahapan kerjasama diawali dengan mencari informasi mengenai pemasok melalui perusahaan rekanan, konsumen, internet, pameran industri, referensi, dan lainnya. Kemudian dilanjutkan mengundang para pemasok untuk proses tender/ auctions. Kemudian pembeli menilai pemasok. Setelah pemasok dipilih, dimulailah kerjasama.Tingkatan kerja sama antar organisasi perusahaan dengan pemasok (collaborative relationships) diurutkan dari yang rendah ke yang paling tinggi nilai tambah/ value bagi kedua pihakVendorsKerjasama antara pembeli dan penjual sebatas memenuhi kebutuhan barang dari pembelian dan memastikan penjual memperoleh pembayaran.Traditional SuppliersAda interaksi dan komunikasi yang lebih baik antara pembeli dan penjual. Certified SuppliersTahap berikutnya adalah menyertifikasi kualitas pemasok. Perusahaan pembeli dapat merancang sendiri syarat-syarat memperoleh sertifikasi ini atau merujuk pada sistem manajemen yang diakui internasional, misalnya ISO 9000. Jika dikemudian pembeli ingin mencari pemasok baru. Calon pemasok harus memenuhi standar sertifikasi untuk memastikan kualitas barang, metode untuk pengiriman dan kesepakatan pembayaran.PartnershipJika pengiriman barang sudah dilaksanakan dengan baik dan kerjasama antara pembeli dan pemasok semakin tinggi, terjalin supplier partnership yang didukung oleh tiga faktor penting, yaitu: komitmen jangka panjang, kepercayaan dan berbagi visi. Jika kondisi ini tercapai, maka pembeli dan pemasok dapat bekerja sama dalam meningkatkan efisiensi proses dan penyelesaian masalah.Strategic AliancesCara pandang bagi pembeli dan pemasok adalah menjalin hubungan jangka panjang. Semua kebijakan diarahkan untuk menwujudkan visi yang sejalan.Pada setiap tingkat kerjasama dengan pemasok, bisa dilakukan beberapa jenis pembelian barang berikut ini:Bulk buyingPembelian dalam jumlah banyak, biasanya dilakukan bila harga sedang turun, atau sewaktu-waktu barang dapat dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi.Contract buyingTujuan contract buying adalah memfasilitasi jumlah dan waktu kedatangan barang dari pemasok ke pembeli tanpa harus melakukan kegiatan pemesanan barang berulang-ulang. Biasanya kesepakatan pengiriman dilakukan untuk jangka panjang. Pelaksanaannya dibantu dengan purchase order.HedgingKerjasama ini bertujuan untuk memperkecil risiko akibat fluktuasi harga barang di pasar sehingga pembelian dilakukan melebihi kebutuhan dan secara berkesinambungan. Contohnya untuk barang-barang perdagangan, perkebunan, dan tambang.Blanket orderPembelian dilakukan sekaligus dalam jumlah banyak untuk keperluan jangka panjang, tetapi pengiriman dilakukan sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan barang.Konsinyasi dan Vendor Manage Inventory (VMI)Pembelian barang dengan syarat pemasok menempatkan barang di pembeli, di mana barang masih menjadi milik pemasok sampai barang dipakai oleh pembeli. Biasanya dilakukan jika hubungan pembeli dan penjual sudah sampai tahap partnership.Analisa PemasokPengelompokan barang/ item/ bahan mentah/ inventory yang harus disediakan oleh bagian pengadaan barang ditujukkan dalam ilustrasi 5.2. Pegelompokkan berdasarkan dua kategori, yaitu tingkat risiko pasokan dari pemasok dan nilai transaksi bisnis. Penentuan tinggi rendahnya kategori tersebut bisa dilakukan dengan pendekatan berikut:Risiko pasokanRisiko yang tinggi dapat dinilai ketika pemasok sulit mengirim barangnya, ketersediaan barang sangat barang, biaya kirim yang tinggi karena infrastuktur tidak mendukung, barang harus diimpor dan frekuensi pengiriman terbatas sehingga perusahaan harus menyediakan inventory tinggi, atau peraturan internasional yang menhambat kelancaran pasokan. Nilai transaksi bisnisBisa dihitung dengan konsep Pareto, dimana 20% pemasok mengirim barang senilai 80% dari keseluruhan barang yang dibeli perusahaan, maka pemasok ini masuk ke dalam kategori ‘tinggi’.Gambar 5. SEQ Gambar_5. \* ARABIC 1. Supply Positioning ModelStrategi mengelompokkan pemasok ke dalam empat kuadran tersebut dapat membantu perusahaan membuat prioritas pekerjaan, waktu, dan mengembangkan strategi bagi setiap pemasok. Tidak semua pemasok harus diajak diskusi untuk memastikan pasokan atau bahkan pembangun hubungan jangka panjang. Tabel 5. SEQ Tabel_5. \* ARABIC 2. Strategi Logistik, Pembelian, dan Operasional untuk PemasokLogistikPembelianOperationalRutinPengelolaangudang dan inventory oleh pemasokKontrak jangkapendekBlangket orderProsesotomatisasie-procurementBottleneckPengelolaan gudang inventory dansafety stock oleh pemasokKontrak jangka panjangGlobal sourcing Blangket order Kerjasama eratPeramalan demand Proses otomatisKerjasama pembeli dan pemasok untuk spesifikasi barangPengungkitPengelolaangudang inventory dan safety stock oleh pemasok dan pembeliKontrak jangkapendek atau menengah Blangket orderProsesOtomatisasi e- procurementBenchmarking hargaKritisPengelolaan gudang, inventory, dan safety stock oleh pembeliKontrak jangka panjang Kerjasama strategisPeramalan demand Kerjasama pembeli dan pemasok untuk spesifikasibarangValue engineeringPembeli berharap sebanyak mungkin pemasoknya dikategorikan sebagai pengungkit. Oleh sebab itu, pemasok yang termasuk sebagai kategori Kritis harus diturunkan risikonya dan pemasok yang termasuk sebagai kategori Rutin tingkatkan nilai bisnisnya. Pemasok yang menjadi bottleneck diturunan risikonya terlebih dahulu, kemudian ditingkatkan nilai bisnisnya. Proses ini digambarkan dalam gambar 5.2. Gambar 5. SEQ Gambar_5. \* ARABIC 2. Strategi Supply Positioning ModelUntuk menurunkan risiko dengan mencari sumber pemasok baru, membantu pemasok meningkatkan kemampuannya menyediakan barang/ jasa. Untuk beberapa barang mewah yang diimpor ke Indonesia, ada kebijakan tarif pajak yang tinggi. Hal ini dapat meningkatkan risiko pasokan dari segi biaya. Jika barang ini diimpor dalam bentuk modul (dipecah menjadi beberapa bagian) dikategorikan bukan barang mewah sehingga tarif pajak jauh lebih rendah. Solusi untukini adalah mengimpor barang dalam bentuk potongannya, kemudian dirakut setelah diterima pembeli.Cara meningkatkan nilai bisnis dapat dilakukan dengan mengelompokkan permintaan dalam satu kontrak pengadaan atau menggabungkan permintaan item dan beberapa unit kerja/ usaha. Dengan demikian, pembeli akan memesan dalam jumlah besar (meningkatkan nilai transaksi). Keuntungan bagi pembeli adalah kesempatan mendapatkan potongan harga.Contohnya, setiap perusahaan membutuhkan alat tulis kantor di mana tersedia banyak pemasok di pasar dan harganya relatif murah dibandingkan harga barang lain yang dibeli perusahaan setiap tahunnya (Rutin). Perusahaan sebaiknya mempermudah prosedur pembelian dan pengiriman barang karena pemasok untuk alat tulis ini sebenarnya tidak memiliki daya tawar tinggi bagi konsumennya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membeli sekaligus kebutuhan alat tulis dari semua bagian di perusahaan (metode pembelian sentralisasi), dengan penawaran harga lebih murah, pengiriman dilakukan berkala dengan proses pemesanan yang mudah, dan prosedur pembayaran yang disepakati di awal kerjasama. Dengan ini, perusahaan tidak perlu meluangkan usaha dan waktu banyak hanya untuk mengurus barang-barang yang sifatnya anisasi pembeli harus tahu kapan menggabungkan order (misal: alat tulis kantor dari seluruh departemen) dan kapan memisahkan order (impor bukan barang jadi, tetapi potongan/ modulnya saja, kemudian dirakit sendiri).Persepsi PemasokSebuah organisasi menilai pemasoknya, dan pemasok juga menilai organisasi pembeli. Jika pembeli tidak menjanjikan bagi pemasok, atau memesan dalam jumlah sedikit, atau pembelian tidak kontinu, manajemen pemasok kurang kurang tertarik pada pembeli tersebut. Bahkan, pemasok bisa mengabaikan pembeli ini. Sebaliknya, jika pembeli memiliki daya tarik yang tinggi, jumlah pemesanan besar dan kontinu, manajemen pembelian memiliki kredibilitas tingii, maka akan diutamakan oleh pemasok. Bukan tidak mungkin jika pemasok menawarkan potongan harga.Pembeli harus dapat menunjukkan dirinya ‘penting’ bagi pemasok sehingga kerjasama dapat ditingkatkan dan menguntungkan kedua belah pihak, yaitu dengan meningkatkan daya tarik dan nilai transaksinya. Misalnya dengan menyatukan kebutuhan semua bagian organisasi dan membeli sekaligus secara berkelanjutan kepada pemasok. Gambar 5.3 menunjukkan kuadran dan persepsi pemasok kepada pembeli. Gambar 5. SEQ Gambar_5. \* ARABIC 3. Supplier Perception ModelGambar 5. SEQ Gambar_5. \* ARABIC 4. Supply Positioning Model Versus Supplier Perception ModelGambar 5.4. menunjukkan kombinasi straregi pemasok dan pembeli, yaitu bagaimana pembeli menilai pemasok dan sebaliknya. Model dan tipe kontrak yang dapat dijalankan adalah sesuai tabel 5.3 Tabel 5. SEQ Tabel_5. \* ARABIC 3. Model dan Tipe KontrakMarginalExploitDevelopCoreRutinSpot purchase-Long term relation-Pengungkit-Spot purchase-Fixed relationBottleneck--Long termrelation-Kritis---PartnershipKompetisi atau pasar ideal terjadi pada kondisi leverage, karena nilai pembelian tinggi dan risiko pengadaan rendah sehingga banyak tersedia penyedia. Kondisi ini mendorong pasar dan kompeteisi menuju harga bersaing.Daya tawar pemasok kuat ketika:Biaya untuk pindah ke pemasok lain tinggiJumlah pemasok terbatasPemasok memiliki keahlian unikPemasok memiliki sumber daya untuk menyaingi konsumennya sendiri.Daya tawar pemasok lemah ketika:Biaya pindah ke pemasok lain rendahBarang kebutuhan meruapakan barang komoditas, mudah dicari di pasarAda barang penggantiPembeli merupakan konsumen besar dari pemasok Perusahaan mampu memproduksi sendiri barang kebutuhannya jika suatu saat pasokan tersendatDaya tawar pembeli kuat ketika:Biaya pindah ke pemasok lain rendah,Pembeli adalah perusahaan besar dan ingin membeli dalam jumlah besar,Jumlah pembeli sedikit,Nama besar pembeli memberikan kebanggaan bagi pemasok,Pembeli mampu menunda pembelian. Daya tawar pembeli lemah ketika:Kebutuhan pembeli sedikit,Biaya untuk pindah ke pemasok tinggi,Peningkatan permintaan konsumen yang drastic atau sifatnya dibutuhkan segera menyebabkan pembeli memiliki sedikit kesempatan untuk pengadaan barang,Nama besar penjual sangat penting bagi pembeli,Penjual memiliki keahlian khusus yang tidak dimiliki penjual lain dalam memenuhi permintaan pembeli.NegosiasiUntuk menjalankan strategi supply positioning model, pembeli mengarahkan pemasok ke dalam kuadran pengungkit dengan cara menurunkan risiko atau meningkatkan nilai transaksi. Hal ini butuh komunikasi dengan pemasok karena jika daya tarik pembeli di mata pemasok rendah, strategi mungkin tidak akan berjalan baik. Jika pembeli memiliki daya tarik yang baik, pemasok bisa diajak berunding. Ini tidak akan mudah dilakukan karena pemasok akan memikirkan keuntungan (benefit) yang akan diterimanya. Oleh sebab itu, pertemuan antara pembeli dan pemasok membutuhkan proses negoisasi. Dalam proses pembelian melalui tender murni (competitive bidding) sebenarnya tidak diperlukan proses negoisasi karena semua pemasok menawarkan informasinya masing-masing dan pembeli memilih tawaran terbaik secara terbuka di hadapan semua pemasok. Negisasi menjadi cara paling cocok jika pembelian tidak dilakukan melalui tender murni.Proses negoisasi diperlukan pada kondisi berikut:Membawa pembeli dan pemasok ke dalam situasi win-win solution, yaitu kondisi ketika semua pihak merasakan keuntungan (benefit)Proses pembelian melibatkan banyak pemasok, nilai transaksi yang tinggi, dan spesifikasi produk/ jasa diketahui semua pihakBanyak faktor yang harus dipertimbangkan, seperti kualitas, biaya, pelayanan, dan lainnyaRisiko dan biaya tidak dapat diprediksi secara akuratOrganisasi pembeli membutuhkan kapasitas produksi pemasok saja, buka hasil rancangan penasok. Pertimbangan dari pemasok adalah set up cost dan kapasitas yang memenuhi skala ekonomisPemenuhan barang/ jasa dengan system Make – to – Order (MTO), negoisasi dibutuhkan agar pemenuhan barang/ jasa dapat memenuhi jadwal yang disepakati. Pembeli dan pemasok sejak awal menyepakati syarat jika ada perubahan spesifikasi atau keterlambatan selama proses berjalanHanya ada satu pemasok, negoisasi dibutuhkan untuk mencegah/ mengurangi risiko terkait biaya dan syarat yang merugikan pembeli.Seorang pembeli dapat berperan sebagai negoisator tunggal atau pemimpin kelompok yang terdiri dari para spesialis, bergantung pada kondisi yang dihadapi. Sebagai Negoisator TunggalBiasanya untuk pembelian barang-barang standar/ rutin yang berulang secara periodik. Seorang pembeli akan bertindak sebagai negoisator tunggal. Biasanya kesepakatan yang ingin dicapai hanya mengenai harga dan waktu pengiriman dan pemasok sudah mengetahui tuntutan kualitasnya.Negoisasi dapat dilakukan oleh pembeli dengan calon pemasok. Biasanya lebih kompleks karena yang ingin dicapai bukan hanya sekadar kesepakatan bersama, melainkan penggalian informasi dan menyampaikan dengan jelas mengenai apa yang menjadi kebutuhan pembeli.Sebagai Pemimpin KelompokKompleksitas suatu kontrak pembelian biasanya berkaitan dengan kompleksitas barang yang dibeli dilihat dari sisi desain dan teknis, biaya serta harga, transportasi, asuransi dan hukum. Misalnya, pembelian barang berteknologi tinggi yang dikirim dari luar negeri. Pembelian ini membutuhkan tim yang anggotanya memiliki beragam pengetahuan yang dibutuhkan. Tim dipimpin oleh seorang negoisator yang mampu mengintegrasikan dan mencapai tujuannya.Secara garis besar, proses negoisasi pembelian diawali dengan adanya kebutuhan atas suatu material atau jasa yang diwujudkan dalam bentuk spesifikasi. Negoisasi antara dua pihak diawali dengan permintaan proposal oleh pembeli kepada pemasok potensial. Setelah proposal diterima, pembeli akan mengevaluasi dan mempersiapkan pembicaraan dengan pemasok mengenai hal-hal yang penting. Proses negoisasi akan diakhiri dengan kesepakatan atas hal-hal penting tersebut.Proses NegosiasiTahap PersiapanNegoisator dari pihak pembeli dan penjual. Memahami produk yang akan dibeli (misalnya: desain dan teknis, biaya dan harga, perawatan, system penggunaan).Menganalisis posisi tawar-menawar (bargaining positions) dari pembeli dan pemasok, yaitu dilihat dari Supply Positioning Model Versus Supplier Perception Model.Menganalisis biaya atau harga.Mengenali perusahaan/ organisasi yang akan dihadapi, misalnya: kepemilikan dan laporan keungan yang baik. Hal ini bisa digunakan untuk melihat kredibilitasnya.Tahap Penetapan SasaranSasaran ditetapkan secara umu, seperti: kesepakatan harga yang sebanding dengan pelayanan, pengiriman yang baik, bantuan teknis yang memuaskan, jaminan kualitas, kemasan, moda transportasi, pembayaran (terms of payment).Untuk setiap hal yang akan dinegoisasikan, pihak pembeli dan penjual harus menetapkan tiga posisi spesifik, yaitu: posisi sasaran (target), posisi terendah (minimum), dan posisi tertinggi (maksimum). Sebagai contoh, seorang pembeli harus menetapkan harga pembelian terendah, harga tertinggi dan target harga yang ingin dicapai. Negisasi diperlukan ketika target yang ditetapkan oleh pihak pembeli dan penjual tidak sama.Pembicaraan Tatap MukaTujuannya adalah menghasilkan kesepakatan antara kedua belah pihak untuk masuk atau tidak dalam sebuah kontrak perjanjian jual beli.Mendapatkan Harga yang TepatMemperoleh kebutuhan bahan dengan harga tepat menjadi kunci sukses perusahaan karena harga material merupakan komponen terbesar dari total biaya. Organisasi/Perusahaan harus mencapai harga yang wajar dan masuk akal bagi dirinya dan pemasok sehingga biaya produksi bisa dikurangi. Harga yang tepat tidak sama untuk semua pemasok, tergantung jumlah pembelian, hubungan baik dengan pemasok, dan lain-lain.Pertimbangan ekonomi mengenai harga sebagai berikut:Kondisi PersainganApakah persaingan murni, persaingan tidak sempurna, persaingan monopoli atau oligopoli.Variable-Margin PricingSering kali pemasok menjual barangnya dengan harga yang didasarkan pada semua proses produksinya sehingga ada produk yang harganya terlalu tinggi dan ada yang terlalu rendah.Analisis HargaBerdasarkan proposal harga yang kompetitif antar pemasok. Harga Katalog dan Harga PasarHarga Katalog adalah harga dicantumkan dalam sebuah daftar berikut tanggal berlakunya. Harga ini tersedia untuk bisa diperiksa oleh pembeli.Harga Pasar adalah harga yang muncul karena banyaknya interaksi antara pembeli dan penjual sampai terbentuk keseimbangan permintaan dan penawaran.Pembelian adalah proses penting dan berperan besar dalam kelancaran proses organisasi/ perusahaan. Oleh karena itu, cara pandang lama mengenai pembelian bahan mentah harus diubah dengan cara pandang baru yang lebih bersifat strategis.Etika Kerjasama dengan PemasokPemahaman tentang ekita dapat berbeda antarorganisasi dan antarnegara, sehingga sering kali sulit mendifinisikannya. Beberapa kondisi berikut yang biasanya dihadapi oleh bagian pengadaan barang. Transaksi yang jujurPelanggan ingin pemasok mengirimkan uang pembayaran ke nomor rekening yang tidak sesuai perjanjian. Jika pemasok tidak mematuhi, pelanggan akan beralih kepada pemasok lain. Di sini pemasok bermaksud melaksanakan perjanjian, tapi pelanggan memiliki rencana lain yang tidak disepakati. Bisa saja pelanggan bermaksud curang. Pemasok dan pelanggan yang baik melaksanakan kesepakatan dan jika perubahan, kesepakatan harus dibicarakan terlebih dahulu. Jika pelanggan masih memaksa tanpa kesepakatan, pemasok yang menjunjung etika akan memutuskan kerja sama dengan pelanggan.Eksploitasi tenaga kerja di bawah umurApakah pelanggan akan tetap bekerja sama dengan pemasok yang memperkerjakan tenaga kerja dibawah umur? Pelanggan dan pemasok yang menjunjung etika harus mematuhi peraturan tenaga kerja sesuai usianya, upahnya, dan kondisi kerja yang sehat. Temuan yang menyalahi aturan akan mencoreng nama baik organisasi.Fasilitas perjalananJika pemasok memfasilitasi liburan tambahan bagi karyawan pelanggan, apakah karyawan pelanggan pantas menerimanya? Pemasok tentu ingin agar karyawan pelanggan ini terus bekerja sama dengan pemasok. Fasilitas atau tanda mata sebaiknya diterima setelah kerjasama selesai dan dalam batasan jumlah yang wajar. Jika pemberian dilakukan ketika pekerjaan belum atau masih berlangsung dapat menimbulkan dugaan yang tidak etis dan dianggap sebagai bentuk sogokan.Bagian pengadaan barang memiliki kekuasaan dalam memilih, menentukan, dan menilai pemasok. Di sisi lain bagian pengadaan barang sering kali dihadapkan pada situiasi sensitive seperti di atas. Apalagi ketika mereka bertanggungjawab terhadap sejumlah dana perusahaan.Etika tidak hanya membatasi ruang gerak bagian pembelian mengenai apa yang harus dan jangan dilakukan, tetapi juga menyangkut kepantasan melakukan sebuah tindakan. Etika menyangkut moral, prinsip, dan nilai perusahaan dalam mengambil keputusan dan bertindak. Moral bisa dipandang berbeda menurut budaya dan/atau kepentingan perusahaan, tetapi bukan berarti pembahasan mengenai etika dan moral menjadi sesuatu yang tidak perlu dibahas.Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:Bekerja sesuai informasi sesungguhnya, walaupun tidak sepenuhnya informasi disampaikan.Tidak membenarkan hal yang salah. Ketika pemasok mengirim barang illegal, bajakan, atau tanpa izin yang lengkap, tindakan ini berarti salah.Terbuka dan jujur terhadap informasi di antara karyawan.System control yang baik.Kode etik professional.Kode etik dapat menjadi acuan kerja bagian pembelian yang sebaiknya dijalankan seluruh karyawan.Pengelolaan PergudanganTujuan dan fungsi gudangMenyimpan barang untuk sementara waktu sambil menunggu giliran untuk diproses,Memantau giliran untuk diproses,Meminimumkan biaya pergerakan barang, peralatan, dan karyawan, Menyediakan media komunikasi dengan konsumen mengenai barang,Titik penyeimbang aliran inventory dan barangGudang Bahan BakuBerbeda dengan sektor industri manufaktur yang memiliki gudang untuk penyimpanan bahan baku, penyimpanan barang setengah jadi dan penyimpanan barang jadi yang sudah selesai diproduksi dan siap untuk dijual, maka untuk industri konstruksi hanya memerlukan gudang bahan baku untuk menyimpan bahan baku yang belum diolah. Barang jadi yang sudah selesai dibuat tidak perlu disimpan tetapi langsung diserahkan kepada pemilik Proyek.Adapun bahan baku yang disimpan dalam gudang adalah sebagai berikut:Semen, bahan additive campuran beton Besi Beton, Sheet PileBahan-bahan untuk pekerjaan MEP (Mekanikal, Elektrikal dan Plambing) seperti Pipa, fitting, fire hydran, kabel, panel listrik, kontaktor dan bahan konsumabel lainnya.Peralatan ringan, mesin las dan peralatan pompa/ dewateringSuku cadang danpelumas peralatan konstruksi untuk pemeliharaan dan perbaikan pada saat peralatan harus disservice maupun diperbaiki saat mengalami kerusakanBahan baku tersebut adalah merupakan asset perusahaan yang memiliki nilai inventory yang tinggi dan harus disimpan di gudang khusus serta dikelola secara professional agar tidak rusak atau hilang. Kerusakan atau kehilangan akan merugikan proses produksi karena harus membeli dan menggantinya untuk kelancaran dan kelangsungan produksi. Aktifitas GudangReceiving (Menerima Barang)Kegiatannya terdiri dari: penurunan barang dari kendaraan pengiriman (unloading), pembukaan bungkusan material, pemeriksaan kesesuaian material dengan daftar pengiriman barang (packing list), melakukan pemeriksaan kualitas barang, memutuskan kualitas barang (apakah diterima, ditolak, atau diterima dengan syarat), dan penanganan barang untuk disimpan di gudang. Pada kondisi ‘ditolak’ – dan mungkin juga ‘diterima dengan syarat’ – barang yang diterima perusahaan bisa dikembalikan langsung kepada perusahaan pengirimnya, atau disimpan sementara untuk diambil oleh perusahaan pengirim pada periode lain. Selama masa penyimpanan sementara dibutuhkan tempat kondusif dan sebaiknya dispisahkan dari inventory lain supaya proses pengembaliannya efektif.Faktor penting yang dipertimbangkan dalam proses penerimaan barang antara lain:Material: jumlah, ukuran, bentuk, berat, sifat fisik dan kimiawi, waktu dan frekuensi.Peralatan dan fasilitas.OrangPut – awayYaitu kegiatan pengiriman barang dari lokasi receiving ke lokasi penempatan inventory. Kegiatan ini bisa dilakukan manual oleh tangan manusia sendiri atau dengan bantuan alat, seperti forklift. Pemilihan alat yang digunakan dilakukan berdasarkan ukuran inventory.Keberhasilan kegiatan put – away harus melihat berat barang, kecepatan pengiriman, sifat, perlakukan, dan berat barang Storage (Penyimpanan)Tujuan penyimpanan inventrory adalah menjamin:Kecukupan kapasitas dan efisiensi pemakaian tempat penyimpanan.Pengendalian kualitas dan kuantitas material selama penyimpanan (audit).Pasokan kebutuhan material untuk pemakai.Kerapihan dan perawatan tempat dan alat penyimpanan.Keselamatan orang dan lingkungan di sekitar tempat penyimpanan.Storage bisa dibagi berdasarkan fungsi area di dalam gudang. Misalnya, gudang bahan mentah, gudang barang jadi, gudang dengan perlakuan khusus terhadap suhu, sifat (cair, padat, gas, mudah terbakar, waktu kedaluwarsa), area yang disewa oleh perusahaan tertentu, area bedasarkan pemasok, dimensi, atau hargaPicking (Pengambilan)Kegiatan ini mencakup: penerimaan dan pemrosesan order, mencari lokasi penempatan barang, meletakkan barang pada tempat penyimpanan, mengambil barang yang dipesan, pengecekan kondisi fisik dan jumlah barang, sampai dengan penyerahan barang kepada bagian pengiriman. Perhatikan aturan FIFO (First In First Out), peralatan yang digunakan, pencatat status barang yang diambil, dan aturan lainnyaShipping (Pengepakan, Pengiriman)Kegiatan ini mencakup pengepakan barang setelah diambil pada proses picking, kemudian barang diserahkan kepada kendaraan pengangkut (loading), konsolidasi pengiriman dengan barang-barang lain yang akan dikirim ke tujuan (sebaiknya barang yang dikirm ke tujuan berdekatan menggunakan kendaraan pengiriman yang sama), sampai kegiatan persiapan dokumentasi pengiriman barang.Semakin kecil ukuran kemasan, semakin nudah penanganannya. Disisi lain, perhatikan juga ukuran container dan standar volumetric weight untuk pertimbangan biaya dan penanganan pengiriman yang optimum, lokasi tujuan konsumen, dan peraturan mengenai penanganan barang emasan).Perencanaan GudangBeberapa risiko yang mungkin terjadi didalam sistem pergudangan sudah dibahas pada bab sebelumnya, misalnya: barang tidak jelas keberadaannya, pergerakan sulit, gudang terlalu sempit, dan administrasi tidak rapi. Untuk menghadapi ini perusahaan harus melakukan perencanaan gudang menjalankan operasional gudang. Perencanaan kapasitas gudang akan menentukan apakah perusahaan perlu memiliki gudang sendiri ataukah cukup dengan menyewa.Lokasi GudangAkses yang baik, tersedia jalan raya, rel, atau aliran sungai, yang mendukung proses pengiriman barang dari dan ke gudang.Tersedianya sistem pencarian dan keamanan rusak dan hilang.Ketersediaan layanan pokok: listrik, air dan komunikasi untuk menjamin kelancaran operasional gudang.Fleksibilitas ukuran luasan untuk mengantisipasi masalah kebutuhan ekspansi gudang. Menambah kapasitas gudang bisa dengan memperluas gudang (horizontal) atau menambah jumlah lantai gudang (vertical). Jika perusahaan ingin mengantisipasi luasan gudang secara horizontal, perusahaan harus menyediakan lahan kosong yang cukup pada awal mendirikan gudang. Jika perusahaan ingin memperluas gudang secara vertical, perusahaan harus membuat fondasi tanah yang cukup saat mendirikan gudang untuk bisa menambah beban lantai gudang. Pertimbangkan juga kemudahan akses bagi peralatan pergudangan untuk melakukan manuver di dalam gudang.Pajak atau insentif yang relevan dengan investasi gudang.Jika gudang didirikan di kawasan khusus pergudangan yang disediakan pemerintah, biasanya disediakan pajak yang lebih rendah. Hal ini bisa mengurangi biaya operasional gudang, tetapi perusahaan harus memperhatikan lokasi gudang ini dengan lokasi pabrik dan konsumennya.Menghitung luas gudang.Terdiri dari:Area penerimaan dan pengiriman.Ruang untuk penyimpanan barang (kapasitas simpan).Ruang untuk manuver peralatan.Ruang untuk kantor bagi karyawan gudang.Service Area (kamar kecil, ruang makan, dan ruang berdoa karyawan).Pertimbankan kebutuhan masa depan, perluasan ke atas (menambah lantai gudang, fondasi harus siap sejak awal membangun gudang) atau ke samping (perluasan area gudang, persiapan luas lahan)KonsepKonsep 6S (Speed, Space, Specification, Safety, Security, Situation)memiliki tujuan menjalankan storage (fungsi penyimpanan) yang baik. SPEED (Kecepatan Pelayanan)Dipengaruhi oleh frekuensi penggunaan barang, yaitu fast moving dan slow moving, inventory yang fast moving adalah inventory yang memiliki tingkat frekuensi penerimaan dan pengiriman tinggi, misalnya sebanyak 30 kali dalam sebulan atau dirata-rata ada satu kali kegiatan penyimpanan setiap hari. Barang yang fast moving disarankan untuk ditempatkan dekat dengan pintu masuk dan keluar gudang. Barang yang slow moving bisa ditempatkan pada lokasi yang agak jauh. Tujuannya agar proses penyimpanan dan pengembalian barang cepat.SPACE (Ruang Simpan dan Gerak)Terdiri dari ruang simpan dan gerak untuk barang yang simpan (kapasitas dan akses memadai), orang yang bertugas (keamanan dan kenyamanan), dan alat penyimpanan (misalnya: forklift) dan pengambilan barang (mampu bergerak cepat, lancar, dan memiliki tempat penyimpanan yang aman).SPECIFICATION (Sifat Fisik, Kimia, Mudah Pecah, Busuk, Kontaminasi, Beracun, dan Lain-lain)Beberapa perusahaan tertentu barang yang disimpan di gudang memiliki sifat fisika atau kimia yang harus dijaga kondisinya. Misalnya: perusahaan cat yang menyimpan bahan baku cat memiliki sifat kimia mudah terbakar sehingga harus aman dari bahaya kebakaran; bahan pangan yang disimpan di gudang harus diawasi dari tanggal kedaluwarsa, ancaman hama, atau harus disimpan pada tingkat suhu tertentu. Biasanya barang-barang yang membutuhkan perlakuan khusus ini disimpan pada tempat yang terpisah dari barang lainnya. Perusahaan harus menjaga baik barang-barang tersebut dan menjaga fasilitas agar selalu berfungsi sebagaimana mestinya.SAFETY (Keselamatan)Keselamatan ini mencakup barang (tidak hilang, terkontaminasi, pengecekan berkala, dan lain sebagainya), orang (aman dari bahaya luka, cacat, atau keracunan dari barang kimia), dan alat (tidak rusak akibat beban berlebih, tidak membahayakan orang dan barang). SECURITY (Keamanan)Gudang harus dirancang agar aman bagi orang yang bertugas (aman dalam menjalankan tugasnya digudang, sehingga harus jelas tanggungjawab setiap orang), aman bagi barang yang disimpan sehingga terjaga dari risiko hilang, dan aman bagi peralatan yang digunakan sehingga terjaga dari risiko kehilangan.SITUATION (Keadaan Lingkungan)Selain dari sisi efektivitasnya kegunaan gudang, perusahaan perlu memperhatikan faktor-faktor lingkungan gudang, yaitu:Sosial: keberadaan gudang diterima masyarakat di sekitarnya, tidak menggangu kehidupan masyarakat, bahkan ikut merekrut masyarakat di sekitar untuk menjadi karyawan gudang.Ekonomis: dengan adanya gudang akan menggerakkan kegkiatan ekonomi disekitarnya, seperti usaha warung makan dan pemondokkan.Kebijakan pemerintah: pemerintah membangun sebuah kawasan khusus pergudangan yang dilengkapi dengan akses dan infrastruktur lengkap, dekat dengan kawasan industri, bahkan diberi insentif berupa pajak yang rendah.Teknis operasional, ketersediaan sumber daya dan prasarana.Harus dipastikan bahwa lokasi pergudangan bisa didukung oleh sumber daya untuk penghidupan karyawan, akses dan infrastruktur yang baik, seperti air bersih dan fasilitas listrik.Lingkungan: pembangunan gudang harus memperhatikan bahan buangan yang mungkin dihasilkan gudang agar tidak mencemari lingkungan disekitarnya. Misalnya dengan menyediakan fasilitas daur ulangLatihanSebutkan tujuan pengadaan material!Jelaskan pertimbangan organisasi dalam memutuskan membuat barang kebutuhannya sendiri atau mengadakan/ membeli dari pemasok adalah:Sebutkan prinsip-prinsip kerja sama dengan pemasok!RangkumanTujuan Pengadaan Material, yaitu:Memperoleh barang dan layangan dari pemasok pada jumlah, harga, dan kualitas yang sesuai kebutuhan.Memastikan perusahaan memperoleh pelayanan terbaik dari pemasok sehingga proses operasi di perusahaan berjalan lancar.Mengidentifikasi pemasok yang mampu menyediakan barang dan layanan terbaik, dan membina hubungan baik.Menjalin hubungan yang lebih dekat dengan pemasok untuk saling memahami kebutuhan masing-masing.Negiosasi biaya pembelian dan pengadaan barang.Rencana Pengadaan (Procurement Plan), meliputi:Rencana Pengadaan Material KonstruksiRencana Pengadaan Peralatan KonstruksiAdapun tahapan Pelaksanaan Procurement adalah sebagai berikut:Menyepakati Spesifikasi Kebutuhan Barang Dengan Bagian OperasionalMemilih PemasokNegosiasi dengan pemasokMengatur dan/atau memonitorKerjasama Dengan PemasokPrinsip-prinsip kerja sama dengan pemasok:a)Mempunyai tujuan yang sama. b)Saling menguntungkan.c)Saling percaya dan terbuka. d)Kerjasama jangka panjang.e)Perbaikan berkesinambungan dalam hal mutu dan biaya.Analisa Pemasok merupakan pengelompokan barang/ item/ bahan mentah/ inventory yang harus disediakan oleh bagian pengadaan barang dan dikelompokkan berdasarkan dua kategori, yaitu tingkat risiko pasokan dari pemasok dan nilai transaksi bisnis.Dalam Pengelolaan Pergudangan, gudang memiliki tujuan dan fungsi sebagai berikut:1)Menyimpan barang untuk sementara waktu sambil menunggu giliran untuk diproses,2)Memantau giliran untuk diproses,3)Meminimumkan biaya pergerakan barang, peralatan, dan karyawan, 4)Menyediakan media komunikasi dengan konsumen mengenai barang,5)Titik penyeimbang aliran inventory dan barangDidalam tahapan Procurement juga ada yang disebut dengan “Konsep 6S” (Speed, Space, Specification, Safety, Security, Situation) yang memiliki tujuan untuk menjalankan storage (fungsi penyimpanan) yang baik.Evaluasi Jawablah pertanyaan dibawah ini, dengan cara memilih jawaban yang paling benar!Dalam proses negoisasi atau tender yang dilakukan, hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut, kecuali: Kualitas manajemen dan kesehatan keuangan (arus kas) pemasok.Tipe pemasokLokasi, harga, dan pelayanan purna jual. Perbaikan berkesinambungan dalam hal mutu dan biaya.Berikut adalah metode yang digunakan untuk mengatur dan/ atau memonitor Siklus pengiriman dan pembelian barang, kecuali:Blanket order,Purchase order,Long – term contract.Term of paymentBerikut adalah risiko yang mungkin terjadi didalam sistem pergudangan, misalnya:Tersedianya sistem pencarian dan keamanan rusak dan hilang.Berkurangnya biaya operasional gudangKualitas barang menjadi rendahBarang tidak jelas keberadaannyaBAB VITAHAP EVALUASIIndikator Hasil Belajar:Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu mengetahui tahap evaluasi.Indikator Hasil Belajar:Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu mengetahui tahap evaluasi.Evaluasi Kinerja Pemasok MaterialKriteria EvaluasiAda dua metode untuk mengevaluasi supplier yaitu evaluasi berbasis proses dan evaluasi berbasis kinerja.Evaluasi supplier berbasis proses dilakukan untuk supplier yang memasok material dari hasil olahannya sendiri seperti supplier beton siap pakai (ready-mixed concrete), supplier hot mix (asphalt concrete). Evaluasi dilakukan menurut tahapan proses pembuatan produk tersebut mulai dari bahan baku sampai barang jadi, untuk itu bagan alir (flow-chart) proses dan spesifikasi bahan baku akan menjadi acuan dalam evaluasi.Evaluasi supplier berbasis kinerja dilakukan untuk supplier yang memasok bahan baku yang bukan olahannya sendiri. Berbagai kriteria digunakan dalam metode ini antara lain keandalan pengiriman material (delivery reliability), biaya, tingkat kerusakan pengiriman (quality defect rate)Evaluasi berbasis kinerja lebih sering dilakukan daripada berbasis proses karena data yang obyektip mudah didapat dan mudah pula pengukurannya.Contoh Evaluasi Kinerja Pemasok MaterialSetelah memilih dan bekerja sama dengan pemasok, perusahaan melakukan penilaian terhadap kinerja pemasok secara berkala (misalnya setiap 3 atau 6 bulan sekali). Proses penilaian dilakukan secara terbuka dengan semua pemasok agar masing-masing saling mengetahui kinerja mana yang terbaik sehingga bisa dilakukan perbaikan bagi pemasok yang kurang baik. Cara penilaiannya bisa dilakukan sama seperti ketika memilih pemasok. Perbedaannya adalah kriteria penilaian diketahui dan disepakati bersama oleh perusahaan dan pemasok sebelum kerja sama dijalankan.Contoh kriteria penilaian:KetepatanPengiriman sebaiknya tetapt waktu, jika terlalu cepat akan menambah inventory di pembeli, jika terlambat akan mengganggu kelancaran proses di pembeli. Jika pengiriman diharapkan tiba 5 hari setelah pemesanan, nilai untuk kecepatan pengiriman bisa disepakati sebagai berikut:< 3 hari, mendapat nilai 10.4 – 6 hari, mendapat nilai 7,> 7 hari, mendapat nilai 5.Tingkat produk yang ditolak karena rusak maksimum 2%, nilai untuk kinerja tingkat produk rusak< 2%, mendapat nilai 10.2% - 5%, 5.> 5%, mendapat nilai 1.Tujuan jangka pendek penilaian ini adalah untuk meningkatkan kempetensi pemasok, memperbaiki kekurangan yang dilakukan perusahaan dan pemasok, keselarasan sistem pengiriman dan pembayaran (bahkan bisa efisiensi produksi dan tingkat inventory), melibatkan pemasok dalam proses pengembangan produk. Adapun tujuan jangka panjangnya adalah kerja sama dan tumbuhnya saling percaya. Pemasok yang selalu menunjukkan kinerja baik dapat diberikan sertifikat kinerja. Biasanya sertifikasi ini menjadi acuan bagi pemasok lain dalam meningkatkan kinerja, atau bagi calon pemasok yang ingin mengadakan kerja sama. Dalam melaksanakan pembelian/ pengadaan barang , fungsi pembelian dapat dilakukan secara sentralisasi (terpusat, untuk melayani kebutuhan semua bagian/ wilayah kerja) atau densentralisasi.Alasan pembelian dilakukan secara sentralisasi:Jenis material sedikit dan tidak jauh berbeda sayu dengan lain.Jumlah user (bagian yang memakai barang yang dibeli) tidak terlalu banyak.Secara geografis tiap bagian/pabrik tidak berjauhan.Pesanan dari beberapa bagian/ wilayah dapat dikonsolidasikan, sehingga memungkinkan menekan harga beli.Mengurangi beban kerja pembelian barang di unit kerja lain.Kontak dengan pemasok dilakukan melalui satu titik komunikasi sehingga alur informasi dapat lebih efisien.Alasan pembelian dilakukan secara desentralisasi:Memudahkan koordinasi langsung dengan bagian produksi/ user.Lebih cepat memenuhi kebutuhan produksi. Sangat efektif bila memakai pemasok lokal.Menjadi otonomi masing-masing user, sehingga dapat menjalankan kebijakan sendiri tanpa bergantung pada kantor pusat.Lebih baik menghadapi fluktuasi pasar dibandingkan pembelian sentralisasi, karena tiap bagian/ wilayah/ unit kerja dapat menyesuaikan sendiri kebutuhannya. Evaluasi Kinerja Pemasok Peralatan KonstruksiKriteria EvaluasiEvaluasi kinerja pemasok peralatan konstruksi, dalam hal ini peralatan sewa atau peralatan leasing biasanya menggunakan data yang digunakan pada sistim informasi manajemen peralatan proyek yang terdiri dari Laporan Harian Operator, Laporan Perbaikan Alat, Laporan Pemeliharaan Alat, Laporan Bulanan Peralatan ProyekContoh Evaluasi kinerja Peralatan SewaPemasok peralatan rental/ sewa biasanya menetapkan tarip sewa per jam operasi serta batasan jam minimum pemakaian peralatan per bulan (umumnya minimum 200 jam per bulan) dikurangi jam kerusakan selama alat dalam perbaikan.Kinerja alat sewa akan dinyatakan performed bila bisa mencapai jumlah pemakaian lebih dari 200 jam per bulan, dan kurang performed bila pemakaian kurang dari 200 jam per bulan (karena alat sewa sering mengalami kerusakan sehingga angka 200 jam tidak tercapai)LatihanSebutkan yang dimaksud evaluasi supplier berbasis proses!Jelaskan tujuan penilaian jangka pendek kinerja pemasok material! Sebutkan alasan pembelian dilakukan secara sentralisasi!RangkumanDalam kriteria evaluasi, ada dua metode untuk mengevaluasi supplier yaitu evaluasi berbasis proses dan evaluasi berbasis kinerja.Cara penilaiannya bisa dilakukan sama seperti ketika memilih pemasok yaitu adalah kriteria penilaian diketahui dan disepakati bersama oleh perusahaan dan pemasok sebelum kerja sama dijalankan.Dalam melaksanakan pembelian/ pengadaan barang , fungsi pembelian dapat dilakukan secara sentralisasi (terpusat, untuk melayani kebutuhan semua bagian/ wilayah kerja) atau densentralisasi.Alasan pembelian dilakukan secara sentralisasi :Jenis material sedikit dan tidak jauh berbeda sayu dengan lain.Jumlah user (bagian yang memakai barang yang dibeli) tidak terlalu banyak.Secara geografis tiap bagian/ pabrik tidak berjauhan.Pesanan dari beberapa bagian/ wilayah dapat dikonsolidasikan, sehingga memungkinkan menekan harga beli.Mengurangi beban kerja pembelian barang di unit kerja lain.Kontak dengan pemasok dilakukan melalui satu titik komunikasi sehingga alur informasi dapat lebih efisien.Alasan pembelian dilakukan secara desentralisasi :Memudahkan koordinasi langsung dengan bagian produksi/ user.Lebih cepat memenuhi kebutuhan produksi. Sangat efektif bila memakai pemasok lokal.Menjadi otonomi masing-masing user, sehingga dapat menjalankan kebijakan sendiri tanpa bergantung pada kantor pusat.EvaluasiJawablah pertanyaan dibawah ini, dengan cara memilih jawaban yang paling benar!Berikut adalah alasan pembelian dilakukan secara desentralisasi, kecuali:Lebih cepat memenuhi kebutuhan produksi. Jumlah user (bagian yang memakai barang yang dibeli) tidak terlalu banyak.Sangat efektif bila memakai pemasok lokal.Memudahkan koordinasi langsung dengan bagian produksi/ user.Berikut ini adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi supplier, yaitu:Evaluasi supplier berbasis industriEvaluasi supplier berbasis produksiEvaluasi supplier berbasis manufacturEvaluasi supplier berbasis kinerjaTujuan penilaian jangka Panjang kinerja pemasok material adalah:Meningkatkan kempetensi pemasokMemperbaiki kekurangan yang dilakukan perusahaan dan pemasokKerja sama dan tumbuhnya saling percayaKeselarasan sistem pengiriman dan pembayarancentercenterBAB VIIPENUTUPSimpulanManajemen Rantai Pasok (MRP) atau Supply Chain Management (SCM) telah terbukti efektif diterapkan pada Industri Manufaktur, tetapi kurang efektif diterapkan pada Industri Konstruksi yang ditandai dengan tingginya angka waste. Hal ini disebabkan hubungan antara risiko dan reward pada industri konstruksi lain dengan yang ada di industri manufaktur. Kurva expected risk reward pada industri manufaktur berkorelasi positip artinya setiap unit risiko diikuti oleh reward, sebaliknya kurva risk-reward pada industri konstruksi berkorelasi negatif.Manajemen Rantai Pasok Konstruksi (MRPK) atau Construction Supply Chain Management (CSCM) didefinisikan sebagai strategi manajemen aliran informasi, aktifitas, tugas dan proses yang melibatkan organisasi independen dan kaitannya (hulu dan hilir) yang menciptakan nilai yang diserahkan kepada owner/ pemilik dalam bentuk proyek jadi.Ada beberapa praktek yang baik untuk meramalkan keuntungan CSCM, yaitu:Pertama industri konstruksi harus mengembangkan sikap tulus ke arah dedikasi yang kuat pada efisiensi operasinal. Kepercayaan dan komitmen kearah pengembangan efisiensi operasional sebagai penggerak profit memerlukan dukungan organisasi tingkat tinggi yang harus dikomunikasikan seluruh perusahaan.Kedua adalah kebutuhan untuk elemen operasional dalam melakukan perbaikan berkelanjutan/ terus menerus. Penetapan keuntungan bersaing (competitive advantage) berarti sedikit bila perusahaan konstruksi tidak dapat mendukungnya dari proyek ke proyek, sehingga pemimpin industri konstruksi harus menjaga semangat dasar dari antisipasi (bukan reaksi) untuk berubah.Komponen ketiga yang diperlukan untuk memposisikan efisiensi pengoperasian sebagai sumber keuntungan adalah menghilangkan/ mengurangi waste. Untuk dapat mengurangi biaya dan reaksi untuk berubah maka perusahaan konstruksi harus “ramping” (“lean”). Hal ini mengharuskan sikap umum kearah menghilangkan kelebihan material, personil dan proses. Konstruksi ramping (lean construction) telah membantu mendorong banyak perusahaan konstruksi yang responsive berhasil.Elemen ke empat yang membantu praktek pengoperasian yang baik adalah teknologi. Pengetahuan tentang kemampuan perusahaan, persaingan dan daur hidup bisnis (business cycle) adalah hal yang kritis. Teknologi modern dapat juga digunakan untuk meningkatkan aliran informasi baik didalam maupun diluar perusahaan. Teknologi juga dapat untuk memfasilitasi peningkatan pemilihan proyek, perencanaan, metode kerja dan aliran material. Pendekatan “Lean Construction” mendorong respon perusahaan konstruksi untuk berkompetisi.Manajemen Rantai Pasok menawarkan janji untuk industri konstruksi. Tantangan intensif pada pelaksanaan, sering menghalangi eksploitasi yang efektif dari keuntungan supply chain management dan terbukti merusak tiap keuntungan efisiensi operasional yang telah direncanakan. Satu rintangan (barrier) individualistic dan merugikan dari industri mempersulit untuk membuat hubungan kooperatif dengan entitas konstruksi terkaitHal yang kritis dalam implementasi teknik CSCM adala kemitraan (partnership) atau sering dikatakan strategi perserikatan. Strategi kemitraan rantai pasok adalah hubungan yang dibentuk antara dua entitas independen dalam saluran pasokan untuk mencapai tujuan dan keuntungan yang spesifik. Kemitraan tersebut membentuk block dari CSCM. Aliran informasi level tinggi dan koordinasi error-free planning and scheduling yang diperlukan oleh CSCM membutuhkan kontraktor utama untuk membangun ikatan yang lebih kuat dengan sedikit sub kontraktor dan supplier yang strategis. Sekali digerakkan dengan persaingan secara tradisional, hubungan antara supplier untuk banyak perusahaan konstruksi yang matang dengan hubungan yang merusak menjadi satu kemitraan dalam suatu kemitraan supply chain konstruksi.Tindak LanjutSebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas lanjutan untuk dapat memahami detail manajemen rantai pasok pada industri dan ketentuan pendukung terkait lainnya, sehingga memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai materi tersebut.centercenterDAFTAR PUSTAKAKonstruksi Indonesia 2012, Harmonisasi Rantai Pasok Konstruksi, Konsepsi, Inovasi dan Aplikasi di Indonesia, 2012W.C. Benton, Jr. and Linda F. Mc.Henry, Construction Purchasing and Supply Chain Management, Mc Graw Hill 2010Ricky Martono, Manajemen Logistik Terintegrasi, PPM Manajemen 2015Ir. Iman Soeharto, Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional), Edisi Kedua, 1999Building and Construction Procurement Guide, Principles and Options, Austroads, 2014David Blanchard, Supply Chain Management Best Practices, John Wiley & Sons, Inc 2007 Praktek. Jakarta: Bina AksaraGLOSARIUMRFP:Request for ProposalUNIDO:United Nation Industrial Development Organization MRDC:Mobil Research and Development CorporationPMI:Project Management InstituteMRP:Manajemen Rantai PasokSCM:Supply Chain ManagementMRPK:Manajemen Rantai Pasok KonstruksiCSM: Construction Supply Chain Management centercenterKUNCI JAWABANLatihan Soal Materi Pokok 1: Pengenalan Manajemen Rantai Pasok KonstruksiSebutkan potensi kesalahan dan masalah risiko sumberdaya konstruksi yang melibatkan semua entitas dalam supply chain!Jawaban: Risiko sumberdaya konstruksi melibatkan semua entitas dalam supply chain yaitu pemilik proyek, arsitek, kontraktor utama, sub kontraktor dan supplier. Potensi kesalahan dan masalah diperbesar oleh saling keterkaitan diantara entitas tersebut, antara lain:Masalah internal keuanganMasalah modal kerjaPembayaran yang lambat dari pemilik proyekBuruknya perencanaan dan spesifikasiKurang memadainya kemampuan teknisTidak cukupnya teknologi informasiKurangnya komunikasi diantara mitra supply chainTidak efisiennya produktifitasMasalah mutu kerjaMasalah metode kerjaMasalah keandalan delivery Masalah mutu bahan curahJelaskan praktek yang baik untuk meramalkan keuntungan CSCM!Jawaban: Ada beberapa praktek yang baik untuk meramalkan keuntungan CSCM, yaitu:?Pertama industri konstruksi harus mengembangkan sikap tulus ke arah dedikasi yang kuat pada efisiensi operasinal. Kepercayaan dan komitmen kearah pengembangan efisiensi operasional sebagai penggerak profit memerlukan dukungan organisasi tingkat tinggi yang harus dikomunikasikan seluruh perusahaan.?Kedua adalah kebutuhan untuk elemen operasional dalam melakukan perbaikan berkelanjutan/ terus menerus. ?Ketiga yang diperlukan untuk memposisikan efisiensi pengoperasian sebagai sumber keuntungan adalah menghilangkan/ mengurangi waste. ?Keempat yang membantu praktek pengoperasian yang baik adalah teknologi. Adapun kendala dalam Manajemen Rantai Pasok yaitu tantangan intensif pada pelaksanaan, sering menghalangi eksploitasi yang efektif dari keuntungan supply chain management dan terbukti merusak tiap keuntungan efisiensi operasional yang telah direncanakan. Satu rintangan (barrier) individualistic dan merugikan dari industri mempersulit untuk membuat hubungan kooperatif dengan entitas konstruksi terkait.Jelaskan yang dimaksud dengan strategi kemitraan rantai pasok!Jawaban: Strategi kemitraan rantai pasok adalah hubungan yang dibentuk antara dua entitas independen dalam saluran pasokan untuk mencapai tujuan dan keuntungan yang spesifik.Evaluasi Materi Pokok 1: Pengenalan Manajemen Rantai Pasok KonstruksiacdLatihan Materi Pokok 2: Tahapan Proyek KontruksiJelaskan pengertian Kegiatan Proyek!Jawaban: Kegiatan Proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas.Jelaskan sistematika penahapan yang disusun oleh United Nation Industrial Development Organization (UNIDO)!Jawaban: Salah satu sistematika penahapan yang luas pemakaiannya adalah yang disusun oleh United Nation Industrial Development Organization (UNIDO). UNIDO membagi siklus proyek menjadi 2 tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap implementasi. Kegiatan pada kedua tahap itu diperinci menjadi sebagai berikut:Tahap Persiapanldentifikasi gagasan atau analisis pendahuluan.Pengembangan ide menjadi konsep-konsep alternatifFormulasi lingkup proyek. Evaluasi lanjutan dan keputusan untuk investasiTahap ImplementasiPenyiapan desain-engineering terinci, jadwal induk, dan anggaran.Pengadaan kontrak dan pernbelian.Pengeijaan pabrikasi, konstruksi, uji coba, dan start- upSetelah proyek selesai kemudian dilanjutkan dengan operasi rutin dari instalasi yang baru selesai dibangunSebutkan Kegiatan utama pada tahap terminasi!Jawaban: Kegiatan utama pada tahap terminasi adalah sebagai berikut:Mempersiapkan instalasi atau produk beroperasi, seperti uji coba start- up, dan performance test.Penyelesaian administrasi dan keuangan proyek seperti asuransi dan klaim.Seleksi dan kompilasi dokumen proyek untuk diserahkan kepada pemilik atau kepada induk perusahaan.Melaksanakan demobilisasi dan reassignment pers onil.Bila langkah di atas telah selesai maka disusun laporan penutupan proyekEvaluasi Materi Pokok 2: Tahapan Proyek KonstruksiccbLatihan Materi Pokok 3: Tahap PerencanaanSebutkan beberapa fase tahapan kegiatan proyek yang berurutan untuk metode penyerahan (delivery method)!Jawaban: Ada beberapa fase tahapan kegiatan proyek yang berurutan untuk metode penyerahan (delivery method) yaitu Fase desain, Fase Penawaran (atau tender), Fase konstruksi dan Fase Pendanaan.Jelaskan yang dimaksud dengan metode design-build (DB), design-bid-build (DBB), built operete transfer (BOT) dan engineering procurement and construction (EPC)!Jawaban: Design-Build (DB)Desain-Build (desain/ membangun, dan disingkat D-B atau D/ B) adalah suatu metode penyerahan proyek yang digunakan dalam industri konstruksi. Ini adalah metode menyerahkan sebuah proyek di mana desain dan layanan konstruksi dikontrak oleh entitas tunggal yang sama, dikenal sebagai desain-builder contractor.Desain-Bid-Build (desain-tender-membangun, dan disingkat DBB atau D/ B) adalah suatu metode penyerahan proyek yang digunakan dalam industri konstruksi dimana kegiatan desain dan membangun dipisahkan kontraknya.Built Operate Transfer (membangun-beroperasi-transfer) adalah bentuk pembiayaan proyek, dimana badan swasta menerima konsesi dari pemerintah atau sektor publik untuk membiayai, merancang, membangun, dan mengoperasikan infrastruktur/ fasilitas yang tertera pada kontrak konsesi. Setelah berakhirnya jangka waktu konsesi, badan swasta (pemegang konsesi akan mentransfer/ mengembalikan kepada pemerintah. Jelaskan yang dimaksud dengan Master Schedule!Jawaban: Master Schedule Salah satu dokumen yang dihasilkan pada tahap perencanaan proyek adalah Master Schedule Proyek (Rencana Induk Proyek) yangmemuat data tentang:Macam kegiatan dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakanWaktu pelaksanaan setiap kegiatan.Durasi total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.Jaluralur kritis (critical path) untuk menentukan kegiatan yang tidak boleh terlambat atau tertunda pelaksanaannya (kegiatan kritis).Kemajuan pelaksanaan proyek pada setiap waktu yang ditentukan. Dasar penghitungan cashflow proyek.Dasar penjadualan sumberdaya proyek lain, seperti tenaga, material, dan peralatan.Alat pengendalian proyekData tersebut menjadi sumber acuan dari semua kegiatan pelaksanaan proyek dari awal sampai selesainya proyek.Evaluasi Materi Pokok 3: Tahap PerencanaanbccLatihan Materi Pokok 4: Tahap ProcurementSebutkan tujuan pengadaan material!Jawaban: Tujuan Pengadaan MaterialMemperoleh barang dan layangan dari pemasok pada jumlah, harga, dan kualitas yang sesuai kebutuhan.Memastikan perusahaan memperoleh pelayanan terbaik dari pemasok sehingga proses operasi di perusahaan berjalan lancar.Mengidentifikasi pemasok yang mampu menyediakan barang dan layanan terbaik, dan membina hubungan baik.Menjalin hubungan yang lebih dekat dengan pemasok untuk saling memahami kebutuhan masing-masing.Negiosasi biaya pembelian dan pengadaan barang.Mempersiapkan kemungkinan akan kelangkaan barang, kenaikan harga, dan rencana pengembangan produk baru organisasi.Jelaskan pertimbangan organisasi dalam memutuskan membuat barang kebutuhannya sendiri atau mengadakan/ membeli dari pemasok adalah:Jawaban: Pertimbangan organisasi dalam memutuskan membuat barang kebutuhannya sendiri atau mengadakan/ membeli dari pemasok adalah: Menentukan biaya dan kualitas terbaik dengan produksi sendiri atau membeli.Keunggulan produksi, atau bisnis utama. Jika barang yang dibutuhkan merupakan bisnis utama atau keunggulan organisasi, sebaiknya disediakan/ dibuat sendiri.Meningkatkan utilitas sumber daya sendiri.Keahlian khusus yang hanya dimiliki pemasok. Misalnya, hanya pemasok A yang memiliki sertifikat khusus dalam membuat barang. Sehingga organisasi harus membeli barang dari pemasok A.Sebutkan prinsip-prinsip kerja sama dengan pemasok!Jawaban: Prinsip-prinsip kerja sama dengan pemasok:Mempunyai tujuan yang sama. Saling menguntungkan.Saling percaya dan terbuka. Kerjasama jangka panjang.Perbaikan berkesinambungan dalam hal mutu dan biaya.Evaluasi Materi Pokok 4: Tahap ProcurementdddLatihan Materi Pokok 5: Tahap EvaluasiSebutkan yang dimaksud evaluasi supplier berbasis proses!Jawaban: Evaluasi supplier berbasis proses dilakukan untuk supplier yang memasok material dari hasil olahannya sendiri seperti supplier beton siap pakai (ready-mixed concrete), supplier hot mix (asphalt concrete). Evaluasi dilakukan menurut tahapan proses pembuatan produk tersebut mulai dari bahan baku sampai barang jadi, untuk itu bagan alir (flow-chart) proses dan spesifikasi bahan baku akan menjadi acuan dalam evaluasi.Jelaskan tujuan penilaian jangka pendek kinerja pemasok material! Jawaban: Tujuan jangka pendek penilaian ini adalah untuk meningkatkan kempetensi pemasok, memperbaiki kekurangan yang dilakukan perusahaan dan pemasok, keselarasan sistem pengiriman dan pembayaran (bahkan bisa efisiensi produksi dan tingkat inventory), melibatkan pemasok dalam proses pengembangan produk.Sebutkan alasan pembelian dilakukan secara sentralisasi!Jawaban: Alasan pembelian dilakukan secara sentralisasi, yaitu:Jenis material sedikit dan tidak jauh berbeda sayu dengan lain.Jumlah user (bagian yang memakai barang yang dibeli) tidak terlalu banyak.Secara geografis tiap bagian/pabrik tidak berjauhan.Pesanan dari beberapa bagian/ wilayah dapat dikonsolidasikan, sehingga memungkinkan menekan harga beli.Mengurangi beban kerja pembelian barang di unit kerja lain.Kontak dengan pemasok dilakukan melalui satu titik komunikasi sehingga alur informasi dapat lebih efisien.Evaluasi Materi Pokok 5: Tahap Evaluasibdc-720090-7200900057277085369400057658072723332017PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI002017PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI ................
................

In order to avoid copyright disputes, this page is only a partial summary.

Google Online Preview   Download