Www.bappenas.go.id



[pic]

RENCANA

PEMBANGUNAN LIMA TAHUN

KEEMPAT

1984/85-1988/89

II

REPUBLIK INDONESIA

[pic]

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 21 TAHUN 1984

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT

(REPELITA IV)

1984/85 - 1988/89

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pelaksanaan Pembangunan Lima Tahun Ketiga (REPELITA III) telah menunjukkan hasil-hasil yang cukup memadai sehingga dapat dijadikan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan selanjutnya;

b. bahwa dengan memperhatikan hasil-hasil yang telah dicapai serta kemampuan-kemampuan yang telah dapat dikembangkan dalam REPELITA III, dianggap perlu untuk menetapkan REPELITA IV yang merupakan kelanjutan dan peningkatan dari REPELITA III;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, serta dengan mendengar dan memperhatikan secara sungguh-sungguh saran-saran dari Fraksi-fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat, organisasi-organisasi serta masyarakat pada umumnya, maka sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat seperti yang tercantum dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR/1983 ten-tang Garis-Garis Besar Haluan Negara, dipandang perlu untuk mengeluarkan Keputusan Presiden yang menetapkan Rencana Pembangunan Lima Tahun Keempat (1984/85 - 1988/89).

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR/1983 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara;

3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor VII/MPR/1983 tentang Pelimpahan Tugas dan Wewenang Kepada Presiden/Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam rangka Pensuksesan dan Pengamanan Pembangunan Nasional;

4. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1979 tentang Rencana Pembangunan Lima Tahun Ketiga (REPELITA III) 1979/80 - 1983/84;

5. Keputusan Presiden Nomor 45/M Tahun 1983 ten-tang Pembentukan Kabinet Pembangunan IV.

6. M E M U T U S K A N

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT (REPELITA IV) 1984/85 - 1988/89.

Pasal 1

Rencana Pembangunan Lima Tahun Keempat 1984/85 - 1988/89 sebagaimana termuat dalam lampiran Keputusan Presiden ini merupakan bagian daripada Pola Dasar Pembangunan Nasional, Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang, dan Pola Umum Pembangunan Lima Tahun Keempat sesuai dengan Garis-Garis Besar Haluan Negara yang telah ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Pasal 2

Rencana Pembangunan Lima Tahun Keempat terse-but dalam Pasal 1, menjadi landasan dan pedoman bagi Pemerintah dalam melaksanakan Pembangunan Lima Tahun Keempat.

Pasal 3

Kebijaksanaan-kebijaksanaan dari pada Rencana Pembangunan Lima Tahun Keempat, dituangkan dalam Rencana Tahunan yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijaksanaan-kebijaksanaan Pemerintah lainnya.

Pasal 4

Penuangan dalam Rencana Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dilaksanakan dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan perubahan dan perkembangan keadaan yang memerlukan langkah-langkah penyesuaian terhadap Rencana Pembangunan Lima Tahun Keempat.

Pasal 5

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 19 Maret 1984

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SOEHARTO

[pic]

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN

KEEMPAT

1984/85 - 1988/89

LAMPIRAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Nomor 21 TAHUN 1984

tentang

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT

(REPELITA IV)

II

REPUBLIK INDONESIA

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT

1984/85 — 1988/89

DAFTAR ISI

BUKU I

|Bab |1. |Tujuan dan Sasaran-sasaran Pokok Pembangunan |

|Bab |2. |Kerangka Rencana dan Pembiayaan Pembangunan |

|Bab |3. |Keuangan Negara |

|Bab |4. |Kebijaksanaan Moneter dan Perkreditan |

|Bab |5. |Neraca Pembayaran Internasional |

|Bab |6. |Perluasan Kesempatan Kerja |

|Bab |7. |Pengembangan Dunia Usaha |

|Bab |8. |Pengelolaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup |

|Bab |9. |Pertanian dan Pengairan |

|Bab |10. |Pangan dan Perbaikan Gizi |

| | |BUKU II |

|Bab |11. |Industri |

|Bab |12. |Pertambangan dan Energi |

|Bab |13. |Perhubungan dan Pariwisata |

|Bab |14. |Perdagangan |

|Bab |15. |Koperasi |

|Bab |16. |Tenaga Kerja |

|Bab |17. |Transmigrasi |

|Bab |18. |Perumahan dan Pemukiman |

|Bab |19. |Agama |

|Bab |20. |Pendidikan dan Generasi Muda |

| | |BUKU III |

|Bab |21. |Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan Terhadap |

| | |Tuhan Yang Maha Esa |

|Bab |22. |Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Penelitian |

|Bab |23. |Kesehatan |

|Bab |24. |Kesejahteraan Sosial dan Peranan Wanita |

|Bab |25. |Kependudukan dan Keluarga Berencana |

|Bab |26. |Pembangunan Daerah |

|Bab |27. |Hukum |

|Bab |28. |Pertahanan Keamanan |

|Bab |29. |Penerangan, Pers dan Komunikasi Sosial |

|Bab |30. |Aparatur Pemerintah |

BUKU IV

Daerah Istimewa Aceh

Sumatera Utara

Sumatera Barat

R i a u

J a m b i

Sumatera Selatan

B e n g k u 1 u

L a m p u n g

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

Daerah Istimewa Yogyakarta

Jawa Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Selatan

B a 1 i

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

M a 1 u k u

Irian Jaya

Timor Timur

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT

1984/85 - 1988/89

DAFTAR ISI BUKU II

|Bab |11. |I n d u s t r i . . . . . . . . . . . . . . . . 17 |

|Bab |12. |Pertambangan dan Energi . . . . . . . . . . . . 97 |

|Bab |13. |Perhubungan dan Pariwisata . . . . . . . . . . .167 |

|Bab |14. |Perdagangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . 247 |

|Bab |15. |Koperasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .279 |

|Bab |16. |Tenaga Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . .311 |

|Bab |17. |Transmigrasi . . . . . . . . . . . . . . . . . .371 |

|Bab |18. |Perumahan dan Pemukiman . . . . . . . . . . . . 433 |

|Bab |19. |Agama. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .473 |

|Bab |20. |Pendidikan dan Generasi Muda . . . . . . . . . .509 |

BAB 11

I. PENDAHULUAN

Pembangunan industri merupakan unsur pokok dalam melaksanakan ketetapan Garis-garis Besar Haluan Negara untuk mempercepat tercapainya sasaran pembangunan jangka panjang, dan dalam rangka menciptakan kerangka landasan bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang terus. Selain dari terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat, sasaran pembangunan jangka panjang yang hendak dicapai adalah struktur ekonomi seimbang di mana terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kemampuan dan kekuatan pertanian yang tangguh. Karena pembangunan industri sangat panting dan menentukan perkembangan dan pertumbuhan pembangunan selanjutnya, maka pembangunan industri pada dasarnya merupakan usaha terpadu untuk memantapkan proses industrialisasi dalam arti yang seluas-luasnya.

Dalam memantapkan proses industrialisasi, pembangunan industri harus diusahakan agar membawa pengaruh yang positif bagi pembangunan serta mencegah dan menghindarkan timbulnya kerawanan-kerawanan. Dalam hubungan ini pembangunan industri, selain diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang makin seimbang antara industri dan pertanian, juga diarahkan agar didalam sektor industri sendiri semakin terwujud keseimbangan dan keserasian antara industri besar/sedang dan industri kecil, antara industri hilir dan industri hulu, antara

17

industri untuk pemenuhan dalam negeri dan industri ekspor, antara industri padat modal dan industri padat karya, dan sebagainya.

Secara keseluruhan pembangunan industri harus dapat meningkatkan keahlian dan ketrampilan masyarakat serta mempertinggi sikap mental pembaharuan yang menjamin bangsa Indonesia mampu tumbuh dan berkembang dengan kekuatan sendiri. Pembangunan industri yang mandiri harus ditujukan untuk membangun masyarakat modern yang mencerminkan kepribadian dan citacita bangsa, dengan membangun masyarakat industri modern yang adil, makmur dan lestari berdasarkan Pancasila.

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara ditegaskan bahwa pembangunan industri adalah bagian dari usaha jangka panjang untuk merombak struktur ekonomi yang tidak seimbang karena terlalu bercorak pertanian ke arah struktur ekonomi yang lebih kokoh dan seimbang antara pertanian dan industri. Selanjutnya Garis-garis Besar Haluan Negara menetapkan bahwa pembangunan industri ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, memeratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menghemat devisa, menunjang pembangunan daerah dan memanfaatkan sumber alam dan energi serta sumber daya manusia.

Berdasarkan Garis-garis Besar Haluan Negara maka dalam Repelita IV pembangunan industri akan ditingkatkan dengan pembangunan industri yang menghasilkan mesin-mesin industri. Dengan demikian kebutuhan dalam negeri akan mesin-mesin industri makin dapat dipenuhi sendiri secara bertahap. Dalam meningkatkan kemampuan menghasilkan mesin-mesin industri, dikembangkan industri yang dapat menjamin pengadaan bahan baku dan bahan penolong yang diperlukan. Selanjutnya diambil lang-kah-langkah untuk mengembangkan penguasaan teknologi dan ke-

teknikan yang diperlukan oleh industri permesinan. Selanjutnya akan lebih dikembangkan berbagai industri tertentu seperti industri maritim, industri penerbangan, industri alat-alat berat, industri elektronika serta lainnya yang dapat menunjang pertahanan keamanan nasional.

Selain itu akan dilanjutkan dan ditingkatkan pembangunan industri yang menunjang sektor pertanian, seperti industri yang menghasilkan alat dan sarana produksi pertanian serta industri yang mengolah hasil pertanian, dalam rangka memperkuat dan memantapkan sektor pertanian guna menunjang perkembangan industri.

Garis-garis Besar Haluan Negara selanjutnya mengarahkan agar dalam pelaksanaan pembangunan industri akan diusahakan terciptanya kaitan yang erat antara industri kecil, industri menengah dan industri besar, sehingga pengembangan industri besar dan menengah secara langsung merangsang pembangunan industri kecil. Oleh karena itu pembangunan industri juga diarahkan untuk lebih meningkatkan industri kecil dan kerajinan rakyat antara lain dengan penyempurnaan, pengaturan, pembinaan dan pengembangan usaha serta peningkatan produktivitas dan perbaikan mutu produksi, dengan tujuan untuk memperluas kesempatan kerja. Dengan berkembangnya industri kecil akan meningkat pula pendapatan pengusaha dan pengrajin industri ke- cil, serta kemampuannya untuk memasarkan dan mengekspor hasil-hasil produksinya. Dalam hubungan ini sekaligus diusaha-kan agar peranan koperasi industri kecil dapat lebih ditingkatkan.

Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan industri di daerahdaerah tertentu yang memiliki potensi sumber alam, akan lebih

19

ditingkatkan dengan mendayagunakan sumber daya manusia dan sumber-sumber pembangunan lainnya. Dalam hubungan ini akan ditingkatkan keterkaitan pengembangan industri antar daerah dalam rangka memperkokoh kesatuan ekonomi nasional.

Garis-garis Besar Haluan Negara menetapkan agar dalam melaksanakan pembangunan industri ditingkatkan langkah-langkah untuk mengembangkan usaha swasta nasional. Untuk itu Pemerintah akan lebih memberikan perhatian pada pembangunan prasarana dan penciptaan iklim yang menunjang pertumbuhan industri serta akan meningkatkan pengembangan pendidikan dan latihan mengenai penguasaan teknologi, keteknikan dan ketrampilan serta kemampuan manajemen terutama bagi pengusaha kecil.

Dalam pembangunan industri akan selalu diusahakan untuk mencegah pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, pemborosan penggunaan sumber alam, serta menghindarkan rangsangan bagi tumbuhnya pola konsumsi mewah. Pembangunan industri nasional akan ditunjang oleh peningkatan pelaksanaan kebijaksanaan mengenai pengutamaan pemakaian hasil produksi industri dalam negeri.

Dalam Repelita IV, secara garis besar jenis-jenis industri yang didorong pengembangannya dapat digolongkan dalam empat kelompok sebagai berikut:

1. Industri untuk pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, sebagian besar dicakup dalam aneka industri, yang telah tumbuh dan berkembang sejak Repelita I dan pembangunannya akan terus dimantapkan sehingga produk-produk industrinya dapat dijangkau oleh daya beli rakyat banyak;

2. Industri yang menghasilkan mesin-mesin industri beserta industri yang dapat menjamin pengadaan bahan baku dan penolong yang diperlukan, sebagian besar dicakup dalam industri permesinan dan logam dasar, yang diprioritaskan dalam Repelita IV;

3. Industri yang memanfaatkan sumber alam dan energi, sebagian besar dicakup dalam industri kimia dasar, dengan memanfaatkan keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia;

4. Industri kecil dan kerajinan rakyat, yang penting peranannya dalam mewujudkan pemerataan kesempatan berusaha dan perluasan lapangan kerja serta dalam membangun masyarakat industri modern.

Sesuai dengan tahap pembangunan industri yang telah dicapai, maka dalam melaksanakan proses industrialisasi peranan bangsa Indonesia sendiri di dalam pembangunan industri harus terus diperbesar melalui peningkatan penguasaan perangkat lunak serta peningkatan kemampuan untuk membangun dan mengelola usaha industri.

Dalam Repelita IV nilai tambah riel sektor industri diperkirakan akan meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata sekitar 9,5% per tahun. Perhitungan nilai tambah sektor industri ini meliputi bukan hanya nilai tambah produk-produk ekonomi yang dicantumkan di dalam Bab ini, tetapi juga mencakup beberapa produk yang dibahas di dalam Bab 9 Pertanian dan Pengairan, serta Bab 12 Pertambangan dan Energi.

II. KEADAAN DAN MASALAH

Pembangunan industri sejak Repelita I sampai dengan Repelita III telah memberikan dampak positif bagi kekuatan ekono-

21

mi nasional pada khususnya dan ketahanan nasional pada umumnya. Hal ini ditandai oleh terus meningkatnya hasil produksi industri, walaupun perekonomian dunia mengalami kelesuan. Se-lain berbagai kebutuhan pokok masyarakat serta keperluan untuk menunjang kegiatan produksi telah dapat dipenuhi, berbagai jenis hasil industri dalam negeri telah dapat pula diekspor. Secara keseluruhan pertumbuhan industri yang dicapai cukup tinggi, yaitu rata-rata per tahun sebesar 12,98% dalam Repelita I, 13,70% dalam Repelita II dan 11,4% dalam Repelita III. Nilai produksi industri besar dan menengah selama 3 tahun pertama Repelita III meningkat dengan rata-rata sebesar 35,6% per tahun. Pada tahun 1981 kenaikan nilai produksi yang paling menonjol terjadi pada industri makanan, minuman dan tembakau dengan kenaikan rata-rata 34,9%, kemudian industri kimia dan barang-barang kimia sebesar 18,1% dan industri barang-barang dari logam, mesin dan peralatan sebesar 18%. Adapun kelompok industri yang rendah kenaikan nilai produksinya adalah kelompok industri kertas dan produk-produk dari kertas sebesar 2% serta industri logam dasar sebesar 3%, sedang untuk kelompok-kelompok industri lainnya berkisar antara 4 - 12%.

Bila ditinjau dari segi nilai tambah maka pertumbuhan industri barang-barang mineral non logam menunjukkan angka tertinggi yaitu sebesar 58,31%, kemudian disusul dengan industri kayu dan produk-produk kayu sebesar 40,8%, industri makananminuman dan tembakau sebesar 39,77% dan industri barang-barang dari logam, mesin dan peralatan sebesar 37,8%.

Dalam Repelita III pemanfaatan kekayaan alam dalam pembangunan industri telah meningkat. Hal ini terlihat dari berkembangnya industri LNG, meningkatnya penggunaan gas alam un-

tuk industri baja, pupuk urea dan petrokimia, kapur dan tanah liat untuk industri semen, kayu gelondongan untuk industri kayu gergajian dan kayu lapis, hasil laut seperti ikan dan udang untuk industri pengalengan dan pengawetan, hasil pertanian/perkebunan dan limbah pertanian untuk industri pulp dan kertas, industri ban, industri crumb rubber, industri kelapa sawit dan sebagainya.

Untuk memberi gambaran kemajuan sektor industri, maka dalam Tabel 11 - 1 dapat dilihat angka perkembangan produksi beberapa industri yang penting, baik yang langsung merupakan kehutuhan rakyat banyak maupun yang menunjang sektor-sektor lainnya, seperti pertanian, perhubungan, dan pendidikan.

Meskipun perkembangan sektor industri sampai dengan Repelita III menampilkan pertumbuhan yang cukup pesat, namun masih terdapat berbagai masalah yang perlu mendapat perhatian dalam Repelita IV. Peranan sektor industri dalam struktur ekonomi nasional masih belum begitu besar sedangkan keterkaitan antara sektor industri dengan sektor-sektor lainnya belum maksimal. Dengan dipercepatnya proses industrialisasi dan dicapainya sasaran laju pertumbuhan industri sebesar 9,5% setahun maka peranan sektor industri akan menjadi lebih besar sehingga struktur ekonomi akan makin seimbang.

Bila ditinjau dari penyebarannya, pembangunan industri sampai akhir Repelita III sebagian besar masih berlokasi di Jawa, sedang di daerah-daerah di luar Jawa masih terbatas. Namun demikian, selama Repelita III telah mulai dibangun industri-industri dasar/kunci yang mengolah sumber daya alam dan energi yang pada umumnya berlokasi di luar Jawa. Berdirinya industri dasar/kunci tersebut melalui pengaruh ganda yang

TABEL 11 – 1

PERKEMBANGAN PRODUKSI BEBERAPA HASIL INDUSTRI,

1977/78 - 1982/83

|No. |Hasil Produksi |Satuan |1977/78 |1978/79 |1979/80 |1980/81 |1981/82 |1982/83 |

|1. |Minyak goreng |Ribu ton |31,3 |37,8 |266,2 |278,9 |326,4 |780,9 |

|2. |Rokok (kretek dan putih) |Milyar batang |64,0 |69,2 |70,1 |83,9 |84,0 |86,2 |

|3. |Tekstil |Juta meter |1.332,5 |1.576,5 |1.910,0 |2.027,3 |2.094,0 |1.708,0 |

|4. |Benang tenun |Ribu bal |678,3 |837,3 |998,0 |1.184,0 |1.233,0 |1.370,0 |

|5. |Kayu lapis |Ribu m3 |217,9 |424,0 |525,0 |1.144,6 |1.609,9 |2.577,2 |

|6. |Pupuk urea |Ribu ton |990,0 |1.437,2 |1.827,0 |1.985,1 |2.006,7 |1.994,1 |

|7. |Alat penyemprot |Buah |15.300,0 |36.480,0 |78.000,0 |134.160,0 |154.284,0 |159.740,0|

|8. |Semen |Ribu ton |2.878,6 |3.629,0 |4.705,1 |5.851,7 |6.844,2 |7.650,6 |

|9. |Kertas |Ribu ton |83,5 |155,2 |214,2 |232,0 |246,6 |296,9 |

|10. |Besi dan baja |Ribu ton |405,2 |598,3 |859,9 |1.334,6 |1.509,9 |1.841,8 |

diciptakannya, telah mampu menjadi penggerak utama bagi pembangunan wilayah baik bagi tumbuhnya industri hilir dan kecil maupun kegiatan ekonomi lainnya. Usaha ini akan terus ditingkatkan pada Repelita IV agar di samping akan memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi dan penguatan struktur industri, juga mampu mendorong pembangunan di daerah.

Selaras dengan meningkatnya pembangunan industri dasar/ kunci, maka pemanfaatan sumber daya alam dan energi dapat dilakukan seoptimal mungkin. Oleh sebab itu penyediaan sumber daya alam dan energi untuk industri harus dilakukan secara konsepsional dan terpadu sehingga kekayaan alam yang terbatas jumlahnya akan dapat dipergunakan untuk seluas-luasnya bagi kemakmuran rakyat. Ketidak sesuaian dalam kebijaksanaan harga dan penyediaan sumber daya alam dan energi bagi industri dalam negeri akan dapat memberi pengaruh terhadap kesinambungan pembangunan industri dan harga hasil produksi industri.

Selanjutnya sejalan dengan pembangunan industri selama Repelita IV perlu dilakukan pengamanan penyediaan angkutan, baik dalam negeri maupun angkutan komoditi ekspor, seperti angkutan semen, pupuk, baja, kertas, kayu lapis, dan sebagainya, serta penyempurnaan tata niaga. Juga hares terus dilakukan pengamanan penyediaan prasarana, di wilayah pengembangan industri, antara lain zona industri Cikampek, Cibinong, Gresik, Cilacap, Cilegon, Lhok Seumawe dan Indarung. Selain itu pengamanan penyediaan air bagi keperluan proses produksi dan tanah-tanah bagi pertumbuhan industri hilir perlu terus ditingkatkan.

Mengingat industri dasar/hulu mempunyai ciri padat modal, berskala besar dan menggunakan teknologi tinggi serta berlo-

25

kasi di daerah lokasi sumber daya alam dan energi, yang belum cukup berkembang, maka timbul masalah regional baru, yang perlu ditangani secara konsepsional dan terpadu. Masalah tersebut antara lain berupa perlunya pengaturan tata ruang, pe-mukiman, lingkungan hidup, penyediaan sarana, dan prasarana, pendidikan/latihan tenaga kerja siap pakai, pengembangan kehidupan perekonomian daerah, dan sebagainya.

Meskipun sampai akhir Repelita III telah dilakukan usahausaha untuk memantapkan dan memperkokoh struktur industri nasional, struktur industri masih harus dikembangkan terus sehingga tercipta keserasian yang memberi kekuatan pada keseluruhan pertumbuhan industri. Karena pertumbuhan industri hingga saat ini lebih banyak pada industri-industri hilir yang pada umumnya merupakan industri substitusi impor maka struktur industri masih berat sebelah. Keadaan ini dapat menimbulkan kerawanan, di mana lebih banyak terdapat jenis-jenis industri yang sangat tergantung pada bahan baku, komponen, dan perlengkapan mesin yang harus diimpor. Industri antara dan industri hulu yang dapat memberi kekuatan pada struktur industri dan peningkatan nilai tambah yang tinggi masih belum berkembang. Hal ini menyebabkan lemahnya kaitan-kaitan antar industri, baik secara vertikal maupun horizontal sehingga belum dapat memberikan kemantapan pada struktur industri yang ada.

Dalam beberapa hal usaha untuk memperkuat dan memperdalam struktur industri perlu melibatkan pengembangan industri berskala besar. Namun demikian, kegiatan produksinya melalui pengembangan sistem produksi yang mantap dapat didukung dan diperkuat oleh serangkaian industri berskala kecil dan menengah. Ditinjau dari struktur produksi dan nilai tambah, selama ini peranan industri kecil masih sangat rendah. Di lain

pihak, industri kecil menyerap bagian terbesar dari tenaga kerja di sektor industri. Selama Repelita IV perlu terus diusahakan agar peranan industri kecil di dalam struktur industri nasional dapat terus meningkat.

Permasalahan lain yang dihadapi di bidang industri adalah terbatasnya modal nasional dan masih lemahnya kemampuan penguasaan teknologi, rancang bangun dan perekayasaan, penguasaan atas proses produksi dan pengelolaan usaha industri, serta masih kurangnya keahlian dalam penelitian dan pengembangan. Meningkatnya pembangunan industri harus pula didukung oleh pertumbuhan dan penyediaan tenaga kerja profesional bagi industri baik pada tingkat manager/puncak, menengah maupun tenaga ahli dan trampil.

Selanjutnya dengan meningkatnya hasil produksi industri dalam negeri maka perlu peningkatan usaha penggunaan hasil produksi dalam negeri dan ekspor.

Tahap industrialisasi adalah tahap yang sulit dan mengandung kerawanan-kerawanan. Pengalaman bangsa-bangsa lain menunjukkan kegagalan dalam tahap industrialisasi ini, terutama jika masyarakatnya secara politis, sosial dan mental tidak siap menghadapi perubahan-perubahan besar yang dihadapi dalam proses industrialisasi.

Akhirnya kemajuan yang telah dicapai disektor industri perlu disertai dengan langkah-langkah pemantapan dan pengawasan yang menyeluruh dalam kelembagaan dan peraturan perundangan, sehingga dicapai pengaturan yang mantap, jelas, lengkap, terpadu dan terarah, di dalam sektor industri. Berhasilnya usaha-usaha ini akan menciptakan iklim dan kepastian berusaha yang sehat, di sektor industri.

27

III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

Pembangunan industri dalam Repelita IV akan diarahkan untuk mendorong terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh dalam rangka mewujudkan terciptanya landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatannya sendiri menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Oleh karena itu pembangunan industri dalam Repelita IV akan diarahkan secara tepat dan dikaitkan dengan posisi industri nasional yang hendak dicapai pada Repelita VI.

Pemberian prioritas dan dukungan serta dorongan bagi pengembangan industri diarahkan untuk menjamin terlaksananya usaha terpadu untuk memantapkan proses industrialisasi dalam arti yang seluas-luasnya. Dengan demikian usaha pengembangan industri bukan sekedar merupakan usaha untuk mengembangkan dan menumbuhkan berbagai jenis industri, melainkan merupakan usaha terpadu dan terarah untuk menjamin agar pembangunan industri yang mandiri membawa peningkatan kesejahteraan rakyat banyak, memberikan pengaruh yang positif bagi pembangunan, meningkatkan keahlian dan ketrampilan masyarakat untuk mempertinggi sikap mental pembaharuan.

Pelaksanaan pembangunan industri harus disertai dengan pembangunan-pembangunan di bidang agama dan kepercayaan, di bidang sosial budaya, di bidang politik, dan di bidang pertahanan keamanan selain pembangunan di bidang ekonomi, sehingga secara politis, sosial dan mental masyarakat siap menghadapi perubahan-perubahan besar yang dihadapi dalam proses industrialisasi. Pembangunan industri meliputi aspek-aspek perobahan struktur ekonomi, perluasan kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, pengurangan ketergantungan pada impor, peningkatan ekspor hasil-hasil industri, pengembangan

pusat-pusat pertumbuhan industri di daerah-daerah dan pemanfaatan sumber alam dan energi serta sumber daya manusia.

Usaha-usaha untuk memanfaatkan sumber alam dan energi serta sumber daya manusia, mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang menunjang pembangunan daerah, dan memeratakan kesempatan berusaha, pada dasarnya merupakan kegiatankegiatan yang saling kait-mengkait. Kegiatan-kegiatan terse-but akan memberikan sumbangan yang besar terhadap terciptanya struktur industri yang semakin sehat dan kuat, yang selanjutnya akan memberikan dampak yang nyata terhadap perubahan struktur ekonomi nasional. Hal tersebut juga akan menciptakan landasan yang semakin mantap untuk meningkatkan ekspor dan mengurangi ketergantungan pada impor. Di samping itu kegiatan-kegiatan tersebut akan turut mendorong perluasan kesempatan kerja.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka dalam Repelita IV kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan industri yang akan ditempuh adalah sebagai berikut:

Pertama, pembangunan industri diarahkan untuk dapat mengembangkan struktur ekonomi nasional, melalui penyusunan program terpadu yang saling menunjang antara sektor industri dengan sektor-sektor lainnya.

Dalam rangka memberikan dampak yang nyata dari pembangun-an industri terhadap perubahan struktur ekonomi, akan diusahakan untuk meningkatkan jalinan saling keterkaitan antara sektor industri dengan sektor-sektor ekonomi lainnya. Peningkatan keterkaitan antara sektor industri dengan sektor-sektor ekonomi lainnya tersebut akan dilaksanakan melalui program-program yang terpadu untuk mencapai dua sasaran. Pertama, me-

29

ningkatkan kemampuan sektor industri dalam menaikkan nilai tambah hasil-hasil produksi dari sektor-sektor ekonomi lainnya, membuka kemungkinan bagi berkembangnya kegiatan ekonomi, memperluas kesempatan berusaha serta menambah lapangan kerja; dan kedua, memperbesar pemenuhan kebutuhan akan sarana dan peralatan yang diperlukan bagi pembangunan.

Dalam meningkatkan nilai tambah akan diusahakan agar sumber alam dan energi, terutama hasil-hasil hutan, pertanian, laut, minyak dan gas, dapat dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu akan disusun kebijaksanaan pemanfaatan sumber alam dan energi, baik sebagai bahan baku maupun sebagai bahan bakar, dengan memperhatikan jumlah yang diperlukan, kontinuitas penyediaan dan tingkat harga. Kebijaksanaan penyediaan dan harga bahan baku harus disesuaikan dengan usaha peningkatan nilai tambah produksi di dalam negeri. Langkah-langkah ke arah penyusunan strategi dan konsepsi penggunaan sumber daya alam dan energi yang dapat menjamin pembinaan dan pertumbuhan industri serta yang memungkinkan pemanfaatan keunggulan komparatif Indonesia akan lebih dimantapkan dalam Repelita IV.

Di lain pihak kebutuhan akan sarana dan alat-alat serta mesin untuk pertanian dan produk-produk pertanian, eksplorasi dan eksploitasi hasil-hasil tambang serta pengolahan hasil produksi primer, konstruksi, listrik, gas dan air minum, diusahakan sebanyak mungkin dipenuhi dari hasil produksi dalam negeri. Kegiatan di sektor ekonomi lainnya diusahakan agar dapat menciptakan pasaran untuk menampung hasil industri, bidang permesinan khususnya dan industri yang menghasilkan produk-produk antara pada umumnya.

Dalam hubungan ini diciptakan iklim yang serasi dan seim-

bang antara pembangunan industri dan lingkungannya. Dengan demikian dapat disusun suatu perencanaan tata ruang yang didasarkan kepada rencana pembangunan industri secara menyeluruh, sehingga dapat dihindari benturan-benturan kepentingan dengan sektor ekonomi lainnya, terutama pertanian, industri dan transmigrasi.

Dalam rangka peningkatan pusat-pusat pertumbuhan industri di daerah sebagaimana digariskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, maka pembangunan industri diarahkan untuk dapat mengembangkan dan menumbuhkan Wilayah-wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) ke seluruh wilayah tanah air sesuai dengan potensi sumber alam dan energi serta sumber daya manusia yang tersedia di masing-masing WPPI. Melalui kerangka wilayah Pusat Pertumbuhan Industri dan Zona-zona industri, lokasi dari pembangunan industri menengah yang cukup pesat perkembangannya pada waktu ini akan diarahkan. Dalam hubungan ini akan dibangun kawasan-kawasan industri yang hasil produksinya berorientasi pasar dalam negeri dan ekspor sebagai suatu usaha untuk menciptakan berbagai kemudahan dalam pembangunan industri. Kawasan industri sebagai sarana yang akan dapat memberikan kemudahan dan mempercepat pertumbuhan dan pengembangan industri di daerah, disusun secara terpadu dalam rencana pembangunan industri nasional. Sarana yang diciptakan dalam kawasan industri harus bersifat sebagai "public utility" dan diusahakan tidak atas dasar mencari keuntungan. Usaha-usaha untuk menyediakan prasarana seperti listrik, air, jalan, transpor, komunikasi dan sebagainya dalam jumlah dan mutu yang memadai akan ditingkatkan.

Pelaksanaan program terpadu dalam pembangunan industri

didukung dengan tekad nasional untuk menggunakan hasil produksi barang dan jasa dalam negeri oleh Pemerintah dan masyarakat luas. Dari sektor industri dituntut kemampuan untuk meningkatkan efisiensi dan untuk menghasilkan mutu yang mema-dai. Dalam rangka menciptakan pasaran yang luas bagi hasilhasil industri, maka pelaksanaan kebijaksanaan mengenai pengutamaan penggunaan hasil produksi dalam negeri harus didukung oleh kebijaksanaan kredit untuk konsumen yang sesuai, khususnya untuk barang-barang modal.

Kedua, struktur industri sendiri akan makin diperkuat dan diperdalam. Usaha-usaha untuk memperkuat dan memperdalam struktur industri akan ditingkatkan melalui usaha peningkatan keterkaitan antara berbagai jenis industri, secara vertikal dan horizontal serta bagi semua ukuran unit-unit usaha Indus-tri yang ada. Dengan demikian pertumbuhan masing-masing ca-bang dan jenis industri akan dapat saling mendukung dan saling menunjang. Kekosongan yang masih ada pada struktur industri nasional baik di arah hilir maupun hulu, akan diisi. Dalam hubungan ini kebijaksanaan untuk perlindungan yang wajar akan dilaksanakan melalui pengutamaan penggunaan hasil produksi dalam negeri, penentuan harga dan perpajakan yang akan meningkatkan kemampuan industri kecil. Dalam beberapa hal usaha untuk memperkuat dan memperdalam struktur industri perlu melibatkan industri berskala besar, namun kegiatan-kegiatan produksinya harus didukung dan diperkuat oleh serangkaian industri berskala kecil dan menengah. Pengembangan industri berskala besar dan menengah sebaliknya harus merangsang pembangunan industri kecil.

Dalam tahap sekarang dan tahap-tahap pembangunan selanjutnya, pembangunan industri juga diarahkan untuk mengurangi

ketergantungan pada luar negeri. Pada saat ini ketergantungan pada impor untuk barang-barang konsumsi cukup rendah namun ketergantungan pada barang modal serta bahan baku dan peno-long bagi kegiatan produksi dalam negeri masih tinggi. Dengan demikian usaha-usaha pengurangan ketergantungan pada impor lebih banyak ditujukan pada barang modal serta bahan-bahan baku dan penolong tersebut. Usaha pengurangan impor tersebut harus dapat dilaksanakan tanpa menimbulkan beban yang terlalu berat bagi pembangunan.

Sistem perlindungan yang wajar akan terus dikembangkan. Dalam hubungan ini para produsen dalam negeri dihindarkan dari persaingan yang tidak wajar dan tidak sehat dari barang impor. Sebaliknya para pemakai dilindungi dari kemungkinan terjadinya tingkat harga hasil produksi industri dalam nege-ri yang berlebihan. Penerapan sistem perlindungan ini menyangkut dua unsur yang tidak terpisahkan, yakni pengaturan tata niaga impor dan pembebanan impor. Melalui pengaturan tata niaga impor akan diusahakan terciptanya pasaran dalam negeri yang dapat diandalkan dan akan dicegah terjadinya segmentasi pasaran yang berlebihan. Pembebanan impor dilaksanakan dengan cara mengenakan pajak impor yang besarnya sesuai dengan tujuan melindungi barang hasil produksi industri dalam negeri secara wajar.

Sehubungan dengan usaha untuk mengurangi ketergantungan pada impor, maka industri dalam negeri akan terus ditingkatkan agar dapat menghasilkan barang dengan harga wajar dan mutu yang baik. Dalam hal ini perlu diusahakan terbinanya usaha industri yang bisa mencapai skala berproduksi yang optimal

33

yang didukung pasaran dalam negeri yang cukup. Usaha pengurangan ketergantungan pada impor akan dikaitkan dengan kebijaksanaan peningkatan ekspor, karena usaha peningkatan ekspor yang tidak dapat direalisir akan mengganggu pasaran dalam negeri. Sejalan dengan itu maka dalam pelaksanaan kebijaksanaan investasi dan perizinan di bidang industri, hal-hal ini akan terus diperhatikan.

Dalam rangka mencapai pertumbuhan yang tinggi akan diba-ngun industri yang mempunyai nilai tambah yang tinggi dan dapat memberikan pengaruh yang luas serta bisa menciptakan keterkaitan yang lebih kokoh antar berbagai sub-sektor industri dan antara sektor industri dengan sektor ekonomi lainnya. Industri-industri tersebut pada umumnya merupakan industri dasar/hulu/kunci yang mengolah sumber alam dan energi menjadi bahan baku, barang setengah jadi atau yang hasilnya dapat diolah lebih lanjut oleh industri antara dan industri hilir. Demikian pula akan dikembangkan berbagai industri yang dapat menunjang pertahanan keamanan nasional, seperti industri maritim, industri penerbangan, industri alat-alat berat, sarana angkutan darat/kereta api dan industri elektronika.

Dengan demikian dalam Repelita IV pembangunan industri yang menghasilkan mesin-mesin industri sendiri, baik industri berat maupun industri ringan akan mendapat prioritas. Dalam hubungan ini akan ditingkatkan industri yang menghasilkan alat dan sarana produksi pertanian serta industri yang mengolah hasil pertanian dalam rangka memperkuat dan memantapkan sektor pertanian guna menunjang perkembangan industri. Pembangunan industri mesin juga ditujukan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya. Pembangunan industri yang menghasilkan mesin-mesin industri ter-

sebut dilakukan melalui penanganan secara integral yang mencakup jaminan pengadaan bahan baku yang kontinyu melalui pengembangan industri besi baja dan industri bukan baja, peningkatan pembangunan industri permesinan, listrik, elektronika, pengembangan penguasaan teknologi dan keteknikan, dan pengembangan kemampuan perekayasaan.

Pembangunan berbagai industri dasar/kunci yang menghasilkan bahan industri dan barang-barang jadi serta barang-barang modal, akan memperkuat kaitan antara industri sejenis baik ke depan maupun ke belakang serta dapat pula tercipta kaitan antara industri dasar, aneka industri dan industri kecil. Melalui pola keterkaitan ini dapat diketahui industri-industri yang akan berkembang sebagai bagian dari "pohon industri" da-ri masing-masing jenis industri dasar/kunci yang bersangkutan. Dengan demikian akan mudah diidentifikasi jenis-jenis industri yang mempunyai peluang untuk tumbuh sebagai akibat dikembangkannya industri permesinan, industri maritim, industri penerbangan, industri alat-alat berat, sarana angkutan dan industri elektronika.

Pembangunan kelompok industri yang menghasilkan mesin-mesin serta kelompok industri yang memanfaatkan sumber alam dan energi dikaitkan dengan pengembangan kelompok industri untuk pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dalam rangka membulatkan struktur produksinya.

Ketiga, pembinaan industri kecil akan terus ditingkatkan sehingga industri kecil tidak hanya membantu memecahkan masalah kesempatan kerja, tetapi juga meningkat peranannya di dalam proses pembentukan nilai tambah di sektor industri. Kegiatan-kegiatan produksi dalam kelompok industri untuk peme-

nuhan kebutuhan pokok rakyat, kelompok industri yang menghasilkan mesin-mesin industri, serta kelompok industri yang memanfaatkan sumber alam dan energi diarahkan agar didukung dan diperkuat oleh pengembangan serangkaian industri berskala kecil. Industri kecil yang modern akan dikembangkan dalam rang-ka program keterkaitan.

Keempat, peranan bangsa Indonesia sendiri di dalam usaha pembangunan industri akan makin diperbesar melalui peningkatan kemampuan dalam melakukan rancang bangun dan perekayasaan, dalam mengelola usaha industri, dalam penguasaan teknologi proses produksi, serta dalam memilih dan mengembangkan teknologi. Program untuk mempercepat berlangsungnya proses alih teknologi dan untuk meningkatkan kemampuan nasional di bidang perangkat lunak akan terus dimantapkan. Dalam melaksanakan pembangunan industri diutamakan penggunaan jasa-jasa konsultasi dalam negeri serta pemanfaatan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan baik untuk pembangunan pabrik maupun untuk pembuatan produk-produk industri.

Kelima, peningkatan ekspor hasil-hasil industri akan merupakan usaha nasional. Dalam rangka peningkatan ekspor hasil-hasil industri di samping diversifikasi akan dilakukan usaha-usaha untuk memperkuat daya saing produk-produk industri di pasaran internasional, baik harga, mutu maupun peningkatan pelayanan. Penekanan harga dilakukan melalui penurunan biaya produksi dengan meningkatkan pemanfaatan kapasitas nasional terpasang yang telah ada secara optimal serta dukungan kebijaksanaan untuk mengurangi beban biaya transpor dan pemasaran ke luar negeri. Di samping itu juga akan dilakukan pembinaan pengembangan usaha industri agar bisa mencapai skala berproduksi yang optimal, penyediaan fasilitas perkreditan,

peningkatan produktivitas tenaga kerja serta penyediaan bahan baku yang mencukupi dan lancar. Untuk meningkatkan mutu produk akan didorong kegiatan melakukan inovasi dan adaptasi, meningkatkan penguasaan teknologi dan keteknikan serta dikembangkan sistem sertifikasi mutu produk-produk ekspor. Dalam hubungan ini juga dikembangkan penerapan kebijaksanaan yang telah ditempuh untuk menjamin agar harga bahan baku dan penolong yang diperlukan bagi industri yang menghasilkan komoditi untuk ekspor sebanding dengan harga-harga di pasaran internasional.

Keenam, secara keseluruhannya melalui pembangunan industri yang ditujukan untuk mengubah bentuk masyarakat agraris menjadi masyarakat industri harus tetap dijamin terwujud- nya masyarakat Indonesia yang berkepribadian, maju, sejahtera, adil dan lestari berdasarkan Pancasila. Untuk ini maka akan terus diusahakan agar dihindarkan berbagai sumber kerawanan sebagai akibat dari pembangunan industri, dan untuk mendorong partisipasi luas masyarakat dalam pembangunan industri.

Pembangunan industri pada dasarnya diarahkan pelaksanaan-

nya kepada inisiatif pihak swasta dan koperasi. Dalam hal ini

peranan Pemerintah adalah memberikan dorongan dan bimbingan

guna menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia

usaha industri. Untuk itu akan diberikan lebih banyak perha-

tian pada pembangunan prasarana yang diperlukan guna menun-

jang pertumbuhan industri. Di samping itu akan ditingkatkan

pula pengembangan pendidikan dan latihan mengenai penguasaan

teknologi keteknikan dan ketrampilan serta kemampuan manaje-

men terutama bagi industri kecil. Untuk beberapa kegiatan ca-

bang industri yang strategis dimana pihak swasta belum mampu

37

atau berminat untuk ikut serta, maka Pemerintah akan memprakarsai pembangunannya dengan tetap membuka kemungkinan partisipasi swasta. Dalam hubungan ini senantiasa akan diusahakan terciptanya keterpaduan dan keserasian dalam pertumbuhan antara sektor swasta, koperasi dan negara, sehingga dapat terjamin berkembangnya demokrasi ekonomi di sektor industri.

Pembangunan industri akan didukung oleh pertumbuhan dan penyediaan tenaga kerja profesional bagi industri baik pada tingkat pusat menengah maupun tenaga ahli dan trampil. Karena itu usaha penyediaan tenaga kerja tersebut dalam Repelita IV akan ditingkatkan melalui pola pendidikan dan latihan tenaga kerja industri secara terpadu meliputi kursus manajemen tingkat atas dan menengah, pendidikan dan latihan kejuruan lokal, latihan ketrampilan kerja, pendidikan dan latihan Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL), pendidikan dan latihan pengembangan motivasi kerja dan lain sebagainya.

Melalui pola pendidikan dan latihan industri ini diharapkan agar dapat diperoleh tenaga kerja profesional siap pakai yang sekaligus akan dapat pula membantu pertumbuhan wiraswasta-wiraswasta nasional yang tangguh. Di samping itu akan didorong peningkatan rasa keikutsertaan sosial perusahaan industri yang ada, guna turut membantu pendidikan generasi muda melalui pola bea siswa sehingga dapat dihasilkan tenaga kerja yang berpendidikan tinggi. Bentuk keikutsertaan perusahaanperusahaan industri dalam usaha pendidikan dan latihan dengan pola bea siswa ini adalah merupakan bagian dari keikutsertaan tanggung jawab masyarakat industri terhadap penciptaan tenaga kerja berpendidikan terampil dan mampu yang pada gilirannya akan dapat mendorong percepatan pembangunan itu sendiri.

Dalam rangka penyerapan tenaga kerja tekanan utama diletakkan pada industri kecil dan berbagai industri lain yang padat karya. Di samping itu akan dilakukan pula usaha-usaha lain agar setiap kegiatan produksi dilakukan dengan menyerap tenaga kerja semaksimal mungkin tanpa mengurangi efisiensi, standar mutu, kecepatan dan ketepatan waktu dan sebagainya. Melalui optimalisasi penggunaan kapasitas nasional terpasang, penyerapan tenaga kerja dapat ditingkatkan tanpa memerlukan investasi dalam jumlah yang besar. Iklim yang merangsang penggunaan banyak tenaga kerja dalam kegiatan-kegiatan investasi akan terus dikembangkan. Dalam masa Repelita IV diperkirakan tenaga kerja baru yang diserap di sektor industri akan mencapai sekitar 1.400.000 orang.

Dalam hubungan ini, generasi muda merupakan potensi yang penting. Oleh sebab itu didorong adanya penyertaan, kecintaan, minat dan apresiasi generasi muda untuk berperanserta dalam kegiatan industri.

Demikian pula golongan wanita dalam pembangunan industri mempunyai peranan penting. Langkah-langkah akan diambil untuk meningkatkan sumbangan wanita terhadap pembangunan di bidang industri. Untuk itu akan ditingkatkan ketrampilan wanita pekerja dan ditingkatkan kemampuan wiraswasta bagi wanita peng-usaha. Perhatian khusus akan diberikan kepada peningkatan peranan wanita di pedesaan dalam pengembangan industri kecil/ kerajinan rakyat dengan tujuan menciptakan lapangan kerja baru dan sekaligus mencegah urbanisasi wanita ke kota-kota.

Mengingat pembangunan industri pada Repelita IV memerlukan dana yang cukup besar, maka akan diambil langkah-langkah agar penggunaan dana luar maupun dalam negeri dimanfaatkan

secara efisien dan terarah pada pembangunan industri-industri yang strategis dan sesuai dengan prioritasnya. Agar pembangunan tersebut dapat dilaksanakan secara lebih terarah dan tepat, maka secara bertahap perlu ditingkatkan usaha penggalian sumber dana dari dalam negeri, sehingga pada akhirnya pembangunan industri dapat didukung sepenuhnya oleh sumber dana dalam negeri.

Dalam usaha peningkatan pembangunan sektor industri juga akan diambil langkah-langkah dalam menjaga kelestarian alam, sehingga pertumbuhan industri tidak membawa akibat rusaknya lingkungan hidup dan pemborosan sumber alam. Khususnya dalam pemanfaatan sumber daya air agar dihindari meluasnya lahan kritis dan rusaknya daerah aliran sungai sebagai akibat dari perkembangan dan pertumbuhan industri.

Demikian pula pembangunan industri akan diarahkan untuk menghindarkan produksi barang-barang yang merangsang tumbuhnya pola konsumsi mewah.

Dalam Repelita IV pembinaan dan pembangunan industri secara keseluruhan akan dilaksanakan dengan memperhatikan prioritas dan ciri-ciri tiap-tiap kelompok industri agar secara keseluruhan dapat diwujudkan suatu pola industri yang terpadu dan serasi.

Dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar rata-rata 5% tiap tahunnya, diperkirakan laju pertumbuhan kebutuhan domestik terhadap produk industri selama Repelita IV rata-rata adalah sekitar 8,5% setahun. Untuk mencapai sasaran laju pertumbuhan sektor industri sebesar 9,5% setahun maka bagian dari hasil produksi domestik sektor industri yang diekspor perlu ditingkatkan. Hal ini berarti bahwa segala upaya harus dilaksanakan

untuk mendorong ekspor barang-barang hasil industri sekaligus memperbaiki struktur ekspor ke arah yang lebih seimbang.

Pertumbuhan industri sebesar 9,5% dalam Repelita IV, akan dicapai melalui pertumbuhan kelompok industri sebagai berikut, aneka industri akan tumbuh dengan 6,0% setahun, industri permesinan dan logam dasar 17,0% setahun, industri kimia dasar 17,2% setahun, dan industri kecil dan kerajinan rakyat sebesar 6,0% setahun.

Dalam hubungan ini ditekankan pengembangan industri yang menghasilkan produk-produk industri yang diperlukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dalam hubungannya dengan papan, pangan, sandang serta peningkatan budaya, kesejahteraan dan kecerdasan masyarakat, akan terus ditingkatkan dalam Repelita IV. Berkaitan dengan usaha penanggulangan gondok endemik dalam rangka pengembangan industri pangan, akan ditingkatkan produksi garam beryodium yang penyalurannya melalui KUD atau pengusaha swasta. Di samping itu akan ditingkatkan pengamatan penyaluran, pemasaran dan tingkat harga serta pengawasan mutu garam beryodium di berbagai daerah.

Berbagai macam peraturan dan perundangan serta ketentuan yang lain di sektor industri harus lebih dimantapkan sehingga diperoleh peraturan dan perundangan yang jelas, lengkap, terpadu dan terarah. Peraturan dan perundangan mengenai ketentuan perizinan, upaya pencegahan pencemaran lingkungan hidup, paten, alih teknologi, pemilikan dan sebagainya lebih dipersiapkan dan disusun secara konsepsional sesuai dengan kebutuhan dan peningkatan pembangunan industri nasional.

Dengan berhasilnya usaha-usaha tersebut di atas akan diwujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertum-

buhan ekonomi yang cukup tinggi dan kesatuan ekonomi yang kokoh, sehingga akan terwujud pula stabilitas nasional yang se-hat dan dinamis. Maka peranan sektor industri dalam mewujudkan Trilogi Pembangunan dalam Repelita IV adalah sangat penting.

Dalam kaitan ini maka peranan sektor industri dalam memperbaiki struktur lapangan kerja akan terus ditingkatkan. Penanaman modal di sektor industri akan terus diusahakan agar dapat memperluas lapangan kerja produktif sebanyak mungkin.

Disiplin pembangunan dan disiplin para aparatur penanggung jawabnya harus pula ditingkatkan sesuai dengan arah dan tujuan pembangunan industri. Dalam hubungan ini kegiatan pendayagunaan aparatur dan pengawasan akan lebih ditingkatkan.

IV. PROGRAM-PROGRAM

A. Industri Permesinan dan Logam Dasar

Dengan telah tumbuh dan berkembangnya ekonomi nasional pada umumnya dan industri nasional pada khususnya dalam kurun waktu Repelita I, II, dan III, maka terciptalah pasaran dalam negeri secara lebih luas dan meningkat sehingga permintaan akan bahan baku besi dan baja serta logam bukan baja, barang modal, mesin peralatan, komponen dan suku cadang telah meningkat dari tahun ke tahun. Pasar dalam negeri yang telah cukup tersedia ini dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi dimulainya pelaksanaan pembangunan industri mesin-mesin baik untuk industri berat maupun industri ringan.

Pendekatan pengembangan industri permesinan dan logam dasar adalah melalui pembuatan mesin peralatan dan bahan lo-

gam yang mempunyai pasar yang jelas dan berulang. Di samping itu juga pengembangan industri ini dilakukan melalui pembuatan mesin dan peralatan yang mempunyai rangkaian proses yang panjang serta keterkaitannya yang luas, baik antara industri besar, menengah dan kecil maupun antara industri hulu yang menghasilkan bahan baku dan industri hilir, serta dapat menumbuhkan kemampuan penguasaan teknologi dan perekayasaan.

Dalam rangka memantapkan struktur sektor industri dan meningkatkan keterkaitan industri permesinan dan industri lo-gam dasar, akan dikembangkan industri yang menghasilkan produk-produk dasar bagi industri permesinan, seperti industriindustri cor, tempa, baja-baja khusus, dan "heat treatment".

Industri permesinan dapat dikembangkan dengan dua cara. Pertama, dimulai dari penguasaan atau adaptasi dari rancang bangun dan perekayasaan yang kemudian diikuti dengan penguasaan pembuatan peralatan. Kedua, dimulai dengan usaha perakitan yang kemudian diikuti dengan pembuatan komponen melalui program penanggalan.

Melalui rencana pengembangan industri permesinan dan lo-gam dasar dengan laju perkembangan sebesar 17 % setahun, diharapkan dapat diserap tenaga kerja langsung sebanyak 35.000 orang.

Pengembangan kelompok industri permesinan dan logam dasar tersebut diprioritaskan pada :

1. Industri permesinan dan peralatan pabrik, yang menghasil- kan antara lain mesin peralatan pabrik kelapa sawit, gu- la, karet, teh, pengolahan kayu, pengolahan pangan, teks- til, pabrik-pabrik kimia dasar dan logam dasar;

2. Industri mesin perkakas yang menghasilkan antara lain me-sin bubut, mesin pres, mesin gurdi, mesin gergaji dan mesin skrap;

3. Industri mesin pertanian yang menghasilkan antara lain mesin dan peralatan untuk pengolahan dan perawatan tanah serta mesin dan peralatan pasca panen;

4. Industri alat-alat berat dan konstruksi antara lain dengan mengembangkan kemampuannya agar dapat memproduksi alat-alat berat dan komponen-komponennya;

5. Industri peralatan listrik yang menghasilkan mesin dan peralatan listrik tenaga serta mesin peralatan yang diperlukan untuk industri energi;

6. Industri peralatan elektronika yang menghasilkan peralatan telekom dan peralatan elektronika profesional termasuk komputer serta komponen-komponennya;

7. Industri kendaraan bermotor;

8. Industri kereta api;

9. Industri penerbangan yang menghasilkan pesawat terbang kelas menengah dan perawatan pesawat terbang yang beroperasi di Indonesia;

10. Industri peralatan lepas pantai dan perkapalan;

11. Industri besi baja yang menghasilkan antara lain; slab, lembaran baja canai panas, lembaran baja canai dingin, billet carbon tinggi, pengecoran dan penempaan. Dalam kegiatan pengembangan industri mesin dan peralatan akan dilakukan pula usaha-usaha untuk membuat instalasi pengolahan (paket) untuk penyediaan air bersih bagi penduduk desa dan kota;

12. 12. Industri bukan besi baja yang menghasilkan antara lain: alumunium billet, alumunium slab, alumunium tuang dan katode tembaga.

Dalam pembangunan industri tersebut, beberapa industri telah dikaitkan dengan pengembangan industri yang menunjang pertahanan keamanan.

Industri Permesinan

1. Industri mesin dan peralatan pabrik

Program pengembangan industri mesin dan peralatan pabrik diarahkan untuk mendukung pengembangan pabrik-pabrik pengolah hasil pertanian, perkebunan, kimia dasar, logam dasar dan pertambangan. Pembuatan mesin peralatan standar beserta suku cadangnya diarahkan kepada mesin-mesin yang paling banyak dipergunakan dalam setiap proses produksi seperti boiler, heat exchanger, pompa-pompa kompresor, blower, alat angkut, katupkatup penggerak, penerus tenaga dan sebagainya. Sedangkan untuk pembuatan mesin-mesin peralatan non standar akan diting- katkan pengembangannya seperti untuk pabrik kelapa sawit, gula, crumb rubber, kopi, teh, plywood, semen, kertas, pupuk, perkayuan dan pabrik pengolahan logam.

Pada dasarnya industri mesin peralatan pabrik akan dikembangkan di Jawa Timur, Jawa Barat, DKI-Jaya, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara. Selanjutnya untuk mendukung pengembangan wilayah, daerah Aceh akan didukung oleh bengkel-bengkel mesin pabrik semen, pupuk dan LNG; Sumatera Barat oleh bengkel-bengkel mesin PT. Semen Padang dan PT. IKI; Kalimantan Timur oleh bengkel-bengkel mesin PT. Pupuk Kaltim; dan Maluku oleh beng-

45

kel-bengkel mesin pabrik plywood. Bengkel-bengkel mesin terse-but akan merawat dan memelihara mesin dari pabrik-pabrik besar dengan memenuhi kebutuhan akan komponen dan bagian-bagian mesinnya.

Dalam pada itu akan ditingkatkan pula kemampuan perangkat lunak untuk perekayasaan pabrik dengan cara mendorong tumbuhnya perusahaan perangkat lunak, baik yang berdiri sendiri maupun yang terpadu dengan pabrik; mengembangkan perekayasaan untuk pabrik-pabrik kopi, karet, kelapa sawit, gula yang selanjutnya akan dikembangkan untuk pabrik semen, pupuk, kertas dan lain-lain. Di samping itu juga diusahakan agar perekayasaan proyek-proyek milik Pemerintah dilaksanakan oleh tenaga-tenaga ahli dalam negeri.

Untuk mendukung pelaksanaan program pengembangan dari industri mesin dan peralatan pabrik tersebut, maka pabrik-pabrik mesin milik Pemerintah yang sudah ada yaitu PT. Barata dan PT. Boma Bisma Indra, akan direhabilitasi sehingga kapasitas pabrik-pabrik tersebut keseluruhannya akan meningkat menjadi 85.000 ton setahun dan dapat menyerap tambahan tenaga kerja sekitar 9.000 orang.

Dalam pengembangan Industri Mesin dan Peralatan Pabrik ini akan ditingkatkan pula kemampuan industri swasta serta meningkatkan keterkaitan antar industri mesin termasuk industri kecil dengan melaksanakan sistem sub kontrak. Dalam rang-ka mendukung pengembangan bengkel pabrik-pabrik besar terse-but, peranan Balai Pengembangan Industri Logam dan Mesin di Bandung akan ditingkatkan.

Lokasi dari beberapa industri penghasil komoditi strategis adalah sebagai berikut : industri boiler dikembangkan di

Sumatera Utara dan Jawa Timur, industri bejana bertekanan, heat exchanger dan tangki dikembangkan di Jawa Timur, Jawa Barat, dan DKI-Jaya, sedangkan industri pompa kompresor dikembangkan di Jawa Barat dan Jawa Timur.

2. Industri mesin perkakas

Industri permesinan yang akan dikembangkan disamping membutuhkan bahan baku berupa produk besi dan baja akan membutuhkan pula mesin-mesin berbentuk barang modal seperti me-sin skrap, mesin bubut, mesin frais, mesin bor, mesin gergaji, mesin gerinda, mesin pemotong, mesin rol, dan lainnya.

Oleh karena itu pengembangan industri mesin perkakas disamping diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan mesin perkakas, terutama untuk keperluan industri-industri dasar, hilir, kecil dan untuk pendidikan (Sekolah-sekolah Kejuruan dan Pusatpusat Latihan Kerja), akan diarahkan pula untuk perbaikan struktur industri termasuk pengurangan impor. Lokasi industri mesin perkakas terdapat di Cilegon, Jawa Barat, DKI-Jaya, dan Jawa Timur.

Langkah-langkah yang akan diambil untuk mencapai sasaran tersebut adalah dengan mengoptimalkan kapasitas terpasang, mengembangkan industri yang telah ada, serta mempromosikan proyek-proyek kunci dan proyek strategis.

Beberapa proyek yang akan diprioritaskan adalah proyek mesin skrap dengan kapasitas 100 unit setahun dan peningkatan kapasitas industri yang ada yaitu mesin bubut dari 300 unit setahun menjadi 1.000 unit setahun, mesin frais dari 250 unit setahun menjadi 1.000 unit setahun dan mesin gurdi dari 1.000 unit setahun menjadi 1.500 unit setahun.

3. Industri mesin dan peralatan pertanian

Pengembangan industri mesin dan peralatan pertanian diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan mesin dan peralatan pertanian di dalam negeri, dan melindungi industri mesin dan pera- latan pertanian yang sudah ada. Langkah-langkah yang akan diambil dalam mencapai sasaran tersebut adalah dengan jalan meningkatkan kapasitas terpasang yang ada serta melindungi industri mesin dan peralatan pertanian di dalam negeri dengan cara mengurangi impor peralatan pertanian. Proyek-proyek yang dipromosikan antara lain adalah: proyek traktor besar dengan kapasitas 2.000 unit/tahun, proyek perluasan dan peningkatan industri "rice milling unit" dan proyek perluasan industri traktor mini dan tangan serta alat pertanian lainnya seperti pacul, pompa irigasi, sprayer, thresher, huller, polisher, arit dan sebagainya. Industri rice milling unit dan traktor pertanian akan dikembangkan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara.

4. Industri alat-alat berat/konstruksi

Industri alat berat/konstruksi telah berkembang di dalam negeri, antara lain road/vibro roller, stone crusher, beton molen, wheel loader, motor grader, excavator, bulldozer, diesel engine non automotive dan petrol engine nan automotive. Khusus untuk wheel loader, motor grader, excavator dan bull-dozer, isian lokalnya masih rendah, sebagai akibat belum berkembangnya industri komponen dan baru mulai. Oleh karena itu pengembangan industri alat-alat berat/konstruksi diarahkan untuk pemenuhan isian lokalnya dan kebutuhan akan produk alat-alat berat dan konstruksi di dalam negeri. Disamping itu pengembangan industri ini juga diarahkan untuk meningkatkan

nilai tambah dan perbaikan struktur industri, dengan cara membuat sebanyak mungkin komponen yang diperlukan di dalam negeri, serta meningkatkan keterkaitan dengan industri menengah dan kecil. Langkah-langkah yang akan diambil dalam pencapaian sasaran tersebut adalah dengan mengoptimalkan kapasitas terpasang serta mempromosikan industri komponen. Proyek yang mendapatkan prioritas adalah proyek "petrol engine non automotive" ukuran sampai dengan 30 PK, dengan kapasitas 50.000 unit/tahun dan proyek komponen hidrolik.

Industri perakitan alat-alat berat/konstruksi dikembangkan di Jawa Timur, Jawa Barat dan DKI-Jaya, termasuk industri komponennya.

5. Industri peralatan listrik

Program pengembangan industri peralatan listrik terutama diarahkan untuk memenuhi kebutuhan perluasan jaringan maupun sistem kelistrikan nasional serta mesin peralatan untuk industri energi dan peralatan listrik untuk keperluan industri pada umumnya. Industri peralatan listrik yang akan dikembangkan mencakup antara lain turbin, ketel uap tenaga, generator, iso- lator tegangan tinggi, transformator tenaga, panel tegangan tinggi, circuit breakers, transformator distribusi, panel tegangan menengah/tegangan rendah, kWh meter, mini circuit breakers, tiang listrik, hantaran (kabel tegangan tinggi), hantaran (kabel tegangan menengah/tegangan rendah), motor listrik, motor listrik fractional, generator-las dan peralatan listrik rumah tangga.

Langkah-langkah yang akan dilakukan di dalam program pengembangan ini ialah meningkatkan kemampuan dari industri yang sudah ada, baik yang sifatnya perangkat lunak (rancang

49

bangun dan perekayasaan) maupun yang sifatnya perangkat keras dan menumbuhkan/mengusahakan pendirian industri ("manufacturing") peralatan listrik yang jumlah kebutuhannya cukup besar, antara lain generator untuk pengembangan listrik pedesaan, motor listrik untuk keperluan industri dan alat-alat pengangkutan, instrumen listrik, dan alat pengaman. Pengembangan industri peralatan listrik akan diprioritaskan pada proyek-proyek baru dan pengembangan kemampuan dari industri-industri yang sudah ada.

Selanjutnya industri generator dikembangkan untuk dapat memproduksi generator sampai dengan 1.000 kVA, industri motor listrik untuk memenuhi keperluan pabrik dan "fractional" motor serta industri transformator.

Lokasi industri peralatan listrik adalah di Jawa Timur, Jawa Barat, DKI-Jaya dan Sumatera Utara.

6. Industri elektronika

Pengembangan industri elektronika terutama diarahkan untuk menunjang pengembangan jaringan telekomunikasi nasional, program penerangan nasional (peralatan siaran), peralatan elektronika untuk industri pada umumnya (alat pengolahan data elektronik/komputer), peralatan pendidikan dan peningkatan potensi ekspor. Industri ini terdapat di Jawa Barat, DKI-Jaya, Jawa Timur, dan Sumatera Utara.

Termasuk dalam industri elektronika antara lain, pesawat telepon, PABX, sentral telepon (analog dan digital), teleprinter, sentral telex, sentral komunikasi data, HF-SSB, VHF/ UHF transceiver, stasiun bumi kecil (SBK), radio broadcast,

airborne radar, marine radar, direction finders, micro computers, komponen elektronika aktif, komponen elektronika pasif, pesawat penerima televisi, dan radio/radio cassette.

Dalam kegiatan manufacturing peralatan elektronika, peranan perangkat lunak jauh lebih dominan dibandingkan dengan peranan perangkat keras. Dengan terbatasnya kemampuan perang- kat lunak maka struktur industri elektronika dalam negeri masih lemah, dimana nilai tambah produk yang dihasilkan masih rendah dan ketergantungan terhadap luar negeri dalam pembuat-an desain cukup besar. Untuk meningkatkan perangkat lunak dan memperkuat struktur industri ini, maka akan didirikan pusat pengembangan industri elektronika yang akan menyediakan fasilitas penelitian dan pengembangan dalam bidang elektronika. Mengingat bahwa perkembangan peralatan elektronika sangat ditentukan oleh perkembangan teknologi komponennya, maka penguasaan teknologi komponen sangat panting untuk meningkatkan kemampuan diversifikasi, peningkatan nilai tambah, dan mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri dalam pembuatan desain peralatan elektronika. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan peningkatan potensi ekspor serta penguasaan teknologi komponen akan diusahakan pendirian pabrik komponen elektronika yang memproduksi "semi conductor devices" dan "integrated circuits".

Selanjutnya untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri akan peralatan telekomunikasi dan peralatan siaran (TV dan radio) serta meningkatkan potensi ekspor dalam Repelita IV, akan dikembangkan kapasitas terpasang dari industri-industri yang sudah ada, yaitu pesawat telepon, PABX, sentral telepon "analog", sentral telepon digital, "HF-SSB transceivers",

"radio broadcast", VHF/UHF "radio transceivers", stasiun bumi kecil, berbagai macam radar, micro computer, pesawat pengontrol dan lain-lain.

7. Industri kendaraan bermotor

Program pengembangan industri-industri kendaraan bermotor terutama ditujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan kendaraan niaga di dalam negeri, dengan memanfaatkan komponen produksi industri dalam negeri. Sasaran pengembangan sub sektor industri kendaraan bermotor di dalam negeri adalah agar pada tahun 1986/1987 seluruh komponen kendaraan bermotor jenis niaga sudah buatan dalam negeri. Adapun langkah-langkah yang akan diambil dalam pencapaian sasaran tersebut adalah dengan mengoptimalkan kapasitas terpasang serta mempromosikan proyek-proyek kunci komponen kendaraan bermotor, demikian pula proyek-proyek pendukungnya seperti pabrik cor dan tempa untuk membuat mesin. Proyek kunci industri kendaraan bermotor yang akan dikembangkan adalah proyek mesin yang menggunakan bensin dan diesel bagi kendaraan bermotor sebanyak 7 merek dengan kapasitas 425.000 buah setahun, proyek "power train", "suspension" dan "steering system" dengan kapasitas masing-masing 360.000 buah setahun, proyek pengecoran dan tempa ("foundry and forging plant") untuk memenuhi kebutuhan industri mesin kendaraan bermotor dengan kapasitas "iron casting" 32.600 ton setahun, "alumunium casting" 3.540 ton setahun dan "forge blanks" 12.400 ton setahun. Lokasi industri ini adalah di Jawa Barat, DKI-Jaya, dan Jawa Timur.

Selanjutnya akan terus dikembangkan industri komponen kendaraan bermotor lainnya seperti cabin, rear body, chassis/ frame, fuel tank, wheelrim, leaf spring, muffler & tail pipe,

radiator, shock absorber, regulator dan ignition coil.

8. Industri kereta api

Pengembangan industri kereta api diarahkan untuk memenuhi sarana angkutan akibat adanya lonjakan hasil industri antara lain semen, pupuk dan aspal. Industri ini dikembangkan di Madiun dan sekitarnya, sedangkan industri komponen utamanya dikembangkan di daerah Jawa Timur lainnya.

Pengembangan industri kereta api disamping untuk memenuhi kebutuhan gerbong barang dan kereta penumpang, ditingkatkan untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan peralatan, perlengkapan dan komponen kereta api, sehingga secara bertahap dikurangi ketergantungan pada impor. Dalam usaha mencapai sasaran tersebut, pengembangan industri kereta api diarahkan pada program peningkatan proses "manufacturing", pemanfaatan kapasitas terpasang yang ada dan pengembangan bengkel-bengkel kereta api untuk sarana pemeliharaan gerbong-gerbong, lok dan rel-rel kereta api.

Proyek-proyek yang dipromosikan untuk dibangun adalah proyek gerbong penumpang; proyek kereta api rel diesel, kereta rel listrik dan lokomotif; dan peningkatan kapasitas gerbong barang, dengan investasi yang masih dalam penelitian.

9. Industri pesawat terbang

Pengembangan industri pesawat terbang dalam Repelita IV akan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pesawat terbang dalam negeri dan ekspor, baik untuk pembuatan pesawat terbang maupun reparasi serta sebagai sarana alih teknologi. Proyek yang mendapat prioritas adalah peningkatan produksi pesawat terbang jenis C - 212, helikopter jenis BO - 105, helikopter jenis

Puma, demikian pula produksi pesawat terbang jenis CN - 235 dan helikopter jenis BK - 117.

Industri pembuatan pesawat terbang dikembangkan di Ban-dung, industri perawatan pesawat terbang di DKI-Jaya, Jawa Barat dan Jawa Timur, sedangkan industri komponen pesawat terbang di DKI-Jaya dan Jawa Barat.

PT Nurtanio melaksanakan alih teknologi melalui pro-gram kerjasama dengan perusahaan penerbangan dari Spanyol, Jerman, Perancis, dan Amerika Serikat. Melalui alih teknologi ini kemampuan Nurtanio akan berkembang antara lain berupa kemampuan dapat menghasilkan suku cadang pesawat terbang perusahaan BOEING dan AIRBUS INDUSTRIE, sesuai dengan standarnya. Dengan kemampuan ini Indonesia dapat memperoleh offset dari kedua perusahaan ini sekitar 40% dari harga pesawat yang dibeli Indonesia. Pemberian offset ini dilaksanakan dalam bentuk pembelian suku cadang dari Indonesia yang dibutuhkan untuk produksi pesawat terbang.

Dalam pembuatan pesawat terbang dengan sistem lisensi seperti sekarang ini, Indonesia telah dapat menghasilkan lo-cal contents untuk pesawat CASA 212 sebesar 85%, untuk pesawat helikopter NBO 105 sebesar 80%, untuk pesawat helikopter PUMA/SUPER PUMA sebesar 20%, dan untuk pesawat CN 235 sebesar 50%.

10. Industri perkapalan

Pengembangan industri perkapalan diarahkan pula secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan armada pelayaran nasional, baik untuk keperluan sipil maupun pertahanan dan mencakup kegiatan industri bangunan baru maupun reparasi. Sejalan

dengan itu dikembangkan usaha-usaha industri untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan peralatan dan perlengkapan kapal. Dengan demikian akan dapat dikurangi ketergantungan dari luar negeri dan sekaligus dapat memperdalam struktur industri yang ada. Langkah-langkah yang akan diambil dalam mencapai sasaran tersebut adalah mengembangkan kemampuan penguasaan teknologi, rehabilitasi peralatan yang ada, serta membangun galangan kapal baru sesuai dengan kenaikan kebutuhan armada yang nyata.

Galangan-galangan baru yang akan dibangun berkapasitas sampai dengan 10.000 DWT yaitu untuk kelas 501 sampai dengan 2.000 DWT sebanyak 14 buah, 2.001 sampai dengan 5.000 DWT sebanyak 9 buah dan 5.001 sampai dengan 10.000 DWT sebanyak 4 buah, sehingga akan diperoleh penambahan dan peningkatan fasilitas galangan baru dengan kapasitas produksi yang cukup memadai. Sesuai dengan usaha untuk memenuhi kebutuhan akan pemeliharaan kapal yang ada, maka fasilitas reparasi kapal akan ditingkatkan sampai dengan 30.000 DWT, yaitu untuk kelas sampai dengan 500 DWT, 501 sampai dengan 2.000 DWT, 2.001 sampai dengan 5.000 DWT, 5.001 sampai dengan 10.000 DWT, dan 10.001 sampai dengan 30.000 DWT. Penambahan dan peningkatan fasilitas galangan untuk reparasi tersebut, akan dapat meningkatkan kemampuan produksi kapal didalam negeri setiap tahunnya. Khu-sus di daerah Indonesia bagian Timur, fasilitas galangan di Ujung Pandang akan ditingkatkan dari 500 DWT menjadi 5.000 DWT dan reparasi dari 500 DWT menjadi 7.000 DWT.

Disamping Ujung Pandang, pusat-pusat pengembangan industri kapal terdapat di DKI-Jaya, Surabaya dan Palembang.

Industri Logam Dasar 1. Industri besi baja

Pengembangan industri besi baja diarahkan untuk memenuhi kebutuhan akan produk besi baja di dalam negeri, mengurangi ketergantungan pada impor serta juga diarahkan untuk memantapkan struktur industri tersebut. Dalam hubungan ini langkah-langkah yang akan diambil adalah mendorong investasi pada proyek-proyek kunci dan proyek-proyek strategis, disamping akan diusahakan optimalisasi dari kapasitas terpasang yang sudah ada. Proyek-proyek kunci dalam industri dasar baja yang dipromosikan untuk dibangun adalah pabrik lembaran baja canai dingin untuk memenuhi kebutuhan industri hilir dengan kapasitas 850.000 ton setahun, proyek lembaran baja lapis timah untuk memenuhi kebutuhan industri pengalengan, dengan kapasitas 130.000 ton setahun dan proyek pipa tanpa kampuh untuk kebutuhan pipa baja tanpa kampuh yang banyak digunakan dalam pengeboran minyak, dengan kapasitas 160.000 ton setahun. Sedangkan proyek-proyek industri baja yang mempunyai nilai strategis yang akan dikembangkan adalah proyek profil baja ukuran besar (profil berat) untuk kebutuhan konstruksi, seperti bangunan gedung dan jembatan, dengan kapasitas 100.000 ton setahun dan proyek baja paduan untuk mendukung perkembangan industri permesinan.

Demikian juga akan didorong pengembangan pembangunan foundry dan forging untuk industri kendaraan bermotor. Industri besi baja lainnya seperti slab, ingot dan billet, besi tuang, baja tuang, besi beton dan profil, batang kawat, pipa las lurus, pila las spiral, lembaran baja canai panas, baja lembaran lapis seng, kawat baja, kawat tali baja, sambungan

pipa, light gauge, akan terus dikembangkan.

Lokasi industri besi baja terdapat di Cilegon Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Sumatera Selatan.

2. Industri logam bukan besi baja

Pengembangan industri logam bukan besi baja ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan produk-produk logam bukan besi ba-ja di dalam negeri dan untuk memperbaiki struktur industri tersebut. Selain itu pengembangan industri logam bukan besi baja ditujukan pula untuk mengurangi ketergantungan dari luar negeri. Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam mengembangkan industri logam bukan besi baja adalah dengan meningkatkan kemampuan industri-industri yang sudah ada, serta mempromosikan pembangunan proyek-proyek kunci dan proyek-proyek strategis. Proyek kunci industri logam bukan besi baja yang akan dipromosikan untuk dibangun adalah proyek pabrik katode tembaga (copper cathode plant) untuk memenuhi kebutuhan katode tembaga, yang dibutuhkan oleh industri batang kawat tembaga dan ingot dengan kapasitas 100.000 ton setahun dan produk sampingannya berupa asam sulfat yang sangat berguna untuk keperluan pabrik petrokimia. Proyek-proyek logam bukan besi baja yang mempunyai nilai strategis antara lain proyek "alumunium slab" untuk memenuhi kebutuhan industri alumunium lembaran, dengan kapasitas 40.000 ton setahun; proyek batang kawat alumunium yang hasilnya akan digunakan antara lain pada jaringan transmisi listrik, dengan kapasitas 15.000 ton setahun; proyek "billet alumunium" untuk memenuhi kebutuhan industri batang kawat dan ekstrusi, dengan kapasitas 15.000 ton setahun; proyek "alumunium casting" yang diperlukan untuk

57

menghasilkan produk-produk engineering seperti suku cadang sepeda motor, motor diesel, kendaraan bermotor roda empat, alat peralatan kapal dan lain-lain, dengan kapasitas 6.000 ton setahun; peningkatan kapasitas industri batang kawat tembaga akan ditingkatkan dari 36.000 ton menjadi 50.000 ton setahun.

Industri alumunium hilir terdapat di Sumatera Utara, DKIJaya, Jawa Barat dan Jawa Timur; industri katoda tembaga di Jawa Timur; sedangkan industri barang-barang cor bukan besi baja terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

B. Industri Kimia Dasar

Pembangunan industri kimia dasar dititik beratkan pada pengembangan industri kunci yang mampu mendorong terciptanya struktur industri yang kokoh, dan dapat meningkatkan kemampuan teknologi nasional untuk mengolah sumber alam yang ada. Pembangunan industri kimia dasar mencakup :

a. Industri pengolah minyak dan gas bumi, akan ditekankan pada pembangunan industri pupuk nitrogen seperti urea dan ZA dari gas alam, amonia, petrokimia dasar, menengah dan hilir.

b. Industri kimia pengolah sumber alam selulosa, yang diarahkan pembangunannya untuk menghasilkan "pulp" serat panjang dan pendek, kertas "kraft", kertas koran, kertas tulis cetak, kertas rokok, kertas khusus lainnya dan diversifikasi rayon khususnya jenis rayon pengganti kapas. Pengembangan industri ini akan dikaitkan dengan program pengembangan wilayah, khususnya di daerah-daerah di luar Jawa. Hasil pertanian yang banyak mengandung tepung dan

gula diarahkan untuk pengembangan industri kimia fermentasi dan kimia lainnya yang menghasilkan produk-produk industri kimia halus, obat-obatan, makanan ternak dan bahan kimia organik lainnya.

c. Industri pengolah karet, diarahkan pembangunannya antara lain untuk meningkatkan kemampuan ekspor produk-produk karet, khususnya ban kendaraan bermotor.

d. Kelompok industri yang mengolah sumber alam non minyak dan gas yang tidak dapat diperbaharui serta bersifat padat energi terdiri dari industri pengolah hasil pertambangan non minyak yang berupa tanah liat, kaolin, pasir kwarsa, pozolan, batu gamping, kapur, batu fosfat, belerang, dolomit dan magnesia/khrom dan lain-lain dipergunakan sebagai bahan baku dan penolong untuk industri semen, bahan bangunan, kaca lembaran dan botol, "refractory", pupuk fosfat, insektisida, karbid, soda abu, pigment dan zat pemutih, kertas, ban, alumina dan sebagainya. Pengembangan kelompok industri ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Dengan terus bertambahnya kebutuhan semen di dalam negeri, akan ditingkatkan diversifikasi produk semen khusus dan dikembangkan industri hilir barang-barang dari semen. Sejalan dengan itu akan dilakukan pula usaha untuk memproduksi bahan-bahan penolong berupa gipsum untuk industri semen dan kertas kraft untuk kantong semen. Untuk meningkatkan daya guna distribusi semen, di beberapa daerah akan dikembangkan sistem distribusi dalam bentuk curah, melalui unit-unit pengantongan semen yang tersebar di daerah-daerah.

59

Melalui rencana pengembangan industri kimia dasar terse-but dan dengan laju pertumbuhan lebih kurang sebesar 17,2% setahun, diharapkan dapat diserap tenaga kerja langsung sebanyak 35.000 orang.

1. Industri agrokimia

Di bidang industri pupuk urea, beberapa proyek pupuk yang mulai dibangun menjelang akhir Repelita III akan diteruskan dan diselesaikan dalam Repelita IV, yaitu di Kalimantan Timur dan di Aceh. Disamping itu dalam rangka memenuhi kebutuhan yang makin meningkat, direncanakan untuk membangun lagi 2 pa- brik pupuk urea, masing-masing dengan kapasitas 570.000 ton per tahun, di Kalimantan Timur dan di Aceh sebagai perluasan, atau di Sulawesi Selatan sebagai proyek baru.

Kapasitas produksi industri pupuk urea pada akhir Repelita IV diperkirakan akan mencapai 5,61 juta ton. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pupuk TSP yang terus meningkat, direncanakan tambahan sebesar 500.000 ton setahun, yang akan dibangun di Gresik Jawa Timur. Untuk mendukung keperluan pupuk TSP yang telah ada, akan dibangun pula pabrik asam fosfat dengan kapasitas.660.000 ton setahun. Selanjutnya direncanakan tambahan kapasitas pabrik Z.A. menjadi sebesar 650.000 ton setahun, yang akan diperoleh sebagai hasil sampingan dari dibangunnya proyek asam fosfat tersebut, juga di Gresik Jawa Timur. Juga industri pestisida yang membuat bahan aktif pestisida akan ditingkatkan. Dalam Repelita IV direncanakan pembangunan industri manufacturing pestisida dengan kapasitas 20.000 ton setahun, yaitu di Gresik Jawa Timur. Sedangkan pengembangan industri formulasi pestisida dilakukan secara selektif, dengan memberikan prioritas kepada industri pestisida

yang mempunyai kaitan mutlak dengan kegiatan manufacturingnya di dalam negeri.

2. Industri selulosa dan karet

Pengembangan industri pulp dan kertas mengutamakan penyelesaian pembangunan proyek-proyek kertas terpadu dan berskala besar yaitu antara lain proyek kertas koran di Leces (Jawa Timur) berkapasitas 90.000 ton setahun dengan memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan baku, dan proyek kertas "kraft" untuk kantong semen di Cilacap (Jawa Tengah) berkapasitas 90.000 ton setahun. Di samping itu akan diusahakan pula untuk mempromosikan pembangunan proyek "pulp" dan kertas terpadu yang berskala besar seperti proyek kertas kraft Aceh dan proyek kertas Sesayap (Kalimantan Timur). Selain daripada itu akan dipromosikan pula pembangunan proyek kertas koran yang kedua, yang direncanakan di daerah perbatasan Jawa Barat - Jawa Tengah, atau di Sumatera Utara.

Mengingat ketergantungan Indonesia akan serat kapas yang sangat besar dari luar negeri, dipromosikan pula proyek rayon terpadu yang menghasilkan serat rayon berkualitas tinggi, sebagai pengganti kapas untuk industri tekstil, yang direncanakan di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.

Pembangunan industri ban selain ditujukan untuk meningkatkan kemampuan pemenuhan kebutuhan dalam negeri diarahkan pula untuk ekspor dengan memperhatikan permintaan pasar. Pembangunan industri ban ini ditempuh dengan perluasan pabrikpabrik yang ada dan produksi jenis-jenis ban akan juga diarahkan kepada jenis-jenis yang selama ini masih diimpor. Bagi pengembangan industri ban kendaraan beroda empat, telah dipersiapkan secara terarah serta bertahap, dan diperkirakan

produksinya pada akhir Repelita IV akan mencapai 10,3 juta buah setahun. Pengembangan ban pesawat terbang dan ban "heavy duty" lainnya, seperti ban kendaraan militer, pertanian, pertambangan dan konstruksi, akan diusahakan pembangunan pabrik industri ban yang baru.

Selanjutnya lokasi pengembangan ban sepeda motor/scooter, disebarkan ke daerah yang kebutuhannya cukup potensial. Kapasitas produksi industri ban sepeda motor/scooter pada akhir Repelita IV diperkirakan akan mencapai 5,7 juta buah setahun. Industri barang-barang karet untuk industri seperti "convey-or transmision belt", pipa karet tekanan dan lain-lain juga akan dikembangkan.

3. Industri kimia organik

Dengan telah berkembangnya berbagai industri hilir, maka program utama industri kimia organik dalam Repelita IV adalah mendorong terlaksananya pembangunan proyek-proyek industri petrokimia hulu seperti olefin di Aceh, aromatik di Palembang Sumatera Selatan, dan lain sebagainya, yang akan menghasilkan bahan-bahan baku bagi industri-industri petrokimia menengah dan hilir.

Untuk menjalin keterkaitan yang lebih kokoh dan serasi antara industri-industri petrokimia, akan didorong pula perkembangan beberapa proyek industri petrokimia menengah dan hilir yang berkaitan, antara lain caprolactam di Palembang Sumatera Selatan, phthalic anhydride di Jawa Timur, DOP di Jawa Timur dan Jawa Barat, polyestyrene, benang nylon untuk ban di Jawa Barat, karet sintetis di Jawa Barat dan sebagainya. Di samping itu akan dirintis pengembangan industri organik pengolahan hasil nabati, seperti bahan-bahan kimia yang

dibuat dari etanol dan produk-produk fermentasi lainnya.

4. Industri kimia anorganik

Pengembangan industri semen dilakukan melalui pembangunan proyek semen baru dan perluasan dari pabrik semen yang ada di Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Madura, dan daerah-daerah lain yang berpotensi. Kapasitas terpasang industri semen pada akhir Repelita IV diharapkan akan mencapai 21 juta ton.

Selanjutnya pengembangan industri kaca lembaran dilakukan dengan mengutamakan penyelesaian proyek kaca lembaran yang dewasa ini sedang dalam pembangunan di Gresik, Jawa Timur, yang berkapasitas 120.000 ton per tahun dengan proses "float". Di samping itu akan dirangsang pembangunan proyek kaca lembaran berdasarkan proses "fourcault" di beberapa daerah tertentu, seperti Jawa Tengah atau Sumatera Utara, yang pemasarannya telah memungkinkan. Selanjutnya untuk menunjang kebutuhan industri kendaraan bermotor, direncanakan pula pengembangan industri kaca pengaman.

Di samping industri "refractory" yang penting artinya guna menunjang perkembangan industri besi baja dan industri semen, akan dipromosikan proyek "refractory" jenis basa berkualitas tinggi di daerah Cilegon Jawa Barat. Juga akan dipromosikan industri "chlor-kostik soda" berskala besar yang produksinya dikaitkan dengan Proyek Pusat Olefin di Lhok Seu- mawe, Aceh. Pembangunan proyek soda abu kemungkinan di Cilacap Jawa Tengah akan diusahakan untuk menunjang kebutuhan industri kaca lembaran dan gelas/botol yang kebutuhannya terus meningkat, juga akan didorong penyelesaian proyek-proyek karbid, seperti di Jawa Barat dan Sumatera Barat, yang diperlu-

kan untuk menunjang industri "engineering". Begitu pula diusahakan pembangunan industri "sodium tripoly phosphate" (STPP) yaitu di Jawa Timur, untuk menunjang industri "detergent".

Selanjutnya akan didorong pula pembangunan proyek-proyek yang telah dirintis seperti : industri asam sulfat dan asam fosfat, yang dikaitkan dengan pembangunan proyek pupuk fosfat TSP III di Gresik Jawa Timur, dan proyek garam industri yang akan dikembangkan di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Begitu pula akan digalakkan pengembangan industri "gas industri" untuk menunjang program pengawetan bahan pangan (pasca panen) dan industri baja, diversifikasi hasil produksi gas industri yang belum dihasilkan di dalam negeri. Juga diusahakan pengembangan industri asam nitrat untuk menunjang pengembangan industri bahan peledak, kemungkinan di Jawa Barat, yaitu dalam rangka produksi ammonium nitrat dengan memanfaatkan ammoniak yang dihasilkan di dalam negeri.

C. Aneka Industri

Pembangunan aneka industri dalam Repelita IV bertujuan untuk meningkatkan peranserta dan prakarsa masyarakat dalam kegiatan industri, memperluas kesempatan kerja serta meningkatkan mutu dan ketrampilan kerja, meningkatkan hasil produksi, baik dalam jumlah, jenis, maupun mutu, guna memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Selanjutnya dikembangkan je- nis industri yang mempunyai isian lokal yang tinggi, sehingga dapat memperpanjang proses produksi ke arah hulu dan hilir, serta keterkaitan terhadap industri besar, kecil, dan berat yang menghasilkan mesin industri yang akan terus dikembangkan pada masa Repelita-repelita selanjutnya.

Dengan sasaran laju pertumbuhan industri nasional sebesar

rata-rata 9,5% setahun dalam Repelita IV, maka laju pertumbuhan aneka industri, terutama industri pemenuhan kebutuhan rakyat banyak, diperkirakan sebesar ± 6% setahun.

Untuk mencapai sasaran tersebut akan ditingkatkan pemanfaatan secara optimal kapasitas industri yang telah terpasang dan peningkatan investasi baru. Disamping itu juga akan ditingkatkan mutu dan desain serta dilakukan usaha-usaha penganeka ragaman produk aneka industri sesuai permintaan pasar baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Selain daripada itu, pengembangan aneka industri diarahkan kepada industri-industri yang mampu menciptakan lebih banyak kesempatan kerja baru, baik langsung maupun tidak langsung. Selama Repelita IV diperkirakan dapat diserap sekitar 400.000 ribu tenaga kerja. Agar dapat didorong timbulnya penyebaran aneka industri ke daerah, maka sejalan dengan meningkatnya pembangunan industri dasar/kunci yang berlokasi di luar Jawa, akan dikembangkan keterpaduan dalam pembangunan industri dimana disekitar lokasi industri dasar/kunci terse-but akan mendorong berdirinya industri hilir dan industri kecil.

Dalam rangka penghematan penggunaan energi, pertumbuhan aneka industri sejauh mungkin dikelompokkan dalam suatu kawasan industri, agar kebutuhan energi dapat disediakan dari pusat pembangkit tenaga listrik yang sama.

Sesuai dengan sasaran dan arah pengembangan aneka industri pada Repelita IV, maka prioritas pembangunan diberikan pada industri-industri yang mengolah lebih lanjut bahan men-

tah dari sumber alam untuk memproduksi barang-barang jadi maupun barang setengah jadi dan industri-industri yang dapat meletakkan kaitan-kaitan antar industri, dan dapat menghasilkan barang-barang untuk kebutuhan rakyat banyak, serta industri yang menghasilkan barang-barang yang mempunyai potensi ekspor atas dasar keunggulan komparatif yang dimiliki.

Berpedoman pada hal tersebut di atas maka program pengembangan masing-masing kelompok industri dalam lingkungan aneka industri adalah sebagai berikut:

1. Industri pengolah hasil sektor pertanian

Industri pengolah hasil sektor pertanian meliputi cabang industri yang sangat erat kaitannya dengan sektor pertanian antara lain: industri minyak makan/goreng, industri pengalengan ikan, daging, sayur-sayuran, buah-buahan dan sebagainya.

Perkiraan pengembangan industri minyak goreng sampai akhir Repelita IV adalah peningkatan kapasitas sebesar 1.967.389 ton yang diperkirakan dapat menghasilkan produksi minyak kelapa dan minyak kelapa sawit sebanyak 1.239.880 ton.

Sesuai dengan pengembangan perkebunan kelapa sawit maka lokasi minyak goreng kelapa sawit pada Repelita IV diutamakan di daerah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat dan Sulawesi Tengah. Sasaran pengembangan industri pengalengan makanan diarahkan pada peningkatan mutu yang disesuaikan dengan standar mutu internasional serta diversifikasi produk yang sesuai dengan selera konsumen. Sedangkan lokasi industri diarahkan sesuai dengan pengembangan di sektor pertanian, peternakan dan perikanan,

diantaranya industri pengalengan ikan di Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Bali dan Maluku.

Industri pengalengan buah-buahan dan sayur-sayuran akan dibangun di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat, sedangkan industri pengalengan daging akan dibangun di Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan.

Adapun langkah-langkah kebijaksanaan yang akan ditempuh dalam pengembangan industri pengalengan antara lain adalah dengan membatasi impor produk-produk industri pengolah hasil sektor pertanian, mendorong pengembangan industri tin plate dan mengatur bahan kemasan lainnya. Di samping itu akan disederhanakan perizinan penanaman modal, meningkatkan standarisasi dan mutu, serta menggalakkan penggunaan hasil produksi dalam negeri. Industri-industri lain yang berkaitan dengan sektor pertanian antara lain meliputi industri pengolahan susu, industri rokok kretek dan industri garam konsumsi.

Pengembangan industri susu pasteurisasi/sterilisasi diarahkan pada optimalisasi kapasitas terpasang, usaha perluasan dan pendirian pabrik baru dengan penggunaan sebanyak mungkin susu segar produksi ternak perah dalam negeri.

Pengembangan industri garam konsumsi diarahkan pada pendirian proyek-proyek baru di daerah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Bali, Aceh dan Timor Timur.

2. Industri tekstil dan kulit

Pengembangan industri tekstil dalam Repelita IV diarahkan

untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan peningkatan ekspor. Perkiraan yang direncanakan akan dicapai pada akhir Repelita IV untuk kebutuhan tekstil dalam negeri adalah sebesar 2.500 juta meter, sedangkan untuk ekspor sebesar 120 juta meter dan pakaian jadi sebanyak 13,4 juta lusin.

Pengembangan industri pemintalan, pertenunan, perajutan dan industri "finishing/dyeing/printing" dalam Repelita IV dititik beratkan pada rehabilitasi, modernisasi dan perluasan kapasitas agar tercapai skala unit produksi yang ekonomis, di samping pembangunan proyek-proyek baru dengan teknologi mutakhir, guna menunjang ekspor tekstil berkualitas tinggi yang mampu bersaing di pasaran internasional.

Dalam rangka memperkuat struktur industri tekstil yang sudah ada serta meningkatkan nilai tambah dan kesempatan kerja yang makin meningkat, perlu lebih digalakkan pendirian "cot-ton belt", industri serat rayon dan serat sintetis, industri cat tekstil dan bahan-bahan kimia pembantu, serta industri permesinan yang menghasilkan mesin-mesin tekstil dan suku cadang.

Pengembangan lokasi industri tekstil di masa mendatang diarahkan ke daerah-daerah di luar Jawa dengan berorientasi pada bahan baku, antara lain industri pemintalan di daerah Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tenggara yang sedang dikembangkan sebagai daerah "cotton belt", dan daerah Sumatera bagian Selatan yang mempunyai potensi pengembangan bahan baku baik untuk serat polynosic maupun serat sintetis.

Pengembangan industri penyamakan kulit dan sepatu kulit diarahkan kepada optimalisasi penggunaan kapasitas terpasang, rehabilitasi dan modernisasi, serta pendirian proyek-proyek

baru yang dapat menghasilkan kulit jadi maupun sepatu kulit, yang dapat memenuhi permintaan pasaran baik jenis maupun mutunya.

Demi tercapainya sasaran kebutuhan tekstil, perlu diambil langkah-langkah kebijaksanaan sebagai berikut: secara bertahap mengurangi ketergantungan pada bahan baku, bahan penolong, permesinan dan suku cadang yang masih diimpor. Keperluan tersebut akan dipenuhi dari dalam negeri dengan pemanfaatan kapasitas terpasang yang ada, peningkatan penggunaan hasil industri permesinan dan hasil industri suku cadang, peningkatan mutu hasil produksi, peningkatan efisiensi dan produktivitas. Sebagai akibat tindakan-tindakan ini diharapkan hasil produksi dalam negeri akan mampu bersaing baik di pasaran dalam negeri maupun di luar negeri, sehingga akan dapat meningkatkan penerimaan devisa negara. Selain dari itu akan lebih digalakkan usaha-usaha dalam mewujudkan bapak angkat-anak angkat, sistem sub kontrak dan sebagainya, untuk meningkatkan keterkaitan antara industri besar, menengah dan kecil.

Selanjutnya peningkatan penyediaan lapangan kerja, dengan mengarahkan kegiatan penambahan investasi secara selektif pa-da sektor yang mampu menyerap tenaga kerja relatif banyak, terus dikembangkan. Demikian juga akan terus dikembangkan pe-ningkatan ketrampilan melalui kegiatan pendidikan formal dan informal, serta latihan industri dalam usaha mengatasi teknologi tekstil.

3. Industri pengolahan karet

Industri pengolahan karet di Indonesia meliputi industri penghasil karet konvensional yakni jenis "crepe", "sheet"

(RSS) dan "latex", industri penghasil karet spesifikasi teknis (crumb rubber/SIR), dan industri barang-barang karet.

Umumnya industri "crumb rubber" di Indonesia masih menggunakan proses mekanis. Mengingat perkembangan teknologi pengolahan karet di luar negeri jauh lebih sempurna maka perlu dilakukan langkah-langkah mengenai pemilihan proses pengolahan karet yang lebih maju dan tepat guna, agar mutu produksi karet Indonesia dapat lebih bersaing di pasaran luar negeri. Jumlah kebutuhan crumb rubber di dalam negeri pada tahun 1983/1984 adalah sekitar 60.000 ton setahun dan pada akhir Repelita IV diperkirakan sekitar 88.000 ton.

Kebutuhan barang-barang dari karet di dalam negeri selama Repelita IV akan terus meningkat sesuai dengan laju pembangunan dan pertambahan penduduk. Peningkatan konsumsi akan dapat dipenuhi dari hasil produksi dalam negeri. Industri ini diarahkan untuk menghasilkan barang-barang yang sangat diperlukan, seperti alat-alat kedokteran, komponen kendaraan, sepatu kanvas/sol, alat-alat teknik, alat-alat olah raga dan sebagainya, sambil melakukan program ekspor. Mengingat sifat dan konsumen barang-barang tersebut, maka lokasi industrinya pada tahap pertama direncanakan di Jawa dan Sumatera.

Pengembangan industri barang-barang karet ini harus ditunjang dengan peningkatan produksi karet alam di dalam negeri, agar tidak mengganggu program ekspor karet yang merupakan salah satu penghasil utama devisa negara.

4. Industri pengolahan kayu

Sasaran pengembangan kelompok industri ini dalam Repelita IV selain untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, khususnya

didalam pemenuhan pembangunan perumahan, juga meningkatkan devisa negara melalui ekspor berbagai hasil produksinya.

Kapasitas produksi kayu lapis, kayu gergajian dan furniture akan terus ditingkatkan dalam Repelita IV. Lokasi industri perkayuan yang perlu didorong pengembangannya antara lain adalah sebagai berikut : industri penggergajian kayu di daerah Bengkulu, Sulawesi Tenggara, dan Irian Jaya; industri kayu lapis di daerah Bengkulu dan Irian Jaya; sedangkan industri perabot rumah tangga dan komponennya akan dikembangkan di daerah Marunda DKI-Jaya, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kaliman-tan Timur.

Adapun pembangunan industri perkayuan diarahkan untuk menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha tenaga ker-ja trampil dengan membangun pusat-pusat latihan kerja, pendidikan dan latihan dan sekolah-sekolah perkayuan, yang diarahkan untuk melaksanakan alih teknologi. Pembangunan industri pengolahan kayu dititik beratkan pada pemasaran kayu untuk ekspor yang akan dapat meningkatkan devisa negara. Dalam rangka usaha untuk memelihara pasar di luar negeri, maka dilaksanakan usaha diversifikasi produksi terutama "wood based pa-nels" lainnya sebagai substitusi kayu lapis.

Pemilihan tingkat teknologi ditujukan untuk peningkatan efisiensi pemanfaatan bahan baku dengan jalan "recovery" dan peningkatan mutu, serta adanya pemanfaatan energi, terutama dengan pemanfaatan limbah kayu sebagai sumber energi.

5. Industri komponen dan barang-barang elektronika

Industri ini mencakup hanya industri elektronika konsumen dan alat-alat listrik rumah tangga seperti produk-produk ra-

dio, TV, lemari es, kipas angin dan sebagainya.

Pembangunan industri elektronika di Indonesia, dikembangkan pada pengembangan komponen-komponen elektronika, yang perlu ditunjang dengan kegiatan penelitian dan pengembangan. Dalam hal ini semua kegiatan diarahkan guna memperkuat struktur industri tersebut, dengan meningkatkan isian lokal, perangkat lunak maupun perangkat kerasnya. Dengan demikian di masa mendatang sumbangan jenis industri ini terhadap pertumbuhan ekonomi akan dapat meningkat, disamping menghasilkan dan menghemat devisa dan memperluas kesempatan kerja.

Pengembangan industri komponen dan barang-barang elektronika bertujuan untuk meningkatkan industri yang menggunakan komponen buatan dalam negeri, sesuai dengan program penanggalan dan rasionalisasi industri elektronika, yang direncanakan sebesar 30% pada awal Repelita IV dan akan meningkat menjadi 60% pada akhir Repelita IV.

Adapun proyeksi kapasitas terpasang industri radio/radio kaset pada akhir Repelita IV diharapkan mencapai sekitar 6.390.000 buah dengan perkiraan produksi sekitar 2.486.400 buah, yang akan dipasarkan di dalam negeri sekitar 2.162.400 buah dan yang akan diekspor sekitar 324.000 buah. Kapasitas terpasang televisi hitam putih/berwarna diharapkan mencapai sekitar 2.360.000 buah dengan jumlah produksi sekitar 1.769.300 buah dengan jumlah penjualan dalam negeri sekitar 1.591.200 buah serta yang direncanakan akan diekspor sebesar 178.100 buah.

Pengembangan perangkat lunak industri elektronika perlu ditingkatkan dengan jalan meningkatkan kemampuan dari pusat penelitian dan pengembangan. Pengembangan perangkat keras ju-

ga perlu didorong melalui pendirian industri komponen-komponen elektronika, khususnya komponen aktif.

Selain itu usaha kerjasama dalam produksi dan perluasan pasaran luar negeri dari para produsen, industri elektronika serta optimalisasi dari pada kapasitas terpasang yang sudah ada, direncanakan untuk ditingkatkan.

6. Industri barang-barang keramik dan gelas

Sasaran kelompok industri ini selain untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri juga diarahkan untuk ekspor. Industri keramik khususnya meliputi komoditi wall tile, floor tile dan refractories. Pengembangan industri keramik diarahkan ke lokasi-lokasi mendekati sumber bahan baku umumnya di luar Jawa.

Produksi wall tile, floor tile dan refractories pada akhir Repelita IV proyeksi produksinya masing-masing adalah 12,5 juta m2, 7,4 juta m2 dan 177 ribu ton.

Lokasi industri keramik terutama diarahkan di daerah : Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Lampung, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Maluku.

Industri gelas dan barang-barang gelas juga merupakan industri yang cukup potensial, karena memiliki keunggulan komparatif yang disebabkan antara lain bahan baku utamanya dapat diperoleh cukup banyak di dalam negeri.

Produksi gelas dan barang-barang gelas pada awal Repelita IV diperkirakan 103.000 ton yang pada akhir Repelita IV dapat ditingkatkan menjadi + 165.000 ton.

Lokasi industri gelas terutama dipilih di daerah : Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jaya, Jawa Te-ngah dan Jawa Timur.

D. Industri Kecil

Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara pembangunan industri juga diarahkan untuk lebih meningkatkan industri kecil dan kerajinan rakyat antara lain melalui penyempurnaan, pengaturan, pembinaan dan pengembangan usaha serta peningkat-an produktivitas dan perbaikan mutu produksi, dengan tujuan untuk memperluas kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Dengan berkembangnya industri kecil akan meningkat pula pendapatan pengusaha dan pengrajin industri kecil, serta kemam- puannya untuk memasarkan dan mengekspor hasil-hasil produksinya. Dalam hubungan ini sekaligus diusahakan agar peranan koperasi industri kecil dapat lebih ditingkatkan. Untuk mencapai laju pertumbuhan yang cukup tinggi maka jenis-jenis industri kecil yang mempunyai ciri berikut ini akan lebih dikembangkan: (1) banyak menyerap tenaga kerja; (2) hasil produksinya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat banyak; (3) berkaitan dengan pembangunan sektor ekonomi lainnya terutama de-ngan sektor pertanian dan konstruksi, yang mempunyai keterkaitan dengan industri lainnya antara lain industri permesinan, dan (4) hasilnya mempunyai prospek ekspor.

Dengan meningkatnya pembangunan industri, khususnya industri kecil dan kerajinan pada Repelita IV, dengan proyeksi laju pertumbuhan 6% setahun, diharapkan akan dapat diserap tenaga kerja langsung sebanyak 930.000 orang. Sesuai dengan arah pengembangan di atas, program pengembangan masing-masing jenis industri adalah sebagai berikut :

Pengembangan kelompok industri makanan dan minuman diutamakan pada peningkatan mutu, perbaikan pengemasan, penganekaragaman produk dan pengembangan produk untuk substitusi impor serta peningkatan ekspor. Untuk kelompok industri tembakau, diarahkan pada peningkatan pengolahan tembakau rajangan yang di keringkan sebagai bahan baku industri rokok dalam nege-ri dan juga untuk ekspor dan peningkatan mutu serta pengemasan rokok kretek, rokok klobot dan sejenisnya.

Selanjutnya industri kecil kelompok industri tekstil bukan pakaian seperti kapas pembalut, kapas kosmetik, kain untuk rumah tangga dan kesehatan, diarahkan pada peningkatan mutu, desain dan pengembangan produk. Kelompok industri pakaian jadi diarahkan pada pengembangan industri pakaian anakanak, pakaian wanita, seragam sekolah dan angkatan bersenjata, serta pakaian-pakaian/kain yang memiliki keunggulan komparatif.

Untuk kelompok industri penyamakan kulit dan pembuatan barang dari kulit/kulit imitasi, pembinaannya diprioritaskan pada usaha meningkatkan teknologi penyamakan kulit, baik untuk bahan baku industri dalam negeri maupun untuk ekspor, mengembangkan industri kecil sepatu, sandal, dan sarung tangan dari kulit, serta barang-barang dari kulit/kulit imitasi lainnya.

Kelompok industri kayu dan barang dari kayu, rumput, rotan, bambu dan sejenisnya, akan dikembangkan terutama industri bahan bangunan, alat-alat rumah tangga, serta barang-barang kerajinan lainnya dan diarahkan untuk diekspor.

Kelompok industri kertas, barang dari kertas dan industri percetakan, pembinaannya diutamakan pada pembuatan barang da-

ri kertas, percetakan, penjilidan, dan pengemasan.

Kelompok industri kimia dan barang kimia lainnya diarahkan pada pengembangan industri kecil bahan kimia nabati seperti damar, siongka, minyak atsiri dan industri lain seperti pemurnian belerang dan batu-batuan fosfat, arang aktif dalam rangka substitusi impor atau untuk ekspor.

Kelompok industri hasil karet, pembinaannya terutama pada industri pembuatan barang-barang karet yang mempunyai kaitan dengan industri permesinan dan kendaraan bermotor dan beberapa jenis industri barang-barang karet lainnya. Sedangkan kelompok industri barang plastik diarahkan pada pengembangan industri kecil plastik untuk rumah tangga, mainan anak-anak, hiasan, pengemasan dan tali-temali.

Kelompok industri barang-barang keramik, dan bahan bangunan dari tanah liat, diarahkan untuk meningkatkan mutu dan standar serta penganekaragaman produk. Demikian pula akan terus dikembangkan industri kecil keramik yang menghasilkan isolator dan komponen teknik lainnya. Kelompok industri barang-barang keramik, porselin dari tanah liat, pembinaannya diutamakan pada pengembangan industri kecil bahan bangunan dari tanah liat, industri kecil barang keramik untuk isolator dan komponen teknik lainnya guna memenuhi pasaran dalam negeri. Selanjutnya pengembangan ini dilaksanakan melalui penganekaragaman produk, peningkatan usaha, produk dan mutu, penerapan standar, serta peningkatan produktivitas dan teknologi. Pengembangannya melalui industri kecil dinamis, tradisional dan sentra.

Kelompok barang-barang dari semen dan kapur pembinaannya diarahkan pada industri kecil bahan bangunan dan penggilingan

kapur untuk lahan pertanian, kapur untuk industri melalui peningkatan produktivitas, pengembangan usaha, dan peningkatan teknologi. Pengembangannya melalui industri tradisional non sentra dan sentra serta industri kecil dinamis. Kelompok industri kecil barang galian bukan logam pembinaannya diutamakan pengembangan industri kecil kerajinan marmer dan batuaji guna memenuhi pasar dalam negeri dan ekspor melalui pengembangan desain, peningkatan mutu, peningkatan teknologi dan pengembangan usaha.

Kelompok industri dasar besi baja dan logam bukan besi (non ferro metal) pembinaannya diutamakan pada pengembangan industri kecil pengecoran barang-barang teknik melalui penganekaragaman produk dan pengembangan usaha, peningkatan mutu, pembinaan standar, pengembangan desain, peningkatan produktivitas dan teknologi. Pengembangannya melalui industri kecil dinamis dan sentra. Kelompok industri barang logam dasar kecuali mesin beserta perlengkapannya pembinaannya diutamakan pada industri kecil logam pembuatan hand tools sederhana, alat pertanian sederhana, alat rumah tangga, pengemasan dan barang-barang hiasan guna memenuhi pasaran dalam negeri melalui peningkatan mutu, pembinaan desain, penerapan standar, penganekaragaman produk dan pengembangan usaha dan peningkatan produktivitas serta teknologi. Pengembangannya melalui industri kecil dinamis, tradisional dan sentra.

Kelompok industri mesin dan mesin listrik, perlengkapan dan bagian-bagiannya pembinaannya diutamakan pada industri kecil pembuatan mesin-mesin pertanian sederhana, mesin perkakas sederhana dan mesin listrik tertentu untuk keperluan rumah tangga beserta komponen-komponennya guna memenuhi pasaran dalam negeri melalui penganekaragaman produk, pengembangan

usaha, peningkatan mutu, penerapan standar, pengembangan disain, peningkatan produktivitas dan teknologi. Pengembangannya melalui industri kecil dinamis. Kelompok industri alatalat angkutan pembinaannya diutamakan pada pengembangan industri kecil pembuatan dan reparasi kapal/perahu dari kayu dan ferro semen, pembuatan bagian-bagian perlengkapan kapal/ perahu, bagian perlengkapan kendaraan bermotor, perakitan dan reparasi sepeda, pembuatan bagian karoseri kendaraan bermotor serta pembuatan komponen tertentu kereta api guna memenuhi pasaran dalam negeri melalui peningkatan mutu, penerapan standar, pembinaan disain, pengembangan usaha, peningkatan produktivitas dan teknologi. Pengembangannya melalui industri kecil dinamis.

Kelompok industri alat-alat ilmu pengetahuan pembinaannya diutamakan bagi industri kecil pembuat alat-alat ilmu pengetahuan sederhana untuk laboratorium/penelitian alat-alat ukur dan kontrol guna memenuhi pasaran dalam negeri melalui peningkatan mutu, penerapan standar, pengembangan usaha dan peningkatan teknologi. Pengembangannya melalui industri kecil dinamis.

Kelompok industri lain-lain pembinaannya diutamakan bagi industri kecil peralatan olah raga, peralatan musik, peralatan kesenian, alat peragaan pendidikan dan barang-barang kerajinan lainnya guna memenuhi pasaran dalam negeri dan ekspor melalui pengembangan produk, pengembangan usaha, peningkatan mutu, pengembangan disain, peningkatan produktivitas dan teknologi. Pengembangannya melalui industri kecil dinamis, tradisional dan sentra.

Dalam rangka mencapai sasaran pengembangan industri kecil dan kerajinan tersebut diatas, maka ditetapkan program pengem-

bangan industri kecil sebagai berikut:

1. Bimbingan dan penyuluhan industri kecil

Bantuan bagi industri kecil yang telah ada, akan ditingkatkan. Bagi industri-industri yang berada di dalam sentra akan diberi bantuan berupa perangkat lunak dan perangkat keras. Sedangkan pembinaan industri kecil di luar sentra diuta- makan dalam bentuk perangkat lunak. Bantuan perangkat lunak diberikan dalam bentuk peningkatan kemampuan pengusaha/ pengrajin dibidang manajemen, keusahawanan, ketrampilan teknis, studi, konsultasi serta pelayanan informasi teknis, dan lain sebagainya. Sedangkan bantuan perangkat keras adalah dalam bentuk bahan baku, bahan penolong, disain mesin/peralatan, untuk peningkatan mutu serta ragam produksi.

Dalam hubungan ini akan ditingkatkan kemampuan maupun jumlah tenaga penyuluh lapangan, baik generalis maupun spesialis sebagai unsur pelaksana pembinaan industri kecil. Selanjutnya sarana pendidikan dan latihan industri, unit alih teknologi industri kecil, unit informasi industri kecil, pusat pelayanan industri kecil, unit pelayanan industri kecil, unit pelayanan disain, promosi dan informasi, unit pelayanan teknis dan bantuan sarana tempat usaha, akan ditingkatkan.

Unit informasi industri kecil akan dikembangkan dan berfungsi sebagai pusat informasi yang dapat memberikan pelayanan informasi usaha, informasi pasar, informasi tentang kebijaksanaan pembinaan dan peraturan, serta informasi hasil pembangunan pada umumnya, kepada seluruh masyarakat terutama para pengusaha dan pengrajin serta siapapun yang berkaitan dengan industri kecil.

Pusat Pendidikan dan Latihan akan didirikan di tingkat pusat untuk keperluan secara nasional dan akan berfungsi sebagai fasilitas pelayanan pendidikan dan latihan bagi wiraswasta, pimpinan usaha, pengawasan, pengrajin, pembina, pelatih, TPL dan lain sebagainya.

Unit alih Teknologi Industri Kecil akan didirikan ditingkat pusat dan bersifat nasional dan akan berperan sebagai jembatan antara hasil-hasil penelitian yang telah ada dengan penerapan hasilnya di lingkungan industri kecil.

Unit pelayanan disain industri kecil akan didirikan di tingkat pusat dan bersifat nasional yang akan melakukan penelitian dan pengembangan disain sesuai dengan kebutuhan pengembangan industri kecil.

Unit promosi Industri Kecil akan didirikan di tingkat pusat dan akan berfungsi sebagai promosi hasil produksi Indus-tri kecil terutama jenis mata dagangan (komoditi) yang baru dikembangkan dan promosi investasi.

Pusat Pelayanan Industri Kecil (PPIK) diusahakan untuk didirikan secara bertahap di beberapa propinsi yang mempunyai potensi industri kecil. Unit Pelayanan Industri Kecil (UPIK) juga akan didirikan secara bertahap di beberapa daerah Tingkat II dan merupakan aparat pelaksana terdepan yang secara langsung akan memberikan pelayanan informasi, promosi, pendidikan dan latihan, disain serta alih teknologi termasuk diantaranya pelayanan pengujian sederhana.

Unit tersebut akan dilengkapi dengan Unit Pelayanan Teknis (UPT) untuk industri kecil tertentu, terutama untuk sentra-sentra atau LIK, atau PIK, dan SUIK. Terhadap LIK yang

telah berdiri akan dilaksanakan program pemantapan dan konsolidasi lebih lanjut sehingga LIK dapat memberikan dorongan bagi pertumbuhan industri kecil. Unit pelayanan disain, unit pelayanan promosi dan unit pelayanan informasi akan didirikan di daerah yang memerlukan, berdasarkan penelitian yang cermat dan benar-benar menunjang pertumbuhan di daerah tersebut.

Bantuan sarana tempat usaha dalam PIK dan SUIK ,akan di kembangkan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan para pengusaha dan pengrajin industri kecil, sehingga dapat memenuhi standar tempat usaha yang baik dan memadai yang berfungsi pula sebagai pusat pembinaan. Dalam hal ini Pemerintah akan memberikan bantuan kearah berkembangnya kegiatan PIK dan SUIK tersebut.

2. Program pengembangan industri kecil

Program ini bertujuan agar industri kecil dapat tumbuh dan berkembang sehingga memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan pengusaha serta pengrajin. Program pengembangan ini meliputi kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil produksi, memperbaiki mutu dan pemasaran hasil produksi dan meningkatkan kerjasama antar pengusaha melalui koperasi. Untuk meningkatkan kemampuan pengusaha industri kecil akan dilaksanakan berbagai pendidikan dan latihan yang berkaitan dengan disiplin manajemen, keteknikan, kewiraswastaan, ketrampilan serta pengetahuan fungsional dan teknis, sesuai dengan perkembangan kebutuhan nyata.

Adapun peningkatan kerjasama yang akan dibina meliputi kerjasama antar instansi/lembaga, dunia usaha, lembaga swasta dan kerjasama luar negeri. Kerjasama antar instansi/lembaga

bertujuan agar tercapai keterpaduan penerapan peraturan perundangan dalam pengembangan industri kecil, sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan di lapangan. Khusus mengenai kerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), akan dilanjutkan dan ditingkatkan dalam pengadaan bahan baku, alih teknologi, pemasaran dan pemanfaatan fasilitas latihan maupun laboratorium. Kerjasama antara Pemerintah dengan dunia usaha akan ditingkatkan dalam pemberian informasi. Mengingat pengusaha industri kecil pada umumnya lemah, mereka akan didorong untuk bergabung dalam bentuk koperasi dan bentuk usaha lainnya, sehingga mampu mengatasi masalah yang dihadapi serta memperkokoh kedudukannya dalam dunia usaha. Agar usaha industri kecil dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat, maka fasilitas perkreditan khusus untuk perusahaan-perusahaan industri kecil dan kerajinan akan terus ditingkatkan. Karena itu maka dasar pertimbangan dalam pemberian kredit untuk industri kecil dan kerajinan bukanlah atas dasar pertimbangan jaminan, tetapi lebih didasarkan atas penelitian kelayakan kegiatan usaha.

Kerjasama antara Pemerintah dengan lembaga swasta yang bergerak di bidang pembinaan dan pengembangan industri kecil, terutama di bidang pemasaran, pendidikan dan latihan serta alih teknologi akan lebih ditingkatkan. Demikian pula kerjasama dengan lembaga-lembaga internasional akan ditingkatkan termasuk lembaga-lembaga yang terdapat di negara-negara anggota ASEAN. Selanjutnya akan dilaksanakan pula usaha peningkatan kemampuan pengusaha industri kecil yang meliputi pendidikan dan latihan pengembangan manajemen pengusaha, keterampilan teknis manajemen tentang disain, studi perbandingan dan

latihan kerja yang diberikan kepada per orangan maupun secara berkelompok terhadap pengusaha dan pengrajin industri kecil.

Untuk daerah-daerah tertentu, kegiatan pendidikan dan latihan terutama ditekankan pada pengembangan manajemen pengusaha dan pendidikan/latihan teknis dalam pengembangan produk dan disain. Studi perbandingan dilaksanakan terutama pada industri-industri sejenis yang lebih modern dan besar, yang memungkinkan pula pengembangan kerjasama usaha antara industri kecil dengan industri menengah dan besar, dan pada sentra-sentra industri kecil lain yang lebih maju atau telah berkembang. Untuk daerah lainnya, pendidikan dan latihan kerja ditekankan pada peningkatan motivasi berusaha disamping keusahawanan dan ketrampilan teknis. Untuk menunjang tersedianya tenaga kerja yang trampil dalam Repelita IV jumlah dan mutu sekolah-sekolah kejuruan akan ditingkatkan.

3. Program peranan wanita

Peranan dan partisipasi kaum wanita sangat dibutuhkan dalam pembangunan nasional. Dalam rangka meningkatkan peranan dan partisipasi kaum wanita dalam sektor industri, khususnya industri kecil, akan dilakukan peningkatan jumlah desa binaan yang secara potensial mampu menerima pembinaan melalui kegiatan industri kecil rumah tangga kerajinan. Pendidikan latihan motivator di dalam kerangka kegiatan membina, mengembangkan dan mengelola kegiatan yang secara ekonomis memiliki potensi yang dapat dikembangkan, akan ditingkatkan. Demikian pula akan ditingkatkan bantuan desa binaan berupa peralatan-peralatan, peningkatan ketrampilan dalam bentuk kursus dan pendidikan latihan, kerjasama usaha (koperasi, kelompok usaha kerajinan wanita), bimbingan dan penyuluhan serta peningkatan

bantuan promosi dan jalur usaha pemasaran yang tidak terlepas dari jenis industri dan kondisi kelompok usaha kerajinan kaum wanita di pedesaan. Kegiatan ini diharapkan akan dapat menjembatani antara konsumen dan kaum wanita pengrajin.

4. Program pengendalian industri

Kegiatan utama program pengendalian industri kecil ini meliputi standarisasi dan pembinaan iklim usaha. Untuk memberikan perlindungan dan memantapkan daya saing terhadap produk sejenis, maka standar produk industri kecil akan diterapkan berdasarkan kemampuan dan tingkat teknologi yang dikuasai industri kecil. Pengusaha industri kecil akan dibina untuk menerapkan sistem pengendalian mutu dan secara bertahap memenuhi standar lokal, nasional maupun internasional.

Pembinaan iklim usaha dan iklim industri yang dapat memberikan landasan yang kuat bagi hidupnya industri kecil serta mendorong perkembangan selanjutnya, akan senantiasa ditingkatkan. Pembinaan ini dilakukan melalui peningkatan jumlah dan jenis industri yang dicadangkan bagi industri kecil yang telah memenuhi persyaratan, yang dilakukan secara selektif dan bertahap. Usaha-usaha promosi investasi industri kecil dan pemberian kemudahan-kemudahan, baik dalam memperoleh izin usaha industri kecil dan pemberian perangsang serta fasilitas untuk usaha-usaha industri kecil baru maupun perluasan, akan ditingkatkan. Demikian pula kemudahan dan dukungan dalam pembiayaan, baik investasi maupun modal kerja bagi industri kecil melalui kredit perbankan dengan syarat lunak dalam usaha mengatasi masalah permodalan dalam industri kecil akan terus ditingkatkan.

Selanjutnya guna meningkatkan pemasaran produksi industri

kecil, diusahakan peningkatan pencadangan pasaran. Kegiatan promosi produk industri kecil akan ditingkatkan melalui kerjasama dengan instansi-instansi yang berwenang, pengusaha yang bergerak di bidang distribusi pada tingkat daerah maupun pusat serta informasi pasar.

Dalam rangka mengatasi keterbatasan industri kecil dalam hal pengadaan bahan baku, peralatan, permodalan dan teknologi, terutama dalam bidang pemasaran, akan dilakukan penyempurnaan sistem bapak angkat antara industri kecil dengan industri besar dan menengah. Penyempurnaan ini antara lain dalam seleksi bapak angkat, pemberian perangsang/kemampuan bagi bapak angkat yang telah menjalankan kewajibannya dengan baik, serta ketentuan yang harus dipatuhi oleh bapak angkat dan industri kecil. Demikian pula akan ditetapkan peraturan mengenai sistem sub kontrak yang mengatur modal kontrak, perangsang dan pajak, serta peran instansi pembina. Selanjutnya penggalakan usaha produksi barang-barang yang mempunyai prospek untuk ekspor akan ditingkatkan dengan mengusahakan Bantu-an bagi pengusaha industri kecil dalam hal pengawasan mutu, waktu penyerahan dan permodalan. Bantuan ini juga akan diberikan dalam bentuk peningkatan kerjasama dengan instansi yang berwenang dan dengan para pengusaha yang bergerak di bidang ekspor, penataan sistem informasi pasar dan tata niaga ekspor barang-barang industri kecil.

5. Program penelitian industri kecil

Program ini merupakan kegiatan penunjang dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri kecil yang meliputi penelitian terhadap produk-produk yang telah dihasilkan yang mempunyai prospek ekspor, pengembangan industri kecil di daerah

dalam rangka usaha peningkatan produktivitas, keterkaitan industri kecil, menengah dan besar. Penyiapan kebijaksanaan dalam pengembangan industri kecil, potensinya untuk dapat menggunakan hasil-hasil pertanian dan penelitian pemakaian teknologi tepatguna akan dikembangkan terus, secara selektif dan bertahap, dengan tetap memperhatikan penyediaan kesempatan kerja serta peningkatan mutu dan disain.

E. Kegiatan Penunjang

Program ini merupakan penunjang dari pelaksanaan pembangunan sektor industri pada Repelita IV dimana jangkauan dan ruang lingkup tugas serta fungsinya semakin luas dalam semua aspeknya, baik yang menyangkut bidang kegiatan Pemerintah maupun swasta, dan meliputi program-program sebagai berikut :

1. Peningkatan perencanaan tenaga kerja di sektor industri

Program ini meliputi kegiatan penyusunan rencana tenaga kerja dalam kaitannya dengan pengembangan sektor industri. Sasaran yang dituju ialah memperkirakan jumlah dan jenis tenaga kerja menurut keahlian yang dibutuhkan dalam rangka menunjang pembangunan industri. Disamping itu melalui program ini dipelajari dan dikembangkan cara-cara memanfaatkan potensi sumber daya manusia sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan proses industrialisasi.

2. Peningkatan pendayagunaan aparatur pemerintah dan pengawasan

Program pendayagunaan aparatur pemerintah ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi aparatur dalam melak-

sanakan tugas pokok Pemerintah di sektor industri, baik tugas rutin maupun tugas pembangunan dan selanjutnya untuk pembinaan, penyempurnaan dan penertiban aparatur Departemen Perindustrian baik di tingkat pusat, daerah, maupun perusahaanperusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), agar mampu menjadi alat yang efisien, efektif, bersih dan berwibawa dengan dilandasi oleh disiplin aparatur, semangat dan sikap pengabdian terhadap masyarakat. Untuk maksud tersebut akan dilakukan usaha-usaha meningkatkan dan menyempurnakan organisasi dan tatalaksana sistem pelayanan yang meliputi kelembagaan, mekanisme prosedur dan tata kerja termasuk pembakuan, sistem pelaporan, administrasi dan pelaksanaan pembinaan di sektor industri, dan meningkatkan kemampuan, disiplin kerja, pembinaan kepegawaian berdasarkan sistem karir dan prestasi kerja dan sebagainya.

Program pengawasan ditujukan untuk lebih meningkatkan pengawasan dan pemeriksaan intern maupun ekstern agar pelaksanaan tugas rutin dan pembangunan di sektor industri dapat berhasil dan berdayaguna sesuai dengan rencana, kebijaksanaan dan peraturan yang ditetapkan, sekaligus meningkatkan kemampuan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan pembangunan, sehingga aparatur Pemerintah mampu bekerja secara terpadu, berdayaguna dan berhasilguna. Untuk itu akan dilakukan usaha-usaha meningkatkan kemampuan semua aparatur dan unit kerja untuk dapat secara efektif melaksanakan tugas pengawasan dalam rangka pengendalian kebijaksanaan pembinaan industri, meningkatkan pengawasan atas semua aspek pengelolaan aparatur baik di bidang organisasi, tatalaksana, kepegawaian, keuangan maupun perlengkapan. Usaha penertiban dalam rangka menanggulangi penyimpangan-penyimpangan, pemborosan

87

kekayaan dan keuangan negara serta berbagai hal yang menghambat pelaksanaan pembangunan, juga akan lebih ditingkatkan.

3. Penyusunan perangkat peraturan perundangan

Program ini meliputi kegiatan penyusunan produk hukum yang dapat menunjang sektor industri, melaksanakan penyempurnaan dan penertiban pelaksanaan peraturan perundangan dalam bidang industri, menyelesaikan Undang-undang Perindustrian dan menyusun peraturan pelaksanaannya, serta melaksanakan peraturan perundangan yang diperlukan.

4. Pembinaan dana investasi dan peningkatan produktivitas investasi

Program ini bertujuan untuk pengarahan sumber dana investasi dari kemampuan dalam negeri, mengingat sumber-sumber luar negeri hanya merupakan pelengkap, dan peningkatan pendayagunaan terhadap investasi yang sudah dilakukan. Program ini meliputi usaha-usaha peningkatan potensi investasi nasional untuk pembangunan industri, penyediaan dana investasi untuk industri hulu/kunci, yang mendorong saling keterkaitan dan memperkuat struktur industri. Disamping itu program ini meliputi pula kegiatan monitoring terhadap pelaksanaan perizinan industri, pembinaan dan pengendalian proyek-proyek industri, dan promosi investasi.

5. Penyediaan prasarana

Program ini dimaksudkan untuk memberikan perhatian pada pembangunan prasarana yang meliputi tenaga listrik, air, jalan, perhubungan, pelabuhan dan lain-lain, dalam jumlah dan

mutu yang memadai untuk keperluan usaha-usaha industri. Pro-gram ini berkaitan erat dan merupakan usaha terpadu dengan program pusat pertumbuhan industri. Dalam hal ini akan dilakukan penelitian mengenai penyediaan biaya prasarana dan peranannya dalam struktur biaya produksi, penelitian terhadap aspek sosial, ekonomi dan politik dalam pembangunan prasarana untuk industri. Selanjutnya akan didorong adanya keterpaduan usaha dalam penyediaan prasarana industri dengan berdasarkan strategi pengembangan wilayah secara nasional.

6. Pencegahan pencemaran lingkungan

Program ini bertujuan agar proses industrialisasi yang sedang berlangsung akan tetap menjamin terwujudnya kelesta-rian alam dan lingkungan hidup. Program ini meliputi usaha untuk mencegah pencemaran oleh industri, perusakan terhadap lingkungan hidup, pemborosan penggunaan sumber alam, dan menggunakan sumber alam secara lebih rasional serta mengin-dahkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Petunjuk-petunjuk Pelaksanaannya. Analisa tentang dampak lingkungan bagi industri-industri baru dan pengembangan zona-zona industri akan terus ditingkatkan, pengelolaan limbah industri akan mulai dikembangkan secara mantap, sistem daur ulang dalam pemanfaatan limbah industri akan ditingkatkan dan lebih dikembangkan dalam sistem kelompok industri dan sistem wilayah in- dustri, dan pendidikan dan latihan pengendalian pencemaran industri akan mulai dikembangkan. Disamping itu akan mulai dikembangkan pula sistem tatalaksana pengendalian pencemaran industri yang berhasilguna dan berdayaguna.

7. Penciptaan iklim usaha industri

Program ini ditujukan untuk menciptakan kondisi dan iklim usaha yang sehat, sehingga sektor swasta akan mempunyai ke-pastian usaha yang mantap, dan akan lebih meningkatkan kemampuan dan partisipasi dalam pembangunan industri nasional. Da-lam kegiatan usaha, Pemerintah hanya akan berperan pada jenis industri tertentu dimana sektor swasta tidak berminat sedang dipihak lain jenis industri tersebut bersifat sangat strategis. Disamping itu Pemerintah akan berusaha agar senantiasa dapat menciptakan iklim berusaha yang saling menunjang antara berbagai sektor sehingga dapat dipelihara kelestarian pelaksanaan Demokrasi Ekonomi.

8. Perlindungan industri

Program ini bertujuan untuk mengembangkan sistem perlindungan yang wajar terhadap saingan impor, mendorong usaha dan pelaksanaan pengutamaan penggunaan hasil produksi dalam negeri dan sekaligus meningkatkan daya saing produksi dalam negeri.

9. Kewiraswastaan

Program ini meliputi pengembangan kewiraswastaan dengan jalan penyuluhan dan bimbingan untuk meningkatkan keahlian, kemampuan usaha dan pemasaran. Program ini dimaksudkan untuk lebih mendorong pemerataan kesempatan berusaha sehingga pengalihan usaha swasta asing ke swasta nasional dapat makin dipercepat dengan memberikan peranan yang wajar terhadap pengusaha golongan ekonomi lemah dalam perekonomian nasional. Agar dapat ditumbuhkan wiraswasta-wiraswasta nasional, sampai pada tingkat tertentu Pemerintah akan memberikan bantuan langsung

sehingga wiraswasta dalam tingkat bawah dapat tumbuh dan berkembang secara cepat dan dapat melaksanakan usahanya di atas kaki sendiri.

10. Perekayasaan dan teknologi industri

Program ini bertujuan agar pembangunan industri semakin banyak ditentukan oleh kemampuan bangsa Indonesia dan agar teknologi industri yang diterapkan sesuai dengan kepentingan nasional. Dalam rangka usaha meningkatkan kemampuan nasional, maka kemampuan Balai/Lembaga-lembaga Penelitian dan Pengembangan Industri maupun kemampuan perekayasaan, baik milik Pemerintah maupun swasta akan ditingkatkan terutama untuk disain produk, perekayasaan dan penyediaan perangkat lunak, untuk membantu usaha-usaha industri baik industri besar, menengah maupun kecil. Karena itu pengembangan teknologi industri dan perekayasaan dalam negeri akan dibantu sepenuhnya untuk tercapainya tingkat pengembangan atas dasar kekuatan dan kemampuan industri. Di samping itu maka penemuan-penemuan teknologi baru dalam negeri akan semakin didorong sedangkan kemampuan penguasaan teknologi tradisional akan ditingkatkan untuk mencegah keusangan.

11. Standarisasi dan normalisasi produk industri

Untuk lebih meningkatkan penguasaan teknologi, perekayasaan dan unsur-unsur keteknikan lainnya, pada dasarnya, kegiatan dalam standarisasi ditujukan Pertama, menjamin mutu dalam rangka perlindungan konsumen dan merangsang peningkatan penggunaan hasil produksi dalam negeri secara keseluruhan. Kedua, untuk menunjang pengembangan industri, sekaligus menjamin peningkatan keterkaitan pada pelaksanaan usaha

standarisasi, terutama antara industri hulu dan industri hilir yang sudah berkembang selama ini. Ketiga, tercapainya rasionalisasi pengembangan industri dan terealisirnya usahausaha dalam rangka program penanggalan (deletion programme).

Dalam rangka pengembangan standarisasi maka kegiatan penyusunan konsep standar dalam Repelita IV terutama ditujukan untuk produk industri-industri antara, barang modal dan barang-barang yang menyangkut keselamatan dan kepentingan umum. Untuk produk-produk yang mempunyai potensi ekspor, akan dikembangkan sistem sertifikasi mutu produk-produk industri untuk memberikan jaminan mutu dengan mendapatkan kepercayaan internasional.

Untuk berbagai jenis hasil produksi industri yang standarnya disusun oleh pihak pemakai sedang penerapannya sangat diperlukan dalam rangka menunjang pengembangan industri, maka standarnya akan ditetapkan sebagai Standar Industri Indonesia (SII).

Untuk meningkatkan daya saing dan efisiensi usaha industri serta menjamin perlindungan industri secara wajar, maka kegiatan penerapan standarisasi industri akan lebih ditingkatkan. Untuk ini diusahakan agar sistem penerapan standar tersebut, termasuk untuk industri kecil dapat dikembangkan secara mantap, disatu pihak untuk menjamin peningkatan mutu, dan di lain pihak mendorong pengembangan industri. Lembagalembaga penelitian dan pengembangan industri yang dapat mendukung terlaksananya kegiatan penerapan standar tersebut perlu ditingkatkan kemampuannya, terutama untuk pengujian mutu produk-produk penting, termasuk produk barang-barang modal.

TABEL 11 - 2

PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT,

1984/85 - 1988/89

(dalam jutaan rupiah)

|INDUSTRI | | |

| |1984/85 |1984/85-1988/8|

| | |9 |

|No. Kode SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM |(Anggaran |(Anggaran |

| |Pembangunan) |Pembangunan) |

| | | | |

| | | | |

|02 |SEKTOR INDUSTRI |650.062,0 |4.281.925,2 |

|02.1 |Sub Sektor Industri |650.062,0 |4.281.925,2 |

| |- - - - - - - - - - - - - - |- - - - - - |- - - - - -- -|

| | |- |- - |

|02.1.01 |Program Bimbingan Dan Penyuluhan Industri |24.600,0 |157.440,6 |

|02.1.02 |Program Pengembangan Industri |625.462,0 |4.124.484,6 |

93

-----------------------

3

4

5

6

9

10

11

13

INDUSTRI

BAB 11

I N D U S T R I

18

20

22

23

26

28

30

31

32

34

35

36

38

39

40

41

42

43

44

46

47

48

50

51

52

53

54

55

56

58

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

88

89

90

91

92

................
................

In order to avoid copyright disputes, this page is only a partial summary.

Google Online Preview   Download