Binus Library



BAB 2

Landasan Teori

2.1 Pengertian Internet

Jumlah pengguna Internet yang besar dan semakin berkembang, telah mewujudkan budaya Internet. Internet juga mempunyai pengaruh yang besar atas ilmu, dan pandangan dunia. Dengan hanya berpandukan mesin pencari seperti Google, pengguna di seluruh dunia mempunyai akses Internet yang mudah atas bermacam-macam informasi. Dibanding dengan buku dan perpustakaan, Internet melambangkan penyebaran (Decentralization) / pengetahuan (Knowledge) informasi dan data secara ekstrem.

Perkembangan Internet juga telah mempengaruhi perkembangan ekonomi. Berbagai transaksi jual beli yang sebelumnya hanya bisa dilakukan dengan cara tatap muka , kini sangat mudah dan sering dilakukan melalui Internet.

2.1.1 Manfaat Internet

Manfaat internet bagi suatu perusahaan menurut Laudon dan

Laudon (2003,p 59) yaitu:

- Menghubungkan jangkauan global

- Mengurangi biaya komunikasi

- Biaya transaksi yang lebih murah

- Meningkatkan efisiensi dan efektifitas

- Mempercepat penyebaran informasi dan pengetahuan

2.2 Pengertian Web

Menurut Pressman, Roger S. (Pressman, Roger S, 2010, p8) Aplikasi web yang disebut "webapps," adalah kategori perangkat lunak jaringan-sentris yang mencakup beragam aplikasi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, webapps dapat menjadi link hypertext informatif yang menggunakan teks dan grafis yang terbatas.

2.2.1 Web Server

Menurut Shelly, Woods, Dorin (Shelly, Woods, Dorin, 2010, p.4) Halaman Web disimpan di server Web, atau host, yang merupakan komputer yang menyimpan dan mengirim (melayani) halaman Web dan data lainnya yang telah diminta. Setiap komputer yang memiliki web server dan terhubung ke Internet dapat bertindak sebagai server Web. Setiap situs web disimpan dan dijalankan satu web server atau lebih. Sebuah situs Web yang besar mungkin tersebar ke beberapa server di lokasi geografis yang berbeda.

2.2.2 HTML ( Hyper Text Markup Language)

Menurut Shelly, Woods, Dorin (Shelly, Woods, Dorin, 2010, p.8), Halaman web dibuat menggunakan Hypertext Markup Language (HTML), yang merupakan bahasa authoring yang digunakan untuk membuat dokumen World Wide Web (www). HTML menggunakan set instruksi khusus yang disebut tag atau markup untuk menentukan struktur dan tata letak dokumen Web, dan menentukan bagaimana halaman ditampilkan di browser.

2.2.3 XAMPP

Menurut Nugroho, B (Nugroho, B, 2008, p.2) XAMPP adalah suatu kumpulan web server yang populer digunakan untuk coba-coba di Windows karena kemudahan instalasinya. Bundel program open source tersebut berisi antara lain server web Apache, interpreter PHP, dan basis data MySQL.

2.3 Database

Menurut Connolly, Thomas M., Begg, Carolyn E (Connolly, Thomas M., Begg, Carolyn E, 2008, p.7), database adalah sekumpulan data yang terhubung secara logical (deskripsi dari data tersebut) yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari sebuah organisasi.

2.3.1 Database Management System (DBMS)

Menurut Connolly, Thomas M., Begg, Carolyn E (Connolly, Thomas M., Begg, Carolyn E,2008, p.9), DBMS adalah sebuah sistem perangkat lunak yang memungkinkan pengguna untuk mendefenisikan, membuat, dan memelihara basis data yang menyediakan akses untuk mengontrol basis data. Menurut Connolly, Thomas M., Begg, Carolyn E (Connolly, Thomas M., Begg, Carolyn E,2008,p.12), komponen utama DBMS dibedakan menjadi :

1. Perangkat keras (Hardware)

Perangkat keras dperlukan untuk menjalankan DBMS dan aplikasi. Perangkat keras dapat berkisar dari komputer pribadi, mainframe tunggal, sampai jaringan komputer. Perangkat keras tertentu diperlukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan DBMS yang digunakan. Beberapa DBMS hanya berjalan pada perangkat keras atau sistem operasi tertentu, sementara DBMS yang lain berjalan diberbagai perangkat keras dan sistem operasi. Sebuah DBMS membutuhkan 14 jumlah minimum memori utama dan ruang disk untuk menjalankannya, tetapi konfigurasi minimal ini belum tentu memberikan kinerja yang diinginkan.

2. Perangkat lunak (Software)

Komponen perangkat lunak terdiri dari perangkat lunak DBMS dan program aplikasi itu sendiri, sistem operasi, termasuk perangkat lunak jaringan jika DBMS dijalankan melalui jaringan. Biasanya program aplikasi ditulis dalam bahasa pemprograman generasi ketiga, seperti ‘C’, COBOL, Fortan, ada, atau Pascal, atau menggunakan bahasa pemograman keempat, seperti SQL, tertanam di dalam bahasa pemograman generasi ketiga. Target DBMS memiliki alat generasi keempat sendiri yang memungkinkan pengembangan aplikasi yang cepat melalui penyediaan bahasa query non-prosedural. Generator laporan, generator bentuk, generator grafik, dan generator aplikasi. Penggunaan alat generasi keempat dapat meningkatkan produktivitas secara signifikan dan menghasilkan program yang lebih mudah dipelihara.

3. Data

Merupakan komponen terpenting dari DBMS karena data merupakan penghubung antara komputer dengan manusia.

4. Prosedur

Prosedur adalah panduan dan instruksi dalam membuat desain dan menggunakan basis data. Pengguna dari sistem dan staff dalam mengelola basis data membutuhkan prosedur dalam menjalankan 15 sistem dan mengelola basis data.

Prosedur didalam basis data dapat berupa login didalam basis data, penggunaan sebagian fasilitas DBMS, cara menjalankan dan memberhentikan DBMS, membuat salinan back-up basis data, memeriksa piranti keras dan piranti lunak yang sedang berjalan, mengubah struktur basis data, meningkatkan kinerja atau membuat arsip data pada secondary storage.

5. Orang

Pengguna yang berkaitan dengan system

2.3.2 Entity Relationship Diagram (ERD)

1. Entitas

Menurut Connolly, Thomas M., Begg, Carolyn E (Connolly, Thomas M., Begg, Carolyn E,2008,p.372), entitas adalah konsep dasar dari ERD, yang merepresentasikan sekumpulan objek (orang, tempat, barang, konsep, event) dengan muatan yang sama di dalam database. Entitas diidentifikasi mempunyai keberadaan yang independen oleh sebuah perusahaan dan perorangan.

2. Relationship

Menurut Connolly, Thomas M., Begg, Carolyn E (Connolly, Thomas M., Begg, Carolyn E,2008,p.374) relationship adalah sekumpulan hubungan yang berarti antara satu atau lebih entitas, dimana setiap tipe relationship diberi nama yang menggambarkan fungsinya. Sedangkan relationship occurance adalah hubungan yang dapat diidentifikasi secara unik.

3. Atribut

Menurut Connolly, Thomas M., Begg, Carolyn E (Connolly, Thomas M., Begg, Carolyn E,2008,p.379), atribut adalah sebuah sifat dari entitas atau relationship. Sebagai contoh, entitas staff mungkin dapat menjelaskan atribut sebagai berikut: noStaff, nama, posisi, dan gaji. Setiap atribut menyimpan nilai yang menjelaskan setiap entry occurance dan menggambarkan bagian utama dari data yang disimpan di dalam database.

2.4 Pengertian Manajemen

Menurut Madura (Madura, 2007, p. 20) manajemen berarti cara bagaimana karyawan dan sumber daya lainnya (seperti mesin) digunakan oleh perusahaan.

Menurut Robbins dan Coulter (Robbins dan Coulter,2012, p.24), fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut:

• Merencanakan (Planning)

Fungsi manajemen yang meliputi mendefinisikan tujuan, menetapkan strategi untuk mencapai tujuan tersebut, dan membangun rencana untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan organisasi. Perencanaan terdiri atas semua aktivitas manajerial yang terkait dengan persiapan masa depan. Tugas-tugasnya mencakup peramalan, penetapan tujuan, penggunaan strategi, pengembangan kebijakan, dan penentuan sasaran.

• Mengorganisasi (organizing)

Fungsi manajemen yang meliputi mengatur dan menstrukturisasi pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam fungsi ini juga termasuk menentukan tugas apa yang harus diselesaikan, bagaimana tugas tersebut diselesaikan dan siapa yang harus menyelesaikan tugas tersebut. Pengorganisasian mencakup semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur tugas dan hubungan otoritas.

• Memimpin (Leading)

Fungsi manajemen yang meliputi bekerja bersama satu sama lainnya untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam fungsi ini juga termasuk memotivasi, memimpin, dan aktivitas lainnya termasuk berhadapan dengan orang lain seperti membuat kesepakatan dengan orang lain, mengambil keputusan dan lainnya.

• Mengendalikan (Controlling)

Fungsi manajemen yang meliputi memantau kinerja (memonitor karyawan), membandingkan (komparasi) dan memperbaiki performa kerja. Aktivitas memantau kinerja untuk memastikan bahwa mereka bekerja sesuai dengan yang telah direncanakan. Pengendalian mengacu pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan bahwa hasil-hasil aktualnya sejalan dengan yang direncanakan.

2.5 Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan penting yang perlu dilakukan perusahaan untuk meningkatkan usaha dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Disamping kegiatan pemasaran perusahaan juga perlu mengkombinasikan fungsi - fungsi dan menggunakan keahlian mereka agar perusahaan berjalan dengan baik.

Menurut Kotler dan Keller (Kotler dan Keller, 2009, p.45) pemasaran adalah proses merencanakan dan mengekesekusi konsep, harga, promosi,dan distribusi ide, produk dan jasa untuk membuat pertukaran yang memuaskan individual dan tujuan organisasional.

Menurut Kotler dan Armstrong (Kotler dan Armstrong, 2010, p.29), pemasaran merupakan proses dimana perusahaan membuat nilai untuk pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dalam rangka untuk mendapatkan nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.

Bedasarkan beberapa kutipan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu proses manajemen perusahaan dimana terjadi proses identifikasi, antisipasi, komunikasi, penciptaan nilai dari kebutuhan pelanggan untuk mendapatkan keuntungan bagi perusahaan dan kepuasan bagi pelanggan.

2.6 Pengertian Manajemen Pemasaran

Menurut Kotler dan Keller (Kotler dan Keller, 2009, p.45), mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu pengetahuan dari memilih target pasar dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan melalui pembuatan, penyampaian, dan komunikasi dari nilai pelanggan superior. Manajemen pemasaran mengambil peran dimana setidaknya satu pihak pertukaran potesial berpikir tentang arti dari meraih tanggapan yang diinginkan dari pihak lainnya.

2.7 Strategi Pemasaran

Menurut Strauss dan Frost (Strauss dan Frost, 2009, p.52-53) strategi pemasaran adalah rancangan strategi pemasaran yang mengkapitalisasi pada kemampuan elektronik organisasi atau teknologi informasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Kotler dan Armstrong (Kotler dan Armstrong, 2010, p.45) dalam hal ini, perusahaan harus membagi keseluruhan pasar dengan melibatkan proses:

• Segmenting (Segmentasi Pasar)

Pasar memiliki berbagai tipe pelanggan, produk, dan kebutuhan. Pemasar harus menentukan segmen yang menawarkan peluang terbaik. Segmentasi pasar adalah membagi pasar menjadi kelompok pembeli berbeda yang mempunyai kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang berbeda dan yang mungkin memerlukan produk atau program pemasaran terpisah. Segmen pasar merupakan sekelompok konsumen yang merespons dengan cara yang sama terhadap sejumlah usaha pemasaran tertentu.

• Targeting (Penetapan Target Pasar)

Setelah perusahaan mendefinisikan segmen pasar, perusahaan dapat memasuki satu atau beberapa segmen tersebut. Penetapan target pasar merupakan proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau lebih jumlah segmen yang dimasuki. Perusahaan harus menargetkan daya tarik segmen di mana perusahaan dapat menghasilkan nilai pelanggan terbesar dan mempertahankannya sepanjang waktu.

• Diferentiation (Diferensiasi Pasar)

Diferensiasi merupakan benar-benar mendiferensiasikan penawaran pasar untuk menciptakan nilai pelanggan yang tinggi.

• Positioning (Posisi)

Positioning merupakan pengaturan produk untuk menduduki tempat yang jelas, berbeda dan diinginkan relatif terhadap produk pesaing dalam pikiran konsumen sasaran.

• Marketing Mix (Bauran Pemasaran)

Menurut Kotler dan Armstrong (Kotler dan Armstrong, 2010, p.48) bauran pemasaran adalah satu set alat pemasaran taktis yang terkendali yang terdiri dari produk (product), harga (price), lokasi (place), dan promosi (promotion) yang digabungkan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan dalam target pasar.

Komponen-komponen dari bauran pemasaran tersebut menurut Kotler dan Armstrong (Kotler dan Armstrong, 2010, p.48-49) adalah 4P:

• Product (Produk)

Merupakan kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan ke target pasar. Contoh keputusan tentang produk seperti: variasi produk, kualitas produk, perancangan produk, keistimewaan produk, merek, kemasan, pelayanan, garansi dan sebagainya.

• Price (Harga)

Sejumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk mendapatkan produk. Contoh keputusan tentang harga seperti: daftar harga, periode pembayaran, diskon, dan strategi harga.

• Place (Lokasi)

Termasuk aktivitas perusahaan untuk membuat produk tersedia di target pelanggan. Contoh keputusan tentang lokasi seperti: saluran distribusi, cakupan, persediaan barang, transportasi, lokasi pemasaran dan sebagainya.

• Promotion (Promosi)

Merupakan aktivitas yang mengkomunikasikan manfaat dan keunggulan produk dan membujuk target pelanggan untuk membelinya. Contoh keputusan tentang promosi seperti:periklanan, strategi promosi, penjualan secara perorangan, hubungan publik, dan biaya untuk promosi.

2.8 Efektifitas Media Pemasaran

Kotler dan Keller (Kotler dan Keller, 2009, p.546-547) menuliskan bahwa perencana media harus mengetahui kapasitas dari tipe media iklan untuk menghantarkan jangkauannya, frekuensi, dan dampak. Perencana media memutuskan untuk memilih sebuah media dengan mempertimbangkan beberapa variabel, yaitu :

1. Kebiasaan media pelanggan sasaran

Media yang paling sering digunakan oleh pelanggan, termasuk

jangkauannya.

2. Karakteristik produk

Tipe media yang memiliki perbedaan potensial untuk demonstrasi,

visualisasi, penjelasan, kepercayaan, dan warna.

3. Karakteristik pesan

Ketepatan waktu dan konten informasi akan mempengaruhi

pemilihan media.

4. Biaya

Biaya yang perlu dikeluarkan untuk menggunakan media tersebut.

2.9 Manajemen Strategis

2.9.1 Pengertian Manajemen Strategis

Menurut David (David, 2011, p.37), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu pengetahuan dari merumuskan mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi untuk meraih tujuannya. Seperti yang telah tersirat didalam pendefinisiannya, manajemen strategis berfokus pada integrasi manajemen, pemasaran, finansial akuntansi, produksi (operasi), riset dan pengembangan, dan sistem informasi untuk meraih kesuksesan organisasi. Tujuan dari manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi dan membuat peluang yang baru dan berbeda untuk masa depan.

2.9.2 Tahapan Manajemen Strategis

Menurut David (David, 2011, p.38-39), Proses manajemen strategis terdiri dari 3 tahap, yaitu:

1. Formulasi Strategi

Perumusan strategi terdiri dari mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal dari organisasi, mendeterminasikan kekuatan dan kelemahan internal, membangun tujuan jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi khusus untuk dijalankan. Isu perumusan strategi juga termasuk memutuskan bisnis apa yang mau dimasuki, bisnis apa yang harus ditinggalkan, bagaimana mengalokasikan sumber daya, baik dengan memperluas atau diversifikasi operasi, apakah untuk masuk pasar internasional, bergabung atau joint venture, dan bagaimana untuk menghindari permusuhan.

2. Implementasi Strategi

Implementasi strategi membutuhkan perusahaan untuk menetapkan objektif tahunannya, merancang kebijakan, memotivasi karyawan, dan alokasi sumber daya sehingga strategi yang telah dirumuskan dapat dieksekusi. Implementasi strategi terdiri dari mengembangkan budaya strategi mendukung, membuat struktur organisasi yang efektif, mengarahkan upaya pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi, dan menghubungkan kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi.

3. Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi merupakan tahap terakhir dari manajemen strategis. Manajer perlu untuk mengetahui saat strategi khusus tidak bekerja dengan baik. Evaluasi strategi merupakan kunci utama untuk mendapatkan informasi. Tiga aktivitas utama dari strategi evaluasi adalah melihat kembali faktor eksternal dan internal yang mendasari strategi saat ini, mengukur kinerja, dan mengambil tindakan perbaikan.

2.9.3 Keuntungan Manajemen Strategis

Menurut David (David, 2011, p. 48-50), Keuntungan utama dari manajemen strategis adalah untuk membantu perusahaan memformulasikan strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logikal, dan rasional untuk menentukan strategis.

1. Keuntungan Finansial

Bisnis yang menggunakan konsep manajemen strategis menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam penjualan, profitabilitas, dan produktivitas dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan aktivitas perecanaan yang sistematis.

2. Keuntungan Non Finansial

Manajemen strategis juga menawarkan keuntungan lainnya, seperti peningkatan kesadaran akan ancaman eksternal, improvisasi pemahaman strategi pesaing, peningkatan produktivitas karyawan, mengurangi penolakan terhadap perubahan, dan pemahaman yang lebih jelas dari hubungan penghargaan kinerja.

2.10 Tipe Strategi

Menurut David (David, 2011, p.168-169) Strategi-strategi alternatif yang dapat digunakan oleh perusahaan dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Strategi Integrasi

• Integrasi ke Depan (Forward Integration)

Integrasi ke depan (forward integration) adalah untuk memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas distributor atau peritel. Saat ini semakin banyak perusahaan manufaktur (pemasok) yang menjalankan strategi integrasi ke depan dengan cara mendirikan situs website untuk menjual produk-produk mereka secara langsung kepada konsumen. Strategi tersebut menyebabkan gejolak di sejumlah industri.

• Integrasi ke Belakang (Backward Integration)

Integrasi ke belakang adalah strategi untuk mencoba memiliki atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pemasok. Strategi ini sangat tepat digunakan ketika perusahaan pemasok saat ini tidak dapat diandalkan, terlalu mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka.

• Integrasi Horizontal(Horizontal Integration)

Integrasi Horizontal adalah strategi mencoba memiliki atau meningkatkan kendali perusahaan pesaing. Salah satu tren yang paling penting dalam manajemen strategis dewasa ini adalah banyaknya pengguna integrasi horisontal sebagai strategi pertumbuhan.

2. Strategi Intensif

• Penetrasi Pasar (Market Penetration)

Strategi penetrasi pasar (market penetration) berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang sudah ada di pasar melalui usaha pemasaran yang gencar. Strategi ini sering digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan strategi lainnya. Strategi penetrasi pasar dapat terdiri dari upaya menambah jumlah pramuniaga, menambah belanja iklan, melakukan promosi penjualan ekstensif, atau meningkatkan upaya publisitas.

• Pengembangan Pasar (Market Development)

Pengembangan pasar (market development) terdiri dari upaya memperkenalkan produk atau jasa yang ada ke wilayah geografis baru.

• Pengembangan Produk (Product Development)

Pengembangan produk (product development) adalah strategi yang berupaya meningkatkan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada. Pengembangan produk biasanya memerlukan biaya yang besar untuk penelitian dan pengembangan.

3. Strategi Diversifikasi

• Diversifikasi Konsentris

Strategi diversifikasi konsentris biasanya dilakukan dengan menambah produk atau jasa baru, namun masih terkait.

• Diversifikasi Horizontal

Menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait untuk pelanggan yang sudah ada disebut Diversifikasi Horisontal (horizontal diversification). Resiko strategi ini tidak sebesar diversifikasi konglomerat karena perusahaan pasti sudah mengenal pelanggan yang sudah ada.

• Diversifikasi Konglomerat

Menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait disebut diversifikasi konglomerat (conglomeratediversification). Strategi ini dilakukan dengan cara mengakuisisi perusahaan lain yang memiliki line of business yang sama sekali berbeda.

4. Strategi Defensif

• Rasionalisasi Biaya (Retrenchment)

Rasionalisasi biaya terjadi ketika suatu organisasi melakukan restrukturisasi melalui penghematan biaya dan aset untuk meningkatkan kembali penjualan dan laba yang sedang menurun atau yang disebut sebagai strategi berbalik (turn-around) atau reorganisasi (reorganization), rasionalisasi biaya dirancang untuk memperkuat kompetensi pembeda dasar organisasi.

• Divestasi (Divestiture)

Menjual suatu divisi atau bagian dari organisasi disebut divestasi (divestiture). Divestasi sering digunakan untuk meningkatkan modal yang selanjutnya akan digunakan untuk akuisisi atau investigasi strategis lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari strategi rasionalisasi biaya menyeluruh untuk melepaskan organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang memerlukan modal terlalu besar, atau tidak cocok dengan aktivitas lainnya dalam perusahaan.

• Likuidasi (Liquidation)

Likuidasi adalah menjual semua aset sebuah perusahaan secara bertahap sesuai nilai nyata aset tersebut. Likuidasi merupakan pengakuan kekalahan dan akibatnya bisa merupakan strategi yang secara emosional sulit dilakukan.

2.11 Pengertian E-Marketing

Menurut Kotler dan Keller (Kotler dan Keller, 2009, p.474) E-Marketing mendeskripsikan upaya perusahaan untuk menginformasikan pembeli, mengkomunikasikan, mempromosikan, dan menjual produk dan jasanya melalui internet.

Menurut Kotler dan Amstrong (Kotler dan Amstrong, 2010, p.529) 4 bidang utama dalam E-Marketing yaitu:

1. Business to Business Online Marketing(B2B)

Bisnis (perusahaan, produsen, dan lainnya) memanfaatkan website,e-mail, online product catalogs, online trading networks, and online resources untuk menjangkau pelanggan bisnis baru, melayani pelanggan yang sudah ada dengan lebih efektif, serta mendapatkan efisiensi dalam pembelian serta harga yang lebih baik.

2. Business to Consumer Online Marketing (B2C)

Bisnis (perusahaan, perodusen, pedagang dan lainnya) menjual

produk dan jasanya kepada pengguna akhir secara online.

3. Consumer to Business Online Marketing (C2B)

Pertukaran secara online dimana konsumen mencari penjual, mempelajari penawaran mereka, dan memulai pembelian, bahkan terkadang melakukan transaksi secara berkala.

2.11.2 Manfaat E-Marketing

Menurut Mohammed Rafi, Fisher, Jaworski, dan Paddison (Mohammed Rafi, Fisher, Jaworski, dan Paddison,2003, p.96-97), efek dari E-Marketing ada 4, yaitu:

1) Melalui gradasi segmentasi yang lebih baik.

Dengan menurunnya biaya untuk mengumpulkan informasi dan pemrosesan informasi melalui internet, perusahaan kini mampu secara akurat dalam mensegmentasikan pelanggannya. Perusahaan dapat melakukan segmentasi yang lebih baik terhadap pelanggannya dengan menggunakan peralatan yang tersedia sehingga kebutuhan dan tipe pelanggan dapat lebih dimengerti.

2) Melalui cycle time yang lebih cepat untuk pengembangan strategi pemasaran.

Strategi pemasaran juga akan terpengaruh oleh peningkatan kecepatan informasi yang dapat dikumpulkan oleh pemasar melalui internet, kini umpan balik dan wawancara pelanggan dapat dikumpulkan secara terus menerus dan lebih cepat secara online, sehingga informasi yang ada lebih terkini serta perencanaan pemasaran dapat berubah lebih cepat dan fleksibel.

3) Melalui peningkatan akuntabilitas usaha pemasaran.

Dengan semakin cepat dan mudahnya pengumpulan data, maka semakin mudah pula pelacakan usaha pemasaran. Sebagai hasilnya, akuntabilitas strategi pemasaran yang baik akan meningkat, yang mengakibatkan kesuksesan pemasaran menjadi transparan. Akuntabilitas dari kegagalan dan kesuksesan masa lalu akan meningkatkan kewaspadaan dan kebutuhan akan strategi pemasaran melalui internet yang baik.

4) Melalui peningkatan integrasi strategi pemasaran dengan strategi operasi bisnis.

Dengan adanya integrasi yang baik antara strategi pemasaran dengan strategi bisnis dan operasi, maka hasil akhir yang didapat akan sesuai dan lebih akurat terhadapkemampuan bisnis dan operasinya.

2.11.3 Strategi E-Marketing

Menurut Strauss dan Frost (Strauss dan Frost, 2009, p.27), strategi e-marketing adalah desain dari strategi pemasaran yang memanfaatkan kapabilitas teknologi elektronik atau informasi organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi e-marketing merupakan dimana strategi teknologi dan strategi pemasaran bertemu.

2.11.4 Perencanaan E-Marketing

Menurut Strauss dan Frost (Strauss dan Frost, 2009, p.46-48) perencanaan e-marketing adalah sebuah blueprint untuk perumusan dan implementasi strategi e-marketing. Hal ini merupakan petunjuk, dokumen dinamis yang menghubungkan strategi e-business perusahaan dengan strategi pemasaran teknologi dan detil untuk perencanaan implementasi melalui manajemen pemasaran. Biasanya dikombinasikan dengan rencana pemasaran perusahaan secara keseluruhan.

2.12 Analisis 7 Stages of Internet Marketing

Gambar 2.1 Seven Stages of Internet Marketing

Sumber : Mohammed Rafi, Fisher, Jaworski, dan Paddison (Mohammed Rafi, Fisher, Jaworski, dan Paddison, 2003, p. 9)

Menurut Mohammed Rafi, Fisher, Jaworski, dan Paddison (Mohammed Rafi, Fisher, Jaworski, dan Paddison, 2003) menyatakan terdapat tujuh tahap dalam internet marketing (7 stages internet marketing), yaitu sebagai berikut :

2.12.1 Stages 1: Framing the Market Opportunity (membentuk peluang pasar).

Menurut Mohammed Rafi, Fisher, Jaworski, dan Paddison (Mohammed Rafi, Fisher, Jaworski, dan Paddison, 2003,p.9) dalam tahap pertama ini meliputi analisis peluang pasar dan mengumpulkan data dari sistem yang online maupun offline untuk menciptakan penilaian peluang.

Pada tahap ini terdapat 6 langkah investigasi yang diikuti oleh suatu keputusan lanjut atau tidak lanjut (go/not go decision):

❖ Langkah 1: Investigate opportunity in an existing or New Value System (menentukan peluang pada nilai sistem berjalan atau yang baru).

Pada langkah ini dipergunakan untuk mengindentifikasi secara luas wilayah mana yang akan dimasuki oleh perusahaan dan peluang-peluang apa saja yang memungkinkan perusahaan untuk masuk ke pasar tersebut.

Tujuannya adalah untuk mendeklarasikan apa yang ada di dalam dan di luar kumpulan pertimbangan model bisnis. Perusahaan harus melihat dengan teliti pada sistem nilai yang menghasilkan ide-ide mengenai kemungkinan bisnis baru. Secara khusus, perusahaan mencari salah satu dari ketiga hal berikut dimana trapped value bisa dilepaskan, new-to-the-world value bisa diciptakan atau gabungan dari keduanya.

Gambar 2.2 Three Type Basic Value

• Trapped Value

Dalam networked economy, perusahaan akan membuka trapped value dengan menciptakan pasar yang lebih efisien dan sistem nilai yang lebih efisien.

• New to the World Value

Untuk menciptakan new-to-the-world value perusahaan dapat menggunakan tiga cara, yaitu:

1. Meragamkan (Customize) penawaran

Pelanggan merupakan elemen paling penting dalam proses bisnis sebuah perusahaan. Dengan fleksibilitas dan keuntungan ekonomi dari internet, perusahaan memperbolehkan pelanggan untuk meragamkan produk dan jasa sesuai keinginan mereka. Perusahaan juga membuat produk mereka lebih menarik dengan membuang nilai yang tidak diinginkan pelanggan.

2. Membangun komunitas

Internet memungkinkan pembangunan komunitas secara efisien. Menciptakan komunitas untuk para pelanggan pada sebuah perusahaan, seperti adanya chat rooms, ataupun forum komunikasi yang lain yang diharapkan dapat meningkatkan tingkat loyalitas pelanggan rhadap perusahaan.

3. Memperkenalkan fungsionalitas New- to-the World Value.

Perpaduan komunikasi, komputer dan hiburan seperti halnya bentuk yang terus berubah dan kegunaan sebuah alat membuat pengalaman atau pengetahuan baru sangat mungkin terjadi. Adanya inovasi dari produk-produk lama yang telah beredar di pasaran. Produk inovasi tersebut akan menjadi sebuah diferensiasi yang unik, sehingga akan menimbulkan pengalaman baru bagi pelanggan.

• Hybrid Value

Hybrid value merupakan gabungan dari trapped value dan new-to-the-world value. Perusahaan dapat menggunakan tiga mekanisme berbeda untuk menciptakan hybrid value, yaitu:

1. Merubah penentuan harga yang sudah ada

Adanya variasi harga untuk satu jenis produk, sehingga pemakai akan memilih pemasok yang menawarkan harga terendah atau sesuai dengan informasi performance tentang pemasok tertentu.

2. Memungkinkan kemudahan akses

Kemudahan dalam mengakses ketersediaan infromasi yang dibutuhkan oleh pelanggan.

3. Memperluas jangkauan secara radikal

Merupakan penggabungan antar dua hal yang saling terkait dalam situs perusahaan.

Dengan adanya hybrid value, perusahaan dapat menembus batasan pasar yang ada saat ini atau membuat pasar baru dengan biaya pengembangan yang minim.

❖ Langkah 2: Identify unmet to underserved needs

(mengindentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi)

Pada langkah ini proses bisnis perusahaan melihat dan menganalisa apakah sistem yang berjalan sekarang telah dapat memenuhi kebutuhan konsumen atau tidak. Karena tujuan dari pengembangan sistem baru akan dikembangkan untuk mengganti sistem lama, jika sistem lama tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumen.

❖ Langkah 3: Determine target customer segment

(menentukan target segmentasi pelanggan)

Pengertian segmentasi adalah proses pengelompokkan pelanggan berdasarkan faktor-faktor tertentu. Dimana ditentukannya segmentasi dari pengguna produk dari perusahaan. Adapun segmentasi pasar dapat dibedakan berdasarkan:

• Demografis, membagi pasar berdasarkan nilai-nilai demografis, seperti: umur, jenis kelamin, pendidikan, etnis, pendapatan dan status keluarga.

• Geografis, membagi pasar kedalam unit-unit geografis, seperti: negara, provins, dan kota.

• Firmografis, membagi pasar berdasarkan variable segmentasi perusahaan. Seperti: jumlah karyawan dan ukuran perusahaan.

• Tingkah laku, membagi pasar berdasarkan pada pengetahuan, strategi pemakaian atau tanggapan mereka terhadap suatu produk, seperti: situasi yang menuntun kepada kebutuhan produk, pembelian, dan kegunaan seperti yang bersifat rutin atau khusus.

• Psikografis, membagi pasar berdasarkan pada gaya hidup dari kepribadian.

• Kesempatan (tergantung situasi), membagi pasar berdasarkan pada situasi yang mengarah pada kebutuhan suatu produk, seperti: kesempatan rutin dan kesempatan khusus.

• Keuntungan, membagi pasar berdasarkan pada keuntungan atau kualitas dari suatu produk seperti: kenyamanan, ekonomi dan kualitas.

❖ Langkah 4: Assess resource requipment to deliver the offering

(menilai kebutuhan sumber daya untuk memberikan penawaran)

Pada tahap ini akan diidentifikasi sumber daya yang dimiliki perusahaan. Adapun sumber daya tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni:

1) Customer-facing, sumber daya dalam pelanggan-facing meliputi nama merek, tenaga penjualan dan saluran distribusi.

2) Internal, sumber daya ini berhubugnan dengan operasi internal perusahaan, seperti: teknologi, pengembangan produk, pengalaman staff, dan skala ekonomis.

3) Upstream, sumber daya ini ada kaitanya dengan hubungan perusahaan dengan supplier (penyalur). Contohnya meliputi hubungan kerjasama dengan berbagai pemasok dan tingkatan kerjasama operasional antara perusahaan dengan pemasok.

❖ Langkah 5: Assess competitive, technology, and financial attractiveness of opportunity

(menilai kekuatan persaingan, teknologi, dan finansial perusahaan terhadap peluang)

Tahap ini menentukan siapa sajakah yang menjadi pesaing perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung meliputi teknologi dan keuangan yang dapat dijadikan peluang bagi perusahaan. Pada langkah kelima ini, terdapat 4 area yang dapat digunakan untuk menentukan suatu karakter dan pentingya sebuah kesempatan:

1) Competitive intensity

Dua jenis pesaing untuk sebuah proses bisnis, yaitu:

• Direct Competitor adalah pesaing dalam industry yang sama, yang menawarkan produk dan jasa yang sama.

• Indirect Competitor adalah pesaing tidak langsung dapat dikategorikan menjadi dua kategori :

- Substitute producers, perusahaan lain yang menawarkan produk dan jasa yang berbeda namun memiliki fungsi yang sama dengan yang ditawarkan oleh perusahaan.

- Adjacent competitors, pesaing yang tidak menawarkan produk yang langsung menjadi pengganti, namun memiliki potensi untuk menjadi substitute producers.

2) Customer Dynamics

Unsur-unsur meliputi dinamika pelanggan dari suatu pasar adalah:

• Tingkatan dari kebutuhan yang belum terpenuhi, atau besarnya kesempatan yang terbatas (unconstrained opportunity).

• Tingkatan interaksi diantara segmen-segmen pelanggan utama (segments interactions). Hal ini adalah aktivitas penguatan yang akan menghasilkan pembelian dan pemakaian yang lebih. Perusahaan yang memiliki dinamika mempengaruhi (viral dynamics), dapat dengan cepat menangkap banyak peluang.

• Tingkat pertumbuhan yang memungkinkan (likely rate of growth), merujuk kepada persentase dari pertumbuhan tahunan pelanggan. Pasar yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi mampu menghadirkan peluang yang signifikan bagi para pemainya.

3) Technlogy Vunerability

Pengaruh dari kerentanan teknologi yang dapat membawa dampak langsung dari adanya teknologi baru yang datang.

4) Microeconomics

Merupakan penilaian terhadap finansial perusahaan yang dapat dilihat dari tingkat pendapatan dan pangsa pasar.

❖ Langkah 6 : Conduct Go or No Go Assessment

(melakukan penilaian kelayakan atau tidak layak).

Tahap ini adalah keputusan akhir yang dapat dilihat dari peluang yang ada. Peluang tersebut menentukan apakah layak/tidak layak bagi perusahaan utuk dapat melakukan internet marketing. Beberapa faktor yang digunakan untuk menentukan keputusan Go or No Go antara lain:

1. Competitive vulnerability (kemampuan bersaing)

2. Technical vulnerability (kemampuan teknis)

3. Magnitude of unmet need (kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi)

4. Interaction between segment (interaksi dalam segmentasi)

5. Likely rate of growth (kecenderungan pertumbuhan)

6. Technology vunerability (kemampuan teknologi)

7. Market size (pangsa pasar)

8. Level of profitability (tingkat keuntungan)

Terdapat 3 parameter yang digunakan untuk mengukur faktor-faktor yang diatas, yaitu sebagai berikut:

1. Positive Factor, jika faktor tersebut memberikan nilai tambah untuk perusahaan.

2. Neutral Factor, jika faktor tersebut tidak memberikan dampak yang terlalu besar bagi perusahaan.

3. Negative factor, jika faktor tersebut akan membuat perusahaan mengalami kesulitan dalam meraih peluang yang ada.

2.12.2 Stages 2: Formulating the Marketing Strategy (menyusun strategi pemasaran)

Dalam menentukan strategi pemasaran berdasarkan, unit bisnis dan strategi pemasaran perusahaan secara keseluruhan yang perlu ditetapkan adalah membuat segmentasi pasar, target pelanggan, dan posisi perusahaan dalam pasar yang dituju sesuai dengan visi dan misi yang ingin dicapai. Terdapat tiga komponen strategi pemasaran, yaitu sebagai berikut:

• Segmentation

Segmentasi adalah kegiatan membagi suatu pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli yang berbeda yang memiliki kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang berbeda. Segmentasi pasar juga dapat diartikan sebagai proses pengidentifikasian dan menganalisis para pembeli di pasar produk, menganalisis perbedaan antara pembeli di pasar. Prioritas segmentasi berfokus pada dua hal yaitu: Tahap kesiapan dan sikap pembeli. Perusahaan menargetkan produk ke segmen yang lebih menerima produk.

Gambar 2.3 Bricks and Mortar Segmentation

Sumber: Mohammed Rafi, Fisher, Jaworski, dan Paddison (Mohammed Rafi, Fisher, Jaworski, dan Paddison, 2003, p.108)

Perusahaan tradisional yang baru menerapkan internet menyadari bahwa dalam bricks and mortars untuk segmentasi terdapat empat kemungkinan, yaitu:

1. Market Expansion

Kuadran tersebut dipilih apabila karakteristik dari segmen online sama seperti karakteristik dari segmen offline, hanya ukuran segmen pasar yang dituju mengalami perubahan.

2. Market Reclassification

Kuadran tersebut dipilih apabila karakteristik pelanggan offline berada dengan pelanggan online yaitu dimana segmentasi yang dituju pada sistem pemasaran yang kebutuhan dari segmentasi baru benar-benar berubah atau menyesuaikan dengan kebutuhan dari segmentasi yang dituju tersebut. Karena segmentasi online dapat menghasilkan segmen pelanggan yang berbeda pada internet. Hal ini dapat dikarenakan kemampuan internet untuk memperbesar penawaran perusahaan dan karena itu mampu menemukan pelanggan baru melalui internet.

3. No Change

Kuadran tersebut dipilih apabila karakteristik segmentasi online yang dituju tidak berubah secara signifikan, dan ukuran dari segmen pelanggan online pada umumnya relatif sama dengan segmen offline.

4. Reclassified Expansion

Perusahaan cenderung akan mengalami kombinasi dari dua skenario sebelumnya, sehingga segmen akan secara bersamaan berubah dalam ukuran dan karakteristik. Skenario komplit ini membuat strategi pemasaran internet menjadi lebih penting karena targeting dan positioning memegang peran penting dalam menentukan keberhasilan online.

• Targeting

Suatu proses mengidentifikasi dan memilih segmen pasar untuk dapat mengetahui secara spesifik target utama dari jenis pelanggan yang sudah ditentukan dalam tahap segmentasi.

[pic]

Gambar 2.4 Bricks and Mortar Targeting

Sumber: Mohammed Rafi, Fisher, Jaworski, dan Paddison (Mohammed Rafi, Fisher, Jaworski, dan Paddison, 2003, p.110)

1. Blanket Targeting

Segmentasi online tidak menunjukkan adanya sesuatu yang baru, secara umum karakteristik pelanggan online sama dengan pelanggan offline. Namun segmen bertambah besar karena faktor seperti meningkatnya jangkauan geografis atau pelanggan offline perusahaan tersebut merupakan pengguna internet.

2. Beachhead Targeting

Dimana segmen online dari pelanggan lebih kecil dari offline. Hal ini terjadi karena hanya sebagian kecil pelanggan perusahaan yang menggunakan internet.

3. Bleed Over Targeting

Target dari segmen online meliputi sebagian dari segmen offline dan juga menargetkan sebagian dari segmen pelanggan yang baru. Segmen yang ditargetkan dapat mencakup individu-individu yang mungkin sebelumnya diabaikan pada pilihan target segmen offline karena online sekarang menawarkan sesuatu yang memikat untuk menarik pelanggan-pelanggan tersebut.

4. New Opportunity Targeting

Target dari segmen online merupakan segmen pelanggan yang baru. Target pelanggan ini memiliki kebutuhan dan keinginan yang sama sekali berbeda dengan segmen offline. Skenario ini mungkin terjadi ketika terdapat produk-produk yang berbeda, hal yang baru untuk pelanggan dengan lokasi geografis yang berbeda, atau jika pemasaran sebelumnya tidak mampu menjangkau dan mempengaruhi persepsi produk.

• Positioning

Cara pandang perusahaan untuk mempengaruhi pelanggan tentang suatu produk yang unik dan mempunyai nilai pada target pasar sebagai langkah akhir dalam proses strategi pengambilan keputusan yang memerlukan pendekatan positioning yang berbeda-beda.

Seperti dalam proses targeting, criteria untuk positioning yang efektif tidak berubah. Strategi positioning harus menekankan perbedaan yang berarti, dapat dikomunikasikan, dan atraktif secara finansial yang terdiri dari:

[pic]

Gambar 2.5 Bricks and Mortar Positioning

Sumber: Mohammed Rafi, Fisher, Jaworski, dan Paddison (Mohammed Rafi, Fisher, Jaworski, dan Paddison, 2003, p.110)

1. Blanket Positioning

Dalam skenario ini, target segmen tidak ada perubahan dan positioning yang cukup sederhana. Strategi yang baik dapat diambil dari strategi positioning offline yang ada, karena ditujukan pada kelompok pelanggan yang sama. Positioning dengan menambahkan kelebihan internet seperti kenyamanan dan kemudahan.

2. Beachead Positioning

Strategi positioning ini mirip dengan blanket positioning, tetap lebih berfokus pada komunitas konsumen yang lebih kecil. Posisi ini mengasumsikan bahwa segmen yang lebih kecil memberikan nilai yang lebih pada kemampuan internet seperti kenyamanan dan akses.

3. Bleed-over Positioning

Strategi positioning ini menyerupai penawaran offline, tetapi juga membuat penawaran online menarik bagi tipe konsumen baru.

4. New Opportunity Positioning

Strategi positioning ini mengubah keseluruhan penawaran, dan ditujukan pada segmen konsumen yang benar-benar baru.

2.12.3 Stages 3: Designing the Customer Experience (merancang pengalaman tentang pelanggan)

Perusahaan harus memahami jenis pengalaman pelanggan yang perlu dihasilkan untuk memenuhi peluang pasar. Pengalaman harus berhubungan dengan posisi perusahaan dan strategi pemasaran. Jadi, sebuah pengalaman pelangganmerupakan jembatan antara high-level marketing strategy (tahap 2) dengan taktik program pemasaran (tahap 5).

Pengalaman pelanggan dapat didefinisikan sebagai penerjemah user ketika berhadapan dengan sebuah website, mulai dari Home sampai pada tahap pembelian, termasuk keputusan dimana user mulai mengabaikan sistem belanja secara manual. Adapun tiga tahap pelanggan relationship, yaitu:

1. Experiencing Functionality

Bagaimana perusahaan memberikan produk yang sesuai kepada pelanggan dengan keinginan pasar dan sesuai dengan periode waktu yang ada. Tahap ini meliputi: kemudahan dan kegunaan navigasi, kecepatan, kehandalan, keamanan, dan media pengaksesan.

2. Experiencing Intimacy

Suatu usaha perusahaan mengajak pelanggan agar pelanggan merasa lebih dekat dengan perusahaan sehingga mereka merasa dimengerti.

Tahap ini meliputi: customization, komunikasi, konsistensi, kepercayaan terhadap perusahaan, dan nilai kepuasan dari pelanggan.

3. Experiencing Evangelism

Pelanggan yang digambarkan sebagai individual experience, mengintegrasikan brand perusahaan kedalam kehidupannya. Pada tahap ini pelanggan menjadi seorang evangelist yaitu seorang pelanggan yang menyebar luaskan suatu produk atau brand. Mereka mendapatkan suatu pengalaman dan mendapatkan suatu nilai kepuasan yang besar terhadap suatu produk sehingga tidak dapat menunggu untuk membagikan cerita tersebut kepada teman dan rekan kerja mereka.

2.12.4 Stages 4: Crafting the Customer Interface (membangun hubungan antarmuka pelanggan)

Internet telah mengubah tempat pertukaran dari marketplace (seperti, interaksi face-to-face) menjadi marketspace (seperti, interaksi screen-to-face). Perbedaan utama adalah sifat hubungan pertukaran sekarang ditengahi oleh interface teknologi. Dengan perpindahan dari hubungan antar muka people-mediated menjadi technology-mediated.

Untuk merancang tampilan, digunakan kerangka 7C yaitu cara untuk mengindetifikasi perancangan pada tampilan utama yang dihadapi ketika mengimplementasikan model bisnis. Berikut adalah definisi dari 7C:

1. Context

Mencakup bagian dari estetika dan fungsional “look and feel”. Menekankan bagaimana sebuah website dirancang balik secara estetik maupun fungsional. Secara estetika berarti menggambarkan karakteristik visual dari website seperti warna, grafik, foto, pemakaian dan huruf. Ada dua kunci dimensi dari context, yaitu:

➢ Fungsional

Situs yang didesain dengan baik dan dibangun dengan mengorganisasikan semua informasi kedalam halaman dan menyediakan navigasi yang efektif dari halaman ke halaman.

Tiga faktor kritikal dalam layout situs yaitu:

• section breakdown

• linking structure

• navigation tools

➢ Aesthetic (estetika)

Sifat estetika dari sebuah situs didapat dari pemilihan dan kombinasi dari warna, grafik, fotografi, pilihan tulisan, dan visual lainya sehingga menciptakan desain situs yang menarik dipandang.

2. Content

Content adalah semua subjek digital yang ada di dalam sebuah situs web. Content juga mencakup medium subjek digital seperti text, video, audio, dan images. Sebagaimana pesan yang disampaikan oleh subjek digital juga mencakup produk, jasa, dan informasi yang ditawarkan. Jika context lebih berfokus pada bagaimana sebuah situs dirancang, maka content lebih berfokus pada apa yang disampaikan. Dimensi dari content yaitu :

1. Offering Mix,

Content dari web meliput produk yang ditawarkan, informasi dan pelayanan

2. Appeal Mix

Content dari web meliputi promosi dan pesan yang ingin dikomunikasikan oleh perusahaan dari sebuah web.

3. Multimedia Mix

Mengarah pada variasi media (text,audio,image, graphics) yang terdapat dalam sebuah website.

4. Content type

Informasi yang disajikan dalam suatu situs website harus selalu di update karena mempunyai tingkat sensitifitas terhadap waktu.

3. Community

Didefinisikan sebagai kumpulan hubungan yang dibangun diatas perhatian yang sama. Community dapat menghasilkan content maupun pelayanan yang menarik pelanggan pada sebuah website, dapat juga melayani pelanggan untuk membangun hubungan lebih dekat antara perusahaan dengan pelanggan atau antara pelanggan dengan pelanggan. contoh: message board dan live chats.

4. Cutomization

Didefinisikan sebagai kemampuan website untuk dapat memodifikasi sendiri atau dimodifikasi oleh user. Ketika customization diawali dan dikelola oleh sebuah perusahaan maka dinamakan tailoring. Tetapi ketika customization diinisiasikan dan dikelola oleh user maka disebut personalization.

5. Communication

Menunjuk kepada dialog yang terbuka antara website dengan user. Ada tiga dimensi komunikasi, yaitu:

1. Broadcast, pertukaran informasi satu arah dari organisasi ke pengguna. Contoh: mass mailing, FAQ, email newlatter.

2. Interaktif, komunikasi dua arah antara organisasi dengan penggua. Contoh: e-commerce dialogue, customer service, dan user input.

3. Hybrid, kombinasi antara broadcast dengan interaktif.

6. Connection

Connection didefinisikan sebagai jaringan link antara situs kita dengan situs-situs, dengan lain link yang diklik akan membawa pemakai keluar dari situs kita dan masuk ke situs orang lain. Lima dimensi koneksi:

1. Link to Sites

2. Homesite Background

3. Outsourced Content

4. Percentage of Homesite Content

5. Pathway of Connetion

7. Commerce

Commerce didefinisikan sebagai kapasitas transaksi dari sebuah situs, penjualan produk atau jasa pada sebuah situs, bersamaan dengan adanya keranjang belanja, pengiriman dan pilihan pembayaran, check-out, dan konfirmasi pemesanan. Beberapa fitur didalamnya adalah registrasi, keranjang belanja, keamanan, kartu kredit, one-click shopping, Orders Through Affiliates, teknologi konfigurasi, penjejakan pemesanan, pilihan pengantaran produk.

2.12.5 Stages 5: Designing the Marketing Program (Merancang program pemasaran)

Pada tahap ini akan didesain kombinasi yang unik atas aksi pemasaran (levers) untuk mengubah pelanggan sasaran dari tahap awareness hingga tahap dissolution yang terdefinisi sebagai berikut:

• Hubungan dengan Pelanggan

Merupakan hubungan antar perusahaan dengan pelanggan dimana perusahaan mengatur pergerakkan pelanggan dari tahap awareness, exploration, kemudian ketahap commitment hingga berakhir pada dissolution.

1. Awareness

Tahap dimana pelanggan mengenal bahwa perusahaan mungkin menjadi partner, namun tidak memulai komunikasi atau membeli produk.

2. Exploration/expantion

Pelanggan mempertimbangkan adanya kemungkinan pertukaran, mengumpulkan informasi atau mungkin mencoba berbelanja.

3. Commitment

Tahap dimana perusahaan berhasil membuat pengunjung pada websitenya menjadi pelanggan, yang selanjutnya berkembang menjadi pelanggan dengan tingkat loyalitas tinggi.

4. Dissolution

Terjadi ketika salah satu pihak yang terlibat keluar dari hubungan. Hubungan dapat diiputuskan baik oleh pihak perusahaan maupun pihak pelanggan, sehingga menghasilkan hubungan yang terputus.

• Marketspace Mix

Merupakan suatu alat yang digunakan oleh tim pemasaran internet yang mendeskripsikan hubungan antara empat tahap hubungan dalam program pemasaran (awareness, exploration, commitment, and dissolution) dengan enam kategori faktor utama yang meningkatkan pemasaran perusahaan yaitu:

➢ Product

Product adalah jasa atau barang fisik yang ditawarkan oleh perusahaan. Berbagai bentuk produk ditawarkan di internet, meliputi barang fisik (seperti pakaian), produk informasi (seperti jurnal online), dan jasa (seperti online grocer). Dalam membangun hubungan dengan pelanggan, perusahaan dapat menggunakan berbagai product lever untuk membangun awareness, layanan yang melengkapi memungkinkan pelanggan mengeksplorasi hubungan yang lebih dalam, dan penawaran yang dikustomisasi untuk memperkuat commitment.

➢ Pricing

Price merupakan sejumlah nilai yang harus dibayar oleh pelanggan untuk mendapatkan produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Terdapat berbagai pricing lever yang dapat di gunakan oleh perusahaan dalam strategi penentuan harganya. Pricing lever dapat digunakan untuk membawa pelanggan melalui empat tahap dalam hubungan dengan pelanggan.

➢ Communication

Communication merupakan sebuah kegiatan yang menginformasikan satu atau lebih kelompok target pelanggan mengenai perusahaan dan produknya. Communication mencakup semua jenis komunikasi perusahaan dengan pelanggannya meliputi public relation, penggunaan karyawan penjualan, dan iklan online. Iklan dan bentuk komunikasi lain, seperti televisi dan surat dapat membuat target pelanggan aware dengan penawaran perusahaan.

Communication juga dapat mendorong exploration, commitment, dan dissolution. Baik offline maupun online communication lever dapat mendorong pelanggan untuk membangun ikatan yang lebih kuat dengan perusahaan.

➢ Community

Community merupakan sebuah kumpulan hubungan-hubungan yang terkait yang terbentuk karena adanya kesamaan minat, yang memuaskan kebutuhan anggota-anggotanya yang tidak dapat diperoleh secara individual. Komunitas dapat ditingkatkan untuk membangun awareness, exploration, commitment, dan dissolution.

➢ Distribution

Distribution merupakan perantara antar perusahaan dengan memastikan, baik informasi maupun produk dari perusahaan dapat sampai kepada pelanggan. Distibution lever mencakup jumlah perantara (online dan offline), luasnya cakupan saluran distribusi, dan pengiriman pesan dari saluran-saluran. Tingkat distribusi yang luas berdampak pada awareness pelanggan dan potensi untuk exploration terhadap perusahaan dan penawarannya.

➢ Branding

Branding memainkan dua peran dalam strategi pemasaran. Pertama, branding adalah keluaran atau hasil dari kegiatan pemasaran perusahaan. Program pemasaran mempengaruhi bagaimana konsumen menilai brand, dan nilainya. Kedua, branding adalah bagian dari setiap strategi pemasaran. Branding lever bekerja sama dengan lever pemasaran lainnya untuk menghasilkan finansial yang positif atau pelanggan bagi perusahaan.

2.12.6 Stages 6: Leveraging Customer Information Through Technology (Meningkatkan informasi pelanggan melalui teknologi)

Dalam tahap ini perusahaan dapat menggunakan tahap melalui teknologi untuk mendapatkan, mengorganisasikan, menganalisa, dan memanfaatkan informasi mengenai pelanggan dalam menentukan riset pasar, basis data pemasaran, dan pelanggan relationship management (CRM).

1. Riset Pemasaran, secara strategik harus memilih pasar yang mana yang ingin diraih, yang kemudian dianalisa kedalam suatu bentuk laporan sebagai hasil akhir dari penelitian.

2. Basis data pemasaran, merupakan suatu alat berupa basis data yang digunakan untuk menyimpan seluruh data dan informasi pemasaran yang telah dikumpulkan sehingga data-data tersebut terorganisir dengan baik.

3. Customer Relationship Management (CRM), merupakan pengorganisasian hubungan antara perusahaan dengan pelanggan yang tujuannya untuk mempertahankan loyalitas pelanggan terhadap perusahaan melalui sistem pemasaran yang sudah berjalan serta sisem pamasaran online.

2.12.7 Stages 7: Evaluating the Marketing Program (Mengevaluasi program pemasaran)

Pada tahap terakhir ini dilakukan untuk menilai dan mengevaluasi dari program pemasaran internet(e-marketing) secara keseluruhan. Hasil dari pengembangan dari program pemasaran tersebut dibagi menjadi tiga kriteria untuk dilakukan evaluasi, yaitu: technology criteria, business criteria dan industry criteria serta membahas bagaimana perusahaan menilai performa dari program e-marketing. Sedangkan matriks menggambarkan performa dari perusahaan, menyediakan feedback yang memberikan kesuksesan atau tindakan yang perlu diperbaiki, seperti perubahan pada proses, strategi, atau penawaran produk. Tiga kategori metrics untuk menilai performa marketing yang terkait dengan objek adalah :

• Financial metrics

Ukuran keuangan digunakan oleh para eksekutif perusahaan, dan dianalisa serta dipertimbangkan oleh komunitas investasi. Ukuran keuangan memberikan panduan mengenai faktor spesifik yang mempengaruhi hasil keuangan. Beberapa ukuran yang bisa digunakan adalah:

1. Sales

2. Revenue

3. Gross Margin

4. Profit

5. Marketing Spend

• Customer – Based Metrics

➢ Awareness

Pada tahap ini konsumen mulai menyadari dan mendapatkan pengetahuan mengenai produk atau brand. Perusahaan bisa dengan menghitung jumlah konsumen yang melihat media promosi atau jumlah konsumen yang mengunjungj website. Tipe metrik yang digunakan pada tahap ini adalah untuk mengukur awareness, knowledge, dan attitude.

➢ Knowledge

Metrik ini menilai pemahaman konsumen akan keuntungan, fitur, dan performa akan produk.

➢ Perceived differentiation or preference

Metrik ini menilai keunggulan kompetitif, sehingga konsumen bisa menyukai dan mengetahui produk dengan hanya sedikit kemungkinan untuk membandingkannya dengan kompetitor.

➢ Purchase intent

Mengukur maksud atau motivasi pembelian, merupakan suatu alat prediksi perilaku konsumen yang kuat dikemudian hari.

➢ Number of visitors

Salah satu ukuran untuk mengetahui perilaku konsumen adalah jumlah pengunjung secara unik yang mengunjungi website.

➢ Request for product information

Untuk melihat pola keingintahuan konsumen terhadap produk, bisa juga dengan cara menganalisa secara statistik permintaan halaman pada website atau bagaimana respons terhadap pesan melalui e-mail. Atau anaisis terhadap jumlah jumlah telepon di call centre, atau sales force.

➢ Number of customer

Bisa dilihat dari database pelanggan yang dimiliki perusahaan.

➢ Purchase per customer

Mengetahui loyalitas konsumen, perusahaan bisa melihat dari database history dari pembelian konsumen.

➢ Satisfaction

Perusahaan bisa evaluasi perilaku konsumen setelah pembelian dengan menanyakan bagaimana tingkat kepuasan mereka terhadap produk.

➢ Repurchase

Adanya pola pembelian oleh seorang konsumen menunjukkan komitmen yang baik oleh seorang individu.

➢ Percentage of returns

Tingginya tingkat kembali konsumen menunjukkan bahwa sedikit konsumen yang meninggalkan perusahaan (dissolution).

➢ Number of complaints

Jumlah komplain dari konsumen mengindikasikan ketidak kepuasan yang dapat meyebabkan dissolution.

• Internet Marketing Program Implementation Metrics

Tahap sebelumnya menunjukkan profitabilitas saat ini dan profitabilitas yang diinginkan berdasarkan konsumen. Pihak manajemen dapat menilai performa marketing pada bisnis. Juga mengidikasikan diperlukannya perbaikan pada suatu program marketing. Namun tahap ini tidak cukup menilai performa program marketing secara individual atau tiap elemen, atau mencari indikasi tindakan spesifik yang harus diambil untuk meningkatkan performa.

➢ Website interface

Beberapa pendekatan yang bisa digunakan untuk mengukur performa suatu website adalah dengan melihat berapa kali suatu halaman dilihat, pola pengunjungan website, halaman yang paling banyak konsumen tinggalkan, lamanya menetap disuatu website, tanggal dan jam pengunjung, jumlah registrasi, demografi pengunjung, juga survey yang dilakukan terhadap pengunjung website mengenai kualitas dari berbagai dimensi website.

➢ Offline/online integration

Mengukur tingkat konsistensi antara penjualan secara offline dan online.

➢ Product

Mengukur apakah produk menarik bagi konsumen dan sudah cukup inovatif.

➢ Pricing

Mengukur bagaimana penjualan produk pada saat ada promo atau ada diskon.

➢ Communication

Mengukur apakah cara komunikasi sudah bisa sampai ke target konsumen, dapat meyakinkan secara fungsional dan emosional terhadap keunggulan produk, serta mendorong pembelian oleh konsumen. Dapat dilihat dari bagaimana promotion tools bekerja.

➢ Distribution

Perusahaan bisa melihat performa dari tingkat kecepatan, harga, kenyamanan, serta informasi yang diterima konsumen saat memesan produk.

➢ Branding

Perusahaan dapat melakukan pengukuran, bagaimana konsumen memandang kekuatan atau kelemahan brand, serta sisi unik yang dimiliki brand.

2.13 Preferensi

Preferensi adalah suatu sikap yang lebih menyukai sesuatu benda daripada benda lainnya. Penilaian preferensi adalah teknik penelitian dengan menyajikan dua atau lebih perangsang yang harus dipilih subjek yang dapat diukur lewat tes verbal atau lisan.

Preferensi konsumen berkaitan erat pada penilaian konsumen akan kepuasan atau ketidakpuasan terhadap produk atau jasa bahkan juga pada perusahaan tertentu.

Preferensi konsumen berkaitan erat pada penilaian konsumen akan kepuasan atau ketidakpuasan terhadap produk atau jasa bahkan juga pada perusahaan tertentu, dalam mengevaluasi tingkat kepuasan terhadap produk ada beberapa indikator yang sering digunakan antara lain:

a. Kinerja (Performance)

Karakteristik operasi pokok dari produk inti yang dibeli, misalnya produk yang dikonsumsi praktis untuk dibawa.

b. Ciri –ciri atau keistimewaan tambahan (Features)

Karakteristik sekunder atau pelengkap, misalnya tekstur yang halus, desain kemasan dan bentuk produk yang menarik serta harga yang murah.

c. Keandalan (Reliability)

Kemungkinan kecil produk yang dipakai akan mengalami kerusakan, seperti produk yang dikonsumsi tidak sering rusak atau tidak dapat dikonsumsi lagi.

d. Kesesuaian dengan spesifikasi (Confomance to specification).

Seperti apa ciri desain dan bentuk produk yang memenuhi standar, dan sesuai dengan ketentuan yang adam misalnya produk makanan harus memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan atau memiliki sertifikat halal.

e. Daya tahan (Durability).

Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan, seperti kadaluarsa produk.

f. Pelayanan (Service ability).

Meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, dan kemudahan.

g. Estetika (Aistethic).

Faktor – faktor yang menjadi daya tarik produk terhadap panca indra seperti bentuk fisik, warna, dan model.

h. Kualitas yang dipersepsikan (Perceived quality)

Merupakan citra dan reputasi produk, misalnya merek.

2.14 Analisis Multivariat

Analisis multivariate merujuk pada teknik statistik yang digunakan untuk menganalis data yang melibatkan lebih dari dua variable (Surjandari, 2003).

Saat ini analisis multivariat mulai banyak digunakan dalam banyak bidang ilmu, melengkapi analisis statistik univariat dan statistik bivariat yang dahulu menjadi ‘satu – satunya’ alternatif dalam analisis data. Bahkan dimasa mendatang, analisis multivariat dipastikan akan menggantikan peran pengolahan dan analisis data dari analisis univariat dan bivariat, walaupun tidak dapat menggantikannya secara total (Santoso, 2011).

Analisis multivariate adalah analisis multi variable dala satu atau lebih hubungan.Analisis ini berhubungan dengan semua teknik statistic yang secara simultan menganalisis sejumlah pengukuran pada individual atau objek (Santoso, 2011).

Jenis – jenis data dalam analisis multivariate menurut Santoso adalah (Santoso, 2011)

1. Data nominal dan data ordinal

Ciri utama data kualitatif adalah data didapat dengan caramenghitung, sehingga tidak akan mempunyai nilai desimal. Contoh data seperti data gender, data golongan darah, dan data tempat tinggal. Data kualitatif lainnya adalah data ordinal, berbeda dengan data nominal, dan data ini mempunyai urutan, seperti data sikap consumer.

2. Data internal atau data rasio

Selain data kualitatif, ada pula data angka yang digolongkan sebagai data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang didapat dengan cara mengukur dan mempunyai bilangan desimal, contoh usia, tinngi badan, dan berat badan. Data metric dibagi lagi menjadi data interval dan data rasio.Keduanya mirip, perbedaan hanya terdapat pada ciri data absolut yang terdapat pada rasio.

Menurut Hair et al, secara praktis membagi berbagai teknik multivariat dimulai dengan melihat hubungan antar variable (Hair et al. , 2006).

Seperti yang telah dijelaskan, variabel yang ada dalam sebuah data multivariat pasti banyak (minimal dua). Variabel – variabel tersebut tentu berhubungan satu dengan yang lain, karena untuk itulah analisis multivariat dilakukan, yakni ingin mengetahui bagaimana hubungan di antara variabel – variabel yang ada. Namun hubungan tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu:

1) Variabel – variabel tersebut tidak saling bergantung satu dengan yang lain, yang disebut dengan interdependensi. Ciri penting interdependensi adalah tidak adanya variabel dependen dan variabel independen. Semua variabel bersifat independen.

2) Antar variabel ada saling ketergantungan, yang disebut dengan dependensi. Ciri penting dependensi adalah adanya dua jenis variabel, yakni variabel dependen dan variabel independen.

Berikut ringkasan dari pembahasan diatas :

1) Tipe hubungan variabel : INTERDEPENDENSI

a. Yang diproses : variabel ( analisis faktor

b. Yang diproses : kasus / obyek ( analisis cluster, MDS, CA.

2) Tipe hubungan variabel : DEPENDENSI

a. Jumlah variabel dependen : SATU

i. Tipe data variabel dependen adalah interval atau rasio ( analisis regresi berganda atau conjoint analysis.

ii. Tipe data variabel dependen adalah nominal atau ordinal ( analisis diskriminan.

b. Jumlah variabel dependen : DUA ATAU LEBIH

i. Tipe data variabel dependen adalah :

• Interval atau rasio ( analisis korelasi kanonikal.

• Nominal atau ordinal ( analisis MANOVA.

ii. Hubungan bersifat kompleks, dengan variabel dependen dapat menjadi independen untuk hubungan lainnya ( SEM.

2.14.1 Analisis Konjoin (Conjoint Analysis)

Majunya teknologi informasi, analisis konjoin yang mulai dikembangkan pada tahun 1970-an mulai banyak digunakan pada bidang ilmu yang terkait dengan presepsi seseorang seperti pemasaran, social politik, dan psikologi. Pada dasarnya analisis konjoin bertujuan untuk mengetahui bagaimana presepsi seseorang terhadap suatu objek yang terdiri atas satu atau banyak bagian.Hasil utama analisis konjoin adalah suatu bentuk (desain) produk barang atau jasa, atau objek tertentu yang diinginkan oleh sebagian besar responden.

Menurut Murti (2002, p3), Analisis konjoin merupakan metode survey pengumpulan data dan analisis multivariate yang khusus digunakan untuk memahami preferensi konsumen tentang multiatribut suatu produk atau pelayanan.

Analisis konjoin merupakan analisis multivariate yang yang unik, karena peneliti mula-mula merancang produk hipotesis dengan cara memadukan semua atribut dan masing-masing tingkat atribut tersebut.

Menurut Santoso “Conjoint termasuk dalam Multivariate Dependance Method”, dengan model :

Y1 = X1 + X2 + ... + Xn

Metrik / Non Metrik Non Metrik

Dimana :

• Variabel independen (X1 dan seterusnya) adalah Faktor, yang berupa data non-metrik (Type mobil, Desain mobil, dan sebagainya). Termasuk disini adalah bagian dari Faktor (Level)

• Variabel Dependen (Y1) adalah pendapat keseluruhan (overall preference) dari seorang responden terhadap sekian faktor dan level dari sebuah produk. Variabel dependen ini juga mencakup tingkat kepentingan faktor dari seorang responden terhadap atribut – atribut produk.

Menurut Aaker (Aaker, 2003, p612).Analisis konjoin digunakan untuk menduga kombinasi atribut yang disukai oleh konsumen berdasarkan pertimbangan (trade-off) mereka juga tingkat kepentingan relative dari atribut tersebut.

Langkah –langkah dalam melakukan analisis konjoin: (Aaker, 2003, p613).

1. Membuat kombinasi produk (stimuli)

Kombinasi didasarkan pada atribut produk yang sudah didefinisikan, dengan melakukan perkalian setiap subatribut yang ada. Seperti contohL terdapat tiga atribut ( bentuk, warna, manfaat) dan 6 subatribut (dua untuk bentu, dua untuk warna, dan dua untuk manfaat), maka kemungkinan kombinasinya adalah :

2x2x2 = 8 stimuli

Demikian seterusnya dengan item produk yang tentu berbeda satu dengan yang lain, entah atribut bentuk, warna, ataupun manfaat. Tentu saja jika atribut atau sub atribut yang diteliti cukup banyak, maka membuat kombinasi seperti diatas tentu tidak mudah. Misal ada 4 atribut dengan subatribut adalah 3,2,3,dan 2. Maka stimuli yang mungkin muncul adalah :

3x2x3x2 = 36 stimuli

Namun pembuatan stimuli di atas akan dilakukan secara otomatis oleh SPSS, sehingga dalam penggunaannya tidak perlu memikirkan stimuli seperti di atas.

Tabel 2.1 Tabel Indikator Web

|Pararel |Indikator yang terdapat didalam web |

| |Navigasi |

|Content | |

| |Warna |

| |Kecepatan |

| |Layout |

| |Informasi |

|Context | |

| |Layanan |

| |Teks |

| |Gambar |

|Community |E-mail |

|Customization |Log-in |

| |Content & layout configuration |

| |E-mail news letter |

|Communication | |

| |Broadcast event |

| |Contact |

|Connection |Connection |

|Commerce |Registration |

Sumber: penulis

2. Mengisi skala angka ( Pendapat responden )

Jika terdapat 8 stimuli, maka setiap responden akan mengisi setiap stimuli tersebut dengan angka 1 hingga 8. Dengan angka 1 stimuli produk yang paling tidak disukai, sampai angak 8 stimuli produk yang paling di sukai, begitu juga sebaliknya.

3. Membuat stimulasi dengan SPSS

Langkah pembuatan stimuli tidak dilakukan lewat menu atau kotak dialog, namun lewat penulisan dan sksekusi di SYNTAX Editor. Dan berbeda dengan kasus lainnya, pada konjoin analisis tidak ada data yang ditulis terlebih dahulu di data editor, sehingga proses langsung dilakukan lewat syntax.

4. Membuat konjoin dengan SPSS

Sama dengan pembuatan stimulasi, proses konjoin tidak dilakukan lewat menu atau kontak dialog, namun melewati SYNTAX EDITOR.

2.15 Analisis Model Lima Kekuatan Porter (Porter’s Five-Forces Model)

[pic]

Gambar 2.6 Five Porter’s

Analisis persaingan model lima kekuatan Porter secara umum digunakan sebagai pendekatan untuk mengembangkan strategi di banyak perindustrian. Intensitas persaingan antar perusahaan sangat bervariasi dalam dunia industri.

Analisis persaingan model lima kekuatan Porter yaitu:

1. Persaingan antar perusahaan saingan.

Persaingan ini merupakan persaingan yang paling kuat di antara lima kekuatan bersaing lainnya. Perusahaan dapat menang bersaing jika strategi yang mereka gunakan dapat menciptakan competitive advantage (keunggulan bersaing) dibandingkan dengan strategi perusahaan pesaing lainnya.

Intensitas dari persaingan antara perusahaan yang bersaing cenderung menambah jumlah persaingan, di mana pesaing sendiri menjadi sama dalam ukuran dan kapasitas untuk memenuhi permintaan pasar yang menurun dan pemotogan harga menjadi biasa dilakukan.

Pesaing juga semakin bertambah disaat pelanggan memilih untuk berganti produk dengan mudahnya. Ketika perusahaan pesaing membaca kelemahan, secara otomatis pesaing akan memperkuat bidang pemasaran dan produksi untuk memanfaatkan kesempatan tersebut.

2. Potensi masuknya pesaing baru

Kapan pun perusahaan bisa memasuki dengan mudah industri tertentu, maka kekuatan dari persaingan antar perusahaan dapat meningkat. Hambatan bagi masuknya perusahaan baru dapat mencakup kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi secara cepat, kebutuhan untuk menguasai teknologi dan trik-trik praktis, kurangnya pengalaman, kesetiaan pelanggan yang kuat, preferensi merek yang kuat, persyaratan modal yang besar, kurangnya saluran distribusi yang memadai, kebijakan regulatif pemerintah, kurangnya akses ke bahan mentah, kepemilikan panten, lokasi yang kurang menguntungkan, serangan balik dari perusahaan yang diam-diam bersekutu, dan potensi penyaringan pasar.

Dengan banyaknya pesaing baru yang masuk maka dapat dikatakan persaingan semakin ketat karena terkadang perusahaan yang baru masuk membawa produk yang lebih berkualitas tinggi dengan harga yang rendah dan sumber daya pemasaran yang substansial.

Oleh karena itu mengidentifikasi perusahaan-perusahaan baru yang berpotansi masuk, memonitor strategi perusahaan saingan baru, menyerang balik jika diperlukan serta memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada merupakan tugas penyusunan strategi perusahaan.

3. Potensi pengembangan produk-produk pengganti/subtitusi

Di banyak industri perusahaan berkompetisisi ketat dengan produsen produk-produk pengganti industri lain. Kehadiran produk pengganti akan membaut pelanggan memberikan harga yang lebih tinggi sebelum pelanggan akan berganti ke produk subtitusi atau produk pengganti. Tekanan persaingan yang timbul dari produk pengganti meningkat karena harga relatif dari produk subtitusi menurun dan biaya peralihan pelanggan menurun.

4. Daya tawar pemasok.

Kekuatan tawar menawar dari pemasok berdampak pada intensitas kompetisi dalam industri, terutama ketika jumlah pemasok meningkat, ketika hanya ada beberapa barang pengganti mentah atau ketika biaya penggantian bahan mentah menjadi mahal. Sering untuk kepentingan bersama dari kedua pemasok dan produsen membantu satu sama lain dengan harga yang lebih terjangkau, peningkatan kualitas, pengembangan pelayanan baru dan pengiriman yang tepat waktu.

5. Daya tawar konsumen

Ketika pelanggan melakukan pemesanan dalam jumlah besar, kekuatan tawar menawar mereka menggambarkan kekuatan utama yang akan mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri. Perusahaan bisa menawarkan jaminan dalam jangka panjang atau pelayanan yang khusus untuk meningkatkan kesetiaan pelanggan kapan pun kekuatan tawar-menawar dari perusahaan meningkat.

2.16 Analisis dan Perancangan Sistem

Menurut Satzinger, Jackson & Burd (Sarzinger, Jackson & Burd, 2010,p.4), analisis sistem adalah suatu proses untuk memahami dan mengerti sistem informasi secara detil untuk merekomendasikan sistem informasi bagaimana selanjutnya.

Menurut Satzinger, Jackson & Burd (Sarzinger, Jackson & Burd, 2010, p.4), perancangan sistem adalah gambaran umum kepada user mengenai sistem yang baru dengan mengkonfigurasi komponen-komponen sistem informasi.

2.16.1 Object-Oriented Analysis And Design (OOAD)

Menurut Satzinger, Jackson & Burd (Satzinger, Jackson & Burd, 2010, p.60), Object-Oriented Analysis (OOA), menjelaskan semua jenis objek yang melakukan pekerjaan dalam suatu sistem dan menunjukkan interaksi dari pengguna yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas.

Menurut Satzinger, Jackson & Burd (Satzinger, Jackson & Burd, 2010, p.60), Object-Oriented Design (OOD), menjelaskan semua jenis objek dari objek yang diperlukan untuk dapat berkomunikasi dengan orang dan perangkat yang ada didalam sistem, menggambarkan bagaimana objek dapat menyelesaikan tugas, dan menyesuaikan dan menyempurnakan masing-masing jenis objek sehingga dapat diimplementasikan dengan bahasa tertentu atau lingkungan.

2.16.2 Unified Model Language (UML)

Menurut Satzinger, Jackson & Burd (Satzinger, Jackson & Burd, 2010, p.48), Unified Model Language (UML) merupakan serangkaian standar konstruksi model dan notasi yang dikembangkan secara khusus untuk pengembangan object-oriented.

1. Activity Diagram

Menurut Satzinger, Jackson & Burd (Satzinger, Jackson & Burd, 2010, p.141), activity diagram adalah jenis diagram alur kerja yang menggambarkan kegiatan pengguna dan aliran sekuensial mereka.

[pic]

Gambar 2.7 Simbol dalam Activity Diagram

Sumber : (Satzinger, J.W., Jackson, R.B., & Burd, S.D, 2010, p142)

Di bawah ini merupakan penjelasan mengenai simbol-simbol yang digunakan dalam activity diagram :

a. Synchronization bar

Merupakan notasi yang digunakan untuk mengontrol pemisahan atau penyatuan dari jalur yang berurutan.

b. Swimlane

Merupakan area persegi pada activity diagram yang mewakili aktifitas yang didalamnya.

c. Starting activity

Merupakan notasi yang menandakan dimulainya sebuah aktivitas.

d. Transition arrow

Merupakan garis penujuk arah yang menggambarkan transisi dari sebuah aktivitas dan arah dari suatu aktivitas.

e. Activity

Merupakan aktivitas yang menggambarkan suatu aktivitas.

f. Ending activity

Merupakan notasi yang menandakan berakhirnya suatu aktivitas.

2. Use case Diagram

Menurut Satzinger, Jackson & Burd (Satzinger, Jackson & Burd, 2010, p.242), use case diagram merupakan sebuah diagram yang menunjukkan interaksi pengguna (user) dengan suatu sistem.

Berikut ini adalah komponen-komponen dari suatu Use Case Diagram:

1. System Boundary

Menggambarkan batasan antara sistem dengan actor.

2. Use case

Menggambarkan apa yang dilakukan oleh actor di dalam sistem.

3. Actors

Menggambarkan user atau pengguna dari suatu sistem.

4. Flow

Menggambarkan hubungan antara use case dengan actor.

[pic]

Gambar 2.8 Contoh Use case Diagram

3. Use case Description

Menurut Satzinger, Jackson & Burd (Satzinger, Jackson & Burd, 2010, p.171), use case description adalah penjelasan yang lebih detil mengenai proses dari sebuah use case.

[pic]

Gambar 2.9 Contoh Use case Description

Sumber : (Satzinger, J.W., Jackson, R.B., & Burd, S.D, 2010, p. 243)

4. Sequence Diagram

Menurut Satzinger, Jackson & Burd, ada 4 tahapan dalam sequence diagram:

a. System Sequence Diagram

SSD adalah diagram yang menunjukkan urutan pesan antara actor eksternal dan sistem selama use case atau scenario.

b. First Cut Sequence Diagram

Membangun First Cut Sequence Diagram dengan elemen-elemen dari SSD. Mengganti objek : System dengan use case controller.

Kemudian menambahkan objek lain yang diperlukan use case. Langkah selanjutnya adalah menentukan message, termasuk objek yang harus menjadi sumber dan tujuan dari setiap message untuk mengumpulkan semua informasi yang diperlukan (Satzinger, J.W., Jackson, R.B., & Burd, S.D, 2005, p. 316)

c. Three Layer Design Sequence Diagram

Three Layer Design Sequence Diagram merupakan gambaran lengkap dari sequence diagram dan juga pengembangan dari First Cut Sequence Diagram dengan menambahkan layer –layer berikut:

• View Layer

View layer melibatkan interaksi manusia-komputer dan membutuhkan merancang user interface untuk setiap use case. Desain user interface adalah salah satu aktivitas utama dari disiplin desain UP (Satzinger, J.W., Jackson, R.B., & Burd, S.D, 2005, p. 320).

• Data Access Layer

Prinsip pemisahan tanggung jawab juga berlaku untuk Data access layer. Desain multilayer penting untuk mendukung jaringan multilayer dimana database pada satu server, logika bisnis pada server lain, dan user interface pada beberapa klien desktop. Cara baru merancang sistem yang tidak hanya menciptakan sistem yang lebih kuat, tetapi juga sistem yang lebih fleksibel (Satzinger, J.W., Jackson, R.B., & Burd, S.D, 2005, p. 322).

5. User Interface

Menurut Satzinger, J.W., Jackson, R.B., & Burd (Satzinger, J.W., Jackson, R.B., & Burd, S.D, 2010, p. 531), user interface merupakan bagian sistem informasi yang membutuhkan interaksi user untuk menghasilkan input dan output. Input terjadi ketika user mencatat transaksi dengan menggunakan sistem, dan output berupa informasi yang dihasilkan setelah user melakukan login.

Menurut Ben Schneiderman dalam Satzinger, J.W., Jackson, R.B., & Burd(Satzinger, J.W., Jackson, R.B., & Burd, S.D, 2010, p. 541-544), delapan aturan emas untuk merancang user interface yang interaktif :

1. Usahakan untuk konsisten (strive for consistency)

2. Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut (enable frequent users to use shortcuts)

3. Memberikan umpan balik yang informatif (offer informative feedback)

4. Merancang dialog untuk menghasilkan penutupan (design dialogs to yield closure)

5. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana (offer simle error handling)

6. Memungkinkan untuk kembali ke tindakan sebelumnya dengan mudah (permit easy reversal of actions)

7. Mendukung tempat pengendalian internal (support internal locus of control)

8. Mengurangi muatan memory jangka pendek (reducing short-term memory load)

2.17 Kerangka Pemikiran

-----------------------

Pengumpulan Data

Analisis 5 Kekuatan Porter

Analisis Peluang Pasar

6 Langkah Go atau No Go

Stage 1

Framing the Market Opportunity

Strategi segmenting, targeting dan positioning

Marketing Mix 4P

Stage 2

Formulating the Market Strategy

Functionality

Intimacy

Evangelism

Stage 3

Designing the Customer Experience

7C framework perancangan user interface dengan Conjoint Analysis

Object-Oriented Analysis Design (OOAD)

Stage 4

Crafting the Customer Interface

Customer relationship

Marketspace Mis

Stage 5

Designing the Marketing Program

Stage 6

Leveraging Customer Information Through Technology

Website e-marketing Rumah Makan Padang Aie Badarun

Stage 7

Evaluating the Marketing Program

................
................

In order to avoid copyright disputes, this page is only a partial summary.

Google Online Preview   Download