Dasar Dasar Perencanaan Dakwah



Memaknai Dakwah BAB 0Makna DakwahSeorang aktivis dakwah kampus haruslah menyadari beban nama yang melekat pada dirinya. Aktivis adalah titel tidak tertulis bagi seseorang yang dalam hidupnya selalu bergerak, penuh insiatif, dan tidak pernah puas menuntut ilmu. Dakwah adalah aktivitas yang ia lakukan. Dakwah ia jadikan arus utama arah geraknya, serta alasan untuk menginspirasi. Kampus adalah ruang lingkup aktivitas dakwah yang ia lakukan. Artinya, menjadi tanggung jawab moral bagi dirinya untuk berdakwah di lingkungan kampus. Namun, sering kali kita temui seorang da’i yang menjalankan dakwah tanpa dibekali pemahaman dasar yang baik sehingga muncul berbagai bentuk disorientasi akibat kurangnya ilmu. Alhasil, proses dakwah yang terjadi tidaklah syamil alias tidak menyeluruh. Oleh karena itu, makna dakwah tentu menjadi suatu hal mendasar yang perlu dipahami oleh setiap da’i atau aktivis dakwah sebelum ia menjalankan agenda dakwah karena hal inilah yang menjadi landasan niat bagi dirinya dalam bergerak dan berjuang. Dalam buku ini, makna dakwah akan disesuaikan dengan kondisi dakwah di kampus. Dengan demikian, semua konteks pembahasan dalam buku ini akan merujuk pada cara menjalankan aktivitas dakwah oleh setiap aktivis dakwah kampus secara optimal dan harmonis. Pada buku “Materi Tarbiyah” (Ummu Yasmin, 2002), terdapat sebuah definisi dakwah, yakni:Da’watunnaas ilallah bil hikmah wal maw ‘izhotil hasanah hatta yakfuruu biththaaghuuti wa yu’minuu billaah wa yakhrojuu minazulumati jahiliyyati ilaa nuuril islaamBerdasarkan tulisan Ummu Yasmin dalam bukunya tersebut, pada bagian pendahuluan ini saya akan menjelaskan bagaimana seorang aktivis dakwah kampus mampu mengimplementasikan makna dakwah seoptimal mungkin sesuai dengan kapasitas yang ia miliki. Buku ini akan mencoba menerjemahkannya dalam bahasa aktivis dakwah kampus. Da’watunnaas ...Sejatinya, kita adalah seorang manusia yang mempunyai perasaan. Tentunya berkomunikasi dengan perasaan kita sendiri adalah bukanlah hal yang sulit dilakukan. Alangkah baiknya sebelum memulai berdakwah, kita berkomunikasi terlebih dulu kepada diri kita. Cobalah menanyakan sebuah pertanyaan sederhana, “Apa yang kira-kira akan saya rasakan jika bertemu dengan orang seperti saya?“Berdakwah kepada manusia merupakan suatu keunikan. Pada hakikatnya setiap manusia itu berbeda. Mereka miliki taste dan preference tersendiri. Bisa jadi setiap manusia memiliki cara sendiri pula dalam berdakwah dan didakwahi. Artinya, setiap manusia memiliki pintu masuk hidayah yang berbeda. Bisa jadi kita menemui seseorang yang terbuka hidayahnya ketika sedang menafakuri alam.Bisa jadi kita menemui seorang muslimah yang berniat untuk memakai jilbab setelah diperdengarkan sebuah ayat Al Qur’an.Bisa jadi seseorang menjadi rajin shalat karena menerima nikmat tanpa disangka-sangka.Semua orang punya alasan dan sebab untuk mendapatkan hidayah sehingga mereka berubah dengan cara yang berbeda-beda. Inilah keunikan dakwah yang kita lakukan. Dalam bahasa psikologi kita mengenal istilah “manusiawi”. Manusiawi dalam berdakwah berarti cara yang harus kita perhatikan agar dalam berdakwah kita mampu memanusiakan manusia. Objek dakwah bukanlah benda mati yang bisa diatur dan didakwahi sesuka hati kita. Alangkah indahnya jika sebelum berdakwah kita telah mengenal terlebih dulu objek dakwah kita dengan baik. Bagaimana karakternya, serta apa yang ia inginkan dan ia butuhkan. Barulah kemudian kita mulai mencoba memformulasikan metode serta konten dakwah yang tepat untuk disampaikan kepadanya. Dalam bukunya yang sangat fenomenal, “Bagaimana Menyentuh Hati”, Abbas Asy Siisiy menyatakan bahwa: Memahami apa yang dirasakan dan diharapkan orang lain membutuhkan hati yang selalu hidup, karena hanya hati yang bisa membaca hati. Beliau mencoba mengingatkan bahwa pendekatan personal dengan cara yang sederhana dan sangat manusiawi amatlah dibutuhkan. Sementara itu, tantangan kita saat ini adalah agar bagaimana kita tetap bisa mengelola dakwah dengan cara yang tetap manusiawi, meski jumlah simpatisan dan pendukung bertambah banyak. Jangan sampai dikarenakan jumlah yang bertambah, kualitas dakwah kita justru berkurang. Saya punya sebuah cerita tentang seorang aktivis dakwah kampus yang berniat baik, yakni mengingatkan para temannya untuk mengenakan jilbab. Sayangnya cara yang dia gunakan kurang tepat. Ia mengirim sebuah SMS hadits ke banyak muslimah di jurusannya:“Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya, "Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak-lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian." (HR Muslim)Tidak ada yang salah dengan mengirimkan SMS hadits ini ke sesama teman, akan tetapi, tentu tidak semua orang bisa menerima pesan dari hadits ini begitu saja. Beberapa dari mahasiswi yang belum mengenakan jilbab menganggap bahwa pengirim SMS telah men-judge bahwa ia tidak akan mencium bau surga. Tentu hal ini kontraproduktif dengan dakwah. Akibatnya terbentuklah stigma negatif terhadap Lembaga Dakwah Kampus karena dicap terlalu menghakimi. Berdakwah membutuhkan hati yang bersih, karena dengan hati yang bersih pulalah apa yang kita sampaikan akan mampu menyentuh dan membuka hati objek dakwah kita. Sesungguhnya hanya Allah-lah yang Maha-membolak-balikkan hati. Kedekatan kita dengan Allah-lah yang akan mampu melapangkan hati kita untuk dapat memberikan yang terbaik, dan menerima keindahan ajaran Islam dengan sempurna. ... ilallah ... “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.“ (QS. Ali Imran: 104)Islam mengajarkan kepada kita untuk berdakwah atau menyerukan nilai Islam dengan satu prinsip utama, yakni tauhid. Mengajak objek dakwah untuk beriman kepada Allah adalah tujuan aktivis dakwah kampus dalam melakukan semua kegiatannya. Ia mengajak objek dakwah meyakini bahwa Allahlah pemilik semesta alam, Allahlah yang mengatur masa depan, dan Allah pula yang memberikan nikmat maupun azab. Berkat Allah semua aktivitas manusia berjalan dengan mudah. Cara pandang ini harus melekat pada setiap aktivis dakwah kampus. Dengan inilah seorang aktivis dakwah mampu memiliki energi yang lebih dalam melakukan segala aktivitasnya. Bukannya dengan membangun cara pandang bahwa dakwah itu untuk lembaga dakwah, atau pun agar sebanyak-banyaknya mahasiswa mengikuti mentoring dan citra lembaga dakwah meningkat. Karena semuanya tiada arti tanpa cinta-Nya.Perbedaan niat akan menentukan perbedaan daya tahan dan keikhlasan aktivis dakwah. Ketika cara pandang yang dibangun adalah berdakwah untuk lembaganya, maka jika suatu saat lembaga dakwah mengecewakan dirinya atau lembaga dakwah tidak urung berkembang meski ia sudah memberikan segala upaya, aktivis dakwah tersebut bisa saja mundur dari jalan dakwah ini. Namun jika cara pandang yang dibangun adalah berdakwah hanya untuk Allah, seorang aktivis dakwah tidak akan memedulikan dimana ia beraktivitas dan bagaimana kondisi lingkungan dakwahnya. Ia akan memandang lembaga dakwah, mentoring, dan hal-hal sejenisnya hanyalah sebagai sarana. Yaitu sarana untuk mendukung dan mempercepat seseorang agar bisa lebih mengenal Allah. Dalam salah satu ayat di Al Qur’an, Allah berfirman: “Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan nasehat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik." (QS. An Nahl: 125)Dalam menjalankan tugas sebagai da’i, tentu sebagai aktivis dakwah kita membutuhkan berbagai kebutuhan mendasar yang diharapkan dapat menunjang kegiatan dakwah kita. Minimum threshold yang harus dimiliki oleh seorang aktivis dakwah kampus antara lain:Pertama, pemahaman Islam yang mendalam dan berlandaskan pada kekuatan ilmu yang baik serta keyakinan yang kokoh. Ditopang pula dengan penghayatan dan pendalaman terhadap Al Qur’an dan Sunnah. Kedua, iman yang mendalam dan membuahkan rasa cinta kepada Allah, rasa takut kepada-Nya, rasa mengharap kepada-Nya dan selanjutnya mengikuti Rasulullah Muhammad dalam segala urusan kehidupannya. Ketiga, menjadikan Allah sebagai landasan dalam segala hal, menjadikan Allah sebagai satu-satunya cinta yang sejati. Aktivis dakwah menjadikan Allah sebagai alasan untuk berikhtiar dan bertawakal serta meminta petunjuk dan pertolongan.Ketiga hal inilah yang menjadi penopang keikhlasan seorang aktivis dakwah yang kuat dan tahan lama. Menjadikan Allah sebagai tujuan berdakwah akan memberikan kita berkah dalam menjalankan peran kita mentransformasi komunitas kita menjadi komunitas yang mencintai Allah dan Allah pun mencintai kita. ... bil hikmah ... Aktivis dakwah diharapkan dapat melakukan pendekatan dakwah sedemikian rupa sehingga objek dakwah bersedia mengikuti ajakannya tanpa merasa ada paksaan, tekanan, maupun konflik batin. Dengan kata lain dakwah bil hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif. Hal ini merupakan sebuah konsep dakwah yang Allah siapkan dan rekayasakan kepada Rasulullah. Bila kita menilik kembali ke sirah nabawiyah, Muhammad kecil sudah disiapkan dengan berbagai tempaan yang membuat dirinya matang dan bijaksana dimulai sejak beliau kehilangan orang tuanya. Pada kejadian ini Allah menyiapkan beliau agar menjadi seseorang yang mandiri. Pekerjaannya membantu pamannya berdagang di usia muda membuat beliau cakap dan memiliki kemampuan sosial yang baik. Keahlian berdagangnya yang dikenal baik juga memberikan citra bahwa beliau memang adalah seseorang yang bisa dipercaya. Hingga pada akhirnya, di usia yang masih muda, Nabi Muhammad sudah diberikan gelar Al Amin oleh kaum Quraisy Mekkah. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Al Ahzab ayat 21: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Allah menyiapkan rasul terakhirnya ini untuk bisa dijadikan teladan ekstrim, atau sebaik-baiknya teladan. Beliau dijauhkan dari segala hal yang bisa merusak dirinya maupun umat. Akan tetapi, biarpun sudah menjadi sosok Al Amin di masyarakat Kota Mekkah, Nabi Muhammad tidak serta merta mudah melakukan dakwah Islam. Penolakan yang beliau terima sangatlah banyak, sampai-sampai memaksa beliau untuk memindahkan basis dakwahnya ke Madinah. Dalam surat Al Qalam ayat 3 dan 4 pun Allah menyampaikan firman-Nya tentang keindahan teladan Rasulullah: “Dan sesungguhnya bagi kamu (Muhammad) benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”??“Tugas da’i ibarat seorang dokter. Menghayati hati dan cara pikir pasiendan menghapus penderitaan pasien dengan kata-kata dan obat yang sesuai.”-Abbas Asy Siisiy-??Dakwah bil hikmah juga bisa diartikan sebagai berdakwah dengan keteladanan. Dengan konsep sederhana, yakni menjadi yang terbaik di bidang yang menjadi perhatian di komunitas kita. Sebutlah untuk berdakwah di lingkungan pengusaha, alangkah baiknya bila kita bisa terlebih dahulu menjadi pengusaha yang sukses, baru bisa dengan mudah berdakwah kepada sesama pengusaha lainnya. Sedangkan untuk berdakwah di kalangan atlet, kita dituntut untuk dapat terlebih dahulu berprestasi, barulah kita dapat berdakwah dengan lebih mudah.Dalam konteks dakwah kampus, maka salah satu kebutuhan keteladanan adalah dengan menjadi yang terbaik di bidang akademik. Menjadi seorang aktivis dakwah kampus yang berprestasi. Menyiapkan sebanyak-banyaknya aktivis dakwah kampus yang “terancam” cum laude. Dengan kapasitas akademik yang baik, maka ia telah menjadi teladan di kelas atau di jurusannya sehingga akan sangat memudahkannya dalam berdakwah.Kekuatan keteladanan ini seringkali dilupakan oleh para aktivis dakwah, karena mungkin mereka merasa terlalu nyaman dengan aktivitas di dunia lembaga dakwah. Para aktivis seringkali tidak banyak berinteraksi di kelas, memiliki nilai kuliah yang tidak layak, dan kehadirannya pun tidak dirasakan oleh teman-teman sejurusan, seangkatan, bahkan teman-teman sekelas. Seringkali saya amati, aktivis dakwah suka sekali mengikuti rapat, dan rapatnya diadakan jauh dari objek dakwah. Mereka tidak berpikir untuk masuk ke dalam lingkaran pergaulan objek dakwah, menjadi teladan bagi mereka, dan pada akhirnya berkemungkinan mengubah nuansa keislaman di lingkungan tersebut.Perlu dipahami oleh seluruh aktivis dakwah, bahwa ketika seseorang telah mendedikasikan dirinya sebagai aktivis dakwah kampus, maka hukum majas sinekdok pars prototo berlaku pada dirinya. Ketika ia baik, maka citra dakwah kampus akan baik, dan ketika ia buruk, maka citra dakwah kampus bahkan citra Islam itu sendiri akan buruk. Sebagai aktivis dakwah kampus, kita tinggal memilih apakah akan menjadikan diri kita sebagai representatif Islam yang baik, atau tidak sama sekali. Dengan kekuatan keteladanan ini, akan terbentuk kepercayaan objek dakwah terhadap para aktivis dan Lembaga Dakwah Kampus. Dengan modal inilah lembaga dakwah dapat lebih mudah menyampaikan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, jika kita tidak bisa memberikan keteladanan yang baik, maka objek dakwah pun akan menjadi ragu untuk mengikuti ajakan ajaran Islam yang kita sampaikan. Mari kita pikir saja secara realistis, bagaimana mungkin seorang objek dakwah dapat percaya pada sosok aktivis dakwah kampus, jika aktivis tersebut selalu datang terlambat ke kelas, tidur saat kuliah berlangsung, tidak pernah mencatat materi pelajaran, dan langsung menghilang begitu kuliah berakhir sehingga ia mendapat nilai yang buruk? Jika sikap ini menghinggapi mayoritas aktivis dakwah kampus, maka citra Lembaga Dakwah Kampus jelas akan menjadi tempat berkumpulnya mahasiswa-mahasiswi yang sudah hopeless dengan nilai dan masa depannya, sehingga mereka mentawakalkan nasibnya kepada Allah .... Mari kita bayangkan kondisi sebaliknya. Jika mayoritas aktivis dakwah kampus adalah mahasiswa yang rajin kuliah, rajin mencatat di kelas serta catatannya sering dipinjam oleh mahasiswa lain, juga aktif bertanya dan berdiskusi sehingga nilainya pun memuaskan, maka Lembaga Dakwah Kampus akan bercitrakan sebagai tempat berkumpulnya mahasiswa-mahasiswi yang baik secara akademis, oleh karena itu mereka memasuki lembaga dakwah karena ingin mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. Silakan ditentukan sendiri oleh masing-masing Lembaga Dakwah Kampus, akan seperti apakah citra dakwah Islam yang ingin kita bangun? Diharapkan dengan kekuatan keteladanan ini, pergerakan dakwah fardiyah secara masif dan variatif akan bisa lebih dikembangkan. Kekuatan dakwah fardiyah dengan keteladanan adalah modal besar untuk membangun basis kader dakwah yang solid dan militan. ... wal maw ‘izhotil hasanah ...Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya, dan nasihat adalah semahal-mahalnya pemberian. Akan tetapi menasihati seseorang adalah sesuatu yang paling sulit dilakukan karena kebenaran itu pahit. Menjelaskan kesalahan itu sama saja dengan membuka aib. Di lain pihak sifat manusia itu sendiri suka menentang dan sangat cinta pada diri sendiri. Jadi menurut saya suatu nasihat akan mendatangkan hasil yang baik jika kita mampu menyampaikannya dengan cara yang baik pula.Berdakwahlah sebaik-baiknya dengan cara yang baik. Penjelasan mengenai value dan content dakwah kita dengan jelas dan tegas sudah Allah turunkan melalui Al Qur’an dan Hadits. Tinggal bagaimana cara kita sebagai aktivis dakwah kampus membahasakannnya dengan cara dan media yang tepat. Metode yang tepat akan mempercepat proses penyampaian hidayah. Sedangkan metode yang kurang pas bisa berdampak kontraproduktif pada dakwah yang dilakukan. Dalam Al Qur’an Allah telah berfirman,“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali ’Imran: 159)“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaha: 44)Dari kedua ayat ini sudah jelas bahwa memang dakwah itu harus dilakukan dengan bahasa yang lemah lembut. Bisa juga diterjemahkan dengan “bahasa yang tepat”. Pemilihan diksi, pemenggalan ayat, serta media yang digunakan, haruslah benar-benar berdasarkan kebutuhan objek dakwah, bukan berdasarkan keinginan mereka. Proses dakwah itu pada dasarnya sama dengan proses komunikasi: Pengirim PesanPenerima PesanPesanFasilitas3124EncodeDecodeGambar tersebut mencoba memberikan gambaran bagaimana proses dakwah berjalan, dan bagaimana cara yang baik yang dapat dilakukan aktivis dakwah dalam melaksanakan setiap proses yang ada. Satu: Pesan yang akan disampaikan Cobalah betul-betul selektif dalam menentukan pesan yang akan disampaikan kepada objek dakwah. Sering kali lembaga dakwah memberikan konten yang terlalu “tinggi” sehingga tidak cocok dengan kebutuhan objek dakwah saat ini. Penyesuaian pesan haruslah benar-benar tepat. Penggunaan survei atau kuesioner sederhana untuk melihat bagaimana kebutuhan dari objek dakwah bisa digunakan sebagai landasan untuk menentukan isi pesan yang akan disampaikan.Dua: Media atau fasilitas yang digunakan dalam proses dakwahApakah media dakwah yang digunakan berupa SMS, selebaran, pamflet, baliho, poster, pemanfaatan jejaring sosial, ta’lim, outbound, survival, travelling, atau permainan? Media dan penataan isi pesan dakwah akan sangat menentukan keberterimaan pesan tersebut kepada objek dakwah. Cobalah gunakan cara pandang seorang seller dan marketer yang mampu berpikir dari sudut pandang consumer-nya (dalam hal ini objek dakwah). Berikanlah apa yang objek dakwah butuhkan, bukan apa yang kita—sebagai subjek dakwah—inginkan.Tiga: Penerima pesanPastikan penerima pesan berada dalam keadaan siap untuk menerima pesan. Jika mereka dalam keadaan sedang tidak ingin diganggu, atau pun sedang tidak siap menerima dakwah, bisa jadi tindakan kita justru akan menimbulkan masalah. Misalnya saat kita memaksa mengadakan ta’lim sebelum waktu ujian, atau diklat panjang di jam kuliah. Kita pun bisa memanfaatkan momen seperti bulan Ramadhan sebagai penunjang pembentuk suasana dakwah. Empat: Penyampai pesanSebagai seorang penyampai pesan, seorang aktivis dakwah perlu menunjukkan i’tikad dan niatan yang tulus dalam berdakwah. Merujuk kembali ke buku “Bagaimana Menyentuh Hati”, cara yang paling baik agar seorang aktivis dakwah bisa menjalankan peran sebagai pendakwah adalah dengan memastikan bahwa dirinya memiliki kebersihan hati. Dengan kebersihan hati, maka seseorang akan lebih mudah berkomunikasi dengan hati objek dakwah. Di situlah pintu hidayah akan lebih mudah dibuka. Sebagai tambahan, seorang aktivis dakwah juga perlu memahami cara-cara dakwah yang lemah lembut namun persuasif, serta menunjukkan antusiasme bahwa memang ia serius dan bersungguh-sungguh mengajak objek dakwah untuk mengikuti ajaran Islam dengan baik. Ditambah dengan faktor keteladanan yang dimiliki oleh pendakwah, maka kombinasi ini Insya Allah akan menghasilkan keefektifan gerakan dakwah baik secara personal maupun komunal. ... hatta yakfuruu bithaghuti wa yu’minuu billah ...Dakwah bertujuan agar manusia meninggalkan thagut atau kesyirikan dan beriman kepada Allah. Thagut pada zaman jahiliyah dikenal dengan hubal, latta, dan uzza’. Mereka adalah spiritualis pada zamannya. Masyarakat Mekkah memuat patung mereka sebagai media untuk berdo’a kepada Tuhan. Pada saat Futuh Mekkah, salah satu simbol penaklukan kota adalah merusak patung-patung tersebut. Kejadian ini menjadi simbol kemenangan aqidah bagi masyarakat Kota Mekkah. Jelas dalam masa kenabian Muhammad, tujuan dakwah adalah membuat masyarakat jahiliyah meninggalkan Tuhan selain Allah azza wa jalla.“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (QS. Al-Baqarah: 30)"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariat: 5)Pada kedua ayat diatas, jelas Allah menegaskan bahwa tiada Tuhan selain-Nya. Prinsip tauhid inilah yang menjadi arus utama gerak dakwah Islam. Peran kita sebagai khalifah di bumi Allah haruslah kita optimalkan sedemikian rupa agar manfaat Islam sangat terasa di muka bumi ini. Imam Syahid Sayyid Qutb dalam buku fenomenalnya “Petunjuk Jalan” mengatakan, “Umat manusia sekarang ini berada di tepi jurang kehancuran. Keadaan ini bukanlah berasal dari ancaman maut yang sedang tergantung di atas ubun-ubunnya. Ancaman maut itu adalah satu gejala penyakit dan bukan penyakit itu sendiri”.Merujuk pada perkataan beliau, bentuk thagut masa kini semakin berkembang dan lebih bervariasi. Tidak lagi sekedar berbentuk penyembahan terhadap patung. Penyembahan thagut kini telah berkembang menjadi samar dan menjurus pada syirik. Thagut masa kini bisa berbentuk harta, tahta atau jabatan, wanita atau kesenangan dunia lainnya, dan ramalan. Bahkan fasilitas jejaring sosial juga bisa menjadi thagut bila digunakan secara berlebihan hingga manusia lalai akan kewajibannya terhadap Allah. Sering kali memang manusia tidak sadar bahwa ia telah lebih mencintai sesuatu yang ada di dunia ini sampai-sampai “menyembah” benda itu dengan cara lebih memprioritaskannya, atau lebih sering memikirkannya. Dengan demikian, proses pendekatan yang perlu dilakukan dalam aktivitas dakwah perlu menjadi semakin variatif. Aktivis dakwah kampus harus mampu mengidentifikasi bentuk-bentuk thagut yang ada disekitar objek dakwahnya dan membuat siasat anti-thagut yang bisa melawan thagut semu yang merajalela itu. Inilah tantangan dakwah kita di masa kini. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman yang baik dari setiap aktivis dakwah untuk mampu berdialektika dengan objek dakwah agar dapat memberikan pencerahan untuk beriman kepada Allah. Hakikat beriman kepada Allah merujuk pada karya Syaikh Muhammad ibn Sholih Al ‘Utsaimin dalam bukunya “Syarh Tsalatsatul Ushul”. Dalam buku tersebut beliau menekankan pentingnya memahami hakikat beriman kepada Allah agar seorang muslim tidak sekedar ikut-ikutan (taklid) dalam beramal. Beliau menuliskan bahwa dalam keimanan kepada Allah terkandung empat unsur yang saling berkaitan.Pertama, keimanan kepada wujudullah (adanya Allah). Maka jelas batillah pendapat yang mengatakan bahwa Allah tidak ada. Bahkan keberadaan Allah jelas nyata, baik secara fitrah, akal, syar’i dan secara indrawi.?? “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman dengan takdir, yang baik dan yang buruk.”-HR Muslim-??Kedua, keimanan kepada sifat rububiyah Allah, yaitu kita mengimani bahwa hanya Allah-lah rabb semesta alam dan tidak ada satupun sekutu bagi-Nya. Hanya bagi-Nya-lah hak untuk mencipta, menguasai, dan memerintah. Tidak ada seorang pun yang mengingkari sifat rububiyah Allah ini kecuali orang-orang yang sombong dan meragukan perkataan mereka sendiri.Ketiga, keimanan kepada sifat uluhiyah Allah, yaitu mengimani bahwa hanya Allah-lah yang berhak disembah dan tidak ada satu pun sekutu bagi-Nya. Allah berfirman, “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 163)Keempat, seorang muslim wajib mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah yang telah Ia tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau Sunnah Rasul-Nya, tanpa melakukan tahrif, ta’thil, takyif, tamtsil dan tafwidh. Allah berfirman dalam surat Al-A’raaf, “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al A’raaf: 180)... wa yakfuruu minazulumati jahiliyati ilaa nuuril islamPada akhirnya tujuan dari dakwah adalah mentransformasi masyarakat yang jahiliyah (dalam hal ini belum tersirami oleh nilai Islam secara utuh) menuju masyarakat yang tercerahkan oleh cahaya Islam. Masyarakat seperti ini sering kali disebut sebagai masyarakat madani. Bila berbicara tentang masyarakat madani, kita merujuk pada tulisan KH. Mas’oed Abidin yakni mengenai “Implementasi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Beliau menerangkan bahwa madani mengandung kata maddana al-madaina, banaa-ha (membangun) atau hadhdhara (memperadabkan), dan tamaddana (menjadi beradab) yang nampak dalam kehidupan masyarakat yang berilmu (rasional) serta memiliki rasa (emosional) baik secara individu maupun kelompok, serta memiliki kemandirian (kedaulatan/harga diri) dalam tata ruang dan peraturan-peraturan yang saling berkaitan. Merujuk pada referensi lain, pada tulisannya “Menuju Masyarakat Madani”, cendikiawan muslim Nurcholish Madjid menyatakan bahwa secara konvensional perkataan madinah memang diartikan sebagai kota. Tetapi secara ilmu kebahasaan, perkataan itu mengandung makna peradaban. Dalam bahasa Arab, peradaban memang dinyatakan dalam kata madaniyah atau tamaddun, selain dalam kata hadharah. Karena itu tindakan Rasulullah mengubah nama Yastrib menjadi Madinah pada hakikatnya adalah sebagai sebuah pernyataan niat atau proklamasi bahwa beliau bersama para pendukungnya yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar hendak mendirikan dan membangun mansyarakat yang beradab.Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa masyarakat madani adalah masyarakat berbudaya dan al-madaniyyah (tamaddun) yang maju, modern, berakhlaq dan memiliki peradaban. Mereka melaksanakan ajaran agama (syariah) dengan benar. Agama (Islam) tidak dibatasi oleh ruang semata, seperti masjid, langgar, pesantren atau majelis ta’lim, namun agama juga menata gerak kehidupan nyata berupa tatanan politik pemerintahan, sosial-ekonomi, seni budaya, hak asasi manusia, ilmu pengetahuan, dan teknologi untuk mewujudkan masyarakat yang hidup senang dan makmur dengan aturan atau syariah yang melindungi hak-hak pribadi, kepemilikan, dan hak-hak sipil masyarakatnya. Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani adalah masyarakat kuat, berpendidikan, dan berpandangan kota, meskipun mereka mendiami daerah pedesaan. Seperti nampak jelas dalam tatanan masyarakat Madinah el Munawwarah dimasa kepemimpinan Nabi Muhammad, itulah bentuk masyarakat yang ingin dibangun di dalam kampus. Rekayasa dakwah di kampus adalah bagaimana mewujudkan satu tata nilai Islam yang utuh di dalam lingkungan kampus. Mewujudkan masyarakat kampus yang menjadikan Islam sebagai petunjuk jalan bagi kehidupan. Menjadikan Islam tidak hanya ada di masjid, akan tetapi juga menjadi bagian menyeluruh dalam civitas academica. Islam berkembang di kelas, lab, kantin, studio, dan di seluruh penjuru kampus. Selain itu rekayasa dakwah di kampus juga mewujudkan kampus yang menempatkan Islam sebagai referensi utama dalam rujukan sains dan teknologi karena masyarakat kampus telah yakin bahwa Islam adalah sumber dari segala ilmu. Kampus menjadikan agama sebagai bagian dari keberhasilan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak lagi sekuler dalam memandang Islam dan ilmu pengetahuan. Agama telah menjadi bagian yang melekat dalam perkembangan riset yang dilakukan dalam kampus. Dalam konteks kemahasiswaan, rekayasa dakwah kampus adalah mewujudkan pemimpin Islam yang kuat serta memiliki karakter. Mereka mengisi jabatan-jabatan strategis dalam kepemimpinan kemahasiswaan di kampus. Mereka tidak lagi berjumlah sedikit dan bergerak secara sembunyi-sembunyi, tetapi tampak jelas, menjadi inspirasi, serta menjadi orang-orang terdepan dalam pergerakan di kampus. Sebuah masyarakat kampus yang dipenuhi dengan toleransi dalam beragama dan pemikiran, yang bebas berekspresi akan tetapi tetap dalam koridor syariah. Mereka bebas berdebat dan tetap menghormati. Mereka cerdas dan tetap rendah hati. Lembaga Dakwah yang Harmonis dan ProgresifBAB 1START UPLEMBAGA DAKWAH KAMPUSPerkembangan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) di Indonesia yang semakin pesat menandakan pula perkembangan minat keislaman di kalangan terpelajar, yakni mahasiswa. Tercatat sudah ada lebih dari 800 LDK tersebar di seantero Nusantara yang telah memberikan warna tersendiri dalam perkembangan Islam. Dalam pertemuan FSLDK XV di Universitas Pattimura Ambon silam, tercatat lebih dari 500 peserta hadir dari berbagai penjuru tanah air, dengan jumlah peserta yang lumayan signifikan dari Indonesia bagian timur seperti Sulawesi, Maluku, dan Papua. Pada bagian awal buku ini, saya akan memulai dengan memberikan tips sederhana bagi seorang aktivis dakwah kampus untuk mendirikan LDK dari awal dalam kondisi belum mengetahui medan kampus dan belum memiliki banyak sahabat seperjuangan yang akan bergerak bersamanya. Kondisi seperti ini sangat sering terjadi di kampus yang belum tersentuh oleh dakwah kampus. Tentunya menjadi sebuah tanggung jawab bagi seseorang yang memahami dakwah di sebuah kampus untuk memulai lahirnya embrio LDK di kampus tersebut. Ada enam langkah perdana yang bisa kita lakukan untuk memulai sebuah LDK. Enam langkah sederhana berikut bisa dijalankan dengan bekal keyakinan dan konsistensi dalam berjuang. Membentuk Kelompok Inisiator AwalLangkah pertama adalah dengan membentuk kelompok kecil yang menjadi embrio pergerakan pendirian LDK. Kelompok ini terdiri dari beberapa orang mahasiswa dan mahasiswi yang nantinya akan bekerja bersama dalam menyusun rencana dan strategi dakwah untuk menebarkan nilai Islam di kampus. Anda bisa memulainya dengan mendekati teman kuliah Anda yang tampak rajin beribadah atau memiliki perhatian lebih terhadap Islam dan perkembangannya. Ajaklah mereka dengan cara yang persuasif dan ramah sehingga mereka yakin bahwa dengan mengorbankan waktu lebih untuk memikirkan Islam, mereka berarti telah mengorbankan waktu yang mulia. Melalui kelompok inilah Anda bisa memulai perencanaan strategi pendirian LDK di kampus Anda. Langkah selanjutnya adalah menguatkan kelompok kecil ini agar memiliki keeratan persaudaraan Islam dan saling memahami satu sama lain. Langkah ini sangat perlu dilakukan karena untuk membangun sebuah LDK dibutuhkan konsistensi dari para pelaku dakwah itu sendiri. Selain menguatkan tali persaudaraan, kelompok kecil ini juga perlu saling belajar dan meningkatkan kapasitas keislamannya. Rasulullah pernah mencontohkannya saat memulai pergerakan Islam dengan para Ashabiqunal Awwalun. Pada masa tersebut pendalaman nilai keislaman langsung dilakukan oleh Rasulullah terhadap para sahabat. Dalam penguatan awal kelompok kecil ini, proses saling menasehati atau menyampaikan materi bisa dilakukan secara bergantian satu sama lain, atau dengan mengundang pemateri dari luar kelompok.Dekati Tokoh Kampus dan RektoratMendekati tokoh kampus merupakan suatu langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan daya tawar dan memperkokoh posisi kelompok Islam di sebuah kampus. Dukungan dari para tokoh kampus seperti ketua BEM, mahasiswa berprestasi, atlet mahasiswa, dan sebagainya dapat memberikan sebuah kesan bahwa Islam bisa menjadi bagian dari kehidupan kampus. Islam tidak terpisah dari prestasi dan keberhasilan. Dengan cara inilah Islam bisa lebih dirasakan sebagai bagian dari masyarakat kampus sehingga secara tidak langsung nilai-nilai Islam telah tersebar kepada civitas academica.Proses pendekatan kepada tokoh ini juga dilakukan oleh Rasulullah pada fase awal dakwahnya. Beliau mendekati berbagai tokoh seperti Abu Bakar dari kalangan bangsawan, Utsman bin Affan dari kalangan pengusaha, Ali bin Abi Thalib dari kalangan pemuda dan Hamzah bin Abdul Muthalib dari kalangan ahli perang. Semua ini dilakukan untuk memberikan dampak yang lebih besar terhadap persebaran nilai Islam di masyarakat Mekkah saat itu. Begitu pula pada tahap awal pengembangan dakwah di kampus. Para tokoh kampus bisa menjadi perpanjangan tangan untuk menyentuh kalangan objek dakwah tertentu. Sebutlah ketua BEM yang dapat menyentuh para aktivis mahasiswa, atau mahasiswa berprestasi yang dapat memberikan citra positif pada dakwah Islam. Namun perlu diingat, jika diri kita yang sebagai embrio LDK merupakan tokoh di kampus, maka hal ini jauh lebih baik karena citra positif sudah melekat pada diri kita sendiri, sehingga kita tidak perlu mengandalkan ketokohan orang lain. Selain itu dosen dan birokrat kampus juga perlu kita dekati. Langkah awalnya adalah dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu agar setidaknya ia mengetahui ada sekelompok kecil mahasiswa yang peduli pada Islam di kampus Anda. Jika proses pendekatan berjalan mulus, maka langkah selanjutnya adalah mengajak beliau untuk bergabung atau menjadi pengisi agenda dakwah yang diselenggarakan. Perkenalkan diri ke LDK SewilayahDukungan dari kampus lain dalam mendirikan LDK sangatlah penting terutama untuk bantuan pembinaan dan agenda syiar. Dengan dukungan dari kampus lain, sebuah kampus yang baru berkembang dapat meminta bantuan mentor untuk pendampingan pendirian LDK dan pembinaan mentoring, serta mendapatkan akses ke pemateri yang kompeten untuk mengisi acara syiar yang dilakukan. Bergabungnya kelompok kecil ini ke dalam Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) sebagai forum antar LDK nasional akan memberikan akselerasi tersendiri bagi LDK yang baru akan berkembang. Pada pengalaman saya saat menjadi koordinator pusat komunikasi daerah FSLDK Bandung Raya, saya melakukan pendampingan selama enam bulan ke aktivis dakwah di sebuah kampus yang akan mendirikan LDK dari nol. Beberapa langkah yang saya lakukan saat itu antara lain:Menjadi mentor untuk kelompok mentoring kelompok kecil penggagas dakwah di kampus tersebutMengadakan konsultasi rutin kepada para aktivis dakwah di kampus tersebut hingga mereka berhasil melegalkan sebuah LDKMemberikan suplai materi, contoh publikasi, hingga melatih softskill agar para aktivis di kampus tersebut dapat berkreasi lebih banyakMembantu akses jaringan ke ustadz yang berkapasitas untuk mengisi acara syiar di kampus tersebut.Berkat izin Allah, selama enam bulan sejak pertemuan pertama saya dengan aktivis di kampus tersebut, ia mendirikan sebuah LDK dan mengelola penuh masjid kampus yang juga berperan sebagai markas dakwah di kampus tersebut. Pengalaman ini meyakinkan saya, untuk mengajak kepada para inisiator dakwah di sebuah kampus agar memperkenalkan diri ke FSLDK setempat agar dapat lebih cepat dalam mengakselerasi dakwah di kampus anda. Menyusun Organisasi Kerja SederhanaKelompok kecil para penggagas dakwah kampus kemudian perlu dikelola dengan tepat. Buatlah organisasi kerja sederhana agar gerak dakwah yang dijalankan menjadi lebih rapi. Organisasi sederhana ini tidak perlu rumit, cukup dengan membagi peran sederhana seperti posisi ketua, sekretaris, bendahara, syiar dan kaderisasi. Tentunya jumlah posisi disesuaikan dengan jumlah SDM yang ada. Tujuan dari menyusun organisasi ini selain untuk lebih merapikan gerak dakwah, juga untuk persiapan menuju legalisasi LDK. Dengan adanya struktur ini, masyarakat kampus akan menilai bahwa kelompok penggagas organisasi keislaman di kampus sudah siap untuk menjadi sebuah lembaga dakwah kampus. Tentu organisasi sederhana ini akan menjadi daya dorong tersendiri dalam mewujudkan eksistensi LDK di kampus. Selain itu dengan adanya organisasi ini, kesempatan untuk mengajak lebih banyak mahasiswa dan mahasiswi lain bergabung dalam barisan dakwah kampus menjadi lebih terbuka. Mereka yang berhasil diajak bergabung dapat mengikuti pembinaan rutin dan beraktivitas di dalam kegiatan sederhana yang dibuat oleh para embrio LDK ini. Mengadakan Kegiatan Keislaman secara BerkalaOrganisasi kerja yang telah dibuat dapat lebih mengarahkan gerak dakwah sehingga memungkinan kita untuk mulai membuat beberapa program pembinaan dan syiar yang berkala dan terukur. Kegiatan pembinaan yang bisa dijalankan untuk para kader yang sudah bergabung antara lain mentoring, mabit, ta’lim rutin dan acara kekeluargaan. Sedangkan untuk kegiatan syiar, kita bisa mengadakan ta’lim rutin, mengelola mading kampus, berdakwah di dunia maya, dan outbound. Kesinambungan antara pembinaan dan syiar secara perlahan akan membuat gerak dakwah kampus menemukan karakternya. Perlahan namun pasti anda akan memahami karakter mahasiswa yang menjadi objek dakwah di kampus Anda. Alhasil inovasi dan kreativitas baru dalam mengembangkan dakwah kampus pun akan berkembang. Kegiatan keislaman secara berkala ini akan memberikan sebuah pencitraan dan pengopinian kepada masyarakat kampus tentang keberadaan lembaga Islam dan urgensi adanya lembaga ini di sebuah kampus. Ini pula yang dilakukan oleh Rasulullah ketika berdakwah. Beliau membangun opini besarnya Islam terlebih dahulu pada era Mekkah. Lalu setelah 13 tahun berdakwah di Mekkah barulah Beliau melanjutkannya dengan mendirikan institusi Islam berupa lembaga pemerintahan saat berada di Madinah. Mempersiapkan LegalisasiLangkah terakhir dalam mendirikan LDK adalah mempersiapkan langkah legalisasi LDK di kampus. Legalisasi ini adalah bukti pengakuan secara formal yang memberikan banyak kesempatan dan kemudahan dalam berdakwah. Status legal ini akan memberikan kita kemudahan menggunakan nama kampus untuk mengadakan kegiatan atau mencari dana dakwah. Gerak dakwah di kampus pun menjadi lebih nyaman dan bebas karena telah mendapat status yang legal dan jelas.Langkah untuk legalisasi tentunya harus merujuk pada peraturan di kampus masing-masing. Syarat standar yang sering diperlukan antara lain adalah kriteria jumlah anggota, adanya bentuk organisasi sederhana, profil lembaga, serta memiliki dosen pembina. Usahakan untuk memenuhi syarat-syarat yang dibutuhkan di kampus Anda. Kemudian mulailah mengurus secara administrasi pelegalan LDK Anda. Dengan demikian setelah legal LDK akan siap untuk bergerak lebih harmonis. In harmonia progressio.BAB 2DASAR-DASAR PERENCANAANDAKWAH KAMPUS“Kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir.”Ali bin Abi ThalibPerkembangan aktivitas dakwah di kampus yang semakin terbuka, dinamis, dan progresif membutuhkan kejelian dan kecerdasan tersendiri di dalam diri para kader dakwah yang melaksanakannya. Pergolakan demi pergolakan, langkah maju maupun mundur dari sebuah gerakan dakwah, sangat dipengaruhi oleh sejauh mana para kader mempersiapkan agenda dakwah dengan matang. Jangan sampai kader bergerak sporadis dengan modal semangat saja, yang pada akhirnya hanya menerima hasil yang tidak sebanding dengan potensi yang dimiliki.Pernah saya jumpai sebuah LDK yang tidak mengalami perubahan yang signifikan dari tahun ke tahun. LDK ini hanya menjalankan agendanya seperti rutinitas biasa yang tidak terarah. Terkadang para kadernya telah cukup puas dengan keberhasilan sesaat pada tahun tersebut sehingga kebijakan yang diambil untuk tahun mendatang sekedar meng-copy-paste agenda tahun sebelumnya dengan harapan bisa menuai hasil yang serupa.Apakah kita menghendaki LDK yang kita kelola hanya mengulang kesuksesan yang ada? Mungkin secara kasat mata, akan ada pemikiran bahwa mengulang kesuksesan yang sama tahun lalu adalah sebuah kebaikan atau suatu hal yang dikehendaki. Akan tetapi sejatinya pemikiran tersebut bukanlah pemikiran yang baik. Sebuah LDK harus bisa membuat perubahan dari tahun ke tahun. Sebuah LDK harus berani bereksperimen dari tahun ke tahun. Sebuah LDK harus mampu mengalami eskalasi skala dan kualitas dakwah setiap tahunnya.Untuk itu semua, diperlukan sebuah perencanaan dakwah dalam skala tertentu, mulai dari perencanaan tahunan, tiga tahunan, enam tahunan, atau jika memungkinkan hingga satu dekade mendatang. Perencanaan adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup ini. Begitu pula bagi sebuah LDK. LDK memerlukan perencanaan dalam penyusunan agenda dakwahnya. Seorang bijak pernah berkata, “Perencanaan masa depan hanya bisa dipikirkan untuk orang dengan level ekonomi menengah ke atas, akan tetapi untuk level ekonomi rendah hanya bisa merencakan hidup mereka di hari esok”. Maksudnya adalah sebuah LDK yang masih muda biasanya sulit memikirkan rencana jangka panjang, maka cukuplah dengan merencanakan agenda dakwah untuk tahun berikutnya. Sedangkan LDK yang sudah stabil memiliki potensi untuk merencanakan agenda dakwahnya bahkan hingga lebih dari dua tahun berikutnya.Akan tetapi, perlu dipahami bersama, setelah saya melihat kembali beberapa data tentang perkembangan LDK di Indonesia, LDK bisa memiliki perencanaan jangka panjang bersama. Perencanaan dari LDK yang sudah stabil bisa digunakan untuk LDK muda dengan sedikit penyesuaian. Oleh karena itu, bijak kiranya bagi kita semua untuk saling berbagi mengenai perencanaan dakwah yang dilaksanakan di LDK kita masing-masing. Perlu diperhatikan pula bahwa dalam melakukan perencanaan tidak perlu dibuat kompleks dan detail sekali. Yang terpenting adalah arah dan jalur yang digunakan. Biarkan perencanaan itu berkembang dalam pelaksanaannya, karena banyak sekali variabel yang mungkin terjadi dalam perjalanan implementasi perencanaan tersebut. Dengan menggunakan bahasa perencanaan yang global, para penerus kita juga bisa banyak berkreasi tanpa terkotak-kotak dengan pemikiran kita yang belum tentu cocok dengan kondisi mereka di masa yang akan datang.Bagian berikut akan memaparkan bagaimana proses perencanaan dakwah kampus yang baik berdasarkan literatur dan pengalaman yang saya alami. Perencanaan yang baik akan menghasilkan keberhasilan dan kegagalan akan sebuah tujuan selalu disebabkan oleh kegagalan dalam perencanaan. Rasulullah selalu mengajarkan untuk melakukan perencanaan yang matang sebelum menjalankan perjuangan, sebagaimana contoh yang dikenal luas saat di Perang Uhud dan Perang Khandak saat pasukan Islam berhasil membuat taktik perang yang jitu.Data AkuratSiklus Perencanaan DakwahMengumpulkan DataSeperti tampak pada skema di atas, data memiliki peran pada semua tahapan perencanaan, sebab datalah yang membuat proses pengambilan kebijakan menjadi ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.Namun di budaya kita data tampaknya belum dijadikan sebuah hal yang berharga. Sering kali data hanya menjadi suatu dokumen lewat yang tidak bermanfaat. Sebetulnya bukannya data itu tidak bermanfaat, kita sajalah yang kurang mengerti akan arti dari data itu sendiri. Keberadaan data sangat berguna dalam pengambilan kebijakan. Ketiadaan data yang layak membuat rapat LDK sering kali memanfaatkan asumsi yang salah. Pada sebuah contoh kasus, seorang pemimpin dakwah mencetuskan bahwa banyak sekali mahasiswa muslim yang tidak suka pada LDK. Akhirnya pembahasan rapat berkutat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Setelah diambil data beberapa waktu kemudian, ternyata yang tidak suka pada LDK hanya 1% dari mahasiswa muslim. Jumlah yang sangat sedikit jika dibandingkan dengan 99% mahasiswa muslim yang senang pada LDK. Asumsi yang salah kerap kali membuat kebijakan dakwah kita kurang tepat.Oleh karena itu mulai dikembangkan di LDK saya suatu biro yang khusus menangani data. Mengenai bentuk data yang dikumpulkan, akan saya coba bagi menjadi dua jenis yakni data rutin dan data eksidental.Data RutinData rutin diperlukan LDK untuk mengetahui perkembangan sebuah keadaan. Data rutin ini diperbaharui pada setiap periode yang telah ditentukan. Isi data rutin bersifat pasti. Contohnya, jumlah mahasiswa muslim yang ikut mentoring, peserta ta’lim rutin program studi, jumlah kas lembaga dakwah, jumlah mahasiswi muslim yang berjilbab, dan lain sebagainya. Hasilnya bisa dirangkum ke dalam buku data LDK. Data tersebut dapat dimanfaatkan di rapat LDK agar proses pengambilan kebijakan lebih tepat. Data EksidentalData eksidental adalah data yang berbasiskan kebutuhan yang diambil sesuai dengan momen tertentu. Data eksidental berperan dalam pengambilan kebijakan jangka pendek. Contohnya, penentuan tema buletin bulanan, tema ta’lim yang diharapkan, daya keberterimaan LDK di kampus, dan lain sebagainya. Setelah mengenal jenis data, berikut akan saya jelaskan dua metode pengambilan data yang dapat kita lakukan, yakni metode sensus dan survei. SensusPada konsepnya sensus adalah pengambilan data secara menyeluruh, dengan melibatkan semua populasi untuk memberikan datanya. Pada jenis metode sensus ini, data yang dihasilkan berupa data kuantitatif. Sering kali pula metode ini digunakan untuk mengumpulkan data rutin karena pihak pengelola data harus memeriksa satu per satu kondisi responden. Kerjasama semua lapisan dakwah dibutuhkan di metode jenis ini. Di LDK saya, GAMAIS ITB, data sensus dirangkum dalam sebuah buku data yang kemudian diberikan kepada pengurus lembaga dakwah program studi. Selanjutnya mereka mengisi data tersebut secara detail. Pada proses pengambilan data sensus ini, seluruh mahasiswa betul-betul terlibat di dalamnya. Contohnya pada data jumlah mahasiswa muslim yang ikut mentoring, tentunya kita harus mengidentifikasi siapa saja yang muslim, lalu memeriksa mahasiswa mana yang ikut mentoring. SurveiSurvei adalah metode pengambilan data dengan menggunakan sampel. Data eksidental biasanya didapat melalui metode survei karena memang yang menjadi sasarannya adalah pengambilan sampel. Sampel berarti sumber data atau responden yang hanya berasal dari sebagian anggota populasi. Pada pelaksanaan survei ini ada dua hal penting yang harus kita perhatikan, yakni jenis pertanyaan yang akan diajukan serta teknik pengambilan sampelnya.Penyusunan kata demi kata dalam kalimat pertanyaan adalah hal yang utama. Kita perlu memberikan pertanyaan yang friendly dan mudah dipahami agar jawaban yang diberikan juga tepat. Pemilihan jumlah pertanyaan juga harus sesuai agar tidak ada pertanyaan yang mubazir atau tidak berguna dalam pengelolaan data nantinya.Sedangkan pada teknik pengambilan sampelnya, ada banyak metode yang bisa digunakan. Untuk memahami dengan lebih komprehensif, saya merekomendasikan buku “Statistical Analysis” karangan Sam Kash Kachigan. Pada dasarnya metode sampling ini sangat mudah konsepnya. Hanya saja terkadang aplikasinya sering kali melanggar prinsip yang ada. Sebagai contoh, pada sebuah program studi yang berjumlah 400 mahasiswa, Anda bermaksud mengadakan sebuah ta’lim dengan sebelumnya mengambil sampel untuk menentukan temanya. Anda telah membuat pertanyaan dan akan melakukan sampling. Bagaimana melakukannya? Dalam sampling, angka 10% dari populasi sudah bisa menunjukkan keterwakilan dan kelayakan data. Maka, 10% dari 400 adalah 40 orang. Anda bagi 40 orang ini dengan jumah angkatan yang ada. Biasanya ada 4 angkatan yang masih aktif di sebuah program studi. Hasilnya akan didapatkan angka 10 orang untuk setiap angkatan. Selanjutnya Anda bisa menggunakan dua metode untuk menentukan siapa yang akan Anda mintai mengisi kuesioner. Pertama, Anda punya undian bertuliskan Nomor Induk Mahasiswa (NIM). Undi saja 10 orang untuk setiap angkatan. Siapa yang NIM-nya muncul akan jadi sampel untuk mengisi kuesioner Anda. Cara lain bisa pula dengan menentukan mahasiswa dengan NIM kelipatan 10 (10, 20, 30, dst) akan mendapatkan hak untuk mengisi kuesioner. Dapat Anda nilai bahwa pada contoh tersebut setiap mahasiswa memperoleh kesempatan yang sama untuk mengisi kuesioner. Jangan sampai sampling itu hanya diberikan secara acak namun hanya kepada orang-orang terdekat saja sehingga objektivitas tidak bisa dipertanggungjawabkan.Menganalisis Kondisi Internal dan EksternalPada perencanaan tahap pertama, kita perlu melihat potensi dan kelemahan LDK kita (dilihat dari segi internal), serta menilai daya dukung dan tantangan yang datang dari luar (dari segi eksternal). Istilahnya oleh para ahli manajemen adalah pengidentifikasian SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Dalam tahapan ini kita harus mampu melihat potensi yang dimiliki LDK kita, seperti jumlah kader yang banyak, LDK sudah legal, atau dana dakwah yang mencukupi. Selain itu juga melihat kelemahan yang ada. Tentunya dengan harapan bisa diperbaiki di masa yang akan datang, sehingga LDK bisa membuat kebijakan yang lebih tepat. Sebagai contoh, kader banyak yang belum memiliki pemahaman dakwah yang komprehensif, atau adanya kelompok yang antipati terhadap LDK. Setelah memperhatikan keadaan internal, maka LDK perlu memperhatikan keadaan eksternal berupa daya dukung dari luar, misalnya seperti adanya Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) yang siap mengakselerasi LDK. Selain itu juga dengan memperhatikan hambatan dan tantangan dari luar, seperti tuntutan akademis yang semakin tinggi. Perlu diingat kembali, bahwa semua tinjauan ini harus disertai dengan data dan fakta yang jelas.Perumusan Grand Design DakwahGrand Design Dakwah (GDD) adalah gambaran umum mengenai pola dan arah gerak LDK di beberapa tahun mendatang. Lamanya tahun yang direncanakan sesuai dengan kemampuan LDK masing-masing. Bentuk penyusunannya bermula dari konsep yang meliputi keseluruhan gerak umum LDK dengan penentuan visi, misi, sistem, alur, dan sebagainya. Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan yang lebih bersifat khusus, tergantung dengan sektor-sektor yang ada di LDK. Yang saya ketahui, LDK yang sudah pernah membuat GDD belum terbilang banyak. Sebutlah GAMAIS ITB yang memiliki Blue Print GAMAIS ITB 2008-2013, serta SALAM UI yang memiliki Manajemen Mutu SALAM UI (MMS SALAM UI). Perumusan GDD ini bertujuan agar ada pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dari LDK kita sehingga para penerus di masa yang akan datang bisa melanjutkan perjuangan kader-kader sebelumnya.Menentukan Parameter KeberhasilanParameter keberhasilan ini diharapkan bisa menjadi pedoman kuantitatif maupun kualitatif target keberhasilan di setiap periode. Jika perencanaan dibuat untuk tiga tahun, maka perlu ada target pencapaian per satu tahun. Berikut ini adalah contoh parameter keberhasilan yang digunakan di GAMAIS ITB.Tabel Parameter Keberhasilan Kader LDK GAMAIS ITBAspek200820092010Kualitas dan Kuantitas Kader50% mahasiswa muslim S1 ITB adalah kader mula45% kader mula menjadi kader muda40% kader muda menjadi kader madya 60% mahasiswa muslim S1 ITB adalah kader mula50% kader mula menjadi kader muda40% kader muda menjadi kader madya70% mahasiswa muslim S1 ITB adalah kader mula60% kader mula menjadi kader muda40% kader muda menjadi kader madyaAspek200820092010Kualitas dan Kuantitas Kader30% kader madya menjadi kader purna 35% kader madya menjadi kader purna35% kader madya menjadi kader purnaTabel Parameter Keberhasilan TimPelatihan Manajemen LDK GAMAIS ITBNoParameter2008200920101Jumlah Trainer1020302SPMN TCMampu melayani seluruh LDKMembuka SPMN branch di seluruh PUSKOMDAMenjadi lembaga profesional3BukuMemproduksi buku tentang manajemen LDKMemproduksi buku tentang pemikiran mahasiswa dan isu kontemporerMenerbitkan 1000 buku referensi gerakan mahasiswa dan dakwah kampus4Wilayah KerjaNasionalASEANASEAN5PerangkatTim khusus dan solidSekretariat, Legalitas lembagaPerangkat Manajemen LengkapDari contoh ini saya rasa sudah bisa dipahami bagaimana pembuatannya. Dalam pola pemikirannya dimulai dari memahami Grand Design Dakwah dan menentukan kriteria keberhasilan. Lalu diturunkan kembali ke parameter yang diharapkan. Dengan adanya parameter ini, LDK bisa mempunyai target yang jelas di setiap periode untuk menilai keberhasilan kinerjanya.Menetapkan Alternatif Program dan Proyek DakwahPertama saya ingin menjelaskan perbedaan antara program dan proyek. Program dalam konteks ke-LDK-an adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan kepanitiaan, seperti program idul Qurban, program PMB, program Ramadhan, dan sebagainya. Sedangkan proyek adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan tim khusus. Outputnya biasanya berupa sebuah kebijakan tertentu, seperti proyek legalisasi LDK, proyek penyusunan konsep kaderisasi dan sebagainya. Pada tahapan ini kita mulai menyusun dan membuat strategi program dan proyek yang sekiranya cocok dan tepat untuk memenuhi parameter keberhasilan yang telah dirancang. Brainstorming ide dan inovasi program dan proyek diharapkan dapat berkembang di tahap ini. Perlu dilakukan juga pengambilan data dari objek dakwah untuk melihat preference dan taste mereka agar penentuan program dan proyek ini bisa tepat sasaran. Satu hal yang ingin saya ingatkan, give them what they need, don’t give them what we need. Dalam penentuan agenda dakwah kita perlu memperhatikan preference dari objek dakwah. Jangan hanya melihat apa yang kita butuhkan.Tahap penentuan program dan proyek dakwah dirangkum dalam program kerja (proker) tahunan. Biasanya program kerja dibuat oleh setiap departemen di LDK Dalam penyusunan proker tahunan perlu diperhatikan juga aspek detail seperti dana yang dibutuhkan, deskripsi agenda, parameter keberhasilan, waktu yang direncanakan dan penanggung jawab agenda dakwah. Dengan sistematika seperti ini disamping memudahkan eksekusi agenda, penerus kita juga akan dapat memahami dokumen peninggalan kita ketika mempelajarinya kelak. Setelah penentuan proker ada dua tahap lagi yang perlu kita lakukan sebelum proker dieksekusi.Pertama, auditing dana. Setiap kegiatan butuh dana. Terkadang dana yang ada di LDK terbatas sehingga diperlukan adanya auditing keuangan agar setiap proker mendapatkan hak yang proporsional. Setiap departemen perlu menentukan prioritas proker, sehingga dapat diketahui proker mana yang membutuhkan dana lebih besar dibandingkan proker lainnya. Dengan adanya auditing ini, departemen bisa konsisten dalam mengelola dana.Kedua, sinkronisasi timeline. Proker yang berjalan paralel di setiap departemen terkadang membuat jadwal agenda kita bentrok satu sama lain. Oleh karena itu diperlukan sinkronisasi timeline, agar semua kegiatan dapat berjalan dengan baik, tidak bertubrukan dengan jadwal agenda dakwah yang lain.Setelah dua hal ini dilakukan, maka kita sudah bisa mengeksekusi proker dakwah yang telah disusun.Eksekusi Program dan Proyek DakwahKarena LDK mendidik kita untuk menjadi kader yang produktif dalam beramal, maka tahap pelaksanaan ini adalah tahap yang paling penting dalam dakwah. Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:Keadaan ruhiyah kader. Jangan sampai karena beramal terlalu banyak, dia semakin jauh dari AllahKeadaan nuansa kekeluargaan di dalam LDK. Inilah yang membuat kader bertahan lama di LDK. Nuansa kekeluargaan membuat kader merasa nyaman dan produktif. Saya pernah berkata kepada mahasiswa baru di masa awal mereka masuk ke GAMAIS ITB, “Selamat datang di GAMAIS ITB. Selamat datang para putra-putri terbaik bangsa. Mulai saat ini GAMAIS adalah keluarga baru untuk kalian. Teman Anda di sebelah kanan dan kiri adalah anggota keluarga kita juga, dan saya adalah kepala keluarga dakwah ini. Selamat datang di keluarga baru, tempat kita akan senang dan sedih bersama.”Kondisi akademik kader. Jangan sampai pula agenda dakwah yang disusun membuat kondisi akademik kader menurun. Karena kuliah merupakan tugas utama mahasiswa, maka memastikan IP kader baik-baik saja adalah tugas seorang pemimpin.Monitoring dan Evaluasi Monitoring berfungsi untuk memastikan program kerja berjalan dengan baik, dan parameter keberhasilan yang sudah direncanakan seusai dengan target. Melalui monitoring ini pula LDK dapat menjalankan fungsi evaluasi berkala agar penyimpangan dan kesalahan yang ada bisa segera diantisipasi. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh tim Steering Comitee yang punya peran sangat penting dalam memonitor agenda dakwah dan kader yang ada di dalamnya. Karena orientasi beberapa agenda dakwah berbasiskan pada kegiatan rekrutmen kader, maka tim Steering Comitee perlu merumuskan juga bagaimana caranya agar agenda dakwah yang dilakukan tetap dapat produktif.Pada tahap evaluasi, terdapat beragam bentuk pendekatan. Mulai dari pendekatan dari segi agenda dakwah itu sendiri dengan menilai sudahkah agenda tersebut memenuhi parameter keberhasilan? Lalu pendekatan dari segi kader yang terkait dengan hasil rekrutmen kader setelah pelaksanaan suatu agenda dakwah. Terakhir adalah pendekatan dari segi objek dakwah yang terkait dengan tanggapan mereka terhadap agenda dakwah LDK.Evaluasi untuk LDK biasanya termaktub dalam laporan pertanggungjawaban tahunan. Evaluasi ini sangat penting untuk dilakukan karena sekaligus memberikan rekomendasi terhadap rencana dakwah pada tahun mendatang. Dengan adanya evaluasi yang baik yang didukung oleh data yang kuat, perencanaan dakwah ke depannya akan tergambar dengan lebih jelas.LDK tidak mengenal akhir dari siklus perencanaan dakwah. Tahapan-tahapan pada siklus tersebut harus terus berulang karena tuntutan kondisi kampus yang juga terus berubah. Siklus ini pun bisa kita modifikasi sesuai kebutuhan, sebutlah untuk perencanaan kegiatan kepanitiaan. Jadi tidak hanya bisa digunakan untuk proses perencanaan dakwah. Dengan memahami siklus ini, kita berharap akan terwujud suatu sustainable development dalam keberjalanan LDK kita.BAB 3TAHAPAN PENGEMBANGANLEMBAGA DAKWAH KAMPUS80010222250Tahapan dakwah bisa diibaratkan sebagai anak-anak tangga yang tersusun menuju ke sebuah hasil. Berpegang pada tahapan ini membuat segala yang kita lakukan menjadi terarah. Tahapan ini tidak dibatasi oleh waktu, bisa saja dalam menyelesaikan salah satu tahapnya setiap LDK membutuhkan waktu yang berbeda-beda. Namun tentunya dalam menyelesaikan setiap tahap yang ada, LDK harus memenuhi kriteria-kriteria yang diperlukan sebelum dapat mulai melangkah ke tahap selanjutnya. Apa saja tahapan dakwah yang ada? Dalam tulisan ini saya akan mencoba memaparkan empat tahap yang bisa dilalui.Tahap Pertama: Membangun Basis Kader IntiDalam risalah dakwah yang Rasulullah ajarkan, sebagaimana kita ketahui ada golongan yang pertama masuk Islam. Mereka kita kenal dengan sebutan Ashabiqunal Awwalun. Golongan pertama ini dibina dengan intens oleh Rasulullah dalam rangka menguatkan fondasi paling dasar dari bangunan Islam. Mereka memperoleh pembinaan selama 10 tahun, atau hampir setengah dari masa kenabian Rasul. Sebagaimana yang beliau lakukan terhadap binaannya, LDK pun melakukan hal yang sama, tentunya dengan waktu yang harus lebih cepat karena kondisi dakwah kampus relatif singkat. Kaderisasi yang dilakukan pada kader inti ini bersifat khusus dan terbatas, sehingga segala yang dibutuhkan untuk dakwah kedepannya diharapkan betul-betul dimiliki oleh kader inti ini. Hal–hal apa sajakah yang harus dimilki oleh seorang kader inti? Berikut akan saya jelaskan tiga hal yang menjadi kebutuhan utama yang perlu dimiliki oleh kader inti suatu LDK:Kepribadian seorang muslimKepribadian ini meliputi karakter-karakter yang diperlukan seseorang dalam kehidupannya. Dengan ini berarti ia mengamalkan ajaran Islam dan bisa mengajarkannya kepada orang lain. Seorang kader inti harus memiliki aqidah yang bersih, ibadah yang benar, akhlak yang baik, tubuh yang sehat, kuat kemampuan finansialnya, pikiran yang intelek, bersungguh-sungguh dan tekun dalam segala hal, memiliki manajemen diri yang baik, disiplin terhadap waktu serta mempunyai paradigma untuk selalu bermanfaat bagi orang lain. Dengan adanya kepribadian ini, diharapkan seorang kader inti bisa menjadi teladan, bisa menjadi guru, dan diterima di kalangan masyarakat luas.Kredibilitas dan moralitas pemimpinIslam mendidik para umatnya untuk menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan bagi kalangannya. Dalam hal ini, seorang kader inti diharapkan bisa menjadi pemimpin di mana pun dia berada untuk mengubah kondisi umat yang dipimpinnya menjadi lebih baik, bukan demi kekuasaan semata. Oleh karena itu paradigma berdakwah dan paradigma memberikan cahaya Islam di muka bumi harus tertanam dengan baik di hati kader inti. Menjadi pemimpin adalah sebuah keniscayaan bagi seorang muslim. Sehingga dalam tahap ini seorang kader inti harus dididik menjadi pemimimpin yang kuat dan bertanggung jawab, seorang pemimpin yang bisa mengayomi seluruh umatnya, maupun seorang pemimpin yang bisa menjadi ulama sekaligus umara dalam waktu yang bersamaan.Kemampuan khusus lainnyaSetiap manusia dilahirkan dengan potensi, minat, dan bakat yang berbeda-beda. Ada seseorang yang ahli di bidang seni, ada yang mahir berdagang—saat ini kita kenal sebagai entrepreneur—ada yang ahli berolahraga, dan lain sebagainya. Kemampuan khusus ini haruslah dikembangkan secara bijak dan tepat, karena mengasah potensi seseorang akan menghasilkan perkembangan yang jauh lebih pesat ketimbang memperbaiki kelemahannya. Rasulullah pun mendidik para sahabat dengan cara memaksimalkan kemampuan khusus mereka. Sebutlah Ali bin Abi Thalib yang cerdas dan gemar menuntut ilmu, Umar bin Khattab yang ahli bermain pedang, Mushaf bin Umair yang merupakan seorang pedagang sukses, serta sahabat-sahabat lainnya. Potensi besar dalam diri mereka dimanfaatkan dengan baik untuk kebutuhan dakwah Islam. Para kader inti LDK juga memiliki kekhasannya masing-masing. Mereka yang ahli di bidang seni bisa menjadi kekuatan dalam mengemas dakwah menjadi lebih menarik dan komunikatif. Mereka yang gemar berolahraga bisa dikembangkan potensinya untuk menjadi duta dakwah di kalangan masyarakat yang gemar berolahraga. Mereka yang gemar berbisnis bisa didukung kegiatan bisnisnya agar mampu menyokong aktivitas dakwah di kampus. Pendidikan kader inti ini menjadi tahapan pertama yang menjadi fondasi penopang agenda dakwah ke depannya. Oleh karena itu perlu dicermati dan ditelaah juga berapa banyak kader inti yang ada dan akan dibina. Pembinaan yang akan dilakukan harus bersifat komprehensif dan dilaksanakan pada waktu yang tepat, sehingga diharapkan bisa menjadi core dalam membangun basis massa simpatisan.Tahap Kedua: Membangun Basis Massa Setelah terbentuk kader inti, tahapan dakwah akan masuk ke tahap selanjutnya, yaitu membangun basis massa. Kurang lebih bentuk basis massa yang akan kita bangun seperti simpatisan, tetapi tidak hanya sekedar massa yang mengatakan mendukung, tapi juga massa yang senantiasa mengikuti pembinaan yang kita lakukan. Tujuan dari membangun basis massa ini adalah untuk memperkenalkan Islam, dan menjadikan Islam sebagai way of life yang komprehensif dan merupakan solusi dari setiap persoalan dalam kehidupan. Ada dua metode utama yang dapat kita gunakan dalam memperkenalkan Islam, yakni:Dakwah dengan melayaniMenilik sirah nabawiyah, proses yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW adalah menjadikan beliau Al Amin, kemudian mengangkatnya sebagai Rasul. Dalam hal ini bisa kita ambil kesimpulan bahwa Rasulullah telah terlebih dahulu sukses “melayani” kota Mekah sehingga beliau memperoleh gelar tersebut, barulah kemudian beliau berdakwah. Pelayanan dahulu, baru dakwah. Pelayanan adalah memberikan apa yang umat butuhkan. Memang perlu kita sadari bahwa kebutuhan umat sangat bervariasi. Akan tetapi justru di situlah seni bagaimana kita bisa membuktikan bahwa Islam bisa menjadi solusi dalam segala permasalahan yang ada. Jika kita membicarakan dakwah kampus, maka yang kita berikan haruslah sesuai dengan kebutuhan objek dakwah. Misalkan, menyediakan informasi tempat tinggal yang murah dan nyaman, memberikan pelayanan fotokopi buku atau bahkan menyediakan buku kuliah dan catatan kuliah, menyediakan tempat bertanya terkait Islam dan syariatnya, memberikan informasi tentang kampus atau kota tempat tinggal dalam bentuk booklet, dan sebagainya. Pelayanan ini bisa sangat variatif pula bentuknya, sehingga semakin banyak yang memikirkan ini akan semakin banyak pula varian metode dakwah yang bisa digunakan.Dakwah dengan memimpinJika konsep dakwah sebelumnya bertipikal menyentuh grass root, dakwah dengan memimpin adalah konsep pendekatan sebaliknya, yakni yang lebih struktural. Walau sebenarnya tidak sekaku itu dalam pelaksanaanya. Berdakwah dengan memimpin bisa dimulai dengan memimpin dalam sebuah kelompok. Mulai dari kelompok kecil seperti ketua kelompok tugas, ketua kelas, ketua lomba riset, hingga ketua kelompok yang lebih besar seperti ketua himpunan mahasiswa, ketua panitia dan sebagainya. Dengan memimpin seorang kader bisa menunjukkan bagaimana etos kerja yang dimilkinya mampu membawa kelompok ke arah keberhasilan dan ke arah yang lebih baik. Dalam memimpin seorang kader juga bisa berdakwah secara kecil-kecilan sekaligus menanamkan kultur Islam di dalam kelompok. Seperti membiasakan anggotanya shalat tepat waktu, memulai segala sesuatu dengan niat dan do’a, membiasakan berdo’a kepada Allah dalam setiap keadaan, dan memberikan nilai-nilai Islami lainnya kepada objek dakwah. Dengan demikian akan timbul personal trust dari orang-orang yang terlibat kepada kita. Mereka akan menilai bahwa kader kita adalah orang yang kuat dan bertanggung jawab, serta mulai meyakini bahwa pola hidup atau way of life yang dilakukan dan dianut oleh kader kita adalah sebuah pemahaman yang baik. Diharapkan ke depannya akan timbul suatu kepercayaan di hati masyarakat terhadap kader kita. Kemudian ketika kader kita menyampaikan risalah Islam, tidak akan terjadi penolakan dari masyarakat. Bisa dikatakan bahwa objek dakwah kita menerima apa yang kita sampaikan.Setelah menjalani dua varian metode ini, dakwah juga butuh sebuah wadah yang bisa menampung para simpatisan untuk mengikuti pembinaan dan menjadi bagian dari massa kita. Wadah ini diharapkan bisa menjadi media yang tepat dalam mengembangkan potensi simpatisan agar selanjutnya bisa menjadi kader dakwah pula. Sistem permentoringan yang dalam istilah lain dikenal dengan usrah atau liqo’ atau halaqoh menjadi wadah yang sangat tepat untuk menampung dan membina para objek dakwah ini. Mentoring adalah proses transfer nilai antara mentor dan binaanya. Dalam proses mentoring ini seorang mentor diharapkan bisa membina 7-10 orang adik mentor (binaanya) dan memberikan ilmunya serta pemikiran yang ada untuk membuat frame berpikir yang Islami. Proses mentoring ini tidak hanya sampai pada tahapan memberikan ilmu. Lebih lanjut, kelompok mentoring ini bisa menjadi sebuah keluarga kecil bagi para anggotanya. Oleh karena itu, seorang mentor diharapkan bisa memilki beberapa fungsi, antara lain:Guru, seorang guru yang memberikan ilmu kepada muridnya,Pemimpin, seorang pemimpin yang bisa mengarahkan binaanya menuju masa depan yang sesuai dengan koridor yang benar,Kakak/sahabat, sebagai tempat mencurahkan isi hati dikala susah dan butuh bantuan,Da’i, seorang mentor tidak hanya memberikan ilmu, akan tetapi juga menyiapkan binaanya untuk menjadi calon mentor di masa yang akan datang.Kader inti yang telah dibina sebelumnya sebisa mungkin disiapkan menjadi mentor utama dan diharapkan bisa mengembangkan cabang dan ranting kelompok mentoringnya hingga berjumlah tak terbatas. Dalam hal inilah dibutuhkan penguatan basis massa. Basis massa yang kuat akan menopang dakwah ini dan memudahkan langkah kita untuk membuat gerakan dakwah lebih terbuka dan masif.Tahap Ketiga: Membangun Basis InstitusiPada tahap ini dakwah yang dilakukan di kampus mulai terlembagakan secara formal dan wajar dalam suatu instansi dakwah bernama Lembaga Dakwah Kampus. LDK dibangun atas dasar memenuhi kebutuhan dan tuntutan dari basis massa yang ada. Bagaimanapun juga, sekelompok orang atau komunitas yang mempunyai tujuan, perlu dilembagakan secara formal agar geraknya menjadi lebih mudah dan legal. Demikian pula dengan para aktivis dakwah yang membutuhkan suatu lembaga legal untuk memudahkan geraknya. Dengan mengikuti tahapan pengembangan ini, LDK akan terbangun bukan hanya dalam rangka untuk legalitas saja, akan tetapi LDK juga dibangun atas adanya kesadaran dan kebutuhan dari masyarakat kampus itu sendiri. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memulai pelegalan dan pendirian LDK ini.Basis Massa yang SetiaDalam membuat sebuah lembaga di kampus, biasanya diperlukan kuota minimal untuk mendirikannya. Kuota minimal ini selain untuk memenuhi syarat birokrasi, juga berfungsi untuk memastikan adanya regenerasi aktivis dakwah kelak. Bassis massa yang ada diharapkan terdiri dari berbagai angkatan yang ada di kampus. Selanjutnya basis massa inilah yang akan membentuk bangunan yang kokoh dalam mengembangkan LDK di masa yang akan datang.Birokrasi Kampus yang MendukungPerlu dipahami bahwa keberadaan LDK tidak bisa terlepas dari kampus dan tata tertib serta birokrasi yang ada di dalamnya. Pendekatan personal ke pihak rektorat, dosen, dan birokrat kampus lainnya adalah sebuah tuntutan yang perlu kita penuhi agar proses legalisasi ini bisa berjalan mulus. Pendekatan ini dilakukan sejak kita mempunyai basis massa, agar ketika jumlah massa yang dimiliki telah cukup, pendirian LDK bisa menjadi lebih mudah.Bentuk Lembaga Dakwah KampusBerikut adalah beberapa bentuk yang bisa diajukan sebagai wadah legal formal LDK. Keterangan lebih jelasnya bisa dilihat pada bab selanjutnya.LDK sebagai unit kerohanian pada unit kegiatan mahasiswaLDK berbentuk Dewan Kesejahteraan MasjidLDK di bawah departemen kerohanian Badan Eksekutif MahasiswaLDK berbasis di setiap fakultasInfiltrasi ke LDK yang telah ada Setelah lembaga ini terbentuk, perlu dipenuhi beberapa syarat kelengkapan lembaga agar fungsi lembaga dakwah ini bisa optimal. Kelengkapan lembaga ini antara lain:Pertama, adanya tata organisasi yang sesuai, seperti ketua, sekretaris, bendahara, dan ketua departemen. Untuk LDK mula, departemen yang dibutuhkan antara lain: departemen kaderisasi, departemen syiar dan pelayanan kampus, serta departemen dana. Tiga departemen ini bisa dikatakan sebagai kebutuhan pokok sebuah LDK. Dengan mempertimbangkan jumlah SDM yang terbatas, adanya tiga departemen ini seharusnya sudah cukup untuk bisa menjalankan fungsi LDK dengan baik. Dalam perkembangannya, sebuah LDK diharapkan bisa memenuhi beberapa fungsi lainnya yang menjadi fungsi pokok yang diturunkan dari sektor dakwah ke dalam bentuk departemen/divisi, yakni:Sektor Internal (Kaderisasi, Mentoring, Rumah Tangga)Sektor An Nisaa/KemuslimahanSektor Syiar dan Pelayanan Kampus (Media, Event)Sektor KeuanganSektor Jaringan (Humas)Sektor Akademik dan ProfesiSektor Kesekretariatan (Administrasi, Litbang)Tujuh sektor ini adalah representasi dari bentuk serta fungsi yang harus dipenuhi LDK dalam kondisi ideal. Memang butuh waktu dalam membangun LDK hingga tahap ini, akan tetapi bisa saja dalam proses perkembangan LDK, dua fungsi digabungkan ke dalam satu departemen. Hal ini tergantung pada jumlah dan kapasitas kader yang ada. Kedua, diperlukannya sebuah tata nilai dan tata hukum atau pedoman dakwah yang diberlakukan di LDK. Pedoman yang dibutuhkan antara lain: Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, visi dan misi, serta perangkat sederhana lainnya yang bisa mengarahkan gerak dakwah kader kita. Seiring berjalannya waktu, sebuah LDK juga perlu memiliki pedoman dakwah yang lebih advance. Contohnya saudara kita di SALAM UI yang mempunyai Manajemen Mutu SALAM UI (MMS UI) yang memuat berbagai aturan dan norma, serta standardisasi yang digunakan dalam pengelolaan LDK. Selain di UI, kawan-kawan di UNDIP memiliki sebuah komitmen bersama antara lembaga dakwah pusat dan lembaga dakwah fakultasnya sehingga gerak dakwah menjadi sinergis. Sedangkan di GAMAIS ITB, gerak dakwah kami berpedoman pada Pedoman Lembaga Dakwah Kampus GAMAIS ITB (PLDK GAMAIS ITB), yang memuat: blue print GAMAIS ITB 2007-2013, Rencana Strategis Jangka Panjang 2008-2010, dan Panduan Fiqih Praktis Aktivis Dakwah. Berbagai bentuk pedoman yang ada disesuaikan tergantung kebutuhan dari LDK. Semakin besar LDK, semakin detail pula aturan yang ada, karena dalam tahapan kemandirian LDK, sistemlah yang akan dibangun. Sistem yang kuat akan menghasilkan kader yang kompeten di masa yang akan datang.Ketiga, adanya mekanisme kaderisasi berkelanjutan bagi kadernya. LDK adalah sebuah lembaga kaderisasi. Fungsi kaderisasi atau membina kader menjadi fungsi yang utama pada sebuah LDK. Kaderisasi ini harus senantiasa menjadi dinamo yang berkelanjutan, tanpa henti. Sebagai lembaga yang baik, kaderisasi di LDK haruslah dapat memberikan manfaat bagi para kadernya dengan meningkatkan kapasitas dan keilmuan yang bisa menunjang aktivitas mereka baik di LDK maupun di kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadi syarat yang mutlak agar LDK bisa memastikan sistem regenerasinya berjalan, dan dakwah di kampus bisa bertahan lama.Tahap Keempat: Membangun Bangunan Kampus secara Keseluruhan dengan Konsep IslamLegalitas LDK memudahkan gerak dakwah kita menjadi lebih dinamis dan bebas. Kekuatan formal lembaga ini memberikan banyak kemudahan bagi kita untuk dapat berbuat lebih di kampus. Pada tahap keempat ini varian metode dan objek dakwah semakin luas, bisa dikatakan tidak terbatas. Semua tergantung pada manajemen kreativitas dan inovasi dari kader LDK. Lingkup dakwah pertama yang harus dipenuhi adalah civitas academica di kampus kita. Selanjutnya bisa meningkat menjadi lingkup kota, nasional, dan akhirnya internasional. Pada proses pendekatan dakwah terhadap komunitas di lingkup civitas academica ini terdapat beberapa pihak yang bisa kita dekati.Mahasiswa, objek utama dalam dakwah kampus kita. Ketika lembaga sudah ada, metode dakwah pun bisa kian variaif, seperti pembuatan event syiar dengan ta’lim, tabligh, outbound, kajian, olahraga bareng atau mungkin mabit. Media LDK juga bisa semakin terbuka, contohnya pamflet, poster, spanduk, baliho, atau perangkat multimedia lainnya. Dengan adanya lembaga yang legal, agenda syiar pun seharusnya akan mendapat respons lebih dari massa kampus. Akan tetapi walaupun sudah ada lembaga yang formal, metode dakwah dengan pelayanan, dakwah dengan memimpin, serta wadah mentoring yang ada harus tetap dijalankan karena metode-metode ini merupakan metode klasik yang masih bisa digunakan sampai kapanpun.Dosen, dakwah ke dosen butuh pendekatan yang lebih persuasif. Cara berdakwah ke dosen bukanlah dengan menceramahinya, tetapi dengan memberikan kesempatan kepada beliau untuk menjadi pembicara di acara-acara LDK sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Dapat pula dengan melibatkan dosen dalam kegiatan, seperti menjadi penasihat atau tempat konsultasi. Selain itu, memberikan sedikit kenang-kenangan kepada dosen berupa buku, bisa menjadi media dakwah yang tepat karena dosen biasanya gemar membaca. Dengan adanya keterlibatan ini, dosen akan mempunyai sense of belonging terhadap LDK dan akan lebih peduli terhadap gerak dakwah kita dan LDK kita.Birokrat kampus, pendekatan ke birokrat kampus hampir sama dengan pendekatan ke dosen. Tetapi bisa ditambah dengan silaturahim rutin dalam rangka meningkatkan kedekatan dan kepercayaan antara kader LDK dan birokrat kampus. Dengan kedekatan dan kepercayaan yang dapat ditimbulkan ini, gerak dakwah kita akan lebih didukung dan bisa lebih cepat berkembang.Karyawan kampus, karyawan kampus berasal dari berbagai elemen, seperti bagian administrasi, satpam dan penjaga kantin. Mereka merupakan bagian dari kampus yang juga perlu kita dakwahi. Keteladanan, budi pekerti, akhlak yang baik, serta citra kita sebagai mahasiswa yang bermoral dapat menjadi modal dakwah di sini. Dukungan dari para karyawan kampus ini biasanya juga akan mendukung gerak dakwah secara umum dikarenakan jumlah mereka yang banyak, dan adanya peran penting mereka di kampus. Selain itu, pengadaan ta’lim khusus karyawan atau pemberian bingkisan untuk mereka di momen tertentu bisa juga semakin mempererat kedekatan kita dengan mereka.Saya menilai bahwa tidak ada metode dakwah yang terbaik di antara berbagai metode dakwah kampus. Yang ada hanyalah metode dakwah yang tepat. Setiap kampus mempunyai kekhasan tersendiri, dan menjadi tanggung jawab bagi kita untuk bisa memformulasikan metode dakwah yang paling tepat untuk kampus kita. Berpegang pada tahapan ini, akan sangat membantu paradigma berpikir kita dalam mengembangkan Lembaga Dakwah Kampus.BAB 4PROSES LEGALISASILEMBAGA DAKWAH KAMPUS“Sebagai agama dakwah ternyata Islam dan sejarahnya telah memberikan informasi sehingga berhasil membangun realitas sosial baru, yakni terbentuknya masyarakat Islami yang berperadaban tinggi dalam berbagai dimensinya.”Mahbub FauzieOrganisasi dibentuk dalam rangka memudahkan dan memformalkan kelompok untuk mencapai sebuah tujuan. Dalam amal jama’i, adanya wajihah atau organisasi atau lembaga bertujuan agar dakwah yang dilakukan lebih diakui dan memiliki kekuatan dan pengakuan oleh objek dakwah. Pada tahap lanjut dari dakwah kampus, pembuatan sebuah organisasi formal terkait dakwah adalah sebuah tuntutan tersendiri. Pada tulisan ini saya akan mencoba memberikan sedikit gambaran bagaimana cara melegalkan LDK. Tulisan ini saya coba paparkan setelah diskusi dengan para kader LDK yang telah berhasil melegalkan LDK-nya. Ada empat tahap yang akan kita lalui dalam pelegalan LDK, dan keempat tahap ini tidak dibatasi oleh waktu. Lama tidaknya waktu yang diperlukan untuk melegalkan LDK sangat ditentukan oleh kondisi internal kampus masing-masing.Tahap PersiapanPada tahap persiapan ini ada dua langkah yang perlu dilakukan, yakni pembentukan tim inti dan penyaringan massa simpatisan. Tim inti merupakan kelompok terkecil yang akan berperan sebagai founding fathers, konseptor, dan berperan sebagai sumbu berputarnya roda dakwah. Anggota tim inti berasal dari orang-orang yang peduli dan ingin melakukan dakwah denagan perngorbanan maksimal. Pada kondisi dimana LDK belum ada, mungkin akan sulit untuk menemukan banyak orang yang mau berpikir tentang dakwah. Adanya tim inti yang kecil ini diharapkan bisa memudahkan langkah awal dalam menyusun rencana dakwah.Komposisi dari tim ini sebetulnya bebas jumlahnya, akan tetapi sebisa mungkin diusahakan sesuai dengan komposisi mahasiswa di sebuah kampus. Sebutlah di ITB yang didominasi oleh pria, jumlah tim inti LDK kami adalah 3 ikhwan dan 2 akhawat. Pada kampus lain yang jumlah perempuannya lebih banyak, bisa jadi komposisi tim inti ini terdiri dari 2 ikhwan dan 3 akhawat. Selain mempertimbangkan jumlah, anggota tim inti diharapkan juga bisa mewakili kompetensi-kompetensi tertentu. Sebutlah di tim ini ada seorang yang ahli manajemen, ada seorang yang ahli Al Qur’an, ada yang ahli dalam berdiplomasi dan sebagainya. Komposisi berdasarkan karakter juga perlu diperhatikan. Menurut buku “Personality Plus”, ada empat tipikal manusia, yaitu koleris, melankolis, sanguinis, dan plegmatis. Jika memungkinkan, komposisi tim inti sebaiknya terdiri dari orang-orang yang berbeda karakter agar keseimbangan dan dinamisasi pemikiran dan kebijakan bisa berjalan.Setelah tim inti ada dan telah aktif baik pembinaan maupun konsolidasi dakwahnya, tim ini perlu melebarkan sayapnya dengan menghimpun orang-orang yang sekiranya mau bergabung dengan barisan dakwah. Saya sering menyebutnya dengan istilah “Ring Dua”. Ring Dua ini adalah orang-orang yang akan mendukung pergerakan dakwah kita di kampus. Karena dakwah ini masih dalam tahap awal dan belum stabil, namun diyakini akan terus bergerak ke depan, maka Ring Dua dari barisan dakwah ini perlulah terdiri dari orang-orang yang memiliki keahlian tertentu. Sebagaimana di zaman Rasulullah, dalam barisan beliau ada seorang ahli perang seperti Hamzah bin Abdul Muthalib, ada seorang pemimpin ulung sekaliber Umar bin Khattab, ada seorang yang cerdas seperti Ali bin Abi Thalib, dan ada seorang yang kaya raya seperti Mushaf bin Umair. Dalam konteks saat ini, kita perlu orang yang pandai berorganisasi, cerdas dan berwawasan, berbakat seni dan desain, dan menguasai softskill lainnya. Selain kompetensi, diperlukan juga adanya orang-orang yang berpengaruh di dalam barisan dakwah ini. Pada zaman Rasulullah, Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah seseorang yang ternama, Utsman bin Affan adalah seseorang yang dikenal khalayak luas, dan Khalid bin Walid adalah seorang jendral besar. Orang-orang yang berpengaruh ini akan menguatkan barisan dakwah kita. Pengaruh yang mereka miliki akan bisa menarik simpatisan objek dakwah yang lain. Selain menyiapkan Ring Dua, kita juga perlu mendefinisikan orang-orang yang sekiranya simpatik dengan apa yang kita lakukan. Maksud dari simpatik ini adalah mendukung kegiatan kita, akan tetapi masih belum bersedia aktif. Dakwah juga membutuhkan orang-orang yang siap mendukung agenda dakwah kita, minimal dengan menghadiri agenda yang kita adakan. Tahap EksistensiPada tahap ini barisan kader dakwah mulai menunjukkan keberadaanya di kampus agar bisa mendapat dukungan dari banyak pihak untuk memudahkan legalisasi LDK, ada dua cara yang bisa kita lakukan. Pertama, sebagai teladan di kampus. Teladan dan idola dalam banyak hal. Biasanya yang mudah untuk dilakukan adalah menjadi teladan di bidang akademik dengan menunjukkan bahwa kita bisa berprestasi dengan IP yang sangat memuaskan. Dapat juga dengan prestasi memenangi kompetisi yang bergengsi, atau berprestasi di bidang olahraga. Dengan banyaknya teladan serta prestasi yang dilakukan, gerak dakwah ke depannya akan menjadi lebih mudah karena citra positif dan inklusif dapat dibentuk dengan memanfaatkan kader kita sebagai marketer dakwah kita.Kedua, melalui agenda agenda kecil dan medioker yang bersifat rutin. Hal yang paling mudah adalah menyelenggarakan kajian atau ta’lim serta membuat media cetak seperti buletin atau mading. Agenda yang dilakukan adalah agenda yang tidak memerlukan legalisasi dari kampus sehingga kita bebas melaksanakannya dengen leluasa. Dengan agenda rutin ini massa kampus yang juga adalah objek dakwah kita akan menyadari bahwa ada sekelompok orang yang peduli dengan Islam di sekitarnya. Dengan kedua metode pendekatan di atas, diharapkan kelompok barisan dakwah kita bisa mulai dikenal dengan citra positif tentunya, sehingga ketika tahap legalisasi melalui birokasi dimulai, kita sudah bisa mendapatkan dukungan dari banyak orang.“Islam Minhaj At-taghyiir. Secara makro, eksistensi dakwah Islam senantiasa bersentuhan dengan realitas sosio-kultural yang melingkupinya. Ini berperan sangat signifikan terhadap lingkungan masyarakatnya, yakni memberikan dasar filosofis, arah, dorongan dan pedoman perubahan masyarakat sampai terwujudnya realitas sosial yang baru dan sangat maju di zamannya. Fenomena inilah yang secara faktual pernah diaktualisasikan oleh Nabi Muhammad saw.”Didin HafidhuddinTahap BirokrasiSecara umum ada dua pendekatan yang perlu dilakukan dalam tahap akhir (legalisasi birokrasi), yakni pendekatan terhadap birokrasi kampus dan birokrasi mahasiswa. Pada beberapa kampus, diperlukan legalisasi kampus untuk mengesahkan sebuah LDK. Sedangkan pada kampus lain cukup hanya dengan legalisasi dari badan legislatif mahasiswa sudah bisa mengesahkan sebuah LDK. Pada bagian ini akan saya coba paparkan mengenai keduanya.Pendekatan terhadap birokrasi kampusBirokrasi kampus yang dimaksud di sini adalah pihak yang berwenang dalam menentukan kebijakan terkait urusan kemahasiswaan. Pendekatan pertama yang perlu dilakukan adalah melalui dosen. Dosen diperlukan sebagai pembina dari sebuah LDK. Walaupun sebuah LDK belum legal, kita juga memerlukan keberadaan dosen pembimbing dengan harapan bisa menjadi pendukung aktivitas LDK kita di kalangan dosen lainnya. Dosen bisa memberikan dukungan moril kepada LDK, yang tentunya sangat diharapkan. Selain itu, dosen juga bisa memberikan kita tips terkait apa yang perlu dilakukan untuk melegalkan dan memajukan LDK. Semakin banyak dosen yang terlibat akan semakin baik untuk perjungan kita. Pendekatan selanjutnya adalah kepada wakil rektor bidang kemahasiswaan. Biasanya wakil rektor bidang kemahasiswaan adalah pengambil kebijakan dalam hal yang berhubungan dengan kegiatan mahasiswa. Pendekatan kepada beliau adalah langkah strategis yang perlu dilakukan. Yakinkan beliau bahwa adanya lembaga dakwah di kampus adalah sebuah hal yang positif. Ada beberapa trik yang bisa kita gunakan untuk melakukan pendekatan ke pihak birokrasi kampus ini, antara lain:Silaturahim dan diskusi. Kunjungilah beliau dalam rangka memberikan gambaran tentang pemikiran kita. Perlu juga bagi kita untuk memahami bagaimana pola pikir seorang dosen atau pihak birokrat kampus lainnya sehingga kita bisa merencanakan langkah-langkah pendekatan selanjutnya sesuai dengan pola pikir merekaMelibatkan dalam agenda kita. Melibatkan dalam hal ini, tidak hanya sebatas sebagai peserta, akan tetapi juga sebagai pemateri atau pengisi dari agenda yang kita adakan. Dengan mengikuti agenda kita, harapannya beliau bisa memperoleh manfaat serta merasakan rasa memiliki barisan dakwah kitaMenunjukkan data dan fakta. Dalam kampus yang serba ilmiah, diperlukan data penunjang yang bisa meyakinkan pihak birokrat bahwa kampus kita butuh LDK. Data pendukung ini bisa berupa survei, seperti survei tingkat ketepatan shalat wajib mahasiswa, angka moralitas mahasiswa, dan sebagainya. Data yang valid, akan memudahkan proses diplomasi kita dalam melegalkan LDK.Melalui pendekatan ke birokrasi ini diharapkan pemegang kebijakan di kampus bisa melegalkan LDK dan memberikan fasilitas yang layak serta dukungan moril dan materil.Pendekatan terhadap birokrasi mahasiswaSelain pendekatan ke birokrasi kampus, diperlukan juga pendekatan ke birokasi mahasiswa. Yang dimaksud dalam hal ini adalah senat mahasiswa atau kongres mahasiswa, yang berada di posisi legislatif dalam organisasi kemahasiswaan. Pendekatan ke badan legislatif mahasiswa ini membutuhkan proses yang tidak bisa dipastikan karena terkadang sangat bergantung pada siapa yang berada di posisi legislatif tersebut. Pada dasarnya mekanisme diskusilah yang dapat dijalankan. Biasanya legalisasi ini bisa dilakukan melalui sidang kongres mahasiswa. Oleh karena itu kita juga perlu bersilaturahim dengan seluruh anggota kongres mahasiswa, serta ketua-ketua organisasi mahasiswa lainnnya, agar apa yang kita perjuangankan dapat memperoleh dukungan dari mereka.Tahap Penyesuaian BentukTahap terakhir setelah LDK dilegalkan baik melalui birokrasi kampus maupun birokrasi mahasiswa, kita perlu menentukan bentuk LDK yang sesuai. Ada beberapa bentuk LDK yang pernah saya amati ada di Indonesia.Pertama, LDK sebagai unit kegiatan mahasiswa, yang berupa unit kerohanian. Ini adalah bentuk yang ideal dan paling diharapkan bisa terbentuk di kampus. Contohnya seperti LDK GAMAIS ITB, SALAM UI dan Al Hurriyah IPB. Kedua, LDK dengan bentuk Dewan Kesejahteraan Masjid. Bentuklah LDK seperti ini jika ternyata sudah ada LDK lain di kampus, atau pihak birokrasi ternyata tidak setuju dengan dibentuknya LDK. Contohnya DKM UNPAD dan Jamaah Masjid Manarul Ilmi UNAIR.Ketiga, LDK berada di bawah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). LDK ini berada di bawah Departemen Kerohanian di BEM. Keempat, LDK berada di bawah kongres mahasiswa atau legislatif mahasiswa, di bawah Komisi Ketuhanan Yang Maha Esa.Kelima, jika ternyata sudah ada LDK lain yang kuat, pergerakan dakwah ini bisa dengan membangun basis lembaga dakwah di fakultas, dengan bentuk LDF. Perlu disadari bahwa massa real yang ada di kampus berada di fakultas, sehingga dengan adanya lembaga di fakultas ini daya rangkul kader kita akan lebih optimal. Contohnya seperti FKDF UNPAD.Keenam, jika ternyata di kampus sudah ada LDK lain, yang mungkin kurang begitu aktif, dan pihak birokrat kampus tidak mengizinkan adanya LDK lagi, maka proses infiltrasi ke LDK yang sudah ada menjadi pilihan. Dengan basis massa yang sudah kuat dan setia, kader kita bisa saja secara bertahap mengisi pos-pos yang ada di LDK tersebut hingga suatu saat posisi ketua beserta jajaran tim inti LDK tersebut diisi oleh kader kita yang punya pemikiran dan gerak dakwah yang sesuai. Memang butuh waktu lama, akan tetapi pola ini lebih “cantik” dan “apik” dibandingkan pola lainnya. Contohnya ada pada LDK UNHAS.Pada kondisi bisa memilih, bentuk LDK sebagai unit kegiatan mahasiswa merupakan bentuk yang telah terbukti ideal. Akan tetapi pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk memilih, maka sebetulnya tidak jadi masalah bagaimana posisi atau bentuk LDK kita. Tinggal bagaimana nanti kita bisa mengoptimalkan peran LDK sebaik mungkin agar fungsinya dalam melayani kebutuhan mahasiswa dapat terus berjalan.Kebutuhan untuk melegalkan LDK menjadi sebuah kebutuhan untuk membuat gerak dakwah menjadi legal, formal, dan wajar. Selain itu dengan legalnya lembaga dakwah akan memberikan sebuah keyakinan kepada objek dakwah bahwa lembaga dakwah di kampus adalah wadah yang aman dan tepat sebagai tempat pengembangan diri dan meningkatkan pemahaman keislaman . Menentukan waktu yang tepat untuk melegalkan lembaga dakwah juga perlu dipertimbangkan. Sebagaimana Rasulullah saat membangun dakwah Islam, yang mana beliau baru membuat institusi dakwah saat Islam sudah hijrah ke Madinah. Di sana pulalah lembaga atau institusi Islam dalam bentuk negara dibangun oleh Rasulullah.Seperti yang dikisahkan dalam sejarah, sejak adanya legalisasi kelembagaan Islam, ekspansi Islam berkembang pesat sehingga dapat menginspirasi masyarakat luas tidak hanya di jazirah Arab, tetapi juga wilayah Eropa, Afrika dan Asia. Dengan adanya institusi legal, gerakan dakwah dapat lebih bebas dan dipercayai masyarakat.Untuk itulah aktivis dakwah di kampus perlu menyiapkan waktu yang tepat untuk melegalkan lembaga dakwahnya. Dengan persiapan yang matang dan strategi yang tepat, dakwah kampus akan memiliki posisi tersendiri dalam membangun opini ketinggian Islam di kampus. BAB 5SINERGISME INTERNALLEMBAGA DAKWAH KAMPUSSeiring berjalannya waktu, proses perkembangan dakwah terus berlanjut. Dalam perkembangannya, sering kali kita melihat bahwa LDK tidak bisa menampung seluruh kader dakwah yang ada dan menyentuh massa kampus secara langsung. Pada kondisi saat kedua hal ini terjadi, sering kali timbul stagnansi dakwah yang berakibat pada lemahnya proses dinamisasi dakwah ke arah yang lebih baik. Hakikatnya memang dakwah ini bisa menyentuh semua lapisan masyarakat kampus. Bahkan LDK pun seharusnya bisa memahami dengan baik bagaimana ciri dan kebutuhan objek dakwah yang dihadapi. Di sinilah tantangan yang pernah GAMAIS hadapi sekitar dua tahun silam. Kemapanan LDK tidak didukung dengan kekuatan dan sinergisme dari lembaga dakwah program studi terhadap lembaga dakwah pusat.Rencana perubahan pun digulirkan dengan tema “Revitalisasi Struktur Lembaga Dakwah Kampus”. Analogi yang kami gunakan saat itu adalah dakwah itu adalah perang. Dengan hanya mengandalkan lembaga dakwah pusat kita menggunakan satu bom atom. Dampaknya adalah ada yang mati dan banyak yang luka-luka. Sedangkan dengan adanya lembaga dakwah di wilayah (program studi dan fakultas) kita bisa menembak musuh dari jarak dekat cukup dengan menggunakan senjata yang sederhana.Oleh karena itu, kami memikirkan bagaimana agar dakwah yang dilakukan bisa berbasis di program studi yang notabene lebih dekat dengan massa kampus. Tambahan lagi, dengan berbasis di program studi kita bisa mengenal lebih dalam karakteristik objek dakwah kita. Namun segala hal ini perlu disinergikan dengan agenda dakwah di LDK. Maka muncullah istilah LDP-LDF-LDPS yakni: Lembaga Dakwah Pusat, Lembaga Dakwah Fakultas dan Lembaga Dakwah Program Studi. Ketiga elemen ini adalah sebuah kesatuan yang disebut dengan LDK atau Lembaga Dakwah Kampus.Sistematika pembagian yang dilakukan adalah: LDP sebagai sebuah lembaga dakwah yang mencakupi keseluruhan kampus; LDF sebagai sebuah lembaga dakwah yang mencakupi fakultas; LDPS sebagai sebuah lembaga dakwah yang mencakupi program studi atau jurusan. Dengan adanya pembagian dakwah yang jelas serta sinergisme gerak di dalamnya, agenda dakwah ini dapat lebih mengena sasaran dan pada akhirnya sesuai dengan tujuan. Pengembangan Lembaga Dakwah WilayahPada proses pengembangan dakwah wilayah (LDF dan LDPS) dibutuhkan langkah dakwah yang jelas dan terstruktur. Peran LDP sebagai core aktivitas dakwah perlu dilakukan dalam rangka mewujudkan keseimbangan pengembangan dakwah wilayah. Dalam konteks pengembangan dakwah wilayah ini, saya akan menggunakan konsep community development dengan berbasiskan community capacity building, yakni pengembangan komunitas berbasis pembangunan kapasitas komunitas. Dalam Teori Community Development ada empat strategi utama yang bisa dilakukan untuk pengembangan dakwah wilayah, yakni: Pengembangan Kepemimpinan Pengembangan kepemimpinan berfokus pada keahlian, komitmen, keikutsertaan, dan keefektifan individu dalam proses pengembangan komunitas. Pada strategi ini kita mencoba membentuk kepemimpinan di fakultas dan program studi yang kuat dan berpengaruh. Dengan adanya pemimpin yang kuat dan dalam jumlah yang banyak, sebuah komunitas akan punya kekuatan lebih untuk berkembang ke depannya. Strategi ini bisa dengan membentuk pemimpin yang berasal dari fakultas atau program studi, atau dengan menyuplai kader dari LDP yang pemahaman Islam dan dakwahnya telah terbentuk.Pengembangan OrganisasiPengembangan organisasi bertujuan agar komunitas dapat bekerja dengan lebih baik atau bekerja dengan aturan yang baru. Komunitas dalam konteks ini adalah kumpulan para aktivis dakwah di sebuah program studi atau fakultas. Proses pengembangan organisasi ini bisa diartikan sebagai pendirian sebuah lembaga dakwah. Dengan adanya lembaga yang formal dan legal, aktivitas dakwah akan lebih mudah dilakukan. Bentuk dari lembaga dakwah ini bisa bermacam-macam, sebuah LDF bisa saja berada di bawah senat mahasiswa fakultas, atau berada langsung dibawah koordinasi LDP. Sedangkan LDPS biasanya berada di bawah koordinasi LDF, atau dalam beberapa kasus, inheren dengan himpunan mahasiswa program studi. Dalam membangun sinergisme dakwah yang terpenting adalah pola dan struktur terkoordinasi dengan LDP. Pada kampus ITB, LDF dan LDPS berada dalam satu panji dakwah GAMAIS ITB.Menata Komunitas Strategi ketiga adalah dengan menata potensi dari individu yang ada dalam sebuah wadah LDK agar gerak dakwah lebih terarah serta setiap individu mampu mengaktualisasikan potensinya dengan baik untuk dakwah kampus. Setelah sebuah lembaga dakwah didirikan, barulah lembaga dakwah bisa melakukan aktivitas dakwah ke para objek dakwah supaya bisa lebih mengenal Islam. Dalam tahapan ini, komunitas yang dikembangkan tidak hanya sebatas komunitas para aktivis dakwah Islam, melainkan juga sampai pada tahapan pengembangan massa fakultas dan program studi.Kolaborasi antar-Organisasi Strategi terakhir ini bertujuan untuk membangun infrastruktur komunitas yang meliputi pengembangan hubungan dan kerjasama dalam level organisasi. Tahap ini merupakan tahap lanjut dalam proses pengembangan dakwah wilayah. Lembaga dakwah diharapkan sudah memiliki legitimasi di masyarakat kampus yang menjadi tanggung jawabnya, dan mulai mengibarkan sayap dakwahnya ke luar fakultas atau program studi. Bentuk aplikasi dari tahap ini adalah adanya hubungan dan koordinasi antara LDF dan LDPS yang dikomandoi oleh LDP. Dengan adanya gerak yang sinergis dan harmonis antara lembaga dakwah ini, pergerakan dakwah akan jadi lebih kuat dan tujuan dakwah akan lebih mudah tercapai.Empat strategi di atas adalah sebuah tahapan umum dalam membangun dakwah fakultas dan program studi. Penjelasan ini diharapkan bisa dipahami bagi LDK yang ingin membangun LDF dan LDPS dengan kondisi telah ada LDP terlebih dahulu. Pengoptimalan Peran Lembaga Dakwah PusatSetelah kita memahami bagaimana pengembangan dakwah wilayah, saya akan mencoba menjelaskan bagaimana LDP dapat berperan dalam pendirian dan penguatan LDF dan LDPS. Pada Teori Community Capacity Building, untuk membangun sebuah komunitas ada tiga hal yang bisa dilakukan oleh organisasi eksternal dari komunitas tersebut. Dalam kasus ini artinya adalah bagaimana kita bisa mengoptimalkan peran LDP terhadap pembangunan komunitas LDF dan LDPS.Tiga strategi yang bisa dilakukan adalah:Technical assistant atau pendampingan. Metode yang paling sering dilakukan dan masih dilakukan oleh hampir semua LDK yang memiliki LDF, yakni pendampingan dengan berbasis penyelesaian masalah. Cara ini sebetulnya tetap memaksimalkan peran internal fakultas atau program studi, akan tetapi jika menemui masalah LDP dituntut untuk cepat tanggap memberikan solusi atas kendala yang dihadapi di lapangan. Proses pendampingan ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, mengenal medan dakwah, dan mendorong pihak internal fakultas untuk menyelesaikan masalah secara mandiri dengan dukungan dari pihak LDP. Sebagai contoh, sebuah LDF mengalami kendala dari segi supply mentor untuk mengisi mentoring di fakultasnya. Maka, LDK diharapkan bisa berkoordinasi dengan LDF lain yang memiliki jumlah mentor lebih banyak untuk diamanahkan mengisi di LDF yang kekurangan mentor.Self-help atau mandiri. Cara ini lebih mengandalkan kemandirian dan potensi lokal dari kader di fakultas dan program studi. Karena memang pada dasarnya kader di sebuah fakultas lebih memahami kondisi medan dakwah di fakultasnya, tentunya diharapkan mereka bisa membuat strategi dakwah yang lebih tepat dan sesuai sasaran. Fungsi LDP dalam strategi ini adalah membangun basis kepemimpinan yang kuat di fakultas tersebut dan memberikan arahan berupa koridor serta standar ideal bagi LDF dan LDPS. Advokasi.Advokasi merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh LDP untuk membangun LDF dan LDPS dengan lebih mengedepakan proses hukum. Biasanya hal ini dibutuhkan pada proses legalisasi dan legitimasi LDF dan LDPS. Kita harus bisa mendukung dan memberikan alasan kuat yang bisa meyakinkan bahwa sebuah LDF bisa terbentuk. Cara paling sederhana untuk memberikan kekuatan hukum legal formal kepada LDF dan LDPS adalah dengan menempatkan mereka sebagai bagian dari LDK sehingga kekuatan payung hukum LDF dan LDPS bisa ditanggung oleh LDK.Jika digambarkan dalam bentuk matriks, hubungan antara Teori Community Development dan Community Capacity Building adalah sebagai berikut:Pengembangan KepemimpinanPembangunan OrganisasiPenataan KomunitasKolaborasi antar-OrganisasiPendampinganMemberikan pelatihan kepemimpinanMenyuplai sistem pendukung organisasi seperti dana dan jaringanMenyuplai kebutuhan dakwah LDF seperti suplai mentorSinergisme LDF dengan memfasilitasi dalam bentuk forum rutin LDFMandiriMenjadi tokoh penting/teladan dalam fakultas atau program studiMembangun basis kader inti dan massa simpatisanMembuat mekanisme dakwah yang sesuai dengan kebutuhan objek dakwah di fakultas atau program studiMenjalin silahturahim rutin atau studi banding antara lembaga dakwahAdvokasiMenyuplai kader dari luar fakultas atau program studi untuk terlibat langsung dengan aktivitas dakwah di fakultas atau program studiMemberikan dukungan berupa bantuan hukum untuk melegalkan LDF atau LDPS dengan bantuan lobi ke pihak terkaitAdanya bimbingan berupa konsultasi pola manajemen dakwah yang baikDukungan berupa legitimasi LDF/LDPS, dengan itu mereka bisa melakukan hubungan dengan lembaga lain dengan bebasSinergisme Dakwah KampusSetelah semua fakultas memiliki LDF dan semua program studi memilki LDPS-nya masing-masing, maka selanjutnya dimulailah tahap sinergisme dakwah. Pada dasarnya saya menawarkan dua cara yang perlu dilakukan dalam waktu bersamaan, yakni kesamaan pedoman dakwah dan pola hubungan antar lembaga. Menurut hemat saya, dua hal ini perlu dipahami bersama agar dapat memberikan hasil yang optimal bagi dakwah kita.Kesamaan Pedoman DakwahSebuah organisasi membutuhkan suatu pedoman dalam bergerak, apalagi bagi organisasi gabungan seperti lembaga dakwah kampus ini. Agar bisa sinergis dengan LDF dan LDPS, LDP perlu membuat pedoman atau kesepakatakan bersama yang terangkum dalam suatu pedoman lembaga dakwah kampus. Pedoman ini berisikan nilai, norma dan kesepakatan yang dibuat bersama dalam menjalankan dakwah. Selain itu pedoman dakwah ini harus berisikan pula tujuan dan visi dakwah ke depan disertai dengan tahap-tahap pencapaiannya yang didukung dengan parameter keberhasilan yang jelas. Dengan adanya pedoman yang jelas para kader di semua wilayah dakwah kampus akan memiliki orientasi gerak yang jelas dan memahami apa yang perlu dilakukan. Dengan demikian, dalam kondisi apapun semua kader akan berpikir untuk memenuhi tujuan dan visi yang diharapkan oleh LDK. GAMAIS ITB membuat pedoman dakwah dengan mengadakan rapat kerja selama satu pekan dan menghasilkan sebuah visi bersama yang telah terinternalisasi pada diri kader, yakni: Satu keluarga menjadi model LDK nasional berbasis pembinaan dan kompetensi melingkupi seluruh sayap dakwah menuju Indonesia Islami.Pola Hubungan antarlembagaPola koordinasi dan komando dakwah diharapkan bisa dibentuk agar agenda dakwah dapat berjalan bersama dengan memperhatikan keseimbangan potensi antara lembaga dakwah pusat dan wilayah. Pada hubungan hirarkinya, hal ini bisa dilihat sebagai berikut: Lembaga Dakwah Tingkat Kampus (Pusat)Lembaga Dakwah Tingkat Fakultas (Wilayah)Lembaga Dakwah Tingkat Program Studi (Komunitas)Lembaga Dakwah Kampus (LDK)Secara garis besar bisa kita lihat bahwa ada dua hubungan, yaitu: 1) LDP mengkoordinasikan LDF, dan 2) LDF mengkoordinasikan LDPS. Dalam kondisi ini saya mengusulkan agar dibentuk sebuah forum rutin antara pimpinan lembaga dakwah. Bentuk forum ini secara teknis bebas, akan tetapi mempunyai satu tujuan yakni agar orientasi dakwah tetap sama dan suhu dakwah selalu baik. GAMAIS ITB menggunakan konsep musyawarah pimpinan dan forum bidang sebagai sebuah pola koordinasi rutin. Sinergisme lembaga dakwah kampus perlu dilakukan melalui beberapa pendekatan. Misalnya, pertama, pendekatan melalui pimpinan tertinggi yakni ketua LDK dan ketua LDF untuk menentukan kebijakan strategis, dan kedua, pendekatan sinergisme pada pimpinan sektor untuk membahas hal strategis-teknis serta melalui tim ad hoc kepanitiaan untuk kepantiaan besar seperti penyambutan mahasiswa baru dan event bulan Ramadhan di kampus. Musyawarah Pimpinan, adalah sebuah musyawarah yang mempertemukan semua ketua lembaga dakwah dalam satu forum. Forum ini diadakan setiap bulan. Musyawarah pimpinan merupakan forum formal untuk pengambilan keputusan tertinggi di GAMAIS ITB. Yang menghadiri forum ini adalah kepala LDK GAMAIS, kepala LDF dan kepala LDPS.Tim Ad Hoc Kepanitiaan, adalah bentuk koordinasi sementara untuk setiap kepanitiaan gabungan. Misalkan seperti penyambutan mahasiswa baru dan kegiatan syiar Ramadhan. Dibutuhkan tim Ad Hoc kepanitiaan pada setiap skala lembaga dakwah agar setiap langkah dapat berjalan sinergis sehingga terbentuk suatu harmonisasi dalam gerak dakwah yang dilakukan. Adanya gelombang arus dakwah yang saling bersinergi memang sangat penting untuk kegiatan sejenis ini.Forum sektor dakwah merupakan sebuah forum rutin yang dilaksanakan setiap dua pekan sekali oleh sektor dakwah yang ada. GAMAIS ITB mengenal enam sektor dakwah, yakni: internal, jaringan, syiar dan pelayanan kampus, dana, annisaa, dan akademik profesi. Setiap dua pekan sekali ketua sektor di LDP bertemu dengan seluruh ketua bidang dakwah yang sejenis di LDF dan LDPS. Dengan bentuk koordinasi seperti ini, semua masalah yang ditemukan di sektor dakwah yang ada di kampus bisa terselesaikan dengan cepat dan solutif. Tentunya rentang waktu pertemuan bisa disesuaikan dengan kesepakatan masing-masing LDK. Pembagian Peran antara Pusat dan WilayahBerikut merupakan contoh bagaimana pembagian lingkup kerja antara lembaga dakwah pusat (LDP) dan wilayah (LDF dan LDPS). Semua ini perlu disinergikan dengan baik dengan komitmen bersama antara para kader dakwah di keseluruhan LDK. Hal yang paling sederhana dalam pembagian antara pusat dan wilayah adalah bagaimana menjadikan lembaga dakwah pusat sebagai penjaga kualitas kaderisasi, sehingga kapasitas kader dakwah di semua lini baik. Dengan demikian lembaga dakwah wilayah bisa fokus pada syiar yang bersifat lokal. Pembagian Peran Antara LDP, LDF,dan LDPS di GAMAIS ITBLDPLDFLDPSLingkup KerjaKampus, lokal, regional, nasional, dan internasionalFakultas baik di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasionalUntuk LDF yang tidak memiliki LDPS, lingkup program studi dihandle oleh LDF ybsProgram studi baik di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasionalPeranWajah LDKElemen LDK di tingkat fakultas/sekolahElemen LDK di tingkat program studiLDPLDFLDPSFungsiMengelola dakwah di lingkup kerjanyaPusat koordinasi semua elemen LDKMengelola dakwah di lingkup kerjanyaMengelola dakwah di lingkup kerjanyaObjekKhusus:Civitas akademika kampus lintas fakultas/ sekolah dan program studi di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasionalUmum:Masyarakat umum di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasionalKhusus:Civitas akademika satu fakultas di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasionalUmum:Civitas akademika kampus lintas fakultas/ sekolah dan program studi di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasionalMasyarakat umum di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasionalKhusus:Civitas akademika satu program studi di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasionalUmum:Civitas akademika kampus lintas fakultas/ sekolah dan program studi di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasionalMasyarakat umum di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasionalLDPLDFLDPSKekhasanHeterogenRepresentasi LDK di kampusDakwah fakultasKental akan keilmuan dan keprofesianKulturalPotensiJaringan yang luasMulti kompetensiMassa yang banyakKesamaan kultur objek dalam lingkup fakultas/ sekolahMemiliki posisi yang strategis untuk dakwah di tingkat fakultasKesamaan kultur objek dalam lingkup program studiKedekatan dengan objek dakwahMampu bersinergi dengan himpunanKoordinasi lebih mudahSumber: Pedoman Lembaga Dakwah Kampus GAMAIS ITBDemikianlah sebuah penjelasan mengenai bagaimana kita membangun LDF dan LDPS serta cara membangun sinergi antara LDP-LDF-LDPS. Dengan adanya sinergisme dan harmoni ini diharapkan LDK bisa lebih produktif dalam melayani massa kampus. Dengan sinergisme inilah, gelombang dakwah bisa berkorbar tidak hanya di tingkat kampus, akan tetapi juga bisa terasa hingga ke tiap-tiap bangku kuliah. BAB 6LEMBAGA DAKWAH KAMPUSBERBASIS KOMPETENSIPeran LDK yang semakin luas seiring dengan berjalannya perkembangan dakwah menuntut LDK bergerak secara lebih moderat dan dinamis. Pergerakan dakwah secara konvensional memang perlu diakui masih sangat layak untuk digunakan, tetapi perlu ada pembaharuan gerak dakwah agar LDK tidak jenuh dan dapat terus berinovasi. Sebuah konsep yang kini berkembang adalah LDK berbasis kompetensi. Kompetensi dalam hal ini, tidak lain adalah kekuatan akademik yang didapatkan di bangku kuliah. Pola dakwah berbasis kompetensi bisa berkembang pesat pada skala dakwah yang kecil lingkupnya, yakni lingkup fakultas atau program studi. Jika dikemas dan dirangkai sedemikian rupa, kompetensi ini bisa juga digunakan untuk dakwah skala kampus. Dakwah berbasis kompetensi adalah dakwah yang menggunakan pendekatan dari ilmu yang didapatkan di perkuliahan. Lebih dari itu, pendekatan karakteristik di sebuah fakultas yang lebih homogen menjadi pendekatan yang tepat dan lebih mengena sasaran. Dari penjelasan tersebut, ada dua poin penting yang dapat kita gunakan sebagai metode pendekatan dakwah di kampus, yakni pendekatan ilmu dan pendekatan karakter mahasiswa. Daftar Profil Ideal Kader LDKPertama, pendekatan ilmu untuk dakwah berbasis kompetensi. Berikut saya akan langsung memberikan contoh yang terjadi di kampus ITB.Program Studi Teknik Elektro dan Teknik Informatika membuat sebuah agenda bernama Pesantren Insinyur, yang agenda utamanya adalah hal-hal terkait ilmu yang akan diperoleh di bangku kuliah, seperti programming, bedah CPU, dan sebagainya. Fakultas MIPA ITB membuat agenda paket pembinaan mahasiswa baru dengan branding “Muslim Scientist Institute”. Dengan pendekatan ke-MIPA-an ini mahasiswa akan merasa lebih nyambung, karena materi yang diberikan memang lebih mengarah kepada bagaimana membentuk muslim scientist.Pada Program Studi Teknik Planologi, ada satu kelompok mentoring yang saya bina. di kelompok ini saya mencoba membuat kurikulum khusus mahasiswa Teknik Planologi. Kurikulum tersebut memberikan materi seperti perencanaan diri, peran Islam dalam planologi, bijak dalam mengambil kebijakan, urgensi data (wawasan) dalam kehidupan, dan tema-tema lain yang memang sesuai dengan pola pikir mahasiswa Teknik Planologi. Dalam mentoring ini saya sesekali mengundang dosen untuk mengisi materi tertentu.Pada Fakultas Farmasi, diselenggarakan seminar khusus tentang pengobatan ala Nabi. Dalam seminar ini dijelaskan bagaimana pengobatan zaman Nabi yang masih relevan dengan zaman saat ini, dan dibandingkan pula dengan obat-obatan kimia yang ada saat ini.Lain lagi di Sekolah Bisnis Manajemen, sebuah fakultas yang mempelajari tentang bisnis dan manajemen. Fakultas ini membawa agenda “Talkshow Ekonomi Syariah” dan dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah agenda dakwah yang sangat baik.Hal-hal di atas merupakan sebuah contoh sederhana dari penggunaan pendekatan dakwah dengan basis kompetensi mahasiswa. Selain memberikan kesempatan untuk berdakwah, konsep ini juga memberikan kita kesempatan memahami dan mendalami ilmu yang kita miliki. Cara pendekatan ilmu ini membuat objek dakwah dapat lebih mudah memahami Islam karena sambil mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan materi yang ia dapat di perkuliahan.Pendekatan ilmu sebagai basis dakwah bisa pula diaplikasikan dalam bentuk perangkat pendukung dakwah. Misalnya, kader yang berada di Program Studi Teknik Planologi dan Matematika bisa menerapkan ilmu sampling data dan statistik dalam aktivitas dakwahnya ketika sedang mengumpulkan data.Kader yang berada di Program Studi Teknik Informatika bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat di perkuliahan untuk membuat media dakwah yang high-tech. Seperti database online, sistem autodebet kas LDK, sistem pendeteksi IP kader, dan lain sebagainya. Kader yang berada di Fakultas Seni Rupa dan Desain bisa memanfaatkan bakatnya untuk mendesain media dakwah yang komunikatif. Kader di Desain Interior bisa mendesain bentuk sekretariat kader yang estetis. Kader di Kriya Tekstil bisa mengaplikasikan ilmunya dalam mendesain busana LDK. Di GAMAIS sendiri sedang dibuat desain batik GAMAIS oleh salah satu kader kami.Dalam agenda bakti sosial contohnya, LDK diharapkan tidak menyumbangkan hal-hal yang organisasi lain pun bisa menyumbangnya. Karena LDK berbasis di kampus yang merupakan tempat berhimpunnya mahasiswa, seharusnya bakti sosial yang dilakukan LDK juga berbasis kompetensi, seperti membuat jembatan penghubung dua desa, membuat instalasi air bersih, memberikan alat pengelolaan kotoran hewan menjadi pupuk, pengadaan internet, penyuluhan pengelolaan pertanian, dan lain sebagainya. Masih banyak lagi tentunya ide-ide yang bisa berkembang dari kompetensi yang dimiliki. Semakin banyak kita mendalami ilmu di bangku kuliah, tentunya ide-ide segar lainnya akan bermunculan. Kedua, dakwah kompetensi berbasiskan karakter mahasiswa. Setiap fakultas atau program studi memiliki kekhasannya masing-masing dilihat dari karakter mahasiswanya. LDK bisa menggunakan homogenitas ini sebagai sebuah pendekatan yang tepat untuk berdakwah. Sebagai contoh, mahasiswa di Program Studi Teknik Mesin di dominasi oleh pria, sehingga pendekatan dakwah yang dilakukan harus “cowo banget”, seperti naik gunung, olahraga, atau bermain arung jeram. Mahasiswa di Program Studi Farmasi didominasi oleh perempuan, maka dakwah yang dilakukan bisa dengan kegiatan memasak bersama dan lainnya. Mahasiswa di Teknik Industri dikenal rapi dan elegan, maka dakwah yang dilakukan harus sesuai seperti mengadakan agenda ta’lim di ruang serba guna yang didukung oleh air conditioner. Mahasiswa di Program Studi Teknik Geologi adalah mahasiswa yang keras dan didominasi pula oleh pria. Pendekatan dakwah yang menguras fisik dan keringat bisa jadi tepat untuk program studi ini.Berbagai macam pendekatan yang ada dan sesuai dengan karakter mahasiswa bisa menjadi sebuah cara dakwah yang tepat, oleh karena itu penguatan lembaga dakwah di tingkat fakultas atau program studi menjadi kebutuhan yang tidak bisa dielakkan.Dari kader berbasis kompetensi menuju LDK berbasis kompetensi. Inilah sebuah pola dan paradigma dakwah kampus baru yang akan sesuai di masa yang akan datang. LDK harus mampu beradaptasi secara dini, agar tetap menjadi terdepan dalam dakwah di kampus. Tidak ada sesuatu yang ideal di dunia ini, akan tetapi setidaknya setiap kader dapat menjadi kader yang hampir ideal. Gambar berikut merupakan suatu harapan saya akan bagaimana profil kader LDK yang hampir ideal tersebut. BAB 7INDEPENDENSI FINANSIAL LEMBAGA DAKWAH KAMPUSTeringat sebuah buku tulisan Ustadz Abdullah Gymnastiar yang berjudul “Saya Tidak Ingin Kaya, Tapi Saya Harus Kaya”. Sebuah buku yang banyak menggugah diri saya untuk bisa berpenghasilan lebih dan membuat pola pikir LDK GAMAIS menjadi produktif dalam menghasilkan uang. Dari buku ini yang saya pahami adalah bagaimana seorang muslim harus memiliki kemandirian atau bahkan keberlimpahan finansial, dengan harapan bisa mencukupi kebutuhan dirinya dan membantu umat lainnya. Seorang muslim yang kuat secara finansial tidak akan menyusahkan orang lain. Dengan kekuatan finansial pula diri ini dan Islam akan menjadi indepeden, bebas dari segala intervensi. Dengan menjadi kaya pula kekuatan dakwah akan berkembang dan bisa memberikan pengaruh lebih. Saya teringat sebuah peperangan di zaman Rasulullah yang pastinya membutuhkan banyak biaya, namun hanya dibiayai oleh 2 orang sahabat. Dari kisah ini diindikasikan bahwa Rasulullah dan para sahabat adalah orang-orang kaya raya yang memiliki banyak harta yang bisa digunakan di jalan dakwah. Maka, tidak heran jika pada masa Sayyidina Umar sebagai khalifah, terjadi ekspansi besar-besaran dalam penyebaran Islam.Teringat pula saya pada buku “Financial Revolution” yang ditulis oleh motivator handal, Tung Desem Waringin. Pada pelatihan yang beliau selenggarakan—kebetulan saat itu saya mengikutinya—beliau mengatakan bahwa kaya itu adalah bakat. Saat itu saya langsung bertanya kepada diri saya, “Apakah saya punya bakat kaya?”. Lebih lanjut Mr. Tung (sapaan beliau di luar negeri) mengatakan bahwa bakat orang kaya akan tampak pada kerja keras, etos kerja yang kuat, disiplin serta pola hidup hemat yang dijalankannya. Buktinya dapat kita lihat dari kehidupan di sekitar kita, maupun dari kisah-kisah di buku yang banyak menceritakan kesuksesan yang diperoleh orang-orang kecil karena memiliki sifat-sifat tersebut. Memang kaya adalah bakat. Dalam sebuah LDK pun, bakat kaya ini harus ditanamkan. Dimulai dengan hal yang sederhana tentunya, seperti membuat kader bisa memproduktifkan semua bidang atau departemen di LDK untuk menghasilkan uang. Agenda kaderisasi harus surplus, agenda syiar harus jadi lumbung penghasil dana. Biasakanlah kader agar selalu berorientasi pada profit saat melakukan setiap agenda dakwah. Begitu pula dengan departemen ekonomi atau keuangan yang ada, harus bisa berpikir bagaimana agar aset yang dimiliki bisa dibentuk menjadi mesin uang LDK, bagaimana membangun jiwa entrepreneur pada semua diri kader, atau sekedar bagaimana cara mengoptimalkan penggunaan dana dalam setiap kegiatan. Jangan sampai dengan dana yang ada, kader berpikir untuk memboroskan anggaran. Kader harus hemat. Pikirkan bahwa dengan dana yang cukup harus bisa dihasilkan agenda dakwah yang semarak.Life style kader LDK bisa mengikuti life style para sahabat, sebagaimana Sayyidina Umar yang memiliki perkebunan yang luas, maupun Nabi Muhammad yang aktif berwirausaha. Akan tetapi, kenapa dalam sirah nabawiyah selalu dikisahkan betapa sederhananya kehidupan para sahabat? Atau sabda Rasulullah di sebuah kisah, “Aku tidak bisa tenang tidur hingga semua hartaku hari ini telah aku berikan kepada umat”? Dalam hal inilah terdapat jiwa yang perlu dikembangkan bagi para kader dakwah, yaitu menjadi seoserang yang kaya dengan life style sederhana. Rasulullah berkata demikian dikarenakan ia sudah mempunyai aset yang bisa menjadi mesin uang bagi dirinya, yang terus menghasilkan, dan dapat digunakan kembali untuk berdakwah. Ketika kita meyakini bahwa semua nikmat ini berasal dari Allah, maka kenapa kita harus takut menginfakannnya di jalan Allah?Dalam perkembangan pergerakan dakwah kampus, kekuatan finansial memegang peranan penting terhadap sukses atau gagalnya sebuah agenda dakwah. Sebuah agenda dakwah bisa berjalan dengan baik dikarenakan ada faktor dana. Tidak sedikit pula agenda dakwah gagal karena keterbatasan dana. Maka, dengan ini kita bisa sepakat bahwa LDK butuh dana, dan konsekuensinya adalah LDK harus kaya karena dengan uang inilah gerak dakwah kita bisa semakin masif.Lalu, sebuah pertanyaan muncul, bagaimana cara LDK mencari dana? Dari pengamatan saya keliling Indonesia, saya menilai bahwa LDK saat ini masih mengandalkan sponsorship ke perusahaan untuk penggalangan dana. Jujur, saya kurang sepakat dengan proses pencarian dana yang menggunakan bantuan sponsorship karena selain membunuh jiwa entrepreneur kader, dan membuat LDK menjadi bergantung pada pihak lain, saya berani berkata bahwa peminta bantuan sponsorship ini sama saja dengan “pengemis elit”. Secara fakta kita sama saja dengan meminta-minta, walaupun luarnya dikemas sedemikian rupa sehingga tampak elegan dan profesional. Membiasakan kader meminta ke perusahaan, sama saja dengan menanamkan jiwa event organizer ke dalam diri kader, dan ini adalah pembunuhan karakter seorang muslim. Islam mendidik umatnya untuk menjadi pengusaha, menjadi pedagang. Bukan menjadi peminta-minta atau pengemis. Seharusnya LDK-lah yang menjadi pembagi dan pemberi uang ke pihak lain karena kekuatan finansial yang dimilikinya.Lalu harus bagaimana?Mulailah dengan membuat sistem mesin uang yang produktif. Lalu mulai dengan membangun aset yang bisa menghasilkan uang di masa yang akan datang. Sulit memang, tapi karena sulit itulah maka kita disebut aktivis dakwah kampus. Membangun paradigma business man dimulai dari sebuah kalimat: Uang ada dimana-mana. Memang, uang itu ada dimana-mana, dan segala sesuatu yang kita lihat dan berada di sekililing kita saat ini bisa menjadi penghasil uang. Manusia hidup dengan berbagai masalah, maka mulailah mencari uang untuk LDK dari masalah yang biasa dihadapi oleh mahasiswa di kampus Anda.Misalnya, mahasiswa biasanya malas membaca buku yang tebal-tebal. Mereka lebih senang membaca buku atau catatan yang tipis dan to the point, atau bahkan belajar dengan hanya membaca soal dan pembahasan soal tahun sebelumnya. LDK bila didukung dengan lembaga dakwah program studi (jurusan), bisa membuat bundel soal ujian yang berisikan soal serta pembahasan UTS dan UAS semua mata kuliah tahun-tahun sebelumnya. Dengan ditambah pengemasan yang baik, bisnis ini akan menghasilkan dana yang besar. GAMAIS ITB rutin membuat bundel soal untuk mahasiswa tingkat pertama di ITB (mata kuliah tingkat pertama di ITB sama di hampir semua jurusan). Saat ini bundel soal menjadi salah satu usaha andalan kami dalam menghasilkan uang.Mahasiswa sering kali telat bangun sehingga tidak sempat sarapan sebelum berangkat ke kampus. LDK bisa berjualan sarapan ringan berupa kue dan donat yang bisa dikonsumsi oleh mahasiswa di kelas. Jika jaringan ini berjalan, maka akan dihasilkan dana yang cukup banyak. Sebutlah, di sebuah kampus terdapat 30 kelas. Jika pada satu kelas saja bisa dihasilkan Rp 5.000,00 maka dalam satu hari—dengan satu kali jualan—bisa diperoleh omset sebesar Rp 150.000,00. Jika hal ini diteruskan secara rutin, maka omset yang diperoleh LDK bisa mencapai Rp 3.000.000,00 dengan asumsi berjualan selama 5 hari dalam sepekan. Jangan lupa juga untuk memberi presentase keuntungan untuk para penjual—yang juga kader—supaya kegiatan ini juga bisa menjadi sumber pemasukan buat mereka. Ide bisnis lainnya adalah usaha fotokopi. Mahasiswa banyak pergi ke tukang fotokopi untuk memfotokopi materi kuliah. LDK bisa pula bermain dalam ranah ini. Buatlah suatu kerjasama dengan sebuah usaha fotokopi agar bersedia memberikan harga yang murah, dan kita menjual jasa fotokopi ini ke mahasiswa dengan keuntungan yang sedikit. Sebutlah harga asli fotokopi adalah Rp 55,00 per halaman. Kita bisa menjual ke mahasiswa Rp 70,00 per halaman. Harga tersebut sebetulnya juga masih cukup murah bagi mahasiswa. Mahasiswa juga sering malas membeli pulsa di tempat yang jauh. Mereka ingin bisa mengisi pulsa kapan pun dan di mana pun berada. LDK bisa bermain di ranah ini. Kami di GAMAIS mempunyai agen pulsa di setiap kelas. Keuntungan satu kali transaksi pembelian pulsa dengan nominal berapapun biasanya Rp 2.000,00. Sebutlah kita mempunyai agen di 30 kelas. Setiap kelas terdiri dari 80 orang, dan setengahnya (40 orang) adalah pelanggan kita. Maka LDK akan punya 1200 pelanggan. Dengan asumsi setiap pelanggan melakukan transaksi satu kali satu bulan, maka setiap bulan LDK akan menghasilkan dana Rp 2.400.000,00. ??Contoh produk dana usaha yang dilakukan LDK GAMAIS ITB:Bundel soalIsi ulang pulsaJaket angkatanRental infokusPenjualan buku kuliahPembuatan suvenir LDKPercetakan GAMAIS PRESSDonasi alumniKartu Tanda AnggotaInfaq/iuran rutin kaderKerjasama sponsorshipPenjualan kebutuhan mahasiswa??Besar, bukan?Apalagi bagi LDK yang besar—sebutlah GAMAIS ITB yang punya 600-700 kader aktif—para kadernya bisa diberikan arahan untuk membeli pulsa di counter LDK sehingga keuntungan yang diperoleh pun akan semakin tinggi. Untuk tahap yang lebih advance, LDK bisa bermain dalam pembangunan aset. Contohnya bisnis jasa penyewaan LCD (infokus), memiliki mesin pencetak pin, mesin percetakan konveksi, jasa percetakan publikasi, kedai atau warung (di Universitas Hasanuddin contohnya), penerbitan buku, atau aset-aset lainnya yang bisa jadi mesin penghasil uang. Memang untuk tahap yang advance ini dibutuhkan dana lebih. Akan tetapi jika kader LDK bisa membuat business plan yang baik, saya yakin banyak pihak yang bersedia memberikan modal kepada kita. LDK harus mampu menganalisis dan membuat varian metode untuk menghasilkan uang. Dengan cara seperti ini, jiwa pengusaha bisa dikembangkan di LDK, yang berarti juga mengembangkan “bakat” kaya. Sebagai lembaga kaderisasi, LDK harus mampu membentuk karakter kader yang sesuai dengan kecenderungannya di masa yang akan datang. Saudaraku kader LDK yang disayangi Allah, kekuatan ekonomi saat ini telah menjadi kebutuhan mutlak. LDK harus kaya bukanlah sebuah angan-angan. Saya yakin kita semua bisa. Dimulai dari mengubah paradigma kita dengan pandangan bahwa “uang ada dimana-mana”. Kemudian melihat peluang yang ada di sekitar kita. Kekuatan finansial inilah yang akan membuat LDK independen, mandiri, kuat, dan bisa melebarkan pengaruh dakwah di kampus.BAB 8MENUJU LEMBAGA DAKWAH KAMPUS MANDIRISatu keluarga menjadi model LDK nasional berbasis pembinaan dan kompetensi, melingkupi seluruh sayap dakwah, menuju Indonesia IslamiSebuah kalimat visi dari GAMAIS ITB yang membuat saya bergetar ketika membacanya pertama kali ... Menjadi Model LDK Nasional. Sebuah legitimasi yang tentunya menjadi sebuah amanah tersendiri untuk sebuah LDK. Saya tidak pernah berpikir seperti ini ketika pertama kali bergabung di GAMAIS ITB. Saya hanya berpikir bagaimana GAMAIS ITB bisa melayani masyarakat kampus ITB. Akan tetapi, paradigma saya berubah seketika saat dimintai mengisi pelatihan di kampus lain. Saya melihat bahwa butuh ada LDK yang bisa menjadi kiblat atau prototype LDK nasional, agar LDK lain bisa belajar dan mengetahui tahapan-tahapan yang dilakukan oleh LDK berskala nasional dalam mencapai kemapanan dakwah di kampus. Ketika terpilih menjadi Kepala GAMAIS ITB, saya berpikir bagaimana caranya agar GAMAIS ITB bisa memberikan lebih untuk pembangunan dakwah di LDK lain. Saya pun mulai menggaungkan pemikiran “GAMAIS ITB for Indonesia” dengan banyak men-sharing ide saya mengenai pentingnya perbaikan LDK skala nasional. Saat sedang dalam proses, seorang kawan bertanya pada saya, “Akh Yusuf, GAMAIS sudah siap belum untuk memikirkan kampus lain? Apakah kondisi dakwah di dalam kampus ITB udah stabil?”Pertanyaan ini membuat saya berpikir dan mencoba merumuskan strategi untuk mencapai model LDK skala nasional, tanpa menganggu agenda dakwah saya di ITB. Mulailah saya memikirkannya bersama teman-teman, hingga lagi-lagi kawan saya berkata, “Mungkin tidak akh Yusuf, kalau dakwah di ITB dikendalikan oleh lembaga dakwah fakultas dan lembaga dakwah program studi, sehingga GAMAIS ITB pusat bisa fokus mengkoordinasi LDF dan melayani kampus lain?” Sebuah ide yang akhirnya saya turunkan dalam konsep “Restrukturisasi Lembaga Dakwah Kampus” yang telah saya paparkan pada bab “Sinergisme Lembaga Dakwah Kampus”. Pada bab ini saya akan coba paparkan secara bertahap, apa saja yang harus dipersiapkan untuk menuju LDK mandiri berskala nasional.Syarat Pertama: Keberlanjutan Perkembangan LDKSyarat utama dan pertama dalam eskalasi ini adalah sebuah pembangunan yang berkelanjutan. Dalam dakwah LDK, hal ini ditunjukkan dengan beberapa kriteria, yakni:Tidak ada masalah dalam regenerasi kepemimpinan. Maksudnya setiap suksesi kepengurusan selalu tersedia calon pengganti yang berkualitas,Memilki departemen/divisi yang telah memenuhi semua sektor LDK (kaderisasi, syiar, dana, annisaa, jaringan, dan akademik profesi),Perbandingan jumlah badan pengurus inti—di GAMAIS kami menyebutnya BPH—dengan jumlah kader minimal 1:3 (jika jumlah BPH 15, maka jumlah kader non BPH minimal 45),Keberjalanan program kerja mencapai 70%,Tidak ada masalah keuangan,Kaderisasi LDK berjalan dengan baik dan bisa membentuk banyak kader yang punya karakter pemimpin di LDK. Minimal bisa mencetak 5 kader yang memiliki kapasitas yang setara dengan ketua LDK dalam satu angkatan,Memiliki agenda syiar rutin dengan skala medioker dan agenda syiar eksidental dengan skala masif,Adanya lembaga dakwah fakultas dan/atau lembaga dakwah program studi.Delapan kriteria ini diharapkan bisa dipenuhi sebagai syarat awal. Karena memang tidak mungkin sebuah LDK memikirkan LDK lain, jika LDK tersebut tidak memiliki kemapanan dan kemandirian. Biasanya memang sebuah lembaga yang sudah mapan baru bisa memikirkan rencana yang lebih besar dan jangka panjang. Oleh karena itu, saya mencoba membuat standar yang tinggi agar sebuah LDK tidak terzalimi ketika mulai berbagi ke kampus lain. Syarat Kedua: Penguatan dan Sinergisme Lembaga Dakwah WilayahSyarat kedua yang perlu dipenuhi adalah penguatan dakwah di wilayah (fakultas dan program studi). Gerak dakwah yang diperlukan adalah pengoptimalan setiap lembaga dakwah wilayah, agar mampu memberikan pelayanan yang terbaik untuk perkembangan dakwah di kampus. Lembaga dakwah wilayah diharapkan bisa meyentuh semua massa kampus tanpa terkecuali. Pengembangan dakwah wilayah ini akan sangat berkaitan dengan dakwah berbasiskan kompetensi dan kekhasan objek dakwah. Penguatan ini juga perlu memperhatikan beberapa kriteria yang perlu dipenuhi oleh lembaga dakwah wilayah, antara lain: Regenerasi kader yang baik,Adanya agenda syiar rutin dan eksidental pada skala fakultas dan program studi,Adanya kemandirian kaderisasi dan keuangan,Memiliki basis kader inti yang solid dan militan,Semua ketua LDF dan LDPS bisa terkoordinasikan oleh Lembaga dakwah pusat.Selain adanya penguatan secara internal di LDF dan LDPS, diperlukan pula gerak yang sinergis antara lembaga dakwah wilayah dengan lembaga dakwah pusat. Gerak yang sinergis ini adalah bentuk usaha bersama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Dalam mekanismenya di lapangan, memang sinergisme ini tidak bisa dibentuk sekejap mata. Ada tahapan-tahapan yang perlu dipenuhi seperti kesamaan suhu dakwah, kesamaan tujuan dakwah, rasa saling memahami serta saling menghargai antara LDF dan LDPS. Dengan adanya sinergisme ini, akan terbentuk jalur komando antarlembaga yang membutuhkan kesatuan gerak kader pusat dan wilayah yang kuat. Proses sinergisme ini perlu memenuhi beberapa kriteria, antara lain:Adanya jalur koordinasi dan komando yang jelas antara lembaga dakwah pusat-lembaga dakwah fakultas-lembaga dakwah program studiAdanya pembagian objek dakwah yang telah tersegmentasi dan terpartisi dengan jelas agar tidak terjadi overlapping objek dakwahAdanya sistem kaderisasi terpusat dan terpadu yang bisa menyentuh semua kader baik di pusat maupun wilayahAdanya sistem koordinasi sektoral dakwah yang jelas dan rutinAdanya pembagian kekhasan dan karakter agenda syiar antara lembaga dakwah pusat dan lembaga dakwah wilayahAdanya sistem database terpadu yang bisa diakses oleh kader di semua liniAdanya pertemuan rutin untuk koordinasi antara BPH pusat dan BPH wilayahAdanya temu kader terpusat sebagai wahana untuk mempertemukan seluruh kaderKriteria di atas merupakan tools yang bisa digunakan sebagai sebuah usaha untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dakwah. Sinergi dalam harmoni adalah sebuah tagline yang kami gunakan untuk menggambarkan bagaimana kekuatan dakwah GAMAIS ITB di pusat dan wilayah.Syarat Ketiga: Pembagian Kerja Setelah Lembaga dakwah pusat dan lembaga dakwah wilayah kuat dan saling bersinergi, kita perlu melakukan pembagian kerja di BPH lembaga dakwah pusat agar semua aspek dakwah dapat terfasilitasi. Saya akan berbicara tentang tugas pokok kepala LDK, yakni:Pemimpin seluruh umat muslim di kampus dan sebagai representatif dari LDKPemimpin diplomasi, ekpansi jaringan, dan politik bagi LDKPanglima dakwah untuk semua kader dakwah Pengkoordinir LDF dan LDPSPemimpin Badan Pengurus Harian Lembaga Dakwah Pusat dan memastikan program kerja lembaga dakwah pusat berjalanSecara umum, lima hal inilah yang menjadi tugas pokok dari seorang kepala LDK. Jika hanya dijalankan oleh seorang saja, saya melihat akan terjadi ketidakoptimalan di semua lini. Oleh karena itu, pelaksanaan kelima tugas ini saya pecah hingga diemban oleh tiga orang, sehingga terbentuklah Trisula Kepemimpinan GAMAIS ITB. Pembagian tugas ini saya paparkan sebagai berikut:Kepala GAMAIS ITB Pemimpin seluruh umat muslim di kampus dan sebagai representatif LDKPemimpin diplomasi, ekpansi jaringan dan politik bagi LDKDitempatkan sebagai tokoh mahasiswa skala nasionalSekJen GAMAIS ITBPanglima dakwah untuk semua kader dakwah Mengkoordinasikan LDF dan LDPSKepala Sektor InternalMemimpin Badan Pengurus Harian Lembaga Dakwah Pusat dan memastikan program kerja lembaga dakwah pusat berjalanAdanya pembagian kerja yang jelas, membuat ketiga pemimpin bisa bekerja optimal pada tugas pokoknya masing-masing sehingga tidak ada satu pun rencana kerja yang tidak terperhatikan. Agenda program kerja pun dapat berjalan, LDF dan LDPS kuat dan sinergis, serta agenda pelayanan ke kampus lain pun dapat terfasilitasi.Inilah sebuah gambaran bagaimana LDK bisa bergerak mandiri pada skala nasional dengan berbasiskan kekuatan internal yang kuat. Dengan semakin banyaknya LDK berskala nasional maupun regional di Indonesia, FSLDK akan memilki kutub-kutub perkembangan LDK di Indonesia yang merata. Sebutlah di Sumatera kita sangat berharap UNAND dan UNILA dapat menjadi kutub perkembangan LDK. Pulau Jawa, selain ITB yang mungkin sedang akan fokus pada perbaikan skala nasional, diharapkan UI, IPB, UNDIP, UGM, UNAIR, dan ITS bisa menjadi kutub perkembangan skala regional. Di Kalimantan ada UNMUL yang memiliki kekuatan finansial yang dapat menopang dakwah di sana. Sedangkan di Pulau Sulawesi dan Papua, kita sangat berharap kepada UNHAS dan UNPATI agar bisa menjadi motor dakwah di daerahnya. Ketika banyak kutub-kutub LDK yang bisa menjadi kiblat atau prototipe LDK lain di sekitarnya, diharapkan akan terjadi trickle down effect perkembangan LDK di sebuah wilayah, sehingga harapan kita untuk melakukan gerakan dakwah secara masif dan merata di seluruh kampus di Indonesia dapat menjadi kenyataan. BAB 9MEMBANGUN JARINGANLEMBAGA DAKWAH KAMPUSJaringan merupakan perangkat pendukung dari luar yang bisa menunjang perkembangan LDK. Daya dukung eksternal ini membuat LDK bisa bergerak lebih leluasa dan mengembangkan sayap dakwahnya ke jangkauan yang sebelumnya belum bisa diraih. Seorang individu akan bisa berkembang jika didukung oleh lingkungan. Begitu pula LDK, yang akan bisa berkembang jika didukung oleh berbagai pihak. Dalam konteks membangun kapasitas komunitas—dalam hal ini adalah LDK—perlu adanya dukungan dan bantuan dari pihak eksternal yang serumpun atau sepemahaman dengan komunitas yang dibangun. Dengan adanya dukungan ini, diharapkan komunitas yang ada bisa berkembang, dan bisa mandiri di kemudian hari.7493030480FSLDK (Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus) merupakan jaringan yang beranggotakan LDK se-Indonesia. Sifat keanggotaan FSLDK cukup terbuka, artinya setiap LDK berhak bergabung dengan FSLDK. Hal ini dikarenakan salah satu visi FSLDK adalah mengoptimalkan akselerasi da’wah kampus nasional. Jaringan FSLDK sudah tersebar luas di seluruh nusantara. Mulai dari ujung Sumatera hingga Papua.Saya ingin menekankan bahwa perluasan jaringan LDK bukanlah diadakan untuk mengekspansi dakwah. Perluasan jaringan ini adalah sebuah usaha untuk menguatkan kondisi internal LDK. Adanya jaringan ini bermanfaat pula bagi LDK yang sudah mandiri karena LDK tersebut dapat berperan dengan membagi ilmu serta pengalaman yang dimilikinya dengan komunitas LDK, sehingga LDK lainnya yang bernaung di bawah panji FSLDK bisa berkembang dan tentunya bisa mandiri.Dalam hal ini ada dua kisah yang ingin saya sampaikan. Kisah tentang perbandingan dua LDK yang jauh berbeda kondisinya dalam memanfaatkan jaringan yang ada. Kisah pertama, berasal dari sebuah LDK di pelosok Pulau Sulawesi yang berada di sebuah kampus kecil yang jumlah mahasiswa dan kadernya sedikit. LDK ini baru berdiri sekitar 1?2 tahun lamanya. Perkembangannya pada awalnya cukup lambat karena memang daya dukung internal dan eksternalnya masih kurang. Seiring berjalannya waktu, LDK ini mulai mengenal keberadaan FSLDK. Sejak saat itu mulailah para aktivis LDK ini membuka jaringan dakwahnya. Mereka mulai mengikuti konsolidasi dan mengikuti beberapa pelatihan-pelatihan manajemen LDK. Dalam hal penyediaan mentor mereka juga mendapat dukungan dari LDK lain. Suatu ketika, salah seorang kader dari LDK ini hadir di forum silahturahim nasional di Bandar Lampung. Ia bertemu dengan banyak kader LDK dari seluruh penjuru tanah air. Saya mencoba mengamati kader ini, ia begitu antusias belajar dan berdiskusi dengan para kader LDK lain yang hadir. Ketika bertemu dengan saya pun, ia tampak seperti ingin mengambil semua pemahaman yang saya miliki. Semangat menuntut ilmu dan memperluas relasi menjadi tujuannya datang ke Lampung. Pertemuan kami tidak berlangsung lama. Bisa dikatakan saya kehilangan kontak beliau untuk waktu yang cukup lama. Hingga pada sebuah pagi, ada sebuah sms yang datang ke telepon genggam saya, “Ass.wr.wb. Akh Yusuf apa kabarnya? Gimana keadaan GAMAIS? Masih dahsyat, kah? Alhamdulillah akh, hari ini LDK kami akan mengadakan daurah rekrutmen anggota, insya Allah yang daftar sekitar 50-an orang, doakan ya akh, oh ya, syukron untuk ilmunya”. Pesan seperti ini membuat saya mengucapkan syukur yang amat mendalam, ternyata beliau bisa menjadi pionir dakwah di kampusnya. Kisah kedua, saya akan bercerita tentang LDK kami, GAMAIS ITB. Pada akhir kepengurusan kepala GAMAIS sebelum saya, Tri Aji Nugroho, kami angkatan 2005 GAMAIS yang akan menggantikan kepengurusan sebelumnya melakukan konsolidasi, yang salah satu hasilnya memutuskan bahwa kami akan menyiapkan BPH (Badan Pengurus Harian) GAMAIS sebelum adanya suksesi kepengurusan. Hal tersebut diputuskan dengan asumsi sudah siapnya sistem dan tim BPH. Siapapun yang terpilih sebagai kepala akan kami dukung.Karena segala keterbatasan ilmu yang ada, kami mencoba belajar dari luar kampus ITB. Saat itu wacana yang kami bangun adalah ingin memperkuat basis fakultas dan program studi yang notabene adalah garda terdepan dalam dakwah. Bukan hanya tidak punya lembaga dakwah fakultas, hubungan GAMAIS sebelumnya dengan lembaga dakwah program studi juga tidak erat. Oleh karena itu kami mencoba belajar ke beberapa orang yang kami nilai kampusnya memiliki kekuatan dalam membuat konsep lembaga dakwah fakultas. Kami menghubungi ketua LDK Salam UI, kak Budi, dan ketua Insani UNDIP, kak Raka. Kami coba berdiskusi dan mengambil banyak data dari mereka. Selanjutnya informasi yang kami dapatkan kami bahas di Rapat Angkatan 2005. Rapat ini menghasilkan sebuah pola gerak baru dalam dakwah GAMAIS. Pola dakwah inilah yang saat ini kami gunakan dan ternyata sangat bermanfaat memperkuat kondisi internal kami serta menjadikan kami mampu memberikan kontribusi skala nasional. Gabungan konsep LDK UI dan UNDIP kami satukan menjadi sebuah konsep Post-modern Movement—saya menyebutnya seperti itu—di GAMAIS ITB.Dari dua cerita diatas, bisa saya ambil sebuah pelajaran bahwa kekuatan jaringanlah yang akan membuat sebuah komunitas kuat, baik bagi LDK yang masih muda maupun LDK yang sudah mandiri. Berikutnya saya akan uraikan jaringan apa saja yang perlu dimiliki oleh LDK serta cara membangun dan menjaga jaringan tersebut agar bisa bermanfaat untuk perkembangan LDK.Jaringan Internal LDKDalam jaringan internal kampus terdapat dua elemen utama, yakni pihak lembaga mahasiswa dan pihak birokrasi. Dua elemen ini tentu membutuhkan cara pendekatan yang berbeda. Oleh karena itu kader harus bisa bersikap dan bertindak secara tepat, agar tujuan dari pembangunan jaringan ini bisa tercapai.Lembaga MahasiswaSetiap kampus biasanya memiliki banyak lembaga atau kelompok kegiatan mahasiswa. Sering kita kenal adanya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa, himpunan mahasiswa program studi, dan sebagainya. Setiap lembaga ini memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri. Sebutlah BEM yang kompeten di bidang sosial dan politik, unit kebudayaan yang senantiasa melestarikan kebudayaan tradisional masing-masing daerah, koperasi mahasiswa yang mendidik anggotanya untuk berwirausaha, serta himpunan mahasiswa yang bergerak di bidang keprofesian. LDK dapat menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga mahasiswa tersebut untuk membangun jaringan. Yang perlu dipahami, dalam bekerjasama terdapat suatu kepentingan bersama atau hubungan yang timbal balik. Hal inilah yang menjadi pegangan dasar kita dalam membangun jaringan terutama ke lembaga mahasiswa yang erat dengan hubungan perkawanan dan persahabatannya.Oleh karena itu, untuk menjalin kerjasama dengan lembaga mahasiswa mulailah dengan membentuk suatu kepentingan bersama antara kedua belah pihak. Kepentingan bersama mengarahkan kita kepada sebuah tujuan atau sebuah nilai yang sama-sama disepakati. Sebagai contohnya LDK dapat bekerjasama dengan semua lembaga dakwah agama lain dalam rangka meningkatkan moralitas mahasiswa di kampus. Bisa kita nilai bahwa kepentingan bersama ini bisa melewati batas-batas ideologi yang dianut oleh lembaga yang ada. Contoh lainnya, dalam meningkatkan kesadaran ber-Islam mahasiswa dengan bertema “Kebersihan sebagian dari Iman”, LDK bisa mengadakan kerjasama dengan himpunan mahasiswa teknik lingkungan dan teknik arsitektur dengan mengadakan tempat sampah yang baik serta meningkatkan kesadaran mahasiswa untuk membuang sampah pada tempatnya. Kepentingan bersama ini bisa dibentuk sedemikian rupa mulai dari kepentingan yang kontemporer sampai kepentingan jangka panjang.Dalam hubungan kerjasama akan muncul hubungan timbal-balik yang biasa kita kenal dengan istilah simbiosis. Simbiosis yang boleh dibentuk dalam kerjasama dengan lembaga mahasiswa ini adalah simbiosis mutualisme yang menguntungkan kedua belah pihak, dan simbiosis komensalisme yang menguntungkan hanya satu pihak namun tanpa merugikan pihak lainnya. Untuk hubungan simbiosis mutualisme, sebuah LDK bisa membuat kerjasama dengan unit sosial masyarakat. Misalnya kerjasama untuk program aksi bersama. Unit sosial masyarakat bertugas menyiapkan segala kebutuhan untuk aksi, sedangkan LDK bertugas menyiapkan massa untuk digerakkan. Sedangkan dalam hubungan simbiosis komensalisme, sebisa mungkin usahakan agar kita menjadi pihak yang membuat pihak lain untung, namun kita sendiri tidak mengalami kerugian. Paradigma ini perlu dibangun karena LDK tidak boleh membebani dan merugikan lembaga lain, LDK harus bisa berperan dalam memberi dan melayani. Sebagai contoh, pada kerjasama dalam membangun akhlak anggota di suatu lembaga sosial, LDK dapat berperan sebagai penyuplai pemateri untuk mengisi acara-acara keagamaan di lembaga tersebut. Contoh lainnya, dalam rangka membantu memperkenalkan unit seni yang baru berdiri, LDK bisa berperan dengan memberikan unit tersebut kesempatan untuk tampil di acara yang sedang diselenggarakan.Membangun jaringan di lembaga mahasiswa bisa menjadi langkah awal bagi LDK dalam menguatkan eksistensinya di kampus. Ada sebuah pesan yang sangat menarik dari salah seorang kawan saya, “Massa kampus hanya butuh disapa”. Benar sekali pendapatnya menurut saya. Saya mencoba mengimplementasikannya dengan menyempatkan diri datang ke unit dan himpunan mahasiswa untuk menyapa dan bertemu ketua serta anggotanya sejenak (sekitar 5?10 menit). Saya biasa melakukan hal ini secara rutin sehingga GAMAIS ITB semakin dikenal dan dekat dengan masyarakat kampus yang notabene adalah objek dakwah kami.Birokrat KampusBirokrat kampus yang saya maksud di sini meliputi rektorat kampus berserta jajarannya hingga ke tingkat program studi. Untuk menghadapi para birokrat kampus, kita perlu membangun paradigma bahwa mereka adalah orang tua kita di kampus. Dengan demikian kita perlu bersikap layaknya seorang anak yang patuh kepada orang tua dan mengingatkan mereka ketika mereka salah. Dengan paradigma ini kita akan bisa membangun jaringan melalui pendekatan personal yang berasaskan manfaat.Sebagai langkah awal tentunya dimulai dengan pendekatan personal. Saya terkadang bersilaturahim ke birokrat tanpa sebuah tujuan atau agenda khusus. Saya datang dan berdiskusi saja dengan mereka tentang apapun. Karena kita berasal dari LDK, maka topik pembahasan bisa seputar mahasiswa, moralitas, akademik, atau tentang Agama Islam. Silaturahim tanpa agenda khusus ini diharapkan bisa menimbulkan kedekatan hati dan kepercayaan satu sama lain sehingga ketika LDK melakukan sebuah pengajuan bantuan tertentu di lain waktu, prosesnya dapat menjadi lebih mudah. LDK harus mampu memberikan pandangan kepada semua birokrat kampus bahwa dirinya terpercaya dan bertanggung jawab. Untuk memberikan manfaat yang berkelanjutan, hubungan dengan pihak birokrat kampus harus selalu kita jaga dengan mempertahankan citra positif ini. Jaringan Eksternal LDK Membangun jaringan di luar kampus sangat luas lingkupnya karena pada hakikatnya LDK bisa bebas membuka jaringan kemana saja tergantung kebutuhan yang dimiliki. Bahkan sebetulnya membuka jaringan ke luar kampus tidak perlu berlandaskan kebutuhan kontemporer saja. Ada kalanya dapat kita lakukan dengan tujuan memperluas tali silaturahim. Dalam membangun jaringan keluar kampus, ada satu hal yang perlu dipahami oleh kader dan LDK, yakni sikap profesional. Sikap profesional dibutuhkan karena LDK akan bertemu langsung dengan pihak-pihak yang memiliki kebiasaan yang berbeda sama sekali dengan kebiasaan yang mungkin sudah menjadi karakter dari kader LDK. Kebiasaan positif yang umum perlu disiapkan dengan baik, seperti berpakaian rapi, menghargai waktu, terjadwal dalam melakukan aktivitas, bertanggung jawab terhadap kesepakatan, dan selalu berpikiran terbuka.Saya coba membagi jaringan eksternal kampus ini ke dalam lima bagian yaitu media, perusahaan, tokoh publik, instansi lain, dan FSLDK. Pada bagian selanjutnya akan saya paparkan beberapa tips dan pemanfaatan dari jaringan yang dibangun.MediaMedia merupakan corong opini publik. Medialah yang saat ini menentukan dan membuat sugesti publik. Media bisa mengubah paradigma negatif jadi positif, dan sebaliknya. Pembangunan jaringan ke media dapat dimulai dari media lokal, seperti media cetak lokal, radio lokal, maupun stasiun televisi lokal. Pembangunan jaringan ke media relatif mudah karena pada dasarnya media pun memerlukan berita. Bentuk kerjasama yang bisa dilakukan sangatlah bervariasi. Sebutlah pelatihan jurnalistik, pelatihan media, kerjasama dalam mempromosikan sesuatu, publikasi kegiatan, hingga aktif menulis di media lokal. Contohnya di Kota Banten, media cetak lokalnya kerap kali diramaikan oleh tulisan-tulisan para kader dakwah.PerusahaanMembangun jaringan ke perusahaan biasanya dimulai dari sebuah kegiatan yang membutuhkan dana sponsorship. Terkadang memang butuh momen untuk memulainya. Dalam pendekatan ke perusahaan hal yang perlu dicatat adalah profesionalisme dari kader LDK. Kepercayaan yang diberikan dari perusahaan kepada LDK harus dijaga sebaik mungkin. Dengan menjaga kepercayaan dan hubungan ke perusahaan, LDK akan bisa bekerja sama kembali di waktu yang akan datang. Tokoh PublikTokoh publik ialah orang yang memiliki kompetensi di bidang tertentu dan diakui oleh masyarakat sekitarnya. LDK perlu melakukan pendekatan ke tokoh publik karena selain dapat mengambil ilmu yang dimilikinya, LDK juga bisa memanfaatkan pengaruh tokoh tersebut untuk memperlancar agendanya. Pendekatan yang sering digunakan untuk membangun jaringan tokoh adalah melalui kunjungan langsung.. Mulailah dengan bersilaturahim biasa dan diskusi. Jangan lupa pula untuk memperkenalkan LDK agar tokoh tersebut aware dengan keberadaan LDK kita.Instansi LainnyaInstansi yang dimaksud di sini sangat beraneka ragam. Misalnya LSM, yayasan, lembaga pemerintahan, partai politik, organisasi masyarakat, dan sebagainya. Pendekatan umum dalam membangun jaringan ini dimulai dari dua hal, yakni kunjungan silaturahim dan melakukan agenda bersama seperti baksos atau aksi bersama. Pemanfaatan jaringan ini juga beragam, tergantung dari jenis lembaganya. Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK)FSLDK adalah tempat berhimpunnya LDK seluruh Indonesia. FSLDK yang saat ini dikoordinir oleh PUSKOMNAS (Pusat Komunikasi Nasional) Universitas Airlangga bergerak dalam memajukan gerak dakwah seluruh LDK se-Indonesia dengan harapan agar kualitas LDK se-Indonesia bisa kuat sehingga dapat menjalankan fungsinya dalam menyuplai alumni yang berafiliasi terhadap Islam. Sebuah LDK terutama yang baru berdiri sangat saya sarankan untuk menginduk kepada FSLDK. Dengan menginduknya sebuah LDK pada FSLDK biasanya LDK tersebut akan mengalami percepatan. Hal ini karena di FSLDK, LDK dari berbagai kampus dapat bertemu dan saling berdiskusi sehingga kita bisa memperoleh informasi dari LDK lain yang bisa kita terapkan di LDK kita. Di setiap daerah terdapat perpanjangan tangan FSLDK, yakni PUSKOMDA (Pusat Komunikasi Daerah). LDK Anda bisa menghubungi PUSKOMDA untuk memudahkan jalur komunikasi ke jaringan LDK terbesar ini.Banyak sekali memang jaringan yang bisa dibangun oleh LDK dalam rangka menguatkan barisan dakwah di kampus. Pada bagian selanjutnya saya akan memberikan paparan bagaimana cara memperluas dan menjaga jaringan yang ada.Memperluas Jaringan LDKAda empat hal yang dapat dimanfaatkan sebagai sebuah prosedur sederhana agar perluasan jaringan LDK bisa sesuai dan terarah. TargettingLDK perlu memiliki sasaran dalam membangun jaringan. Buatlah daftar target jaringan, nomor kontak yang bisa dihubungi, serta pemanfaatan jaringan tersebut. Daftar ini perlu ditambahkan juga dengan target deadline waktu sehingga aktivis LDK akan termotivasi untuk mengembangkan jaringannya dengan pesat. Mulailah dengan membangun jaringan dari yang terdekat baik dari segi afiliasi maupun geografis, karena biasanya lebih mudah dan mereka lebih mendukung agenda LDK kita. Kemudian barulah LDK mengembangkan jaringan ke pihak yang lebih variatif seperti sesama lembaga dakwah, media massa Islam, MUI, perusahaan Islam, ataupun ormas Islam. VisitingKunjungilah langsung pihak tersebut. Kunjungan ini bertujuan untuk menjalin tali silaturahim. Melalui kunjungan ini pula kita bisa berdiskusi dan menemukan persamaan antarlembaga agar mendapatkan pemahaman bersama dan kerjasama dakwah ke depan bisa lebih mudah. MailingMaksudnya adalah mengirimkan pesan dengan berbagai media baik melalui sms, email, maupun surat. Bentuk pesan yang dikirim bisa bersifat informal seperti pesan selamat idul fitri atau ucapan selamat ulang tahun. Bisa pula berupa pesan formal seperti undangan untuk menghadiri acara LDK atau penyampaian laporan dan dokumentasi agenda LDK untuk pencitraan LDK kita.Self-ExistenceTerkadang LDK perlu memperkenalkan diri ke masyarakat luas. Lakukanlah perkenalan diri ini dengan membentuk citra yang positif. Hal ini dapat dilakukan baik melalui media atau pun dengan kunjungan langsung.Menjaga Jaringan LDKDalam menjaga jaringan dakwah LDK perlu melakukan empat hal berikut secara berkala agar jaringan senantiasa terjaga. DatabaseSetelah membangun jaringan, sebuah LDK hendaknya memiliki sebuah database. Database yang rapi akan memudahkan pemanfaatan dan transfer data jaringan ke generasi penerus kita. Dengan demikian jaringan yang LDK kita miliki akan senantiasa terjaga untuk waku yang lama. Tantangan dalam menjaga jaringan adalah biasanya data mengenai jaringan tersebut melekat pada orang, bukan lembaga. Jadi, menjadi tanggung jawab bagi pemilik data untuk meneruskan dan memperkenalkannya kepada penerusnya. ContactDari database yang telah ada, LDK selanjutnya perlu berhubungan secara rutin dengan jaringan yang telah dibangun. Dengan demikian LDK kita pun akan senantiasa diingat oleh orang-orang di jaringan tersebut. Bisa jadi kelak dalam kegiatan yang dijalankan, kita memberikan laporan atau dokumentasi kegiatan agar orang dari jaringan LDK kita tersebut bisa merasakan perkembangan yang terjadi pada LDK. Secara tidak langsung kita mencoba mengajaknya menjadi bagian dari kemajuan LDK. UpdateSelalu ada kemungkinan contact person pada jaringan LDK kita merubah nomor telepon atau emailnya. Oleh karena itu perlu selalu dilakukan update data agar jaringan yang telah kita bangun tetap terjaga dan tidak saling kehilangan kontak. FeedbackFeedback bisa berbentuk pemanfaatan jaringan seperti kerjasama kegiatan. Dengan feedback ini, akan terbentuk kedekatan dan kekuatan jaringan yang lebih baik. Perlu kita ingat, dalam membangun jaringan jadikanlah hasil seperti bantuan dana bukan sebagai tujuan utama, namun sebagai dampak silaturahim yang kita jalankan. Tentunya sebuah LDK memegang semangat dakwah yang mengutamakan semangat silaturahim dalam rangka mengembangkan jaringan. Anis Matta mengatakan, “Saat ini bukan lagi masanya tim yang kuat, akan tetapi saat ini adalah masanya jaringan yang kuat”. Kekuatan jaringanlah yang bisa membuat gerak LDK menjadi lebih masif dan kuat. Membangun jaringan bukan lagi sebuah agenda prioritas nomor dua, akan tetapi merupakan agenda utama yang perlu diprioritaskan demi kemajuan LDK. GlosariumA:Akhawat: perempuanAl Amin: dipercayaAqidah: keyakinan pada IslamAshabiqunal awwalun: orang-orang pertama yang masuk IslamF:Fiqih: hukum IslamH:Halaqoh: mentoring I:Ikhwan: priaJ:Jama’i: berjamaah/bersama-samaL:Liqo’: mentoringM:Mabit: malam bina iman dan taqwaS:Syiar: menyampaikan ajaran IslamSyukron: terima kasihU:Ulama: ahli agama Umara: pemimpinUsrah: mentoring / keluarga kecilW:Wajihah: lembagaAktivis Dakwah yang Solid danProduktif Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka; namun terkadang kita melihat dan menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka. Alexander Graham BellBAB 10PROFIL AKTIVIS DAKWAH KAMPUSMASA KINIBerbicara tentang aktivis dakwah tentu tidak terlepas dari beban moral yang melekat pada dirinya. Aktivis dakwah akan selalu menjadi profil dan panutan bagi teman-temannya di kelas, program studi, bahkan di tingkat kampus. Ketika menjadi seorang aktivis dakwah, maka hukum majas sinekdok pars prototo akan melekat pada dirinya. Ketika seorang aktivis memiliki profil baik, maka LDK akan tercitrakan baik pula, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian menjadi sebuah tuntutan tersendiri bagi seorang aktivis dakwah untuk bisa berkata, bersikap dan berperilaku baik, dan benar-benar menjadi teladan untuk massa kampus. Pada bagian ini saya akan menguraikan profil aktivis dakwah kampus masa kini yang diperlukan untuk menunjang proses dakwah yang dilakukan oleh LDK. Dengan dukungan profil aktivis dakwah yang baik, citra dakwah kampus akan meningkat sehingga berdampak pada semakin besarnya jumlah mahasiswa dan mahasiswi yang berminat bergabung dalam LDK. Profil tersebut adalah:Enam profil ini diharapkan mampu menjadi profil bagi setiap aktivis dakwah di setiap kampus. Setidaknya petinggi LDK diharapkan dapat memenuhi profil di atas sehingga ia bisa menjadi tokoh teladan pada tingkat kampus dan memberikan citra baik tersendiri bagi LDK di mata mahasiswa lain. Berikut penjelasan dari masing-masing profil:Aktif dalam lembaga dakwah kampus Profil ini menjadi sebuah kebutuhan mendasar. Seorang aktivis dakwah diharapkan mampu mengaktualisasikan diri serta mengimplementasikan daya inovasinya di LDK tempat ia beraktivitas. LDK pun diharapkan mampu menjadi wadah yang memberikan kesempatan bagi para kadernya untuk berkontribusi dengan optimal.Peka dan tanggap terhadap perubahan kondisi sosial di kampus, Indonesia, dan duniaCara untuk bisa mengenal dunia kampus adalah dengan menjadi pribadi yang inklusif dan berbaur (tetapi tidak melebur) diantara para mahasiswa yang ada. Seorang aktivis dakwah juga diharapkan bisa terbuka terhadap perubahan dan kritik agar dapat menjadi pribadi yang semakin dewasa dan matang. Selain itu kepekaan terhadap isu nasional maupun internasional adalah sebuah kebutuhan yang juga perlu dimiliki. Dengan kepekaan ini seorang aktivis dakwah dapat berdialekta dan memahami Islam lebh komprehensif. Ia pun akan mampu melihat terbukanya kesempatan dakwah yang lebih lebar. Memiliki kelompok binaan dan kapasitas Tarbiyah DzatiyahProfil ini adalah turunan dari surat Ali Imron ayat 79 yang berbunyi: “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”. Dalam ayat ini jelas Allah mengisyarakat dengan tegas, cara untuk menjadi umat yang rabbani adalah dengan senantiasa mempelajari Al Kitab (tarbiyah) dan menyampaikannya (berdakwah). Mentoring adalah sarana dakwah yang tepat untuk para aktivis dakwah. Dengan mentoring ia bisa belajar berdakwah secara bertahap. Sedangkan kebutuhan tarbiyah dzatiyah adalah sebagai tameng penjaga kualitas profil aktivis dakwah dimanapun ia beraktivitas. Dengan kapasitas tarbiyah dzatiyah yang baik, seorang aktivis dakwah dapat tetap menjaga karakternya, bahkan saat ia sedang berada jauh dari lingkungan dakwah kampus.Menguasai kompetensi akademik di bidang masing-masing serta memiliki rencana pasca kampusSeorang aktivis dakwah kampus tentu membutuhkan kapasitas kompetensi akademik yang baik karena memang ia beraktivitas di kampus yang menjadikan kompetensi akademik sebagai sebuah nilai tambah tersendiri. Selain itu, dakwah kampus tidak hanya mendidik seseorang untuk memahami tentang Islam, akan tetapi juga mempersiapkan seorang mahasiswa untuk menjadi orang yang Islami di bidang kompetensinya masing-masing sebagai core competence dalam dakwah.Hafal 1 juz Al Qur’anJumlah 1 juz Al Qur’an ini dirasa tepat untuk menjadi ambang minimal bagi seorang aktivis dakwah agar memiliki kapasitas quraniyah yang baik. Menguasai minimal satu bahasa asingSaya merekomendasikan penguasaan bahasa Inggris dan Arab. Penguasaan terhadap bahasa asing memberikan kesempatan agar para aktivis dakwah kelak dapat bersaing dengan dunia internasional sehingga dapat memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap lingkungannya. Enam profil tersebut akan menjadi kebutuhan primer bagi setiap aktivis dakwah kampus yang akan menunjang keberlangsungan gerak dakwah di kampus masing-masing. Dengan bermodalkan kualitas kader yang potensial, LDK akan lebih cepat berkembang sehingga berdampak pada semakin progresifnya LDK menebarkan nilai Islam di sebuah kampus. BAB 11KARAKTER AKTIVIS DAKWAH KAMPUSYANG KOMPREHENSIFBerkembangnya dakwah kampus ditandai dengan berkembangnya pengisian dan penyebaran kader dakwah dalam bidang akademik dan dalam berbagai lembaga kemahasiswaan. Setelah LDK terkelola dengan baik, mobilitas kader dakwah perlu ditingkatkan dengan mengarahkan mereka untuk mengisi di lembaga-lembaga kemahasiswaan yang ada di kampus, contohnya Badan Eksekutif Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Program Studi, atau Unit Kegiatan Mahasiswa. Pengisian kader dalam lembaga kemahasiswaan ini dapat membuka berbagai kesempatan baru dalam rekayasa dakwah di sebuah kampus. Keberadaan kader dakwah di lembaga kemahasiswaan tidak hanya berguna sebagai kesempatan pembelajaran dakwah di lingkungan yang heterogen, namun juga bisa menjadi sarana pemercepat berkembangnya opini ketinggian Islam di kampus. Melalui lembaga kemahasiswaan ini kita bisa berdakwah dengan memanfaatkan ketokohan kader dakwah, alias menjadikan diri kader sebagai teladan bagi sesamanya, atau dengan membuat kebijakan yang memberikan manfaat untuk masyarakat luas mendorong penambahan jumlah beasiswa untuk mahasiswa. Berbagai kesempatan yang bisa dilakukan ketika seorang kader dakwah mengisi kepemimpinan di lembaga kemahasiswaan antara lain:Melahirkan tokoh kampus baru dari kalangan aktivis dakwah,Memberikan contoh teladan bagaimana seorang pemimpin muslim mengayomi masyarakat kampus,Membuat kebijakan yang mendukung terciptanya kampus madani,Mengondisikan terbentuknya lingkungan kampus yang toleran dan dapat menstimulus optimalnya pemanfaatan potensi pada setiap individu di lingkungan kampus,Menyusun kurikulum kaderisasi kemahasiswaan yang berkaitan dan menunjang dengan visi dakwah kampus,Memberikan kesempatan untuk belajar menjadi kader dakwah yang terbuka dan siap berdakwah di lingkungan yang heterogen.Setelah mengembangkan dakwah di kemahasiswaan, selanjutnya kita perlu mengisi pula wilayah dakwah akademik. Pengisian wilayah akademik ini dilakukan terutama oleh kader dakwah yang memiliki kapasitas akademik yang baik. Berbagai kesempatan dakwah bisa dilakukan, misalnya dengan membangun citra kader dakwah yang kompeten secara akademik. Dakwah di wilayah akademik memiliki keunggulan berupa adanya kesempatan untuk menyentuh mahasiswa-mahasiswi secara masif dengan menjadi asisten akademik di kampus. Kesempatan dakwah yang bisa dilakukan ketika seorang kader dakwah mengisi wilayah akademik antara lain:Memberikan citra bahwa kader dakwah prestatif dan berkompetensi di bidang akademik,Memungkinkan menjadi teladan ketika kader menjadi asisten akademik yang dihormati dan dibutuhkan asistensinya oleh para mahasiswa lain, terutama oleh angkatan di bawahnya,Membuka akses ke dosen dan birokrat kampus dan memberikan kesempatan dakwah baru,Mempersiapkan kader dakwah yang berminat menjadi dosen di masa yang akan dating,Berdakwah ketika sedang memegang asistensi atau praktikum mata kuliah, dengan membangun nuansa keislaman saat praktikum, dan mengajak mahasiswa lain mentoring pada saat asistensi mata kuliah.Dari contoh-contoh di atas, tergambar bahwa seorang aktivis dakwah diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk berdakwah di segala wilayah. Setidaknya seorang kader dakwah dapat mendukung kader yang beraktivitas di wilayah yang berbeda karena opini ketinggian Islam dan persebaran nilai Islam di kampus dapat berkembang dengan baik ketika ketiga wilayah dakwah ini (LDK, kemahasiswaan, dan akademik) dapat dijalankan dengan berimbang. Aktivis dakwah kini diharapkan dapat memenuhi profil khusus pada setiap wilayah dakwah di atas karena tak dapat dipungkiri, setiap wilayah dakwah ini memiliki kebutuhan karakter aktivis dakwah tersendiri. Karakter khusus ini bukan untuk membedakan aktivis dakwah. Pada akhirnya justru setiap kader dakwah diharapkan dapat memenuhi profil khusus seluruh wilayah dakwah tersebut agar nantinya siap ditempatkan di posisi manapun sesuai dengan kebutuhan dakwah kampus. Bukan saatnya lagi seorang kader dakwah memandang skeptis tentang wilayah dakwah yang bukan menjadi wilayahnya. Misalnya LDK yang memandang bahwa dakwah di BEM tidak memberikan manfaat langsung terhadap mentoring, atau kader dakwah di BEM yang memandang bahwa dakwah di wilayah akademik tidak progresif. Justru alangkah indahnya bila semua kader dakwah di semua wilayah ini dapat bahu-membahu mewujudkan kampus madani dengan gerak dakwah yang harmonis sehingga tercipta kesolidan ukhwah diantara mereka. Profil khusus ini sejatinya dimiliki oleh setiap kader dakwah untuk mendukung dakwah kampus yang harmonis dan progresif. Untuk itu diperlukan adanya pembinaan terpadu di antara kader dakwah yang berbeda wilayah untuk menciptakan karakter kader yang komprehensif. Pembinaan terpadu ini bisa dilakukan dalam bentuk temu kader terpusat atau diklat khusus dan berjenjang. Menjadi harapan besar bagi saya di masa yang akan datang saat seorang kader dakwah berhasil meninggalkan kampus dengan memiliki keseluruhan profil di atas. Pada akhirnya perdaban Islam ini akan terwujud dengan kader yang memandang dakwah secara integral dari segala aspek dan memanfaatkan segala kesempatan dakwah yang bisa diambil. BAB 12STRATEGI SUKSESDAKWAH PERSONALSesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.(QS. Al-Qashash: 56)Suatu hari saya dan teman mendatangi sebuah tempat makan yang terkenal memiliki makanan yang lezat. Dengan sebuah harapan besar bahwa saya akan mendapatkan makanan yang enak, kami pun masuk ke sana. Setiba disana harapan yang ada itu tiba-tiba pudar. Kami sudah duduk di bangku meja makan di sana, tetapi tidak ada satu pun pelayan yang menghampiri kami. “Kok gue dicuekin, sih?”, pikir saya dalam hati. Teman saya akhirnya memanggil pelayan rumah makan tersebut. Seorang pelayan pun datang. Namun tanpa disangka ia hanya memberikan kami daftar menu, kertas, dan alat tulis tanpa berbasa-basi memberi penjelasan, ataupun sekedar memperkenalkan diri. Hingga selesai makan, bisa dikatakan bahwa pelayanan yang kami dapat sangatlah buruk. Makanan yang kabarnya lezat tersebut jadi terasa hambar tanpa memiliki kelebihan apa pun.Di hari lain saya pergi ke sebuah toko buku dan membeli buku berjudul “Starbucks Experience”. Dalam waktu singkat buku tersebut mampu membuat saya tertarik untuk datang ke Starbucks dan menikmati “pengalaman” khas di sana. Dalam buku itu dijelaskan tentang sistem staffing di Starbucks yang menuntut jiwa staf yang baik, ramah, dan murah senyum. Starbucks yakin bahwa staf (dalam hal ini pelayan) adalah garda terdepan yang akan memberikan pencitraan cafe-nya kepada pelanggan. Akhirnya pada suatu siang, saya bermaksud mencoba merasakan “pengalaman ala Starbucks” tersebut. Saya pun mendatangi cafe yang ternyata cozy itu. Sejak tiba hingga berjalan sampai ke counter pembeliannya, saya disambut oleh senyuman pelayan-pelayannya. Wajah cerah dan ramah mereka membuat saya merasa semakin nyaman. Di counter saya ditawarkan berbagai pilihan minuman kopi yang ada. Mungkin pelayan di counter ini bisa melihat kalau saya bukanlah pelanggan biasa Starbucks, melainkan baru pertama kali datang, sehingga bingung ingin memilih minuman yang mana. Pelayan itu pun seketika membimbing saya untuk memilih kopi yang tepat.“Mau yang dingin atau yang panas?”, si pelayan bertanya.“Hmhmh... kayaknya yang dingin, deh”, jawab saya.Lalu si pelayan melanjutkan, “Kalo yang dingin kami ada yang ini... ini... ini... (saya lupa nama pastinya). Tapi biasanya anak muda suka yang frappucinno blended.”“Yawda yang itu aja”, saya pun memutuskan.Pelayanan yang mengesankan ini berlanjut. Si pelayan menunjukkan saya counter additional ingredients, yaitu semacam tempat untuk menambahkan gula, susu, atau coklat bubuk. Setelah itu saya mengambil tempat duduk. Entah mengapa ramahnya pelayan-pelayan di Starbucks membuat perasaan saya menjadi nyaman. Harga kopi yang mencapai Rp 40.000,00 itu terasa sebanding dengan experience yang saya dapatkan.Kisah di atas adalah perbandingan dua kisah yang pernah saya alami. Saat menikmati kopi Starbucks, saya berpikir: Kalau semua kader LDK punya jiwa ramah, murah senyum, bersikap positif dan selalu bahagia, alangkah indah dan mudahnya bagi LDK untuk mengajak massa kampus lain bergabung, dalam hal ini, tertarik untuk mengikuti agenda LDK. Semakin saya sadari lagi bahwa kader adalah agen, sekaligus sales, sekaligus media promosi, dan juga wajah yang akan memberikan pencitraan kepada LDK.Seorang kader yang baik, ramah, dan berbudi pekerti akan memberikan dampak positif dan pencitraan yang baik pula untuk LDK. Seorang kader yang kemampuan akademiknya baik serta memiliki IP yang tinggi akan membuat massa kampus melihat bahwa kader LDK adalah kader yang pintar. Seorang kader yang bijak, murah senyum dan gemar menyapa langsung objek dakwah, akan memberikan sebuah persepsi bahwa LDK inklusif.Memang perlu disadari bersama bahwa kader adalah media promosi paling efektif. Kita perlu membiasakan kader terlibat secara personal dalam mengajak mahasiswa untuk datang ke acara yang kita adakan—jangan hanya mengandalkan poster atau pamflet. Kader LDK adalah wajah dari LDK. Baik buruknya kader adalah cerminan dan persepsi massa kampus terhadap LDK. Oleh karena itu pemimpin LDK perlu menjamin kualitas kader sebagai seorang agen dakwah.Dengan konsep bahwa LDK adalah lembaga berbasis kader, maka kader kita harus kita siapkan dengan baik. Persiapan kader untuk dapat berdakwah di mana pun dia berada ini memerlukan berbagai pembekalan. Setelah ilmu yang mencukupi, hal selanjutnya yang harus dipersiapkan adalah skill interpersonal kader yang supel, ramah, murah senyum dan bijak. Pendekatan ini sangatlah penting. Semua kader diharuskan dapat memahaminya dengan baik.Berikut saya akan memberikan tips paradigma berpikir bagi kader dakwah. Konsep ini bisa dijadikan nilai dasar kader dalam menyiarkan Islam secara personal dan bisa digunakan untuk berbagai hal seperti pencitraan LDK, dakwah fardiyah, mempromosikan kegiatan, atau bahkan untuk pengajuan proposal sponsorship.Teori SS Marketing (Rendy Saputra, 2006)Soul to SoulTelinga hanya bisa disentuh dengan mulut, dan mulut hanya bisa diredam dengan telinga. Begitu pula, hati yang hanya bisa diluluhkan oleh hati. Kebahagiaan seseorang akan terpancar dari senyumannya. Perasaan seseorang yang memahami betul apa yang dilakukannya akan terpancar dari tatapan matanya. Orang yang sungguh-sungguh melakukan suatu hal akan tampak dari raut wajahnya. Begitulah kurang lebih inti dari soul to soul. Seorang kader yang memahami apa yang ia lakukan, akan meniatkan perbuatan tersebut dengan ikhlas lalu melakukannya dengan sungguh-sungguh sehingga kebahagiaan dan kepuasan akan tampak pada dirinya.Jiwa seperti inilah yang dibutuhkan oleh seorang kader. Kekuatan ini akan berdampak pada konsistensi perbuatannya karena ia menjalankan segala sesuatu dalam dakwah dengan pehamaman yang kuat dan hati yang ikhlas. Oleh sebab itu tantangan atau rintangan tidak menjadi alasannya untuk mundur, tapi justru menjadi penambah semangatnya untuk bisa berbuat lebih, karena Allahlah tujuannya semata. Seorang dosen saya pernah mengatakan, “Kamu harus all out dalam segala hal”. Penjiwaan dalam melakukan aktivitas dakwah akan memberikan dampak kader sangat all out dalam berdakwah. Konsep ruhiyah yang saya pahami adalah adanya keterlibatan jiwa pada setiap aktivitas yang kita lakukan, bukan hanya sekedar berapa banyak halaman Al Qur’an yang dibaca atau berapa lama shalat malam yang dilaksanakan, karena ibadah tersebut hanya akan jadi ibadah biasa jika tidak berdampak pada semangat kita dalam bergerak.Kekuatan soul to soul ini pula yang akan memberikan pencitraan pada massa kampus. Orang luar LDK akan melihat kader kita bersungguh-sungguh dan penuh kerja keras dalam melakukan setiap urusan. Pencitraan ini memberikan dampak positif bagi LDK dalam mengembangkan sayap dakwahnya.Spiritual and StrongSeorang kader dakwah harus memiliki kedekatan dengan Allah yang baik. Kedekatan ini terpancar dari perilaku. Seseorang yang dekat dengan Allah biasanya mempunyai kharisma yang kuat. Kedekatan ini bisa diperoleh melalui banyaknya interaksi kader dengan Al Qur’an serta ibadah kepada Allah, terutama ibadah mahdah seperti shalat dan tilawah. Kekuatan spiritual ini sangat berdampak pada baiknya ketenangan diri kita dalam mengambil kebijakan. Salah seorang mantan kepala GAMAIS ITB pernah berkata kepada saya bahwa sejak menjadi kepala GAMAIS, jumlah tilawah beliau tidak pernah kurang dari 3 juz setiap harinya. Seorang mantan kepala GAMAIS ITB lainnya pernah juga bercerita bahwa ia tidak mau memimpin sebuah rapat jika di malam harinya ia tidak melaksanakan shalat malam. Kedekatan ruhiyah adalah paramater keberhasilan dakwah, dan keberkahan dakwah yang kita lakukan sangatlah tergantung pada kedekatan kader kepada Allah.Dampak langsung dari kekuatan spiritual ini adalah ketenangan dan kedamaian dalam LDK. Allah senantiasa akan membukakan hati-hati kader kita untuk terus bergerak. Bergerak tanpa diperintah. Bergerak dengan sepenuh hati dalam naungan Islam karena sesungguhnya Allahlah yang membukakan hati ini, dan Allah pulalah yang menyatukan hati ini—hati kita dengan semua kader LDK, dan hati kader LDK dengan semua mahasiswa di kampus.Selain itu kader dakwah harus berjiwa ksatria, pantang menyerah dan selalu optimis. Seorang kader dakwah tidak boleh berpikir negatif terhadap LDK-nya. Anda harus menanamkan dalam pikiran Anda bahwa Andalah yang terbaik, dan LDK Anda adalah yang terbaik. Dalam buku “The Secret” yang pernah saya baca, hal ini dikenal dengan istilah law of attraction, yakni sebuah pemikiran bahwa alam akan memantulkan apa yang kita pikirkan dan alam akan mendukung apa yang kita inginkan.Saya selalu mencoba menanamkan hal yang positif dalam benak saya. Ketika awal saya menjadi kepala GAMAIS ITB, saya pernah memikirkan bagaimana cara agar lembaga dakwah program studi dan lembaga dakwah fakultas bisa berjalan beriringan dengan GAMAIS ITB. Saya selalu memikirkan hal ini dan menyampaikan gagasan saya ke kawan-kawan yang lain. Alhasil, setelah 6 bulan kami mengemban amanah di GAMAIS ITB, cita-cita itu terwujud dengan bukti suksesnya Muktamar GAMAIS ITB. Pada saat itu pertama kali dalam sejarah GAMAIS ITB, visi misi serta rancangan dakwah kami selama 6 tahun mendatang dipikirkan bersama antara GAMAIS pusat (LDK), lembaga dakwah fakultas (LDF), dan lembaga dakwah program studi (LDPS). Kata ganti “kita” juga mulai muncul sebagai representatif dari GAMAIS pusat serta kedua lembaga dakwah wilayah di ITB ini sehingga saat ini ketika disebutkan kata GAMAIS, maka semuanya paham bahwa yang dimaksudkan adalah LDK, LDF, dan LDPS.Seorang kader dakwah pun harus pantang menyerah dalam kegagalan. Sudah menjadi hal yang lumrah jika manusia gagal. Seorang manusia yang hebat bukanlah orang yang tidak pernah gagal, akan tetapi orang yang cepat bangkit dari kegagalan. Jika gagal membuat sebuah agenda, maka seorang kader dakwah harus cepat bangkit dan mulai merencanakan agenda lain yang lebih baik. Jika gagal mengajak seseorang untuk ikut mentoring, maka seorang kader dakwah harus cepat beralih ke target lain untuk diajak mentoring. Selain itu pandangan optimis harus terus ditanam dengan baik di pikiran setiap kader dakwah. Optimis bahwa LDK akan terus berkembang dan maju. Optimis bahwa semua masalah bisa diselesaikan. Seorang Arya Sandhiyudha (mantan ketua SALAM UI) pernah berpesan pada saya, “Ingat, masalah bukanlah problem, tapi priority. Jadi selesaikan, jangan ditunda, apalagi dilimpahkan ke orang lain”. Seorang kader LDK harus bersikap positif terhadap semua tantangan yang dihadapinya karena dengan ujian dan tantanganlah diri ini akan menjadi semakin kuat dan berpengalaman.Smile and Shining Ada dua buah kisah yang ingin saya sampaikan. Pertama, kejadian yang berlangsung di suatu siang. Saat itu sedang terjadi kemacetan yang sangat hebat di wilayah pusat kota. Ada seorang wanita yang membawa mobil seorang diri. Mungkin karena cuaca yang panas dan kepenatan akibat macet, ia tidak sengaja menabrak mobil di depannya. Dengan ekspresi marah, seorang pria berbadan besar pemilik mobil yang tertabrak itu keluar dari mobilnya lalu mendatangi wanita tersebut. Akan tetapi dengan kekuatan pengendalian diri yang baik, perempuan itu bisa menghadapi kemarahan pemilik mobil yang ditabraknya. Tidak dengan emosi, tapi dengan senyuman yang lebar, wanita itu meminta maaf. Karena senyuman inilah, hati pria tersebut melunak, dan ia memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah.Kisah kedua terjadi pada tahun lalu saat saya berkesempatan mengunjungi Singapura. Saya teringat pada sebuah kejadian di sebuah hotel di kota ini. Saat itu seorang resepsionis terlibat konflik kecil dengan tamu hotel. Tampak tamu hotel tersebut komplain akibat miss communication. Konflik akhirnya dapat ia tangani dengan tetap menerima teguran keras dari tamu hotel. Hal yang membuat saya takjub adalah, saat menghadapi tamu hotel selanjutnya, sang resepsionis bisa melayaninya dengan tersenyum lebar, seakan-akan tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Menurut saya hal ini adalah hasil didikan yang sangat baik dari pihak manajemen hotel kepada para karyawannya.Dari dua kisah ini saya melihat ada kekuatan tersendiri pada senyuman yang lebar dan bercahaya. Senyuman membuat hati kita senantiasa berbahagia dalam keadaan tersulit sekalipun, sehingga kita dapat memaksimalkan pelayanan yang kita berikan.Kader dakwah butuh memiliki senyum yang ikhlas. Kekuatan senyuman kadang lebih kuat ketimbang rangkaian kata berbobot yang disusun semalaman. Dari diskusi yang saya lakukan belum lama ini dengan salah seorang ketua himpunan, saya memperoleh masukan bahwa ternyata massa kampus membutuhkan kader kita yang ramah, lembut dan kerap menyapa dan mengajak mahasiswa lain untuk berbuat kebaikan. Mereka butuh disapa, mereka butuh di datangi, dan mereka butuh diajak dengan keramahan dan kelembutan dari seorang kader.Sahabat aktivis LDK di seluruh Indonesia, sering kali LDK menjadi tidak berkembang hanya karena pengurusnya bingung merangkai agenda. Perlu dipahami bahwa berapa banyak agenda yang dibuat tidak menjadi parameter utama dalam keberhasilan LDK. Kedekatan hati dan peningkatan kapasitas serta jumlah kaderlah yang menjadi parameter utama keberhasilan LDK. Sering kali pula kita terlalu mengandalkan media-media mahal sebagai alat publikasi, padahal kita punya kader LDK yang bisa digunakan sebagai media promosi yang paling baik untuk LDK.Kader adalah wajah sebuah LDK. Bila baik citra kader, maka baiklah citra LDK. Bila buruk citra kader, maka buruk pulalah citra LDK. Untuk itulah pembinaan terhadap kader harus diprioritaskan karena kaderlah yang mengendalikan kemajuan dan kemunduran sebuah LDK.???Tulisan ini terinspirasi oleh pelayanan Starbucks dan pemikiran Rendy Saputra (entrepreneur muda-ketua majelis syuro GAMAIS ITB 2007-2008) tentang Teori SS Marketing: Soul to Soul, Spiritual and Strong, dan Smile and Shining??BAB 13MENJADI KADERPENUH PRESTASI“Dakwah dinamis, akademik optimis”Jargon di atas menjadi sebuah keyakinan yang saya terapkan dalam pikiran selama saya kuliah. Semua ini bermula pada tingkat pertama kuliah. Saya diajarkan oleh mentor saya agar menjadi sosok teladan ekstrim. Maksudnya adalah sosok seorang kader dakwah yang benar-benar bisa menjadi teladan yang mendekati ideal karena dakwah kampus membutuhkan banyak sosok seperti itu untuk menunjang pergerakanya. Mulai saat itulah saya menetapkan niat dalam diri ini untuk menjadi sosok teladan ekstrim. Teladan ekstrim ini saya coba turunkan menjadi beberapa indikator, antara lain: Bergerak berdakwah tiada henti (kader non-stop hits) Mendapatkan Indeks Pretasi (IP) terancam cumlaude Dipercaya sebagai pemimpin di antara massa kampus yang heterogen Memiliki pribadi yang baik dan diterima oleh semua kalangan Memiliki karya tulis yang bisa menjadi inspirasi banyak kader Membuka kesempatan untuk berbicara dan menginspirasi banyak orangBisa jadi indikator ini bertambah tergantung dengan kapasitas setiap individu. Tetapi bagi saya enam indikator inilah yang menjadi niat dalam hati saya untuk bisa dijalankan selama menjalani kehidupan di dunia kampus. Titik tekan yang saya coba berikan sesuai dengan jargon di awal, “Dakwah dinamis, akademik optimis”. Saya ingin mematahkan pandangan bahwa ketika seseorang bergelut dalam dunia dakwah kampus secara total maka ia tidak bisa mendapatkan prestasi akademik yang baik. Buat saya tentu sangat tidak masuk akal ketika seseorang harus mendapatkan IP rendah agar ia bisa memberikan yang terbaik untuk dakwah. Saya justru berpikir seharusnya dengan dakwah baik yang berkah, Allah akan memberikan nikmatnya berupa kemudahan bagi aktivis dakwah kampus tersebut menjalani aktivitas akademiknya. Karena saya sangat yakin, jika dakwah ini memperoleh keberkahan dari Allah, tentulah pertolongan-Nya akan selalu menemani perjuangan kita. Alhamdulillah atas izin Allah pula enam indikator di atas berhasil saya penuhi selama menjalankan kehidupan di kampus. Dalam tulisan ini saya akan menekankan pada pembahasan indikator pertama dan kedua dengan memberikan cara menjaga keseimbangan dalam aktivitas dakwah dan aktivitas akademik. Manajemen Hati dan PikiranOrang bijak mengatakan “Life is about mindset”, atau pakar kesehatan sering berpendapat “Akar dari penyakit adalah pikiran dan hati”, ahli motivasi juga berkata “Anda adalah apa yang diri anda pandang tentang diri Anda”.Berbagai kata bijak sejenis pun telah menjadi hal yang tidak asing lagi di telinga masyarakat. Dari semua kata-kata bijak ini bisa diambil sebuah kesimpulan sederhana bahwa segala sesuatu tentang keberhasilan ataupun kegagalan selalu bermula dari bagaimana kita menata hati dan pikiran dengan bijak dan tenang. Langkah sederhana yang selalu saya terapkan ke dalam diri saya adalah meyakinkan diri bahwa saya bisa memberikan yang terbaik untuk setiap hal yang saya lakukan. Meyakinkan diri bahwa saya bisa menjadi yang terbaik dalam segala hal yang dikerjakan dan siap memberikan segala yang bisa diberikan untuk mencapai keberhasilan. Secara tidak sadar, proses meyakinkan diri ini memberikan sebuah pola pikir baru dan berbuah sebuah karakter dalam diri saya agar menjadi pribadi yang selalu optimis menghadapi segala sesuatu. Khusus untuk akademik, saya meyakinkan diri saya bahwa hanya boleh ada nilai A di dalam transkrip akademik. Keyakinan saya ini didukung pula oleh sugesti diri yang saya tanamkan dengan menuliskan huruf A besar di wallpaper komputer pribadi, menuliskan nilai A ketika sedang iseng, dan sebagainya. Dengan menata hati dan pikiran, diri ini akan memiliki landasan hati yang kuat dalam berpikir dan bertindak. Kekuatan pikiran sangat menentukan segalanya, kemampuan diri untuk bisa merekayasa hati dan pikiran sehingga melahirkan sebuah sugesti positif terhadap diri merupakan cara yang ampuh untuk bisa menggapai keberhasilan diri.Manajemen FokusManajemen fokus adalah cara yang penting untuk aktivis dakwah kampus yang dikenal memiliki banyak kesibukan di berbagai tempat sehingga kekuatan fokus terhadap aktivitas yang dikerjakan menjadi sebuah kebutuhan tersendiri untuk mengoptimalkan kinerjanya. Saya memandang bahwa inti dari manajemen waktu adalah manajemen fokus itu sendiri, karena waktu lebih mudah diatur ketimbang fokus yang beredar di pikiran. Sering kali ditemui seorang aktivis dakwah kampus yang tidak fokus dan melamun di kelas karena memikirkan tanggung jawab dakwahnya. Begitu pula sebaliknya saat seorang aktivis dakwah kampus tidak fokus memimpin rapat karena memikirkan tugas kuliah yang belum selesai. Dua kejadian yang tidak produktif diatas adalah hasil dari tidak fokusnya seorang aktivis dakwah. Oleh sebab itu, manajemen fokus diperlukan untuk bisa menunjang dan mengoptimalkan kinerja kita sebagai aktivis dakwah kampus. Salah satu perangkat pendukung untuk menunjang manajemen fokus adalah dengan memiliki buku catatan yang berbeda antara kuliah dan aktivitas dakwah sehingga ketika mengerjakan salah satunya, seorang aktivis dakwah tidak akan memikirkan yang lain. Selain itu biasakan pula untuk memulai sesuatu dengan menjadi gelas kosong, yang tidak memiliki beban pikiran akan aktivitas atau kegiatan lain ketika memulai sebuah kegiatan baru. Biasakan mengambil wudhu dan membaca lafadz basmallah ketika memulai sesuatu. Manajemen DiriInti dari manajemen diri adalah integritas dan disiplin. Kedua hal ini akan membuat diri anda lebih yakin, tidak tegang, dan percaya diri dalam menghadapi segala hal. Seseorang harus mampu menahan ego atau keinginan sesaatnya dikala sedang berada dalam kesibukan tertentu.Kebanyakan orang sangat sulit untuk menolak permintaan bantuan atau ajakan dari orang lain dengan berbagai alasan. Meski demikian terkadang anda perlu tegas dengan rencana yang sudah disusun. Intervensi jadwal kegiatan di tengah aktivitas adalah suatu hal yang perlu dipertimbangkan dengan masak sebelum menerimanya. Manajemen diri juga sangat terkait dengan kebiasaan rutin yang dijalankan dengan konsisten, seperti bangun pagi untuk ke mesjid atau jadwal untuk istirahat dan belajar. Dengan konsisten terhadap jadwal rutin, seseorang akan memiliki standar minimal kegiatan yang dilakukannya setiap hari sehingga ia dapat selalu meningkatkan kualitas pekerjaannya.Tiga pola manajemen sederhana ini menjadi kunci agar aktivis dakwah kampus dapat bergerak dinamis dalam berdakwah dan optimis melihat hasil indeks prestasi. Dengannya seorang aktivis dakwah tidak lagi memandang dakwah sebagai sebuah beban, melainkan sebagai sebuah kebutuhan. Ia menjadi lebih tertantang untuk menyelesaikan tanggung jawab dakwah yang lebih besar untuk mengharapkan keberkahan dari Allah. BAB 14MENJADI MENTOR IDAMANBagaimana agar saya bisa menjadi mentor yang baik? Apa saja yang harus saya persiapkan dan harus saya pahami?Mentoring adalah salah satu bentuk kaderisasi dua arah yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan da’iyah seorang kader. Pada saat seseorang menyampaikan materi, secara tidak langsung ia juga belajar untuk memahami kembali materi yang ada. Orang bijak pernah berkata, ketika Anda bisa mengajarkan suatu hal kepada orang lain, Anda berarti telah memahami hal itu dengan baik. Saya sangat sepakat dengan statement ini. Seseorang yang menjadi mentor tentunya sebelum menyampaikan materi akan mempersiapkan dirinya dengan baik terlebih dahulu.Proses kaderisasi dua arah ini sangat diharapkan dapat dilakukan oleh semua kader, bagaimana seorang kader dakwah bisa melakukan aktivitas tarbiyah dan dakwah secara bersamaan. Oleh karenanya di LDK dibutuhkan pelatihan dan kesempatan untuk mempraktikkan menjadi seorang mentor sejak dini dan berkelanjutan.Dalam beberapa kesempatan saya mengisi materi pada diklat mentor di beberapa kampus atau SMU. Saya menemukan masalah yang kerap ditemukan oleh para mentor pemula. Permasalahan ini seputar ketidakpahaman materi, kemampuan komunikasi yang terbatas, kepercayaan diri, serta kekhawatiran tidak bisa menjadi mentor yang amanah. Yang paling membuat saya bingung adalah kenapa semua masalah ini sering dijadikan alasan untuk menolak menjadi mentor. Karena urung memulai, penundaan kesiapan ini justru membuat kita tidak akan menjadi mentor untuk selama-lamanya.Pada dasarnya alasan di atas bisa diselesaikan dengan cara yang sangat sederhana. Ketidakpahaman akan materi bisa disolusikan dengan membaca buku referensi yang tepat. Saya sangat kagum pada tulisan Satria Hadi Lubis yang banyak membicarakan cara menjadi mentor yang baik. Selain buku panduan menjadi mentor, buku-buku pemahaman diniyah dan wawasan umum perlu juga kita baca. Permasalahan komunikasi bisa diselesaikan dengan latihan berbicara dari lingkup yang kecil—mungkin dimulai dari di hadapan satu orang, lalu lima orang, dan seterusnya—hingga ada keyakinan pada diri kita untuk berani berbicara. rasa ketidakpercayaan diri juga bisa diatasi dengan mencoba berpikir positif, dan memandang kelebihan diri sebagai sebuah keunggulan. Selain itu berlatih menjadi mentor dengan membina binaan yang lebih muda bisa menjadi media latihan yang baik. Sebutlah Anda seorang mahasiswa tingkat 2, maka bisa menggunakan siswa SMU sebagai latihan untuk memberikan materi mentoring. Untuk menghadapi kekhawatiran bahwa Anda tidak bisa amanah akan apa yang disampaikan, Anda bisa mentekadkan dalam diri bahwa setelah Anda menyampaikan sesuatu, maka Anda akan langsung menjalankannya.Bisa saya coba memahami bahwa sebab mengapa ada kader yang punya permasalahan di atas adalah dikarenakan ia tidak cukup memiliki bekal yang layak untuk menjadi mentor. Selain berbekal ilmu, bekal pengalaman atau jam terbang juga menjadi kebutuhan tersendiri. Jika hal kedua ini yang ternyata menjadi sumber masalah, maka solusinya hanya satu, yakni membiasakan diri kader untuk membina kelompok mentoring agar ia semakin berpengalaman.Berbagai teori tentang mentor ideal mungkin sudah banyak beredar dan bisa kita dapati di berbagai media. Namun ternyata untuk mengaplikasikannya secara utuh memiliki tantangan tersendiri. Hal ini selain dikarenakan oleh adanya personal capacity yang berbeda pada setiap orang, kondisi setiap anggota kelompok mentoring pun juga beragam. Dengan demikian trik di lapangan akan lebih bermanfaat ketimbang pemahaman materi saja.Pada kasus ini saya akan menyampaikan beberapa tips untuk menjadi seorang mentor yang memahami posisinya. Saya tidak akan berbicara materi apa yang tepat atau bagaimana cara berkomunikasi. Akan tetapi jika Anda memahami peran Anda sangat penting sebagai mentor ini, saya berharap Anda bisa termotivasi untuk menjadi mentor yang terus belajar menjadi lebih baik. Dalam eskalasi tahapan pembinaan, kita mengenal beberapa tahapan, yakni:Peran mentoring dalam tahapan ini ada pada tahap kedua, yakni pada proses pembentukan kader. Mentoring berperan dalam memperkuat kader yang sudah baik, dan membentuk kader baru menjadi militan dan produktif. Supplai kader ini akan menentukan keberhasilan pada tahapan selanjutnya. Saya pernah menganalogikan mentoring ini sebagai tulang punggung dakwah yang selalu mencetak darah (baca:kader) baru setiap tahunnya. Jika dipersentasekan, maka kurang lebih komposisinya dalam hal keberhasilan dakwah adalah:Fase perkenalan : 30 %Fase pembentukan: 30 %Fase penataan: 20 %Fase eksekusi: 20 %Besarnya komposisi ini menggambarkan bahwa peran sentral mentor dalam mengelola mentoring merupakan peran besar yang sangat strategis dalam pembangunan dakwah kampus kita. Oleh sebab itu, pengelolaan mentoring serta pemahaman mentor yang baik adalah sebuah kebutuhan untuk menguatkan basis ekspansi lembaga maupun kader. Kader yang kuat akan mampu merencanakan dan menjalankan sistem yang kuat, dan sistem yang kuat juga akan menghasilkan kader yang kuat pula. Berikutnya akan saya paparkan sedikit mengenai tips untuk menjadi mentor yang baik untuk peserta mentoring.Memiliki Ruhiyah yang StabilKekuatan ruhiyah sering saya sebut dengan kekuatan “langit” yang Allah berikan untuk kader dakwahnya yang dekat dengan-Nya. Kekuatan ruhiyah-lah yang menjadi penunjang kader untuk selalu bertahan dalam dakwah sehingga ia memiliki keyakinan dan keikhlasan bahwa setiap aktivitas yang dilakukan adalah dengan tujuan mendapatkan ridho Allah semata. Dengan demikian segala tantangan yang ia hadapi dapat dimaknai sebagai sebuah ujian untuk meningkatkan kualitas keimanan atau sebuah teguran atas kelalaian yang mungki terjadi. Kekuatan ruhiyah dalam konteks mentoring berdampak pada kemampuan diri untuk menyampaikan materi dan diresapi oleh peserta mentoring. Dengan kekuatan ini pula Allah akan membalas cinta kita dengan membukakan hati serta pikiran kita dan binaan kita untuk dapat menerima apa yang disampaikan. Saya pernah menemukan seorang mentor yang memiliki kelemahan dalam hal berkomunikasi, namun memiliki keunggulan ruhiyah yang baik yang dapat menunjang amanahnya sebagai seorang mentor. Allah pun memudahkan aktivitas mentoringnya dengan membukakan hati binaannya, yang saat itu masih jauh dari Allah, dan ternyata saat ini telah menjadi kader yang sangat produktif. Kekuatan ini memberikan ketenangan dan emosi yang menyatukan hati Anda dengan binaan dalam rajut tali kecintaan kepada Allah semata. Mengenal Pribadi BinaanMengenal dengan baik binaan atau peserta mentoring adalah hal yang perlu dilakukan untuk menguasai medan kelompok dan mengenal secara pribadi binaan sejak awal dengan harapan dapat segera “in” dengan mereka sehingga terbentuklah kepercayaan di antara mentor dan binaan. Kepercayaan ini adalah modal penting bagi seorang mentor agar sukses menyampaikan materi. Oleh karena itu, perlu kiranya seorang mentor mengetahui apa saja yang perlu ia pahami agar dapat berempati dengan baik kepada para binaannya.KarakterMentor harus dapat mengetahui bagaimana karakter umum dari binaan. Anda bisa menggunakan buku panduan “Personality Plus” untuk mengidentifikasi karakter para adik binaan. Apakah ia seorang yang koleris, melankolis, plegmatis, atau sanguinis. Dengan mengetahui bagaimana karakternya Anda akan lebih mudah memahaminya.Kultur Setiap orang punya kultur yang berbeda-beda. Orang dari Aceh atau Medan, tentu berbeda dengan orang yang berasal dari Jawa atau Papua. Setiap kultur ini punya kekhasannya masing-masing. Gunakan perbedaan kultur yang ada sebagai kesempatan untuk lebih dekat dengan binaan. Gunakan pula kesamaan kultur dengan binaan sebagai pendekatan untuk menyampaikan materi.Latar belakang Masa lalu atau latar keluarga yang berbeda akan berpengaruh terhadap pola piker binaan. Seorang kader yang berasal dari keluarga yang berkecukupan tentu akan punya taste dan preference yang khas. Seorang kader yang mungkin punya masa lalu yang suram tentu akan berpikir beda dengan seorang kader yang berasal dari keluarga ulama. Anda sebagai mentor diharapkan dapat mengetahui latar belakang binaan dan dapat mengemas materi sesuai dengan pola pikir binaan.Visi PersonalSetiap manusia mempunyai keinginan, tujuan hidup, dan masa depan masing-masing. Anda sebagai mentor sangat dituntut untuk mengetahui apa yang akan jadi keinginan binaan Anda di masa yang akan datang sehingga Anda dapat membimbingnya untuk menuju masa depan yang baik.Kompetensi Maksud kompetensi disini adalah kemampuan pribadi binaan, apakah itu kompetensi agama, kompetensi akademik, kompetensi seni, kompetensi olahraga, kompetensi softskill, atau pun kompetensi lainnya. Jadikanlah kompetensi ini sebagai sebuah kelebihan binaan. Gunakan pula pengetahuan kita terhadap kompetensi binaan ini sebagai salah satu upaya pendekatan materi mentoring. Misalnya seorang mahasiswa IT bisa kita dekati dengan memberikan materi berisikan contoh-contoh istilah programming, atau mahasiswa kedokteran bisa kita dekati dengan materi tentang bedah mayat untuk lebih mengenal keagungan Allah. Mengetahui Peran MentorMenjadi seorang mentor adalah sebuah tugas yang membutuhkan kesiapan yang memadai. Artinya ketika seseorang sudah menyiapkan diri menjadi mentor. Maka ia harus mengetahui peran apa yang bisa ia jalankan sebagai seorang mentor agar kelompok binaanya menjadi dinamis dan progresif. Secara umum ada empat peran yang bisa dijalankan sebagai seorang mentor, yakni sebagai seorang kakak yang siap mendengar, pelatih yang siap mendamping, petunjuk jalan untuk membimbing masa depan, dan headhunter untuk menyiapkan mentor dimasa yang akan datang. Brother/sisterSeorang mentor berperan sebagai seorang kakak atau saudara bagi peserta mentoring sebagai tempat berdiskusi dan menceritakan isi hati atau masalah yang mungkin dihadapi. Oleh karena itu seorang mentor perlu memiliki karakter empatik dengan harapan dapat menyentuh hati para adik binaannya sehingga terjadi keterbukaan satu sama lain dan terbentuk nuansa kekeluargaan dalam kelompok mentoring tersebut.CoachPelatih adalah sosok yang memberikan arahan, mengajarkan cara melakukan sesuatu, mencontohkan, mengawasi peserta latihan, memotivasi ketika gagal, memberi selamat ketika berhasil, dan setia mendampingi agar peserta dapat melakukan suatu hal. Untuk itu diperlukan karakter pengkader yang ulung bagi seorang mentor. Karena ialah yang akan senantiasa berinteraksi dengan para peserta mentoring. Untuk ini seorang mentor membutuhkan pula kemampuan merangkul dan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya.PathfinderSeorang mentor diharapkan dapat menjadi pembimbing bagi binaannya dalam menapaki masa depannya. Dalam hal ini mentor perlu memahami potensi tiap binaan dan member mereka alternatif pilihan untuk masa depannya. Sebagai contoh kecil, dalam hal memilih sub-jurusan pada sebuah program studi, seorang mentor dituntut untuk bisa memberikan gambaran yang jelas mengenai pilihan-pilihan yang ada dan memberikan rekomendasi kepada peserta mentoring. Oleh karena itu seorang mentor diharapkan juga dapat memiliki karakter pemimpin yang bisa mengarahkan peserta mentoring.HeadhunterKebutuhan dakwah kampus akan mentor atau mentor senantiasa bertambah, oleh karena itu seorang mentor diharapkan dapat mempersiapkan dan membentuk karakter binaan untuk dapat menjadi mentor di masa yang akan datang.Variasi MetodeMetode penyampaian materi divariasikan sebanyak mungkin, jika memungkinkan, usahakan cara penyampaian berbeda setiap pekannya. Minimal siapkan 4 variasi metode sehingga setiap variasi bisa ditemui setiap bulan. Sebutlah, pertemuan olahraga bersama, bedah buku, kunjungan ke ustadz/tokoh, rihlah, memasak bersama, skill pendukung untuk persiapan berkeluarga (membetulkan mobil, membetulkan listrik, menjahit), makan bareng, simulasi, dan sebagainya. Variasi ini bertujuan untuk menghindari kejenuhan binaan. Penyampaian materi pun juga sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan agar binaan siap menerima.Sejatinya semua mentor adalah idaman bagi setiap binaannya. Karena kehadiran mentor yang baik akan berdampak kepada nyamannya anggota kelompok binaan tersebut dalam menjalankan kegiatan permentoringan. Mentor yang idaman akan menjadi inspirasi bagi binaannya dan akan membuat mereka semakin bersemangat untuk mendalami Islam.Menjadi mentor yang baik diperlukan pengalaman yang cukup panjang. Semakin banyak karakter binaan yang pernah ditemui, semakin matang pula seseorang untuk bisa membentuk sebuah kelompok yang dinamis. Meski demikian, bukan berarti kita harus menunggu matang dulu untuk menjadi mentor. Pada akhirnya , kita harus berani memulai untuk menjadi mentor. Dengan memulai sejak dini akan berdampak kepada semakin cepat matangnya seseorang untuk menjadi mentor idaman. BAB 15KADER ADALAH AGEN MARKETING Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (QS. At Taubah: 105)Saudara saya yang juga merupakan kepala syiar dan pelayanan kampus GAMAIS ITB, Albaz Rosada, menerjemahkan kata “syiar” dalam bahasa Inggris dengan “marketing”. Awalnya saya sempat bingung, kenapa harus “marketing”? Padahal kata tersebut lebih cocok diterjemahkan menjadi “pemasaran”. Kemudian lebih jauh saya melihat bahwa memang yang dilakukan oleh lembaga dakwah adalah memasarkan produk dakwah, mempromosikan Islam, atau menyebarluaskan jaringan Islam. Untuk itu semua, maka dibutuhkan pemasaran yang baik dalam LDK. Marketing atau proses syiar dalam LDK adalah hal yang sangat penting, karena memang tugas utama LDK adalah ber-syiar. LDK adalah lembaga dakwah yang tugasnya men-syiar-kan Islam. Poin penting dalam tulisan ini adalah bagaimana kader kita bisa mempunyai karakter syiar yang kuat—bisa dikonotasikan sebagai kader yang berkarakter da’i—sehingga dimanapun dan kapanpun seorang kader berada, jiwanya akan selalu berorientasi syiar.Kader bagi sebuah LDK adalah garda terdepan. Perlu diingat juga, kader LDK berarti semuanya, dari low sampai top management. Jiwa da’i ini harus ditanam sejak masa awal seorang kader bergabung dalam LDK. Penanaman jiwa ini sejak awal pelan-pelan akan menghapus paradigma bahwa LDK adalah EO, yang cukup marak beredar beberapa tahun belakangan ini. Karena itulah pembekalan terhadap kader harus terpadu dan berkelanjutan. Seorang kader harus dibina agar ia memiliki kekuatan Qur’aniyah yang kuat, dimulai dari belajar membaca, tahsin yang baik, membaca tafsir, menghafal hingga mengamalkannya. Selain itu seorang kader harus mempunyai kredibilitas seorang pemimpin. Ia harus mampu menjadi yang terbaik di kelas, memimpin lab, menjadi asisten mata kuliah, dan memiliki keunggulan di bidang akademik lainnya. Kita sangat mengharapkan seorang kader dakwah punya kemampuan untuk menjadi teladan di tempat-tempat ia berhimpun. Kader adalah agen promosi bagi LDK dan media paling tepat untuk mengajak orang lain untuk bergabung dalam barisan dakwah ini. Masyarakat kampus akan melihat dengan positif, seorang kader kita yang memiliki budi pekerti yang baik, maka dengan itu mereka bisa jadi simpati dan tertarik untuk mendalami Islam. Saya pernah suatu waktu ditanya oleh kawan sekelas saya, “Cup, apa sih yang bisa buat lo berubah, lo tampak tenang dan excited banget dengan hidup lo?” Saya pun menjawab, “Gue gabung di Gamais. Bukan karena gue udah soleh, tapi gue tau bakat maksiat gue tinggi, makanya gue banyak belajar di Gamais, dan gue dapet apa yang gue ingingkan. At least gue bisa tenang dan selalu berpikir positif dalam setiap langkah gue”. Diskusi pun berlanjut, dan saat ini beliau telah bergabung dengan kelompok mentoring. Kader pula yang akan memberi contoh kepada masyarakat kampus, bagaimana seorang muslim yang baik memimpin. Seorang muslim memimpin dengan sepenuh hati dan raga, melayani anggota yang dipimpinnya, dan mau berkorban tanpa pamrih. Itulah seorang pemimpin muslim yang akan disenangi oleh masyarakat kampus. Kader LDK harus bisa mengisi pos-pos kepemimpinan di semua wilayah, dari yang terkecil—ketua kelas atau ketua kelompok tugas—hingga pos-pos yang lebih besar dan berpengaruh—ketua unit mahasiswa, ketua himpunan mahasiswa, atau ketua BEM. Lagi-lagi dengan sebuah harapan agar kader kita dapat mencontohkan bagaimana Islam mengajarkan umatnya memimpin, dan bagaimana Islam bisa betul-betul menjadi rahmat bagi semua manusia. Saya punya saudara bernama Muhammad Iqbal. Beliau Ketua Angkatan Mahasiswa Fisika Teknik angkatan 2005. Ada sebuah kisah yang saya ingat tentangnya. Saat itu dalam prosesi orientasi mahasiswa, beliau dicabut amanahnya oleh pengkader. Namun karena tuntutan berbagai pihak dan karena beliau juga disenangi dan disayangi oleh anggotanya, beliau terpilih kembali sebagai ketua angkatan. Menurut kabar pula, beliau adalah ketua angkatan Fisika Teknik pertama yang gagal diturunkan oleh para pengkader saat masa orientasi mahasiswa. Subhanallah... kader dakwah inilah yang kemudian berperan besar dalam menegakkan kekuatan Islam di kampus. Iqbal yang saya ceritakan saat ini diamanahkan sebagai kepala Departemen Manajemen Sumber Daya Anggota GAMAIS ITB.Di lain pihak, kader LDK dituntut pula untuk memiliki IP yang tinggi dan aktif dalam perkuliahan. Kampus berisikan masyarakat yang berpendidikan, jadi seseorang akan dipandang di kampus karena kepandaiannya dalam bidang akademik. Semakin tinggi IP kader, akan semakin banyak pula orang yang mendengarkannya. Untuk itulah LDK harus mampu menjaga stabilitas IP kader. Adanya Departemen Akademik dan Profesi di GAMAIS ITB mulai sejak saya memimpin juga ditujukan untuk mem-back up hal tersebut. Ada sebuah contoh di kampus saya mengenai saudara saya Anggit Saputra, seorang Ketua Lembaga Dakwah di Program Studi Teknik Kimia (GAMISTEK). Beliau dikenal sebagai seseorang yang bersahaja dan luar biasa dalam bidang akademik. Beliau sempat mendapat IP 4,00 dengan IPK saat ini seingat saya masih diatas 3,5. Kekuatan ini beliau jadikan sebagai keunggulan pribadi yang dimanfaatkannya untuk berdakwah. Kepintaran beliau membuat banyak teman-temannya simpati. Satu tahun kiprah beliau menjadi ketua GAMISTEK telah membuahkan hasil yang sangat signifikan, terutama dalam semakin rutinnya agenda syiar dan semakin baiknya produktivitas kader. Saat ini beliau diamanahkan sebagai Ketua Lembaga Dakwah Fakultas Teknologi Industri.Sahabat-sahabat kader LDK yang saya sayangi karena Allah, memberi peran lebih kepada kader, terutama sebagai agen terdepan syiar (marketing) adalah sebuah keniscayaan. LDK mendidik kadernya untuk menjadi da’i dan untuk menjadi teladan, serta untuk menjadi pemimpin di masyarakat. Dengan membangun paradigma bahwa kader adalah agen terdepan dalam memasarkan Islam di kampus, mudah-mudahan bisa terbentuk LDK yang berfondasikan kader-kader yang berkarakter, kuat, dan produktif.GlosariumD:Da’iyah : berjiwa seorang pendakwahDakwah Fardiyah: dakwah personalDiniyah: ilmu agamaDzatiyah: seorang diriL:Lafadz: pengucapan M:Mahdah: (ibadah) langsungQ:Qur’aniyah: berjiwa Qur’anR:Rabbani: Panghamba AllahRihlah: PerjalananRuhiyah: kedekatan dengan Allah (jiwa)S:Syiar: menyampaikan ajaran IslamT:Tahsin: tata cara membaca Al Qur’anTarbiyah: pembinaanTilawah: membaca Qur’anU:Ukhwah: persaudaraan Membangun Kapasitas dan Pengaruh KaderBAB 16TAHAPAN KADERISASIKepada anakku Al Walid,di kegelapan yang hitam pekat ini, aku menatapmu dengan mata hatiku. Aku datang dari jauh menuju fajar baru dengan cita-cita yang mengharu biru kalbu. Untuk mengangkat panji Islam kembali seperti dahulu.Abbas As SyisiLDK sangat erat kaitannya dengan lembaga kaderisasi karena memang pada mulanya LDK didirikan untuk mengkader para mahasiswa agar memiliki pemikiran dan kapasitas seorang muslim yang komprehensif. Dalam perkembangannya LDK beralih peran menjadi lembaga syiar Islam yang melaksanakan berbagai agenda syiar. Terkadang peralihan peran ini menyebabkan beberapa segi menjadi “kebablasan”. Roda syiar berjalan, namun basis pembinaan tidak terperhatikan.Inilah yang menjadi sebab mengapa beberapa LDK mengalami krisis kepemimpinan pada tahun-tahun tertentu. Sejatinya LDK bisa memastikan sistem kaderisasi berjalan dengan baik dalam keadaan apapun karena kaderisasi yang baik akan berperan besar sebagai dinamo dakwah kita. Mengapa saya berbicara sistem? Sistemlah yang membantu LDK membentuk kader-kader yang solid dan militan setiap saat. LDK tidak boleh berorientasi pada pribadi atau ketokohan. LDK tidak boleh punya tokoh sentral yang diibaratkan “pahlawan” bagi LDK tersebut. LDK harus mampu membentuk banyak kader hebat di setiap waktu.Bagaimana LDK melakukan sistem kaderisasi? Pada dasarnya ada empat tahap kaderisasi, yakni perkenalan, pembentukan, pengorganisasian, dan eksekusi. Empat tahapan kaderisasi ini adalah sebuah siklus yang membentuk seorang objek dakwah agar siap menjadi aktivis dakwah.Tahapan dalam Kaderisasi LDKPerkenalan (Ta’rif)Pandangan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda. Pada tahap awal ini, alangkah baiknya bila LDK mampu memberikan kesan pertama yang baik kepada mahasiswa. LDK berperan penting untuk membuat mahasiswa mengetahui apa-apa yang belum diketahuinya mengenai Islam. Dengan kata lain, merubah mereka dari bodoh menjadi pintar; Membuat mahasiswa berkata “Oh!” pada hal-hal yang ia dapatkan. Karena tahapan perkenalan ini sangat berpengaruh terhadap pemahaman dan kontribusi mahasiswa ketika bergabung kelak, maka berikanlah gambaran umum yang jelas tentang LDK kita. Dengan demikian calon kader akan memiliki orientasi yang jelas saat mengikuti pembinaan Islam.Lakukanlah pendekatan dengan agenda syiar dan pelayanan kampus. Ta’lim dan tabligh bisa dijadikan pilihan. Perlu diingat bahwa tidak ada parameter keberhasilan yang berlebihan di sini. Cukuplah bagi mahasiswa yang sebelumnya belum mengetahui bahwa sholat itu wajib, menjadi tahu bahwa sholat itu wajib. Mahasiswa yang belum tahu bahwa puasa itu wajib, menjadi tahu bahwa puasa itu wajib. Belum perlu langsung sampai pada tahap melaksanakan. Dengan ini diharapkan setelah mahasiswa mengetahui urgensi dari beberapa hal tentang Islam, mereka tertarik untuk mendalaminya dengan mengikuti kegiatan pembinaan.Poin penting dalam tahapan ini adalah tindak lanjut dari agenda syiar yang dilakukan. Keberadaan data sangat diperlukan di sini. LDK bisa mempunyai absensi peserta ta’lim atau agenda syiar lainnya lalu menindaklanjuti data tersebut dengan mengarahkan pesertanya untuk mengikuti mentoring sebagai agenda pembinaan rutin LDK. Selain itu pembuatan stand pendaftaran kegiatan mentoring di setiap event dakwah juga akan sangat membantu. Cara baik lainnya adalah dengan menjadikan dakwah fardiyah sebagai kebiasaan kader. Dengan demikian setiap kader LDK kita bisa berperan aktif mengajak mahasiswa muslim mengikuti mentoring. Sedangkan bagi mahasiswa yang sudah memiliki pengaruh di kampus atau sudah punya landasan pemikiran yang kuat, lakukanlah pendekatan dengan diskusi langsung.Pembentukan (Takwin)Inilah tahap yang membutuhkan waktu yang cukup lama dan usaha yang berkelanjutan. Pada tahap ini LDK berperan sebagai pembentuk kader-kader yang seimbang kemampuan dirinya. Membuat mekanisme dan sistem pembentukan yang jelas, bertahap dan terpadu akan menghasilkan kader yang kompeten dan produktif. Oleh karena itu pelaku kaderisasi—dalam hal ini tim kaderisasi LDK—diharapkan bisa memberikan asupan ilmu yang luas dan tidak terbatas. Seimbangkan pula anjuran untuk berilmu dan beramal. Berikut akan dijelaskan berbagai dimensi yang perlu dipahami dan dibina dalam tahap pembentukan pribadi kader.DiniyahMaksud diniyah adalah pemahaman ajaran dasar Islam seperti pengajaran tentang aqidah yang bersih dan lurus, dan bagaimana ibadah yang benar. Diutamakan ibadah wajib dijalankan dengan konsisten terlebih dulu, barulah meningkat ke pembiasaan ibadah sunnah. Selanjutnya bisa dikaitkan dengan dasar-dasar fiqih Islam dan berbagai hukum kontemporer yang ada. Penguatan akhlak yang baik bagi kader perlu dibiasakan juga sehingga diharapkan pembentukan kader yang berkepribadian Islam yang komprehensif bisa dipenuhi di dimensi ini.Qur’aniyahMaksudnya adalah memberikan pengajaran dasar-dasar Al Qur’an yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan kader. Tahapan pengajaran ini bisa dimulai dari tahap pra-tahsin, tahsin, dan tahfidz. Bila keadaan memungkinkan, tafsir Al Qur’an juga bisa dilaksanakan. Besar harapan saya agar kader LDK sangat dekat dengan Al Qur’an karena memang semua hal yang disampaikan saat berdakwah bersumber pada Al Qur’an. Kedekatan kader pada Al Qur’an pula yang akan membuat dakwah ini diberkahi dan dirahmati Allah. Kader diharapkan bisa mengaji atau membaca Al Qur’an dengan tajwid yang benar. Jika bacaannya sudah baik, selanjutnya diharapkan kader bisa mulai menghafalkannya.Manajemen OrganisasiLDK adalah lembaga dinamis yang memerlukan kader yang bisa selalu produktif. Kader LDK haruslah kader yang baik dalam memanajemen diri dan organisasi. Penanaman dasar-dasar organisasi sejak dini dilakukan dengan harapan supaya kader tidak bingung ketika sedang menjalankan amal dakwah. Isi dari dimensi ini seperti dasar-dasar kaderisasi, manajemen waktu, manajemen konflik, manajemen rapat, syiar efektif, fund rising, pengelolaan organisasi dan lainnya. Diharapkan materi tersebut tidak hanya bisa menjadi bekal untuk lembaga dakwah, tapi juga untuk diri kader sendiri.SoftskillsKader LDK dituntut memiliki keahlian khusus yang tidak hanya bisa menunjang pergerakan dakwah, tetapi juga berguna bagi dirinya di masa yang akan datang. Contoh penerapan pembentukan softskill untuk kader adalah pelatihan membawa mobil dan motor, cara desain dengan Corel Draw atau Adobe Photoshop, public speaking, training manajemen, aksi, memasak, memasang spanduk dan umbul-umbul, pelatihan multimedia seperti web dan blog, olahraga dan bela diri, bahasa Inggris dan bahasa Arab, serta kemampuan pendukung lainnya yang sekiranya dibutuhkan untuk kader. KepemimpinanManusia diciptakan Allah sebagai pemimpin, begitupula kader LDK yang nantinya akan memimpin pos-pos dakwah di mana pun. Seorang kader dakwah harus siap memimpin jika kondisi menghendaki beliau sebagai pemimpin. Jiwa seorang pemimpin ini tidak bisa dibangun secara instan. Seorang pemimpin perlu memiliki visi yang kuat dan komprehensif dalam melihat sesuatu. Pemimpin juga butuh kekuatan komunikasi dan karisma serta memiliki jiwa empati dan bisa berkerja sama. Pemimpin juga harus bijak dalam mengambil keputusan. LDK harus bisa mencetak banyak pemimpin karena kader LDK tidak hanya akan memimpin di LDK. Kita juga perlu menyiapkan kader yang akan memimpin di wilayah dakwah lain.Wawasan Seseorang yang berilmu lebih baik ketimbang yang tidak berilmu. Ilmu dalam hal ini tidak dibatasi dalam hal ilmu agama saja. Kader LDK perlu memahami dasar-dasar ilmu politik, sosial, hukum, budaya dan ekonomi. Kekuatan dan luasnya wawasan yang dimiliki oleh kader dakwah akan memudahkan proses keberterimaan seorang kader di masyarakat dan memudahkan amal dakwah yang dilakukan oleh kader. Kekuatan wawasan ini pula yang akan membuat kader lebih bijak dan tepat dalam mengambil keputusan.Dimensi-dimensi pembinaan ini perlu diberikan secara jelas, bertahap dan terpadu. Dengan memberikan banyak wawasan bagi kader LDK, sama juga dengan membangun aset dalam suatu bisnis. Aset terbesar LDK adalah kader yang produktif. Flow dari rangkaian pembinaan ini harus bisa disusun dengan tepat agar memberikan sebuah formulasi kaderisasi yang terbaik. Mekanisme pendukung dari tahapan ini adalah form evaluasi rutin per kader. Dengan form ini kita bisa mengetahui tingkat partisipasi kader dalam pembinaan serta menguatkan basis penjagaan dalam kelompok kecil yang sering kita kenal dengan mentoring. Nama:Program Studi/Angkatan:Nama Mentor:Kode Kelompok:Bulan MentoringTanggalPekan IPekan IIPekan IIIPekan IVMateriMateri IMateri IIMateri IIIMateri IVKehadiranContoh Form Evaluasi RutinMentoring akan berfungsi sebagai kelompok penjagaan terkecil dari sebuah LDK. Pada tahapan pembentukan ini, ilmu yang didapatkan diharapkan sudah bisa menjadi pemikiran dan gagasan yang kuat bagi kader dan mereka siap untuk mengamalkannya. Penataan/Pengorganisasian (Tandzhim)Setelah kader dibina, mulailah LDK menata potensi-potensi kader menjadi sebuah untaian tali pergerakan yang harmonis. Setiap kader mempunyai kelebihannya masing-masing. Ada kader yang pandai menghafal Al Qur’an, maka jadikanlah ia sebagai pengajar tahsin dan tahfidz. Ada kader yang gemar aksi atau demonstrasi, maka tempatkanlah ia di garda politik. Ada kader yang gemar mengadakan kegiatan, maka tempatkanlah ia di kepanitiaan. Ada kader yang hanya gemar belajar, maka proyeksikan ia agar menjadi asisten dosen dan ketua lab di masa yang akan datang. Ada kader yang suka bertualang, maka tempatkanlah ia sebagai relawan sosial LDK. Ada kader yang senang berpikir, maka tempatkanlah ia sebagai tim strategis. Ada kader yang gemar menggambar, maka tempatkanlah ia sebagai tim desain LDK. Tempatkanlah kader sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Walaupun seorang pimpinan LDK punya wewenang untuk menempatkan kader sesuai dengan keinginannya, namun menempatkan mereka sesuai minat dan potensi yang mereka miliki akan menghasilkan hasil yang lebih baik. Akan tercipta sebuah kesinambungan dakwah yang harmonis. Hubungan kader dengan amanah seperti hubungan tumbuhan dengan habitatnya. Kaktus tidak mungkin hidup di pantai, dan rumput laut tidak mungkin hidup di padang pasir. Begitulah analogi kader. Jika pimpinan memaksakan seorang kader ditempatkan di tempat yang tidak sesuai, maka akan terjadi pembunuhan karakter kader. Oleh karena itu, hal ini perlu sekali dipahami oleh pimpinan LDK karena kader kita adalah manusia, bukan mesin yang bisa diatur-atur sesuai dengan keinginan penggunanya. LDK harus mampu memanusiakan manusia. Kalau memang harus ada yang berkorban, maka pimpinan LDK-lah orang yang paling tepat. Sedangkan kader hanyalah objek dakwah bagi pimpinan LDK. Penyediaan ladang beramal dari LDK pun harus ditambah seiring dengan bertambahnya jumlah kader. Ada beberapa LDK yang menyesuaikan komposisi dan bentuk struktur organisasinya dengan jumlah kader. Bisa juga dengan memberikan kader tempat beramal di lembaga lain seperti mahad kampus, BEM, himpunan, unit mahasiswa dan sebagainya. Poin yang paling penting untuk diperhatikan adalah bagaimana kader bisa memiliki amanah di mana pun, namun dengan catatan, ia selalu beraktivitas dengan mengguankan paradigma dakwah yang baik? Dimanapun Anda berada, frame dakwah haruslah tetap terinternalisasi karena LDK harus mampu menyediakan kader yang bisa mengisi berbagai pos di masa yang mendatang. Dalam tahap yang lebih lanjut, terutama untuk LDK yang sudah stabil, kader diharapkan selalu memiliki empat peran dalam satu waktu, yakni:Peran Kader sebagai Seorang Mentor (Pembina)Seorang kader LDK harus aktif membina dan dibina. Misalnya dengan membina kelompok mentoring rutin atau mengisi ta’lim rutin. Peran ini adalah peran murni seorang da’i yang diharapkan bisa menjadi peran utama kader dakwah.Peran Kader sebagai Penentu Kebijakan Strategis (Syura) Kader dididik untuk bisa memimpin dan berpikir. Oleh karena itu kader harus mempunyai tanggung jawab sebagai anggota syura (rapat strategis) di lini yang sesuai dengan kapasitas kader saat itu. Dengan menjadi anggota syura diharapkan kader akan terbiasa berpikir strategis dan komprehensif, sekaligus mampu menumbuhkan jiwa pemimpinnya.Peran Kader sebagai Pelaksana Operasional (Teknis)Selain sebagai pemegang kebijakan di suatu tingkatan LDK, kader juga diharapkan bisa berperan dalam tatanan operasional atau pekerjaan teknis. Dengan demikian kader akan selalu berada dalam peran sebagai atasan dan bawahan dalam waktu bersamaan. Keseimbangan ini akan membentuk jiwa kerjasama yang baik. Contoh dalam kasus ini adalah, seorang kader berperan sebagai tim inti panitia kegiatan (dalam hal ini dia sebagai anggota syura) dan juga sebagai pelaksana operasional di tatanan LDK (berkoordinasi dengan pengurus inti LDK). Peran Kader di Bidang AkademikKader dakwah pun perlu memiliki kompetensi akademis yang baik. Oleh karena itu, peran terakhir yang tak kalah pentingnya adalah kader bisa berperan dalam bidang akademik baik di bangku kuliah maupun di lab. Peran yang bisa diambil antara lain sebagai ketua kelas, ketua kelompok tugas, koordinator lab, ketua praktikum, asisten dosen, atau aktif dalam penelitian dan lomba ilmiah. Memiliki kader yang memiliki IP baik adalah harapan besar bagi LDK. IP yang baik sebetulnya akan memudahkan pergerakan dakwah kita di dunia kampus.Eksekusi dan Peralihan Objek Kaderisasi Menjadi Seorang Kader (Tanfidzh)Tahap ini adalah tahapan terakhir dalam siklus kaderisasi. Pada tahap ini seorang kader dakwah sudah bisa berkontribusi secara berkelanjutan dan sudah siap untuk menjadi pengkader bagi objek dakwah yang lain. Fase eksekusi ini diisi dengan monitoring kader dan evaluasi berkala agar sistem kaderisasi yang dijalankan di LDK semakin baik. Dengan monitoring dan evaluasi diharapkan bisa timbul ide-ide masukan dan perbaikan bagi perencanaan siklus kaderisasi selanjutnya. Variasi dan inovasi metode, kurikulum, flow materi, perangkat pendukung dan kebijakan manajemen SDM lainnya bisa berkembang pesat di tahapan ini.Fase eksekusi ini juga sudah menghasilkan kader yang memiliki dorongan untuk berkerja. Perlu diingat, karena seorang kader saat ini sudah memegang peran sebagai pengkader, maka kader pun perlu dibina dengan siklus yang baru. Pada dasarnya seorang kader akan dibina sesuai dengan siklus ini, yang membedakan adalah pola dan isi dari setiap tahapannya. Seringkali LDK tidak membina kader tahap lanjut. Bisa dikatakan pembinaan untuk pengurus harian lebih sedikit ketimbang kader mula. Oleh karena itu pada LDK yang sudah cukup stabil diharapkan mempunyai alur dan kurikulum serta metode kaderisasi yang berbeda untuk setiap tingkatan (angkatan) kader. Dengan membuat sistem kaderisasi seperti ini, maka LDK dapat menjadi mesin pencetak kader yang solid dan militan secara terus-menerus. Membangun sistem kaderisasi yang kuat adalah aset berharga bagi sebuah LDK. Tahapan kaderisasi ini dibuat sebagai skema langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh sebuah LDK dalam mengembangkan karakter kadernya. Dengan pentahapan yang jelas dan terstruktur, pengembangan kapasitas dapat lebih mudah diserap oleh para kader. Pada dasarnya pengembangan kapasitas sangat dipengaruhi juga oleh lingkungan yang dibangun. Melalui tahapan yang ada dalam kaderisasi, LDK akan lebih bisa merencanakan peningkatkan kualitas kader-kadernya.BAB 17MEMBENTUK KADERBERBASIS KOMPETENSITabel Daftar IPK Alumni LDKNamaIPKLama LulusIyan2,45 tahunDani3,015,5 tahunEko2,994,5 tahunWawan2,756 tahunHerman2,677 tahunSyahban2,866,5 tahunRaka3,135 tahunRozi2,235,5 tahunTabel Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas mungkin tampak biasa jika kita tidak memperhatikan judulnya: Tabel Daftar IPK Alumni LDK. Bukan hal yang tidak mungkin bila tabel ini merupakan cerminan dari LDK tempat kita beramal saat ini. Terkadang terbesit dalam benak saya, pantaskah ini menjadi tabel hasil IPK alumni LDK? Sebenarnya tidak ada yang perlu disesalkan dan dipermasalahkan karena Allah memang telah menciptakan manusia dengan takdir masing-masing, dan manusia patut bersyukur atas segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Kegagalan bukan akhir dari segalannya. Kegagalan hanya merupakan persimpangan dari sebuah jalan keberhasilan.Namun jika saya mengingat kembali, kalimat terakhir yang diucapkan ibu saya ketika melepas saya kuliah di ITB, “Belajar yang rajin ya nak, supaya cepat lulus dengan nilai baik”. Ucapan ini adalah sebuah do’a dan harapan dari seorang orang tua yang mendidik saya sejak lahir hingga saya berumur 17 tahun, sebelum saya memasuki dunia kampus. Ini adalah sebuah harapan dari seorang bunda yang selalu saya pegang dengan sebaik-baiknya, karena bagaimana pun ini adalah amanah dari orang tua. Sejauh yang saya pahami, kita wajib mematuhi orang tua selama ia tidak mengajak kita menyekutukan Allah.Setelah menanyakan hal yang sama kepada beberapa mahasiswa lain di LDK kami, ternyata memang 100% orang tua mengharapkan anaknya menjadi pribadi yang sukses dengan parameter lulus cepat dan IP memuaskan. Tanggung jawab yang orang tua berikan ini perlu kita sempurnakan dengan mewujudkannya.Saya teringat kata-kata Kepala GAMAIS terdahulu, Romzy Rio Wibawa, bahwa kompetensi sangat penting dalam dakwah. Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi akademik. Menurut beliau, LDK seharusnya bisa membentuk alumni yang kuat pemikiran dakwahnya dan baik pemahaman akademiknya. Karena pada hakekatnya, peran kita sebagai da’i akan terus berlanjut hingga masa pascakampus. Jika apa yang dijalankan di dakwah kampus diharmonikan dengan rencana dakwah pascakampus, maka kader yang memilki kompetensi inilah yang kelak bisa banyak “bicara” di dunia luar.Kader LDK perlu ditempa dan dibina secara berkelanjutan dalam bidang kompetensi akademiknya. Pengembangan manusia yang ada di LDK harus menyesuaikan dengan keadaan akademik. Kondisi kampus yang kian fluktuatif dan menuntut kita untuk memiliki IP tinggi dan lulus cepat perlu segera diadaptasikan ke dalam LDK. Selain itu kader yang baik secara akademik juga bisa berperan sebagai media dakwah yang andal. Kader bisa menjadi teladan yang baik, dan menjadi cerminan Islam yang positif di mata mahasiswa dan dosen. Ketika diamanahkan sebagai Kepala GAMAIS ITB. Orang tua saya yang berprofesi sebagai seorang dosen pernah mengeluh:“Mama sering kali kecewa dengan tampilan anak masjid di kampus mama. Mereka sering kali datang kuliah telat dengan alasan sholat, datang dengan pakaian tidak rapi dan memakai sendal jepit, lalu duduk di belakang dan tidak memperhatikan perkualiahan, dan setelah selesai kuliah langsung pulang.”Jika profil kebanyakan kader dakwah seperti ini, maka LDK akan tercitrakan sebagai lembaga yang berisikan kumpulan mahasiswa dan mahasiswi yang tidak baik secara akademik, sehingga mereka masuk ke LDK untuk bertawakal kepada Allah.Tentu saya kaget dengan hal ini, dan mulai saat itu saya mendambakan agar kader dakwah memiliki profil: Datang ke kuliah tepat waktu, membantu dosen menyiapkan perlengkapan perkuliahan, duduk paling depan, di kelas aktif bertanya dan mencatat, dan ketika meninggalkan kelas ia tidak bisa langsung pulang karena teman-temannya ingin memfotokopi catatannya.Jika profil seperti ini menjadi profil dominan kader dakwah, maka LDK akan tercitrakan sebagai kumpulan mahasiswa terbaik dan mereka masuk LDK untuk mensyukuri nikmat kepada Allah. Citra seperti apa yang LDK Anda Inginkan?Peran LDK dalam Meningkatkan Kompetensi Akademik KaderPembentukan jiwa peduli pada akademik adalah poin pertama yang perlu ditanamkan. Ada sebuah anekdot pada masa dahulu: “Kader yang IP-nya dibawah 2,00 adalah mujahid, dan kader yang IP nya diatas 3,00 adalah pengkhianat”. Sebuah anekdot yang menurut saya sudah tidak relevan lagi saat ini. Perlu ada perubahan paradigma menjadi: “Kader yang IP-nya dibawah 2,00 adalah kader yang tidak amanah, dan kader yang IP nya di atas 3,00 adalah kader yang produktif”. Saya berani mengatakan demikian karena memang ketika IP kita bermasalah, ada sesuatu yang salah pada manajemen diri kita, yang juga berarti kita tidak optimal dalam merencanakan hidup.Cecep Pratama, seorang sahabat seperjuangan saya yang kini menjadi seorang dosen di UNTIRTA Banten, pernah mengatakan sebuah kalimat yang bijak kepada saya, “Kita perlu mengevaluasi diri kita, apakah sudah optimal dalam memanfaatkan potensi serta kesempatan yang Allah berikan? Apakah tidur kita masih di atas 4 jam, ataukah masih banyak waktu yang tersita untuk hal sia-sia? Apakah rapat kita masih belum efektif dan terlalu lama? Apakah pikiran kita sudah fokus dalam melakukan segala sesuatu?” Menjadi sebuah renungan untuk saya pribadi, bahwa sebetulnya tidak ada kata “tidak bisa” dalam hidup ini karena sudah default setting-nya manusia diciptakan sebagai umat yang terbaik.Poin kedua adalah percepatan masa kepengurusan LDK. Masih banyak LDK yang saya amati memiliki ketua LDK yang sudah tingkat 5 yang seharusnya mereka sudah lulus, atau tingkat 4 yang seharusnya mereka sudah memikirkan tugas akhir agar cepat lulus. Percepatan LDK diperlukan untuk menyesuaikan kondisi ini. Menurut hemat saya, untuk kampus yang standar lulusnya adalah 4 tahun, maka ketua LDK baiknya adalah yang duduk di tingkat 3 sehingga ia punya waktu yang cukup untuk segera mempersiapkan tugas akhir dan lulus dengan nilai yang memuaskan.Program Pendukung Peningkatan Kualitas Akademik KaderSalah satu hal yang sering dikeluhkan oleh para kader adalah bertambahnya beban dakwah yang membuat waktu yang mereka berikan untuk akademik menjadi berkurang. Idealnya antara dakwah dan perhatian akademik haruslah berimbang. Oleh karena itu LDK diharapkan juga mampu mengakomodasi setiap kadernya untuk tetap dapat berdedikasi secara akademik dengan tanpa perlu mengurangi intensitas dalam melakukan aktvitas dakwah. Beberapa hal yang bisa dilakukan LDK dalam meningkatkan kemampuan kader dalam bidang akademik antara lain:Orientasi Awal KaderLDK perlu menanamkan paradigma berikut sejak dini: SO atau “study-oriented” bukanlah hal yang salah, akan tetapi “study-oriented-only” barulah merupakan hal yang salah. Orientasi akademik diperlukan agar di masa yang akan datang kader bisa menjadi seorang ahli yang cakap dalam bidangnya (baca: profesional). Orientasi ini juga akan berdampak pada masa depan yang akan dipilih. Kader memiliki kebebasan untuk memilih ingin menjadi apa di masa yang akan datang, dan kaderisasi LDK perlu mengarahkan kemana saja arah-arah profesi yang bisa dipilih oleh para kadernya sejak dini. Maka dari itu, LDK perlu mengingatkan kadernya untuk membuat perencanaan hidup jangka panjang dan menentukan profesi apa yang sebaiknya ia pilih. Selanjutnya LDK perlu membekali kader agar betul-betul memahami bidang yang digeluti dengan berbagai program yang mendukung. Tutorial Akademik Tutorial akademik adalah salah satu bentuk bimbingan akademik kepada seorang mahasiswa oleh mahasiswa yang lebih senior agar ia lebih memahami mata kuliah di program studi masing-masing. Tutorial ini diberikan kepada semua kader yang membutuhkan bimbingan akademik. Di kampus kami tutorial ini bahkan menjadi agenda syiar yang menarik perhatian banyak mahasiswa. Tutorial diberikan secara masif atau individual atau pun kelompok kecil dengan harapan bisa meningkatkan pemahaman kader akan ilmu di bangku kuliah sehingga berdampak pada peningkatan IP. Tutorial ini diberikan oleh kader yang lebih senior kepada kader yang lebih junior. Bundel Catatan dan Bundel Soal Kader perlu dibantu akademisnya dengan menggunakan referensi soal-soal terdahulu agar ia dapat belajar dengan lebih mudah. Bundel catatan dan bundel soal adalah salah satu bentuk perangkat pendukung untuk kader yang berisikan catatan kuliah secara lengkap dari semester pertama hingga semester akhir. Bundel ini sangat berguna untuk memudahkan kader belajar dengan maksimal. Pengelolaan bundel ini bisa dieksekusi oleh lembaga dakwah program studi, dan bisa pula menjadi lahan penghasil uang bagi LDK.Inkubasi Kader dengan IP BermasalahSeorang kader yang IP-nya menurun karena beban dakwah yang berat perlu diinkubasi atau diberhentikan sementara dari tanggung jawab dakwah. Sebagai seorang pimpinan dakwah, merupakan sebuah tindakan yang zalim jika memberikan tanggung jawab yang mengakibatkan kader harus mengorbankan dirinya. Pemberikan masa inkubasi pada kader yang disertai dengan pemberian beberapa treatment tertentu, akan memungkinakn kenaikan IP kader di semester selanjutnya.Sistem Pemantauan IP Karena menurut sebagian orang membicarakan IP adalah hal yang tabu, maka LDK perlu membuat mekanisme yang bijak untuk mengetahui IP kader. Data hasil akademik kader perlu dimiliki oleh pimpinan LDK sebagai landasan menentukan program dakwah selanjutnya. data ini bisa juga berguna untuk memberikan penanganan khusus kepada kader yang memerlukan rmasi Lomba Penelitian IlmiahKader dakwah perlu berkontribusi lebih pada lomba-lomba ilmiah dan teknologi. LDK perlu memfasilitasi lomba-lomba yang akan diadakan dalam bentuk memberikan informasi terkait, sehingga kader bisa termotivasi untuk bisa berkarya. Lomba-lomba ini bisa juga menjadi wadah untuk menyalurkan kreativitas kader yang kurang cocok beramal dengan cara konvensional. Informasi Beasiswa LDK bisa memfasilitasi pemberian informasi mengenai beasiswa pascasarjana, karena paradigma dakwah kita adalah melayani. Terkadang, dikarenakan oleh aktivitas yang terlalu banyak, seorang kader sulit mendapat akses informasi mengenai bidang studinya. Dengan memberikan informasi ini berarti LDK telah berperan dalam memberikan jasa pelayanan.Career SharingDengan wawasan yang luas kader akan menjadi lebih bijak dalam menentukan masa depannya. Biasanya sebuah kampus sudah memiliki alumni yang terhimpun dalam sebuah wadah. LDK bisa menghubungi alumni tersebut untuk men-sharing pengalamannya dalam meniti karir. LDK bisa memanfaatkan agenda career sharing ini untuk meningkatkan wawasan kader tentang kehidupan pascakampus. Di lain pihak kader pun akan memperoleh gambaran karir yang cocok untuk dirinya, apakah sebagai profesional, pengusaha, dosen atau politikus. Kelompok KompetensiPada tahap akhir kuliah, sebutlah tingkat 3 dan tingkat 4, perlu dibentuk semacam kelompok kompetensi. Kelompok kompetensi ini bisa saja dibagi menjadi beberapa bidang utama, seperti kelompok dosen, kelompok pengusaha, kelompok politikus, dan kelompok profesional. Kelompok ini berisikan kader-kader yang memiliki minat akan rencana pascakampus yang sama. Sebagai contoh, kelompok dosen adalah sekelompok kader yang berminat untuk menjadi dosen. Di kelompok ini kader bisa bertukar informasi mengenai beasiswa pascasarjana, mengikuti TOEFL course bersama serta menyiapkan diri agar bisa mengikuti program pascasarjana dan doktoral yang akan memudahkan jalan untuk menjadi dosen. Contoh kedua, kelompok pengusaha. Di kelompok ini kader bisa belajar bagaimana memulai bisnis. Jika perlu langsung membuat bisnis sendiri. Di kelompok ini pula kader bisa saling sharing pengalaman dengan sesamanya atau dengan pengusaha yang sudah sukses.Departemen Akademik dan ProfesiSebagai wadah formal agar semua rencana di atas bisa berjalan, maka perlu didirikan departemen khusus yang menangani masalah akademik dan profesi kader LDK. Di GAMAIS ITB ada wilayah akademik dan profesi yang bertujuan sebagai wadah penguatan akademik kader dan wadah syiar akademik. Dengan adanya departemen ini, kegiatan LDK kian seimbang antara dakwah dan akademiknya. Saya sangat meyakini adanya kekuatan akademik yang menunjang dakwah membuat LDK semakin diakui sebagai lembaga kaderisasi yang baik dan produktif, karena LDK akan bisa membentuk cendekiawan-cendekiawan muslim yang andal.Dakwah kampus di masa mendatang sangat membutuhkan kader dakwah yang baik secara kapasitas dakwah, dan memiliki dedikasi akademik yang baik pula. Untuk itu LDK perlu menjadi wadah yang mampu mengakomodasi kebutuhan kader dakwah yang notabenenya adalah seorang mahasiswa. Dengan pemberian perhatian yang baik dalam pengembangan akademiknya, kader akan lebih merasakan kebermanfaatan LDK terhadap dirinya. BAB 18PENGELOLAAN MENTORINGDan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakangmereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allahdan hendaklah mereka mengucapkanperkataan yang benar(QS. An Nisaa: 9)Mentoring bukanlah hal baru di dunia ke-LDK-an. Tulisan, artikel, atau buku tentang permentoringan seperti menjadi mentor yang baik dan pengelolaan mentoring sudah cukup mudah bisa kita temui di hampir semua toko buku. Pada bagian ini hal yang akan saya bahas bukanlah mengenai konsep dasar mentoring. Saya akan mencoba lebih menyentuh sisi teknis lapangan yang bisa jadi akan memberikan suatu cara baru bagi LDK dalam mengelola mentoring.Seperti yang telah kita pahami bersama, mentoring seringkali diibaratkan sebagai sumsum tulang belakang LDK. Kegiatan mentoringlah yang menghasilkan dan mencetak darah baru atau kader baru. Jika sumsum tulang belakang seseorang baik, maka darah yang diproduksi akan baik. Sebaliknya jika sumsum tulang belakang seseorang rusak atau terkena virus, maka darah yang bervirus atau berpenyakit pulalah yang akan diproduksi. Begitu pula dengan mentoring, jika dikelola dengan baik, kegiatan mentoring akan mampu mencetak kader yang baik. Sedangkan jika mentoring gagal dikelola, maka yang dihasilkan adalah kader yang buruk pula.Begitu pentingnya peran mentoring dalam dunia dakwah kampus. Jadi sudah sewajarnya jika kegiatan mentoring diberi perhatian khusus. Perhatian khusus ini tidak bisa sekedar dengan adanya program kerja yang baik, diperlukan juga adanya orang-orang terbaik dalam tim pengelolaan mentoring, serta supply dana yang kuat untuk menunjang keberjalanan agenda pengelolaan mentoring. Pada bab ini yang akan saya uraikan adalah penjelasan mengenai pengelolaan mentoring dilihat dari sudut pandang tim pengelolanya. Secara garis besar ada 5 aspek yang perlu kita bangun bersama dalam mengelola mentoring ini, yaitu:Aspek Pengelolaan MentoringMembangun Sistem Pengelolaan Mentoring Bentuk Pengelompokkan MentoringDalam pengalaman saya selama mengikuti mentoring di ITB, seringkali ada masalah yang senantiasa berulang-ulang terkait dengan kecocokan antara adik binaan dengan kelompok mentoring yang ia ikuti. Ketidakcocokan ini biasanya berkisar seputar ketidakcocokan jadwal, ketidakcocokan dengan mentor, dan ketidakcocokan dengan teman satu kelompok. Ketiga permasalahan ini seringkali mengakibatkan keberjalanan kegiatan permentoringan tidak optimal. Oleh karena itu diperlukan adanya solusi yang tepat. Secara mendasar saya melihat ada dua metode yang seringkali dilakukan dalam sistem umum pengelolaan pengelompokkan mentoring, yakni pengelompokkan berbasis program studi atau fakultas, dan pengelompokkan dengan tabulasi jadwal mentor.Pengelompokkan berbasis program studi atau fakultasPengelompokkan ini dilakukan dengan mengelompokkan para peserta mentoring yang berada dalam satu program studi atau fakultas. Biasanya setiap program studi memiliki kesamaan dan kekhasan tersendiri. Mahasiswa Teknik Mesin tentu akan berpikir dengan mechanical way-nya, mahasiswa MIPA biasanya lebih realistis dan matematis, mahasiswa Teknik Planologi biasanya lebih gemar ngomong, mahasiswa Seni Rupa biasanya mempunya fantasi yang tidak bisa diduga. Dengan mengelompokkan peserta mentoring ini dalam satu kelompok dan dibina juga oleh mentor yang berasal dari program studi atau fakultas yang sama, tentunya akan terjadi chemistry dalam kelompok tersebut. Selain kelebihan dalam hal nyambung dalam berdiskusi, biasanya dalam satu program studi atau fakultas memiliki homogenitas jadwal. Jadi untuk menyesuaikan jadwal pertemuan tentunya akan lebih mudah. Pengelolaan dengan metode ini sangat cocok dilaksanakan oleh lembaga dakwah tingkat fakultas atau program studi, dengan berkoordinasi kepada lembaga dakwah pusat.Pengelompokkan berbasis tabulasi jadwal mentorPada beberapa kampus yang secara geografis tidak besar dan belum memiliki lembaga dakwah di tingkat fakultas, maka pengelolaan mentoring biasanya dilakukan oleh lembaga dakwah pusat. Dalam konteks ini tentunya akan ada banyak mahasiswa yang berasal dari berbagai macam program studi dan fakultas. Tentunya juga mereka memiliki keberagaman karakteristik dan jadwal kuliah. Untuk itu, diperlukan metode berbasis tabulasi jadwal untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan ini.Tabulasi jadwal adalah sebuah konsep pengelolaan mentoring terpusat dengan mengumpulkan jadwal kosong setiap mentor dan merangkumnya ke dalam sebuah tabel. Jadwal ini tidak hanya berisikan jadwal kosong saja, akan tetapi juga menampilkan karakteristik dan kelebihan yang dimiliki oleh mentor. Dengan demikian peserta bisa leluasa memilih kelompok mentoring yang mentornya sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing, serta jadwalnya sesuai dengan waktu yang mereka miliki. Contoh output dari tabulasi jadwal adalah sebagai berikut:Rooster Jadwal Mentor GAMAIS ITBHari/WaktuSeninSelasaRabuKamisJum’at08.00-09.30Yusuf (koleris/kepala LDK)Anggit(IPK 4)Yunus (PPSDMS/ketua himpunan)Arvi(ketua unit kesenian)Alfian(juara lomba mapres)09.30-11.00Aaf (melankolis/hafidz Qur’an)Bobby(Calon Presiden BEM)Fauzi (sanguinis/melankolis,S2 Elektro)Alam(alumni Wanadri)Luthfi (pemain sepakbola klub lokal)12.30-14.00Gumilar (business-man)Gamma(sanguinis, empatik)Adhi (koordinatorLab TI)Albaz(asisten trainer ESQ)Yuda (designer, seniman)15.30-17.00Abdur-rahman (pengajar tahsin)Iqbal(pengajar tahfidz/kaderisasi GAMAIS)Verry(koleris, business-man)Adit (program-mer)Gesa (Ketua Kaderisasi himpunan mahasiswa)19.30-21.00Rendy Saputra (business-man,trainer)Aisar(program-mer)Aji(mahasiswa berprestasi)Cecep(santriDaarut Tauhid)Ilham(aktivis LSM)Tabel di atas adalah contoh sederhana dari tabulasi jadwal mentor. Idealnya memang setiap jam selalu ada jadwal mentoring dengan pilihan lebih dari satu mentor sehingga peserta dapat memilih mentor sesuai dengan kebutuhan. Agar menarik, bentuk tampilan yang diberikan dapat disesuaikan, apakah hanya nama dan jurusan mentor saja, ataukah beberapa kekhasan dari mentor, seperti karakteristik, minat khusus, serta amanah. Selanjutnya tabulasi mentor ini bisa dijadikan pegangan pengelola mentoring dalam pengelompokkan peserta sehingga ketika ada peserta yang hendak mengikuti mentoring, ia tinggal memilih jadwal dan langsung bisa masuk ke database pengelola.Seleksi Tim Pengelola MentoringSistem pengelolaan mentoring selanjutnya adalah seleksi tim pengelola terkait kompetensi dan pemahaman mereka dalam hal kaderisasi, dakwah, dan pengelolaan mentoring. Pemahaman kaderisasi diperlukan agar pengelola benar-benar paham tentang bagaimana kedudukan mentoring dalam tahapan kaderisasi, dan bagaimana hubungannya dengan tadhribul amal peserta. Dengan pemahaman kaderisasi yang kuat, biasanya akan terbentuk karakter pembina atau karakter pendidik yang ulung. Karakter ini sangat diperlukan karena pengelolaan mentoring memang bukan sekedar pengelolaan data dan mentor saja, akan tetapi juga berkaitan dengan bagaimana pembentukan karakter mentor dan binaannya. Selanjutnya adalah pemahaman dakwah yang komprehensif. Seringkali saya melihat pengelola mentoring belum memahami bagaimana peran mentoring ini dalam skematik dakwah yang luas. Memang, saya sepakat bahwa baik atau buruknya mentoring adalah akar dari problematika dakwah di kampus. Akan tetapi, pengelola mentoring pun harus mengetahui bagaimana tuntutan dakwah serta kebutuhan karakter kader untuk menunjang dakwah saat ini. Dengan pemahaman ini, diharapkan pengelola dapat melakukan inovasi dan dinamisasi dalam permentoringan. Terakhir, pemahaman pengelolaan mentoring itu sendiri. Perlu kita sadari bersama bahwa mentoring bukanlah sebuah sistem komputer yang bisa diubah dan diatur sesuka kita. Mentoring adalah sebuah pengelolaan manajemen dakwah yang berhubungan langsung dengan manusia. Oleh karena itu diperlukan adanya pendekatan yang manusiawi dalam pengelolaannya. Saya merekomendasikan seseorang yang memiliki empati dan memahami dengan baik psikologi manusia untuk mengelola permentoringan ini. Karena ia akan memikirkan “Bagaimana jika saya jadi peserta?”, bukan “Seharusnya peserta menjadi seperti yang saya mau!”Struktur Tim PengelolaSelain itu diperlukan juga adanya struktur pendukung dari tim pengelola mentoring. Tim pengelola ini memerlukan struktur yang efisien dan sesuai dengan kebutuhan lapangan. Secara umum, tidak ada strukur yang terbaik, akan tetapi di sini saya akan mengusulkan beberapa bidang atau divisi yang sekiranya dibutuhkan dalam tim pengelolaan mentoring.Struktur Tim Pengelola MentoringDeskripsi kerja dari setiap divisi adalah sebagai berikut:Koordinator memastikan semua agenda permentoringan berjalanAdministrasi berfungsi sebagai sekretaris dan bendahara tim pengelola mentoringTim Penelitian dan Pengembangan melakukan evaluasi berkala terhadap performa mentoring dan melakukan inovasi untuk perbaikan. Dalam tim ini pula akan disusun kurikulum mentoring yang sesuai.Tim Pengembangan Kapasitas Mentor melakukan pembinaan rutin untuk para mentor terkait pemahaman dakwah, softskills yang menunjang permentoringan, sistem informasi data absensi keberjalanan mentoring, dan talaqqi materi mentoring, dengan tujuan supaya mentor bisa memahami tugasnya dan memiliki pemahaman ilmu yang memadai. Tim ini juga mempunyai hak untuk memberikan lisensi kualitas mentor.Tim Database dan Informasi berurusan dengan data keberjalanan mentoring, dan berperan sebagai pintu informasi antara tim pengelola mentoring dengan para mentorTim Sekolah Mentor fokus pada pembentukan calon mentor di masa yang akan datang. Oleh karena pembinaan untuk para mentor perlu diasah sejak dini, tim ini diharapkan bisa membentuk calon mentor yang diprioritaskan dari peserta mentoring itu sendiriDinamisasi dan Metode Alternatif. Terkadang tidak semua mentor bisa menyampaikan semua materi dengan komprehensif. Bagi sebagian peserta mentoring juga bisa jadi jika terus-terusan hanya melakukan mentoring saja, mereka akan merasakan kejenuhan. Untuk itu diperlukan beberapa improvisasi dan dinamisasi agar peserta mentoring lebih bersemangat menjalankan agenda mentoring. Bentuk agenda yang dilakukan bisa dengan mentoring gabungan, mabit yang diisi dengan tausiyah khusus yang tidak bisa disampaikan di mentoring biasa, beberapa training seperti training shalat khusyuk, pelatihan memandikan jenazah, atau agenda outbound dan olahraga bersama. Saya menilai bahwa fungsi-fungsi di atas diharapkan ada untuk menghasilkan kinerja mentoring yang ideal. Namun bentuk struktur di atas tidaklah mutlak. Tetap diperlukan penyesuaian dengan kondisi SDM dan objek dakwah yang ada karena penyesuaian bentuk struktur ini akan sangat berpengaruh terhadap kinerja tim.Branding dan PackagingSaya seringkali berbicara mengenai pentingnya pengemasan dakwah dengan harapan agar dakwah ini bisa diterima dengan baik oleh objek dakwah kita. Termasuk dalam hal ini, perlu ada pengemasan agar mentoring bisa diterima. Terkadang di beberapa kampus kata “mentoring” sudah tidak diterima lagi di kalangan mahasiswanya. Dalam bab ini saya akan mengusulkan dua bentuk pengemasan agenda mentoring berupa branding nama dan penunjukkan kelebihan dari agenda LDK kita ini.Pengemasan nama Maksudnya adalah mengganti istilah mentoring dengan istilah lain yang lebih familiar dan humble di telinga objek dakwah. Sebagai contoh, setelah rilisnya film ayat-ayat cinta, istilah talaqqi menjadi lebih dikenal. Bisa saja kita mengganti istilah mentoring kita dengan istilah tersebut. Bisa pula menggunakan istilah lain seperti islamic learning group, students character building program, atau islamic weekly education club. Pengemasan kontenSecara umum memang bentuk permentoringan akan tetap sama, akan tetapi kita bisa membuat nilai tambah. Misalnya dengan mengikuti mentoring peserta akan mendapatkan notebook mahasiswa muslim, CD interaktif, kartu perdana GSM, training softskills, tutorial akademik, dan lain sebagainya. Intinya kita membuat added value yang kita yakini atraktif dan membuat semakin banyak mahasiswa berminat mengikuti mentoring.Membentuk Tim MentorPada bagian ini saya akan menyinggung mengenai dua hal, yakni kebutuhan akan mentor ideal, dan bagaimana rekomendasi proses seleksi untuk penentuan mentor yang layak mendapat lisensi mengisi kelompok mentoring.Mentor IdealUstadz Satria Hadi Lubis banyak menulis tentang karakter mentor yang ideal yang secara umum akan saya coba rangkumkan dalam empat poin berikut:Mentor sebagai seorang kakak/saudaraDalam berdiskusi dan menceritakan isi hati atau masalah yang mungkin dihadapi, seorang mentor idealnya mampu berperan sebagai seorang kakak atau saudara bagi peserta mentoring. Oleh karena itu seorang mentor perlu memiliki karakter empatik dengan harapan dapat menyentuh hati binaannya sehingga terjadi keterbukaan, dan terbentuk nuansa kekeluargaan dalam kelompok tersebut.Mentor sebagai seorang pelatihPelatih adalah sosok yang memberikan arahan, mengajarkan cara melakukan sesuatu, mencontohkan, mengawasi peserta latihan melakukan sesuatu, memotivasi ketika gagal, memberi selamat ketika berhasil, dan setia mendampingi. Untuk itu diperlukan karakter pengkader yang ulung bagi seorang mentor karena ialah yang akan senantiasa berinteraksi dengan para peserta mentoring. Mentor sebagai pemberi petunjuk jalanSeorang mentor diharapkan dapat menjadi pembimbing bagi para peserta mentoring untuk menapaki masa depannya. Dalam hal ini seorang mentor perlu memahami potensi binaannya dan member mereka alternatif pilihan untuk masa depannya. Sebagai contoh kecil, dalam hal memilih sub-jurusan pada sebuah program studi seorang mentor dituntut untuk bisa memberikan gambaran yang jelas mengenai pilihan-pilihan yang ada dan memberikan rekomendasi kepada adik-adik binaannya. Oleh karena itu seorang mentor diharapkan dapat memiliki karakter pemimpin yang bisa mengarahkan binaannya.Mentor sebagai pembentuk mentor baruKarena kebutuhan dakwah kampus akan mentor yang senantiasa bertambah, maka seorang mentor diharapkan dapat membentuk binaannya menjadi mentor baru di masa yang akan datang.Seleksi MentorKualitas seorang mentor sangat menentukan kualitas peserta mentoring. Seleksi ketat mengenai siapa saja yang berhak menjadi mentor perlu dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Pada bagian sebelumnya saya sudah memaparkan mengenai karakter mentor ideal. Tetapi ada satu hal yang perlu dimiliki oleh semua mentor dan menjadi syarat mutlak, yakni integritas. Integritas di sini tidak sekedar kejujuran, akan tetapi juga bentuk komitmen seseorang untuk melakukan sesuatu dan mengerjakan apa yang telah ia katakan. Kebutuhan integritas bagi seorang mentor sangat diperlukan untuk menunjang optimalisasi kinerja pengelolaan permentoringan.Mengenai seleksi terkait kelayakan mentor ini akan saya paparkan dengan uraian proses transformasi seorang peserta mentoring menjadi seorang mentor. Pertama, seorang mentor mengidentifikasi kondisi binaannya yang akan diikutkan pembinaan calon mentor yang akrab saya sebut dengan istilah sekolah mentor. Syarat pertama yang diperlukan adalah ia harus sehat keberjalanan permentoringannya, alias rajin mengikuti mentoring. Kedua, ia pun harus mengikuti dengan seksama dan memiliki tingkat kehadiran yang tinggi dalam sekolah mentor. Ketiga, mengikuti tes atau seleksi formal yang diadakan oleh tim pengelolaan mentoring. Seleksi ini meliputi tes kapasitas pribadi seorang calon mentor (seperti kualitas dan kuantitas amalan ibadah harian), kemampuan pemahaman materi, dan seleksi lainnya yang diperlukan untuk menjadi seorang mentor. Keempat, seorang calon mentor diharapkan dapat mengikuti proses magang atau belajar menjadi mentor, proses ini diharapkan dapat mengasah sense seorang mentor. Kelima, jika secara kapasitas seseorang telah memilki kecapakan sebagai seorang mentor, ia diharapkan dapat mengisi lembar perjanjian komitmen diri sebagai seorang mentor. Adanya kontrak sosial ini diharapkan dapat meningkatkan tanggung jawab mentor dalam menjalankan amanahnya. Kontrak sosial ini berisikan hal-hal yang menunjang agenda permentoringan, seperti siap meluangkan waktu untuk mengisi mentoring setiap pekannya, siap untuk mengikuti pembinaan mentor, dan siap melaporkan data keberjalanan mentoring secara rutin.Mekanisme Pengelolaan DataSalah satu parameter yang bisa dinilai untuk mengevaluasi keberjalanan permentoringan adalah pendataan yang baik, yakni bagaimana data yang berasal dari mentor dapat sampai kepada pengelola mentoring secara berkala dan tepat waktu. Saya akan memaparkan sedikit mengenai sistem pengelolaan data ini agar pengelolaan data permentoringan dapat berjalan dengan baik. Pemaparan akan saya bagi menjadi tiga sub-bagian, yakni sistem jaringan pengumpul data, pola pengumpulan data, dan database terpusat.Jaringan Pengumpul DataPada kondisi dimana jumlah mentor semakin banyak dan tersebar di seluruh penjuru kampus, sistem jaringan pengumpul data diperlukan untuk mempermudah arus tersampainya informasi. Konsep dari sistem ini adalah mengestafetkan data dari mentor ke pengelola mentoring dengan perantara pengelola mentoring di tingkat tertentu. Dengan adanya jaringan ini diharapkan dapat terbentuk hirarki data dan informasi. Data yang dimaksud adalah data yang terkait presensi keberjalanan mentoring, atau rekomendasi tertentu. Jika digambarkan dalam bentuk bagan, akan tampak seperti gambar berikut:Arus DataArus InformasiAlur Data dan Informasi Dalam Tim Pengelolaan Data MentoringPola Pengumpulan DataPola pengumpulan data adalah metode untuk melaporkan data keberjalanan mentoring. Banyak sekali cara yang dapat kita gunakan untuk mengumpulkan data ini. Namun untuk memudahkan mentor, sekiranya pengelola mentoring diharapkan dapat memberikan variasi pilihan kepada para mentor untuk mengumpulkan data. Bentuk variasi pengumpulan data antara lain:Via sms, pengumpulan data keberjalanan via sms ini sebetulnya merupakan cara yang paling mudah, yakni hanya dengan SMS ke nomor tertentu saja dengan ketentuan yang disepakati. Contoh:Ketik: “Nama mentor <spasi> tanggal mentoring <spasi> materi <spasi> Izin: nama-1, nama-2, nama-3, dst <spasi> Sakit: nama-1, nama-2, nama-3, dst <spasi> Alpha: nama-1, nama-2, nama-3, dst ....” Kemudian kirim ke nomor hotline mentoringVia e-mail, cukup dengan membuat template yang harus diisi dan dikirimkan melalui e-mail setelah menjalankan agenda permentoringanVia data box, pihak pengelola menyediakan kotak data khusus di sekretariat LDK, dan pihak mentor cukup mengisi kertas ber-template khusus yang sudah tersedia dan memasukkannya ke dalam kotakVia database online, pada tahap yang lebih advance, LDK bisa menyediakan perangkat IT pendukung, sehingga mentor cukup mengakses situs tertentu dan mengisi form yang telah tersedia di layar komputer.Sistem Database TerpusatSistem database terpusat adalah bentuk one-sheet database yang berisikan data keberjalanan mentoring dalam jangka waktu tertentu. Bentuk dari database ini bisa dalam bentuk microsoft excel atau lainnya. Akan tetapi hal terpenting dalam database ini adalah kesanggupan data ini untuk diakses oleh seluruh pemegang kebijakan dakwah kampus yang juga berhak melihat data untuk menentukan sebuah kebijakan tertentu.Membuat KurikulumMentor biasanya akan menyampaikan materi berdasarkan kurikulum yang tersedia. Kurikulum dalam proses pendidikan adalah hal yang penting karena selain akan berfungsi sebagai manhaj dalam menyampaikan materi, kurikulum biasanya juga dibuat dengan marhalah (tahapan) yang menyesuaikan dengan kondisi peserta mentoring. Untuk itu diperlukan adanya penyusunan kurikulum yang sesuai dengan kondisi kekinian dan kesinian. Kurikulum untuk permentoringan tahap awal perlu menekankan pada tiga hal, yakni aqidah, akhlak, dan ibadah. Penekanan pada tiga hal ini bukan tanpa alasan, memang tiga hal inilah yang diyakini sebagai fondasi awal seorang kader dakwah bahkan fondasi seorang muslim. Berikutnya pada tahap yang lebih lanjut barulah peserta diberikan penekanan pada hal yang bersifat fiqih dan dakwah. Adanya penyesuaian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap keberterimaan materi oleh peserta mentoring. Saya akan memberi beberapa contoh tema materi untuk mentoring tahap awal. Sebetulnya ini bukanlah materi yang baru, namun agar lebih menarik dibutuhkan adanya pengemasan seperti: Thank You Allah, Muhammad is The Real Idol, Insan Akademis, Ungkapan Cinta untuk Ayah dan Bunda, Life Excellent; The Miracles of Holy Qur’an, Hidupku Ibadahku, dan Gue Bangga Menjadi Seorang Muslim. Buku-buku mengenai materi mentoring saat ini sudah bisa kita dapatkan di berbagai tempat. Yang terpenting bagi pengelola mentoring adalah bagaimana merangkai materi yang ada agar terbentuk suatu tahapan pembelajaran yang tepat dan bisa dipahami oleh mentor dan diterima oleh binaanya. Sekolah MentorAspek kelima yang harus disiapkan adalah sekolah mentor. Sekolah mentor adalah sebuah sarana yang digunakan oleh pengelola LDK untuk membentuk calon-calon mentor di masa yang akan datang. Sekolah mentor ini diharapkan dapat berjalan rutin sepanjang tahun, sehingga proses regenerasi dapat senantiasa berjalan. Sekolah mentor diikuti oleh peserta mentoring yang aktif hadir dan direkomendasikan oleh mentor yang membinanya. Walau memang, seharusnya semua peserta mentoring mengikuti sekolah mentor, akan tetapi adanya rekomendasi dapat memberikan jaminan komitmen dari peserta untuk mengikuti sekolah mentor ini. Secara umum ada tiga konten yang perlu disampaikan dalam sekolah mentor seputar segala hal yang diperlukan agar seseorang siap menjadi seorang mentor, yakni:Pemahaman dakwah dan kaderisasi, yang terkait dasar-dasar pemahaman dakwah yang diperlukan, sehingga mentor melakukan aktivitas mengisi mentoring dengan berfondasikan paradigma dakwah yang kokohPenguasaan materi dasar, yang ini akan menjadi bekal awal dalam menyampaikan materi di awal-awal mengisi mentoringKemampuan komunikasi dan penguasaan peserta mentoring, kemampuan mendinamisasikan kelompok, serta cara menyampaikan materi yang tepat agar menarik untuk didengar dan dipahami peserta. Selain itu, diperlukan pula adanya latihan mengisi mentoring dalam bentuk simulasi dengan sesama peserta, agar peserta bisa mulai belajar untuk menjadi mentor yang baik. Pemberian tips dan trick khusus dari para pementor senior pun perlu diberikan, agar peserta sekolah mentor bisa memahami medan mentoring dengan baik.Materi pendukung lainnya di sekolah mentor adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas amalan ibadah harian peserta. Perlu kita pahami bahwa seorang mentor memerlukan kekuatan maknawiyah yang kuat agar dapat memberikan materi secara optimal, karena kekuatan rabbaniyah-lah yang akan bisa menopang aktivitas dakwah seorang kader. Peningkatan amalan ibadah harian ini bisa dilakukan dengan memberi motivasi dan mengecek secara rutin ibadah harian calon mentor pada setiap pertemuan sekolah mentor. Perangkat Pembinaan PendukungMentoring memang merupakan tulang punggung pembinaan bagi lembaga dakwah kampus karena merupakan metode pembinaan yang efektif dan andal. Mentoring memberikan kesempatan bagi seorang pengkader untuk bisa memberikan nilai secara rutin dan berkala terhadap jumlah objek kaderisasi yang kecil (5-10 orang per kelompok). Akan tetapi pada perjalanannya ternyata mentoring saja dinilai tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pembinaan kader. Mengapa hal ini bisa terjadi? Bagaimanapun mentoring memiliki keterbatasan, salah satunya adalah kapasitas dari mentor yang tidak merata, serta kompetensi mentor yang berbeda-beda. Bagi mentor yang memiliki kompetensi di bidang Al Qur’an, maka pola ia membina tentu akan banyak menekankan pada pengenalan dan pemahaman Al Qur’an. Ada pula mentor yang memiliki kecenderungan aktif beramal, maka binaannya akan diarahkan untuk terus beramal. Sedangkan mentor yang study oriented bisa jadi akan cenderung mengarahkan binaannya untuk menjadi asisten atau koordinator praktikum sebagai sarana untuk berdakwah.Oleh karena itu diperlukan adanya perangkat pembinaan tambahan yang dikelola secara terpusat dengan sasaran seluruh peserta mentoring (seluruh kader). Tujuannya adalah untuk memberikan kompetensi dan kesamaan pemahaman kader dakwah. Perangkat pembinaan ini dapat menjadi additional tools bagi kader, dan diadakan secara eksidental dalam keberjalanan pembinaannya. Perangkat pembinaan tambahan ini biasanya menjadi back up untuk meningkatkan pemahaman dan kompetensi terkait: Tsaqofah Islamiah lanjutManajemen dakwahLatihan fisikWawasan umum dan kompetensi khususRuh dakwahKelima hal di atas terkadang tidak bisa diberikan oleh mentor di mentoring, sehingga LDK perlu menyerahkan kepada ahlinya agar dapat menyampaikan materi ini kepada binaan dengan baik. Berikut adalah alternatif perangkat pembinaan yang bisa kita selenggarakan untuk mendukung kegiatan permentoringan.DiklatDiklat merupakan pola pembinaan berbentuk rangkaian pelatihan dan simulasi dalam satu jangka waktu tertentu (biasanya 3-5 hari). Dalam diklat peserta diharuskan menginap dengan harapan bisa fokus pada materi yang akan diberikan. Keunggulan dari diklat adalah peserta terkondisikan dan memungkinkan bagi penyelenggaranya untuk mengadakan variasi metode dalam satu diklat, seperti training, outbound, muhasabah, qiyamulail berjamaah, simulasi, workshop, dan lain sebagainya. Diklat sebaiknya diadakan di tempat yang jauh dari lingkungan kampus, dengan tujuan ada nuansa dan lingkungan baru yang membuat peserta lebih nyaman dan siap untuk menerima materi. Diklat biasanya dibuat dalam satu tema seperti diklat calon pengurus, diklat inisasi struktur, diklat Al Qur’an, diklat manajemen dakwah kampus, diklat kepemimpinan, dan lain sebagainya. Dengan membawa satu tema besar, maka materi yang diberikan akan membahas seputar tema tersebut. Varian yang akan diberikan pun dapat lebih menunjang. Contoh:Diklat Manajemen Dakwah KampusMateri : Sistem Kaderisasi, Pengelolaan Syiar dan Pelayanan Kampus, Pemasaran Dakwah Kampus, Be a Strong Leader, Fiqih Prioritas Kader Dakwah Kampus, Rekayasa SosialVarian metode: Training, workshop, bedah buku, membuat tulisan, focus group discussion, dan team building. Tafakur AlamMerupakan metode pembinaan yang bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui metode mengenal alam. Kebanyakan dari kita mengenal tafakur alam hanya sebatas pergi ke tempat alam bebas dan mencoba memaknainya dengan kemegahan ciptaan Allah yang ada di muka bumi. Akan tetapi tafakur alam sebetulnya merupakan media yang sangat sains jika kita bisa mengembangkannya dengan variasi kegiatan seperti berikut:Meneropong bintang, melihat kemegahan galaksi bimasakti. Kita bisa melihat keagungan Allah dengan melihat ciptaannya di angkasa.Kunjungan ke suku pedalaman yang memberikan kesempatan pada kita untuk mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan serta menumbuhkan empati.Olahraga ekstrem seperti bungee jumping? paralayang, terjun parasut dan arum jeram. Media ini memungkinkan kita mendekatkan diri pada Allah dengan mencoba merasakan bagaimana rasanya ketika nyawa terancam.Scuba diving, mencoba mengenal ciptaan Allah yang Mahakaya dan unik di dalam laut. Biasanya ketika manusia sudah melihat “kerumitan” ciptaan Allah, maka ia akan semakin yakin bahwa Allah memang Maha Agung.KunjunganMengunjungi tokoh atau tempat tertentu memberikan kita banyak ilmu dan hikmah. Kunjungan bisa bertujuan untuk mengambil ilmu langsung dari ahlinya, sebutlah untuk belajar tentang ilmu tasawuf ke ulama di pesantren tertentu, belajar tentang entrepreneurship ke pengusaha, atau belajar dasar politik ke pejabat politik. Biasanya setiap tokoh punya pengalaman yang “hanya” dia yang memiliki. Oleh karena itu sebagai seorang kader yang haus ilmu, sangat diharapkan dapat mendapat ilmu dan pengalaman berharga dari orang-orang yang telah sukses secara langsung. Dalam konteks kelembagaan, kunjungan juga bisa dilakukan ke lembaga dakwah di kampus lain, dengan tujuan studi banding ke LDK (yang lebih berpengalaman) atau berbagi ilmu untuk menambah feel dakwah skala nasional dengan mengunjungi LDK lain (khususnya ke LDK yang muda).Malam Bina Iman dan Taqwa (Mabit)Mabit merupakan perangkat pembinaan yang berfokus pada peningkatan kekuatan ruhiyah dan maknawiyah kader. Mabit yang baik biasanya diisi dengan metode yang mendekatkan diri kepada Al Qur’an seperti menghafalkannya, qiyamulail berjamaah, dan ceramah tentang Al Qur’an. Selain itu mabit juga bisa berfungsi sebagai sarana konsolidasi LDK yang mungkin sedang memiliki masalah besar yang perlu diselesaikan bersama. Mabit juga berperan sebagai media perekat ukhuwah karena kader memperoleh kesempatan untuk mengenal lebih dalam sesama rekan dakwahnya dengan bermalam bersama. Pada kegiatan ini akan tampak sifat asli kader, dan dengan inilah kader akan mencoba memahami satu sama lain dengan baik.Outbound dan KemahUntuk membina fisik dan kesehatan (terkadang mental juga) dari seorang kader dapat dilakukan pembinaan melalui kegiatan outbound dan kemah. Varian outbound sangat banyak, mulai dari yang bersifat “aman”, alias diadakan pada tempat khusus outbound dengan alat-alat pendukung seperti tracking, flying fox, paint ball dan lain-lain, hingga outbound yang lebih menantang seperti survival di hutan atau berkemah alias camping. Bagaimanapun bentuk outbound dan kemah yang diadakan tentu harus menyesuaikan dengan kondisi peserta, apakah peserta lebih nyaman dengan kondisi tempat yang menantang atau yang “pasti-pasti saja”. Selain itu outbound dan kemah bisa bermanfaat juga untuk melatih nyali kader dan melatih untuk berani melawan ketakutan terhadap tantangan dunia. Terkadang media seperti ini butuh diadakan sesekali karena bermanfaat pula untuk memicu ruhul istijabah (baca: kesigapan dan ketaatan) dari kader yang mungkin melemah karena berbagai sebab. Tempo yang tinggi biasanya diterapkan dalam outbound dan kemah, sehingga nilai disiplin bisa menjadi titik tekan kejaran dari media pembinaan ini. Agenda ini biasanya memakan waktu lebih dari satu hari sehingga dapat memberikan kesempatan kepada sesama kader untuk saling mengenal dan berlatih saling tolong menolong. Latihan OlahragaLatihan olahraga secara rutin bertujuan untuk melatih kesehatan fisik kader yang bisa jadi terjebak dalam rutinitas dakwah dan akademik yang membuat tubuh tidak banyak bergerak. Kader biasanya sering meninggalkan olahraga karena menilai bahwa olahraga tidak penting. Padahal kesehatan kader yang bermasalah akan berdampak pada dakwah itu sendiri. Sakitnya seorang da’i tidak hanya berpengaruh pada dirinya, tetapi juga pada umat sekitarnya. Oleh karena itu, membiasakan kader berolahraga rutin bisa menjadi solusi. Mulailah dengan hal yang sederhana seperti jogging, latihan sepak bola rutin, renang atau olahraga aerob lainnya. Bagi kader yang berlebih kemampuan finansialnya, fitness bisa dijadikan olahraga pilihan. Tim kaderisasi lembaga dakwah bisa pula memberikan kebijakan khusus untuk mewajibkan kader berolahraga minimal 30 menit setiap harinya.Malam AgitasiMalam agitasi adalah sebuah metode dakwah yang selama saya di GAMAIS baru dua kali di lakukan. Sebuah malam dinamisasi dan agitasi kepada kader jika para pemimpin dakwah menilai kondisi kader dari segi militansi dan soliditas sedang bermasalah. Pembinaan malam ini biasanya diadakan secara mendadak dan diinformasikan kepada kader hanya beberapa saat sebelum diadakan dengan pesan yang membuat kader tergugah untuk menghadirinya. Pada kegiatan ini, kader akan diminta hadir di suatu tempat tertentu. Pilihlah tempat yang mempunyai makna terhadap kader atau dakwah kampus Anda. Setelah itu barulah dimulai malam agitasi yang berisikan pembinaan semi-militer dengan tempo yang sangat keras. Berbagai dinamisasi dan agitasi bisa dilakukan. Malam ini berlanjut dengan muhasabah sebagai bagian dari introspeksi diri kader, dan diharapkan kader dapat mengorientasikan kembali niatnya dalam berdakwah dan membangun kembali kekuatan ukhuwahnya dengan sesama kader.PelatihanPelatihan atau sering dikenal dengan training ini merupakan media pembinaan yang cukup sering dilakukan. Pelatihan biasanya memiliki berbagai macam tema seperti diniyah, manajemen dakwah, dan Qur’aniyah. Beri kesempatan kepada pemateri yang berpengalaman dan inspiratif untuk menjelaskan dengan baik nilai dan ilmu tertentu agar kader mudah menerimanya. Saat ini pelatihan juga telah memiliki banyak varian. Salah satunya dengan pengadaan simulasi.PenugasanMedia pembinaan dapat pula dengan memberikan penugasan langsung kepada kader. Contohnya dengan meminta kader membaca buku tertentu, membuat resume, membuat tulisan tentang sesuatu, kunjungan ke suatu tempat, belajar langsung dari seorang pakar, atau tugas lainnya. Selain dapat menambah ilmu dan pemahaman akan suatu hal, penugasan ini juga melatih ketaatan dan kesetiaan kader. Latihan BeramalLatihan beramal merupakan pola pembinaan yang memberikan kesempatan kepada kader untuk memahami langsung cara berdakwah dengan baik dan benar. Pembelajaran paling berbekas adalah dari pengalaman. Pembinaan jenis ini memberikan kesempatan kader untuk beramal, baik dengan menjadi mentor, pembicara, mengisi pelatihan, maupun terlibat dalam proyek atau kepanitiaan dakwah. Biasanya seorang kader akan mendapat banyak hal dengan belajar dari pengalaman. Semakin kader berpengalaman dalam agenda dakwah, maka akan semakin dewasalah dirinya dalam berdakwah dan berjamaah.Kaderisasi merupakan bagian penting dalam kegiatan LDK. Dengan kaderisasi dakwah akan berkembang dengan baik karena didukung oleh kader yang memiliki kapasitas yang baik dalam segala aspek. Sejatinya memang kader disiapkan tidak hanya dengan kapasitas yang bersifat spiritual saja, perlu pula disiapkan kapasitas akademik dan softskill untuk mendukung ekspansi dakwah kampus kedepannya.Berbagai perangkat kaderisasi perlu di formulasikan dengan baik dengan menyesuaikan dengan kapasitas kader pada umumnya di sebuah kampus. Salah satu cara untuk membuat kaderisasi bisa diterima adalah dengan penjenjangan kader agar kader mendapatkan materi yang sesuai dengan kemampuan dirinya untuk menerima materi serta memudahkan LDK khususnya sektor kaderisasi untuk membuat kelompok pembinaanMentoring merupakan cara yang paling tepat untuk memantau kader dan memberikan materi kaderisasi yang sesuai. Untuk itu penguatan pengelolaan mentoring perlu menjadi prioritas bagi LDK. Para alumni LDK selalu mengatakan bahwa mentoring adalah tulang punggung dakwah. Bukan hal berlebihan jika mereka mengatakan seperti itu karena memang dengan adanya mentoring gerak dakwah ini bisa berjalan bertahap dan terarahPada akhirnya dengan adanya kaderisasi, nilai-nilai dan pembelajaran yang didapatkan oleh para pendahulu dapat disampaikan dengan baik kepada generasi selanjutnya. Dengan kaderisasi yang kuat, sebuah LDK akan dapat melakukan pengembangan berkelanjutan terhadap dakwah di sebuah kampus. BAB 19MEMBANGUN RASA KEKELUARGAANDAN PIKIRAN POSITIFKarena kita keluarga. Buat kami di GAMAIS tiga rangkaian kata ini memiliki makna yang mendalam. Lebih dari itu tiga kata ini adalah sebuah kekuatan yang menjadi landasan kami membangun organisasi dakwah ini. Bukan organisasi sepertinya, akan tetapi kami lebih memilih menyebutnya sebagai keluarga dakwah yang Allah berikan kepada kami. Allah mempertemukan kami di GAMAIS untuk berkeluarga dan merajut sebuah cita-cita dakwah yang mulia. Kekeluargaan menjadi sebuah hal yang sangat berharga dalam sebuah organisasi dakwah. Mengingat bahwa organisasi bersifat non-profit dan mungkin bisa dianggap non-benefit dunia juga untuk beberapa orang. Peran kekeluargaan ini sangat diharapkan dapat menyatukan hati para kader dakwah. Perlu diingat dengan semakin berkembangnya sebuah LDK, kader yang tergabung dalam barisan ini semakin variatif. Pada awalnya bisa jadi yang masuk ke LDK adalah seseorang yang telah terbina dan mampu membina dengan baik. Akan tetapi kemudian di kala era semakin terbuka, kader yang masih jauh pemahamannya dari Islam pun semakin banyak yang masuk ke LDK. Contohnya kami masih memiliki kader yang belum berjilbab, masih merokok, dan banyak melakukan maksiat. Namun ini bukanlah hal yang harus diperdebatkan. Justru inilah hal yang harus kita syukuri. Kenapa? Karena ini menunjukkan dua hal. Pertama, LDK kita telah terbuka dan tidak tampak eksklusif sehingga semakin banyak orang yang bersedia belajar di LDK kita. Kedua, kita masih harus bersyukur bahwa Allah masih membukakan hati mahasiswa di kampus kita untuk bergabung di LDK. Perlu diingat kembali bahwa LDK bukan tempat orang yang sudah sholeh, akan tetapi LDK adalah tempat orang yang ingin belajar supaya lebih dekat kepada Allah.Membentuk nuansa keluarga. Itulah sebuah langkah awal untuk membuat kader nyaman berada di LDK. Jika kader telah merasa nyaman, mereka akan menjadikan LDK sebagai rumah tempat ia berhimpun, tempat bersantai, tempat kembali, tempat mengadu, tempat tertawa dan tempat berjuang bersama. Ketika nuansa nyaman ini bisa dibentuk, peningkatan produktivitas kader pun akan menyusul. Nuansa keluarga bisa dibentuk dari hal yang sangat sederhana, atau lebih tepatnya, membentuk nuansa keluarga memang harus menggunakan cara yang sederhana.GAMAIS ITB memulai itu semua dari nama LDK kami, Keluarga Mahasiswa Islam. Juga dengan sebutan pemimpin di LDK, yakni kepala GAMAIS. Keluarga dengan seorang kepala, sehingga perasaan bersahabat muncul sejak awal pada semua kader kita. Proses kekeluargaan di sini terus berlanjut dengan berbagai cara seperti senantiasa menyebut nama panggilan atau bahkan panggilan akrab kepada sesama kader. Seperti saya punya banyak nama panggilan, ada yang memanggil saya Yusuf, Ridwan, Uchup, bahkan sampai Cuppy, buat saya hal ini menunjukan sebuah kedekatan emosional antara kader dakwah. Dalam kondisi dimana usia pemimpin dan kader yang hanya terpaut satu sampai dua tahun, maka cara kharismatik sulit dilakukan, cara yang paling tepat untuk menyentuh hati kader adalah dengan keakraban dan kedekatan emosional.Terkadang—atau mungkin sering—saya memanggil rekan dakwah saya dengan sebutan “my bro”, atau “my lovely BPH” atau “my man” atau “BPH-ku tercinta”. Mungkin Anda akan tertawa mendengarnya, akan tetapi dari hal inilah rasa kekeluargaan itu bisa terbentuk. Cara sederhana lainnya adalah dengan saling mengucapkan dan mendo’akan saat milad salah seorang kader. Di sekre LDK kami, dipasang jadwal milad kader setiap bulan. Ketika hari-H milad, kami saling memberitahukan bahwa salah seorang kader kita milad. Akhirnya banyak kader kami yang mengirimkan sms, menelepon atau mengucapkan langsung do’a maupun pesan selamat kepada kader yang milad di hari tersebut. Hal ini membuat beliau merasa senang dan dihargai karena banyak yang memberikan perhatian. Biasanya di LDK ada departemen rumah tangga dan kekeluargaan. Bisa jadi departemen ini melakukan banyak manuver untuk mendekatkan sesama kader. Dalam hal ini, saya berpesan kepada kepala departemen rumah tangga dan kekeluargaan GAMAIS, “Tugas kamu cuma satu, yakni memastikan bahwa semua kader kita bahagia”. Ingat bahwa LDK adalah lembaga non-profit. Yang bisa kita berikan adalah memberikan sebanyak-sebanyaknya penghargaan, mulai dari hal sederhana hingga yang besar kepada kader agar ia senantiasa merasa nyaman dalam berdakwah. Cara selanjutnya, makan bersama. Cara ini adalah cara yang paling sering kami lakukan. Biasanya kami shalat maghrib bersama di Masjid Salman ITB, kemudian kami pergi makan bersama ke tempat makan yang unik dan enak. Bisa dikatakan setiap hari kami makan bersama setelah maghrib. Jika keadaan tidak memungkinkan untuk mencari tempat makan yang jauh, kami biasanya makan di tempat makan dekat Masjid Salman ITB. Memang jika dilihat, ini merupakan cara yang sangat sederhana. Tetapi ketika kegiatan makan bersama ini berlangsung, kita jadi bisa saling mengenal satu sama lain, memahami sifat masing-masing, bahkan saling memberikan kepercayaan dengan meminjamkan uang untuk membayar makan—maklum mahasiswa, kadang sedang tidak ada uang di dompet—Dalam beberapa momen, proses makan bersama ini juga bisa menjadi momen untuk membuat ide-ide dahsyat untuk strategi dakwah. Dalam kesempatan lain, aktivitas kelompok seperti olahraga bersama seringkali kami lakukan untuk meningkatkan kegembiraan dan rasa kekeluargaan. Selain itu pada pekan lalu, kami di BPH GAMAIS mencoba meningkatkan rasa kekeluargaan ini dengan jalan-jalan ke kawah putih, Ciwidey. Perjalanan ini memang hanya untuk BPH (maklum kami menjabat 1,5 tahun, jadi butuh di-charge ulang). Perjalanan ini direncanakan secara mendadak. Kami memang tidak membuat agenda tertentu di sana. Kami hanya berniat jalan-jalan, tertawa bersama dan bersenang-senang bersama. Alhasil, perjalanan ini sangat berkesan. Dimulai dari saat berangkat, kami harus menunggu angkot hingga 2 jam sehingga kami belajar untuk saling bertoleransi. Selama perjalanan kami saling bercerita tentang diri masing masing. Ada yang melawak, ada yang curhat tentang kuliah, ada juga yang hanya sekedar “nyampah”. Kami sama sekali tidak membahas tentang GAMAIS. Sesampainya disana, rasa kekeluargaan ini semakin terasa ketika kami menghabiskan waktu dengan makan bersama, berfoto-foto di tengah kawah putih, sehingga kami pulang dalam keadaan sangat bahagia. Apa yang kami lakukan ini membuat BPH ini semakin dekat dan dekat. Kami berharap kami bisa menjadi lebih produktif dalam beramal.Proses saling mengenal satu sama lain perlu dilakukan untuk menciptakan rasa kekeluargaan. Tidak hanya dengan saling mengetahui nama dan nomor telepon, tetapi juga melakukan perkenalan yang lebih mendalam. Saya terbiasa mengawali pembicaraan di sebuah tim dengan perkenalan yang lebih mendalam, yakni dengan mengetahui asal kota, tanggal lahir, kisah dibalik nama atau makna nama, ukuran sepatu, makanan kesukaan, pengalaman unik di masa lalu, dan hal-hal pribadi seseorang yang sekiranya bisa disampaikan. Dengan mengenal siapa rekan dakwah kita, perasaan dan prasangka yang ada akan selalu positif karena kita sangat memahami pola pikir saudara kita itu. Akhirnya akan terbentuklah chemistry antara sesama kader dakwah. Masih banyak lagi sebetulnya cara-cara sederhana untuk membentuk rasa kekeluargaan di LDK kita. Bisa dengan mengirim sms untuk membangunkan shalat tahajud, sms berisikan nasihat, atau mungkin sms yang hanya sekedar menanyakan keadaan seperti apakah kawan kita sudah makan siang? Sangat sederhana sekali. Apa pun hal yang kita lakukan, tentunya dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan, yakni memberikan kenyamanan bagi kader untuk beramal.Hasil dari eratnya ikatan kekeluargaan adalah perasaan bahagia dari kader di LDK. Perasaan bahagia dalam menjalankan amanah dakwah adalah bekal yang sangat penting dalam beramal karena ini bisa menjadi sebuah kekuatan yang akan membuat dakwah kader penuh semangat dan bertahan lama di LDK. Pendekatan dengan cara kekeluargaan saya nilai sangat efektif untuk kader dakwah yang baru mulai melakukan amalan dakwah karena cara ini lebih manusiawi dan tidak abstrak. Terkadang pemimpin LDK mencoba mengembalikan semangat kader dengan nasihat dan ceramah dari seorang ustadz. Memang bagus, tapi biasanya berhasil hanya untuk kalangan kader yang sudah sangat paham akan dakwah. Bagi kader awal, ceramah dari ustadz justru akan membuatnya jenuh.Selanjutnya setelah nuansa kekeluargaan ini terbentuk, kita perlu membangun sebuah perasaan positif dari kader dakwah. Terinspirasi oleh buku “Quantum Ikhlas”, menurut saya kader dakwah perlu memiliki keyakinan yang mendalam akan sebuah cita-cita dakwah agar terbentuk sebuah perasaan positif. Perasaan positif merupakan sebuah perasaan bahagia dari diri ini ketika memikirkan atau menjalankan sesuatu. Berbeda dengan berpikir positif yang hanya berkutat di pikiran, namun belum tentu sesuai dengan perasaan kita. Manusia diciptakan dengan perasaan, manusia juga diciptakan dengan default setting yang sama, dan manusia selalu melangkah tergantung pada apa yang hatinya katakan atau yang ia fokuskan. Sebagai contoh dalam buku “Quantum Ikhlas”, seseorang yang sedang melaksanakan program diet senantiasa berpikiran bagaimana ia bisa langsing, bagaimana ia bisa melakukan diet dengan teratur. Padahal sebetulnya hatinya sedang berfokus pada kenyataan bahwa ia adalah seorang yang gemuk. Menurut buku tersebut, hal ini justru tidak akan membuatnya kurus karena yang difokuskan oleh pikirannya adalah kata “gemuk”.Kita perlu menata pikiran dan hati kader kita dengan kata-kata: “LDK kita sudah baik, dan kita ingin LDK kita jadi lebih baik”. Maksudnya hati kita berkata dan bersyukur bahwa LDK sudah baik, dan kita juga menginginkan LDK kita menjadi lebih baik lagi. Dengan demikian terjadilah sinkronisasi antara hati dan otak, atau istilahnya connection between mind and soul. Hal inilah yang akan membuat sebuah LDK menjadi besar. Keyakinan bahwa LDK kita baik akan membuat LDK baik. Keyakinan bahwa LDK kita buruk akan membuat LDK kita menjadi buruk. Hal terakhir inilah yang mungkin terjadi pada dunia ke-LDK-an di Indonesia kini. Kader pada LDK yang masih mula senantiasa mengatakan bahwa LDK-nya masih kacau, sehingga ia akan fokus pada kata “kacau”. Akibatnya LDK-nya sulit mengalami perkembangan. Sedangkan kader pada LDK yang sudah mapan senantiasa mengatakan bahwa LDK-nya sudah “baik”, sehingga hati mereka akan tergerak untuk menjadikan LDK-nya lebih baik lagi. Anda adalah apa yang Anda pikirkan tentang diri Anda. LDK Anda adalah apa yang Anda pikirkan tentang LDK Anda.Sedikit bercerita, ketika awal menjadi kepala GAMAIS, LDK kami memang sudah baik, akan tetapi kontribusi ke nasional masih jauh dari harapan. Ketika saya memimpin, saya punya pikiran bahwa GAMAIS adalah LDK yang akan menjadi pionir pergerakan LDK nasional, dan GAMAIS akan menjadi kiblat LDK nasional. Perlu diingat bahwa saat itu kami belum ada apa-apanya di dunia FSLDK. Akan tetapi keyakinan ini senantiasa saya pegang dan saya sampaikan ke kader lainnya bahwa GAMAIS adalah LDK nasional. Alhasil, saat ini kader kami punya tanggung jawab lebih untuk berkontribusi secara nasional. Dalam waktu sekitar 6 bulan setelah saya memimpin, GAMAIS ITB juga telah menjadi rujukan untuk pengelolaan LDK se-Indonesia. Semua hasil ini dimulai hanya dari sebuah keyakinan serta perasaan positif dan bahagia ketika memikirkannya.Kader dakwah perlu ditata dan diajak untuk berpikir dan berperasaan positif. Ketika kader dakwah kita bisa memiliki keyakinan yang mendalam bahwa ia mampu melakukan perubahan, bahwa LDK kita mampu berkarya, niscaya akan ada dorongan dari dalam berupa kekuatan dari hati dan bantuan dari Allah untuk memajukan dakwah ini. Karena orang besar dimulai dari pikiran dan jiwa yang besar. LDK besar juga dimulai dari kader yang senantiasa berpikir dan berjiwa besar.GlosariumA:Aqidah: keyakinan pada IslamD:Diniyah: agamaM:Mahad: pesantren/pemusatan Maknawiyah: kedekatan pada AllahManhaj: pedomanMarhalah: tahapanMilad: syukuran hari lahirMuhasabah: kontemplasi/evaluasi diriQ:Qiyamul lail: Sholat malamR:Rabbaniyah: jiwa penghamba AllahRuhiyah: kedekatan dengan AllahRuhul istijabah: kesigapanS:Syiar: menyampaikan ajaran IslamSyura: rapatT:Ta'aruf: perkenalanTa'lim: ceramah IslamTa'rif: perkenalan (lingkup sedang)Tabligh: ceramah Islam (lingkup besar)Tadhribul amal: latihan beramalTafakur alam: menghayati ayat Allah di alamTahfidz: program menghafal Qur’anTahsin: program membaca Qur’an dengan baikTalaqqi: diskusi IslamTanfidzh: tahap eksekusiTajwid: tata cara membaca Qur’anTakwin: tahap pembentukanTandzhim: tahap penataanTasawuf: ahli sufiTausiyah: nasehatMenginspirasi Kampus dengan Syiar dan PelayananBAB 20STRATEGI SYIARSebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al Hikmah, serta mengajarkan kepadakamu apa yang belum kamu ketahuiAl Baqarah: 151Dalam skematik dakwah masyarakat, syiar atau proses penyampaian nilai Islam menjadi bagian yang sangat penting karena berperan besar dalam memberikan gagasan tentang Islam kepada masyarakat. Dengan syiar, masyarakat yang belum mengenal Islam dengan baik, dapat menjadi masyarakat yang ber-semi-afiliasi terhadap dakwah Islam. Tentu, jika melihat urgensinya maka syiar itu sendiri menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam gerakan dakwah di kampus.Pertanyaannya, agar dakwah kita efisien dan efektif, apakah syiar kita sudah memenuhi kaidah manajemen yang baik? Pada dasarnya dalam menentukan arah gerak syiar, sebaiknya kita berpedoman pada sirah nabawiyah dengan melihat dan memahami bagaimana langkah Rasul melakukan manuver dakwah hingga Islam bisa berada di seluruh pelosok dunia seperti sekarang ini.Seringkali kita melihat dakwah hanya sebatas sesuatu yang sudah terbakukan dalam Al Qur’an dan Sunnah, yang akan disampaikan kepada banyak orang. Namun saya memaknai dakwah sebagai marketing karena pada dasarnya dakwah ini adalah menjual, mempromosikan, dan memperkenalkan produk berupa nilai Islam yang kita yakini kebenarannya kepada orang lain. Jika melihat dalam kacamata umum, seseorang tidak mungkin mau melihat sesuatu dengan lebih mendalam ketika ia tidak merasa tertarik dengan tampilan luarnya. Apalagi bila melihat karakter masyarakat kini yang semakin venus, sebagaimana yang dikemukakan oleh pakar marketing Indonesia, Hermawan Kertajaya, dalam bukunya “Marketing in Venus”. Artinya manusia sangat memperhatikan apa yang dilihat dan apa yang dirasakannya pertama kali. Oleh karena itu dalam memasarkan LDK dan nilai Islam, kita perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain:Isi dari dari dakwahSasaran/segmentasi objek dakwahPengemasanPemasaran/promosiClosing/transaksi/kesepakatanIsi Pemasaran LDK terkait kepada value yang akan disampaikan. Kita perlu memahami kebutuhan objek dakwah, kemudian menyesuaikan isi yang akan disampaikan dengan daya keberterimaan mereka.Jika kita sebagai da’i adalah siswa SMU dan objek dakwah adalah siswa SMP, maka akan lebih mudah mana, siswa SMU menggunakan bahasa siswa SMP, atau sebaliknya? Sesuaikan dengan tepat isi dari pesan dakwah yang akan disampaikan dengan kondisi objek dakwah. Sasaran Yakni target market yang menjadi penerima agenda dakwah kita. Objek dakwah haruslah terklasifikasi dan tersegmentasi agar tepat sasaran. Contohnya, agenda tabligh diselenggarakan untuk semua mahasiswa, agenda tasyakuran akbar untuk mahasiswa tingkat satu, agenda diklat mahasiswa muslim untuk mahasiswa tingkat dua, agenda survival untuk mahasiswa tingkat tiga dan career sharing untuk mahasiswa tingkat empat. Pengemasan-5715311150Pengemasan terkait bagaimana pencitraan yang akan timbul kepada masyarakat kampus. GAMAIS ITB mencoba mencitrakan LDK yang ramah dan lembut. Hal ini diimplementasikan dalam berbagai bentuk, salah satunya melalui publikasi kami yang selalu tampak lucu. Selain itu penamaan kegiatan yang tampak “ramah di mata dan telinga” seperti Metamorphosis, Look Inside My Environment, GAMAIS PEDULI, A-Day, BBQ, dan lain-lain. Pemasaran 2595880427990Pemasaran paling efektif adalah penjualan yang dilakukan oleh kader LDK itu sendiri karena dialah yang paling memahami LDK-nya. Pembelajaran agar seorang kader mampu berkomunikasi dan menjual agenda dakwah inilah yang menjadi sebuah tadhrib amal tersendiri bagi dirinya. Ia akan belajar menjadi da’i dalam arti sesungguhnya, yakni sebagai seorang penyeru dan pengajak. Selain itu pemasaran bisa di optimalkan pula dengan desain dari publikasi yang ditampilkan. Coba sesuaikan gaya publikasi dengan karakter objek dakwah yang menjadi segmentasi dakwah. ClosingClosing dilakukan saat telah adanya kesamaan pemahaman antara da’i dan mad’u atau objek dakwah yang telah bersedia menerima nilai yang kita sampaikan. Dalam konteks kegiatan LDK, hal ini berarti seorang mad’u sepakat untuk mengikuti acara yang kita rencanakan. Pendekatan akhir dari tahap pemasaran ini adalah bagaimana objek dakwah bersedia mengikuti pembinaan rutin yang dijalankan oleh LDK. Mentoring menjadi metode yang seringkali digunakan pada tahap ini. Para da’i kampus diharapkan nantinya mampu mengajak objek dakwah untuk bisa mengikuti kegiatan mentoring. Komunikasi dalam DakwahKarena kader adalah salesman dakwah kita di kampus, maka penanaman jiwa marketing pada semua kader sangat diperlukan. Dengan memperhatikan pola berpikir seorang salesman, saya mencoba mengajak seluruh kader dakwah untuk menganggap bahwa berdakwah adalah sama dengan ”berjualan”. Dengan demikian diharapkan akan ada perubahan tampilan dakwah dengan menggunakan cara berpikir “content samawi, pengemasan ardhi” atau “isi dari Allah, namun penyampaiannya dengan bahasa manusia”. Oleh karena itu, kunci dalam dakwah adalah komunikasi. Allah mengajarkan kepada kita untuk berdakwah dengan hikmah dan dengan cara yang baik supaya bisa diterima oleh masyarakat.Pengirim PesanPenerima PesanPesanencodedecodeMetode tepatGambar di atas mencoba memberikan gambaran bagaimana proses dakwah berjalan, dan bagaimana cara yang baik yang dapat dilakukan dalam setiap tahap proses yang ada. Pesan yang akan disampaikan 2730519050Seorang pengirim pesan perlu memahami isi pesan yang akan disampaikan. Pemahaman yang baik akan berdampak pada penjiwaan dalam bergerak dan efektivitas tingkat ketersampaian pesan.Coba betul-betul selektif dalam menentukan pesan apa yang akan disampaikan kepada objek dakwah. Seringkali aktivis dakwah memberikan konten atau pesan dakwah yang terlalu tinggi atau tidak cocok dengan kebutuhan objek dakwah saat ini. Penyesuaian pesan haruslah benar-benar tepat. Penggunaan survei atau kuesioner sederhana untuk melihat bagaimana kebutuhan dari objek dakwah bisa digunakan sebagai landasan untuk menentukan tema atau isi pesan yang akan di sampaikan.Metode yang digunakanApakah media dakwah yang akan digunakan berupa sms, selebaran, pamflet, baliho, poster, pemanfaatan jejaring sosial, ta’lim, outbound, survival, travelling, permainan, ataukah media lainnya? Kita harus pandai memilih metode dakwah. Salah memilih akan berdampak besar pada keberlanjutan gerak dakwah kita. Media yang tepat dan penataan isi yang baik akan sangat menentukan keberterimaan pesan dakwah kepada objek dakwah. Coba gunakan cara pandang seorang seller atau marketer yang mampu berpikir sesuai dengan kebutuhan buyer (dalam hal ini pembelinya adalah objek dakwah). Berikan apa yang objek dakwah butuhkan, bukan apa yang kita—sebagai subjek dakwah—inginkan.Penerima pesanPerhatikan pemahaman serta kondisi objek dakwah sebelum kita melaksanakan agenda dakwah. Pastikan mereka berada dalam keadaan siap menerima pesan. Jika mereka sedang tidak ingin diganggu atau tidak siap untuk menerima pesan Islam, bisa jadi tindakan kita justru akan menimbulkan masalah. Sebutlah, kita memaksa mengadakan ta’lim sebelum waktu ujian, atau mengadakan diklat panjang di waktu perkuliahan. Saat-saat seperti ini tentunya tidak tepat dimanfaatkan untuk melakukan agenda dakwah. Terkadang bisa juga kita memanfaatkan momen seperti Ramadhan sebagai penunjang pembentuk suasana dakwah. Penyampai pesanSebagai seorang penyampai pesan, seorang aktivis dakwah perlu menunjukkan i’tikad dan niatan yang tulus dalam berdakwah. Merujuk kembali ke buku “Bagaimana Menyentuh Hati”, cara yang paling baik agar seorang aktivis dakwah juga bisa menjalan peran dakwah adalah dengan memastikan bahwa ia memiliki kebersihan hati. Dengan kebersihan hati, maka seseorang akan lebih mudah berkomunikasi dengan hati objek dakwah. Di situlah pintu hidayah akan lebih mudah dibuka. Bila berbicara tentang metode dakwah yang paling baik di sebuah kampus, maka orang yang paling tepat menjawabnya adalah Anda sendiri sebagai pelaku dakwah di kampus Anda sendiri. Membandingkan dengan dakwah kampus lain bukanlah untuk mengikuti seutuhnya, tetapi untuk mengambil bagian yang bisa diadaptasi lalu dikembangkan sesuai dengan keunikan gerak dakwah di kampus masing-masing. Pada akhirnya dakwah akan bisa berkembang bila kita sebagai seorang da’i menggunakan bahasa kaum tempat kita berdakwah. Atau dalam bahasa lain, bagaimana cara kita bisa memformulasikan metode dakwah yang paling sesuai dengan objek dakwah di kampus. BAB 21PROPAGANDA DANCORONG OPINI Syiar Islam mempunyai peran dalam menyampaikan, menyebarluaskan, serta menginternalisasikan nilai-nilai Islam kepada masyarakat. Sebagai sebuah instansi dakwah, LDK harus bisa berperan lebih dengan memberikan sebuah informasi yang valid dan atraktif kepada masyarakat kampus sehingga dapat membimbing mereka ke arah yang lebih baik.Salah satu peran LDK adalah sebagai corong opini, yakni menjadi pusat informasi yang akan dijadikan sebuah kesepakatan bersama bagi masyarakat kampus. Permainan corong opini ini menjadi sebuah poin unik tersendiri, karena perang pemikiran akan sangat mungkin terjadi di sini. Trendsetter atau pembuat trend di kampus. Jika LDK melakukan suatu hal, maka massa kampus akan mengikutinya. Mungkin inilah istilah yang tepat untuk merepresentasikan keberhasilan propaganda yang dilakukan oleh LDK. Sebagai contoh, dengan kader LDK yang banyak, dan banyak pula yang ikut mentoring, LDK bisa menciptakan sebuah sugesti publik: “Kalau tidak ikut mentoring berarti belum mahasiswa”. Tentunya dengan demikian massa kampus akan tergerak untuk segera bergabung dalam kegiatan mentoring. Dalam hal inilah LDK dapat berperan sebagai penebar pemikiran di kampus.Dalam menggerakan roda mesin propaganda, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Memang kita tidak bisa hanya sekedar menyampaikan dakwah melalui media yang biasa-biasa saja untuk mempermainkan sugesti dan justifikasi publik. Oleh karena itu kita butuh sedikit rekayasa sehingga dakwah ini tampak berseni.Indikator Keberhasilan Ada indikator yang mempengaruhi keberhasilan sebuah rekayasa opini, yakni konten yang di bawa dan bagaimana pengemasan yang diberikan terhadap konten yang ada. Kedua hal ini sangat penting untuk diperhatikan secara seimbang. Karena, jika satu saja tidak diperhatikan akan berdampak pada kurang optimalnya rekasaya opini yang dilakukan oleh LDK. KontenAdalah isi dari pesan yang akan dibawa. Tentu kita akan membawa sesuatu yang ada dalam kandungan Al Qur’an yang tidak pernah akan basi hingga hari kiamat. Akan tetapi, kita juga perlu memperhatikan tema apa yang tepat untuk waktu tertentu ,sehingga pesan yang disampaikan bisa tersampaikan dengan baik. Konten dari pesan perlu dikaji secara mendalam dengan menyesuaikan dengan kondisi masyarakat di kampus. LDK tidak bisa menyampaikan sesuatu yang terlalu berat untuk masyarakat kampus karena akan kontraproduktif terhadap propaganda yang akan dilakukan.Sebagai contoh, saat pekan ujian akhir, LDK membuat opini untuk UAS jujur dengan berbagai media yang ada, seperti baliho besar bertuliskan pesan-pesan yang mengajak untuk tidak mencontek (contoh: “Tuhan ada dimana-mana”, “Cheating is stealing, stealing is criminality”, atau “Hargai hak paten jawaban ujian teman Anda!”) dan ditambah pula dengan gambar-gambar yang menarik. Bisa juga dengan membuat buletin berisikan artikel atau komik kecil yang menyampaikan pesan yang sama. Dengan menaruh semua propaganda ini di seluruh pelosok kampus, maka masyarakat kampus akan selalu teringat akan isi pesan ini. Tugas kita sebagai kader LDK adalah memastikan pesan kita tersampaikan dengan baik ke dalam gagasan massa kampus. Ketika gagasan itu sudah ada, maka keinginan untuk menjalankannya akan lebih mudah untuk dilakukan. Contoh Pamflet untuk Mengajak BerjilbabUntuk menentukan konten, kita bisa memperhatikan dua hal. Pertama, preventif, yakni menyampaikan sebuah pesan sebelum sebuah momen ada, atau sebelum muncul isu yang berlawanan dengan isu yang akan kita bawa. Sebagai contoh, propaganda “Ramadhan penuh ibadah”, atau “UAS jujur”. Kedua, reaktif, yakni menyampaikan sebuah pesan ketika sebuah isu lain merebak. Sebutlah di sebuah kampus muncul isu bahwa seks bebas itu boleh-boleh saja asal aman. Maka LDK wajib memberikan isu baru untuk meng-counter isu yang ada. Melawan isu negatif dengan cara membuat isu positifnya. Untuk isu seks bebas ini kita bisa bermain dengan isu “Jaga dirimu hingga malam pertama”, atau “Jomblo itu mulia” dan sebagainya dengan harapan masyarakat bisa menjauhkan diri dari seks bebas tersebut.28981401856740Penentuan isu yang akan dibawa perlu diperhatikan dengan matang. Sekali saja salah langkah dalam menentukan isu yang akan digagas, bisa berdampak besar pada beberapa hal, seperti menciptakan citra negatif pada LDK, kontraproduktif terhadap agenda syiar, atau bahkan hilangnya kepercayaan objek dakwah terhadap LDK. Oleh karena itu dibutuhkan penentuan topik yang tepat dan sesuai kebutuhan agar isu yang diangkat lebih kena sasaran.Pengemasan Manusia menilai dari apa yang dilihatnya. Mata adalah pintu masuk informasi terbanyak bagi manusia. Ketika mata mengatakan “oke” pada suatu hal, biasanya hati pun juga akan berkata demikian. Inilah yang menjadi poin penting dalam memasarkan sebuah hal. Banyak sekali contoh-contoh yang menunjukkan pentingnya pengemasan. Pengemasan yang baik akan memberikan added value pada hal yang akan disampaikan. Pada konteks propaganda dan opini, maksud dari pengemasan ini terkait pada permainan kata-kata dan media visual. Setiap kata yang keluar dalam penyampaian opini perlu diseleksi sedemikian rupa agar memberikan dampak yang sesuai dengan harapan. Jangan sampai kita mengeluarkan kata-kata yang tidak sesuai dengan kondisi objek dakwah atau “terlalu tinggi” untuk dicerna oleh mereka. Sebagai contoh, “Semangat ukhuwah dalam Islam”, atau “Menata bangsa dengan menata fikroh”, atau kalimat panjang nan berbobot seperti, “Pemuda masa depan bangsa yang ber-izzah dan memilki kafaah Islam yang syumul”. Beberapa contoh propaganda ini sering kali muncul baik dalam bentuk spanduk, poster, atau ceramah yang ditujukan untuk masyarak luas. Berdakwahlah dengan bahasa kaumnya. Ini adalah sebuah konsep marketing yang sangat sederhana. Maksudnya kita bukanlah hanya sekedar menyesuaikan bahasa saja, tetapi juga pemilihan kata serta cara penyampaian yang tepat. Contoh Pin GAMAIS ITBAda contoh cukup menarik dari beberapa propaganda di Indonesia, yang ternyata berdampak sangat baik terhadap para sasarannya. Mungkin Anda semua pernah mendengar “Yang muda yang tidak dipercaya”. Sejatinya dampak dari tulsan ini adalah memicu para kaum muda untuk lebih berkarya dan lebih bertanggung jawab. Atau contoh lainnya, “Connecting people”, jargon sebuah produsen telepon seluler ini menggambarkan betapa pentingnya komunikasi dengan sesama manusia. Propaganda juga bisa dilakukan dengan membuat urban spread, yakni penyebarluasan isu melalui “mouth to mouth”, mulut ke mulut. Ini bisa menjadi metode yang mulai dikenal keefektifannya karena memanfaatkan karakter dasar manusia yang ingin selalu berkomunikasi. Penyebaran pesan dengan cara ini juga sangat cepat. Kita bisa memulainya dari mengadakan diskusi kecil dengan simpul-simpul massa. Selanjutnya, isu yang kita bawa akan tersebar secara alamiah melalui orang-orang yang telah kita ajak berdiskusi.Peran strategis lembaga dakwah adalah sebagai corong opini ketinggian Islam di kampus. Dengan strategi dan taktik dakwah yang sistematis dan berkelanjutan, cepat atau lambat nilai Islam akan tersebar di kampus. Dengan tersebarnya nilai Islam ini diharapkan dapat menjadi gagasan pikiran dalam setiap individu muslim di kampus sehingga pendekatan dakwah personal lebih mudah dilakukan oleh para kader dakwah.Berbagai metode dakwah untuk corong opini ini hanya akan berbuah kegagalan bila tidak didukung semangat para kader dakwah sebagai corong opini itu sendiri. Lembaga dakwah kampus adalah organisasi berbasis kader sehingga para kaderlah yang menghidupkan nuansa dakwah di kampus itu sendiri. Perkembangan dakwah di masa datang sangat membutuhkan kekuatan dari rekayasa corong opini ini. Dengan tantangan arus informasi yang semakin tak terkendali, konten Islam tidak boleh tenggelam dalam informasi kemaksiatan atau kebathilan. Tugas para pelaku dakwahlah untuk memastikan bahwa opini Islam terus berkembang dan mengisi hati para muslim khususnya di dalam lingkungan kampus. BAB 22DAKWAHDI DUNIA MAYADunia maya kini bukan lagi sekedar media untuk mencari informasi, tetapi telah berkembang menjadi sebuah komunitas besar tanpa batas. Seseorang dapat mengenal orang lain lintas batas negara, geografis, suku, agama dan sebagainya. Dunia maya telah tumbuh menjadi dunia yang membuat seseorang lebih banyak menghabiskan waktu di dalamnya ketimbang hidup di dunia nyata.Berbicara tentang dunia maya tentu tidak hanya berbicara tentang internet saja, melainkan mobile phone dan MP3/iPod. Ulama berpendapat bahwa teknologi ini bagaikan dua mata pedang, dimana dapat menjadi baik bila digunakan oleh seorang yang baik dan dapat menjadi buruk jika digunakan untuk hal yang tidak baik. Perkembangan teknologi yang berpacu setiap harinya memberikan sebuah kesempatan inovasi dakwah bagi para pelaku dakwah di dunia.Jika Anda melakukan pencarian situs di internet, bisa dilihat bahwa situs yang negatif lebih banyak ketimbang situs Islami. Google bahkan mengeluarkan data bahwa kata kunci yang paling sering digunakan di Indonesia adalah kata “porno atau sex”. Data ini tentu menyedihkan bagi diri kita, para pelaku dakwah kampus, yang memiliki tanggung jawab untuk membuat perubahan di masyarakat.Cara untuk melawan fenomena ini bukanlah hanya dengan menuntut pemerintah untuk memblokir situs yang berbau pornografi, akan tetapi juga dengan menambah situs yang berisikan nilai Islam. Kuncinya adalah menjadikan pengetahuan dan informasi sebagai kekuatan. Pelaku dakwah masa kini perlu mengadaptasi teknologi dunia maya untuk keperluan dakwah Islam. Dengan demikian internet atau dunia maya akan semakin bersih dari kontaminasi situs buruk dan tercerahkan oleh cahaya Islam. Dakwah di dunia maya memiliki banyak keunggulan yang bisa melengkapi dakwah kita di dunia nyata. Keunggulan-keunggulan tersebut antara lain:Hemat biayaOptimasi desain pada publikasiPendekatan masifMudah digunakanPenyebaran cepat dan bersifat personalMenyentuh objek dakwah yang apatis (malas menghadiri acara dakwah)Keunggulan ini seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh LDK untuk mengembangkan area dakwahnya di kampus dan mengajak lebih banyak lagi mahasiswa untuk bergabung dalam pembinaan yang telah disiapkan. Meski demikian bukan berarti dakwah di dunia maya tidak memiliki kekurangan yang perlu diantisipasi oleh para pelaku dakwah. Dakwah di dunia maya tidak memungkinkan adanya tatap muka yang membuat kita tidak bisa mengetahui dengan persis ekspresi dari objek dakwah. Terkadang juga ada spam atau hacker yang membuat citra dakwah yang kita lakukan rusak. Namun demikian segala kekurangan ini bisa diselesaikan jika telah kita antisipasi sejak awal. Keuntungan besar dari dakwah di dunia maya adalah hampir semua fasilitas media yang ada bersifat gratis, sehingga daripada media tersebut digunakan untuk hal yang tidak bermanfaat, maka lebih baik digunakan untuk kebutuhan dakwah. Berikut akan saya paparkan beberapa metode yang bisa dilakukan oleh para aktivis dakwah kampus untuk mengembangkan dakwahnya di dunia maya.Jejaring SosialJejaring sosial di dunia maya semakin pesat perkembangannya. Pada akhir bulan Juni 2010 bahkan situs jejaring sosial terbesar facebook telah mengklaim bahwa ia memiliki 500 juta pengguna yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Selain itu masih ada pula twitter, plurk atau situs jejaring sosial lama seperti friendster. Ada empat langkah sederhana yang bisa kita lakukan untuk memanfaatkan jejaring sosial ini untuk berdakwah, yakni:Memperkuat identitas diriMemperbanyak teman/pengikutMembangun komunitasMenyebarkan nilai IslamTahapan ini berlaku untuk semua jenis jejaring sosial yang ada. Dengan cara sederhana ini seorang aktivis dakwah bisa berdakwah di depan komputer di rumah masing-masing. Metode dakwah ini juga bisa memberikan kesempatan berdakwah yang besar bagi para aktivis dakwah yang cenderung introvert atau pemalu karena dakwah di dunia maya tidak menuntut seseorang untuk bertatap muka.Contoh: Implementasi dengan menggunakan facebook.Langkah pertama adalah dengan memperkuat identitas diri. Meski di dunia maya Anda bisa menjadi siapapun yang Anda inginkan bahkan dengan karakter yang bertentangan dengan diri, tetapi untuk menjalankan kegiatan 2505075102870dakwah di dunia maya, Anda perlu menjadi sosok dengan karakter yang Islami. Dengan itu teman-teman dunia maya Anda akan mengenali Anda dengan karakter tersebut. Memperkuat identitas diri ini akan sangat menentukan tipe teman-teman yang mendominasi jaringan pertemanan kita di jejaring sosial.Bentuk penguatan identitas diri dapat dilakukan dengan penyesuaian foto profil, kata-kata yang terucap di jejaring sosial, serta rekaman kegiatan yang dilakukan. Sebutlah anda menamakan diri anda Aktivis Dakwah Facebook dengan foto profil Al Qur’an, dan memiliki interest dalam membaca Qur’an, mentoring, dan sebagainya. -234951875155Langkah kedua adalah memperbanyak teman. Teman pun alangkah baiknya jika dipilih dengan baik agar yang menjadi teman Anda dalam situs jejaring sosial adalah mereka yang memang tepat untuk menjadi objek dakwah di dunia maya. Karena Anda memiliki kesempatan untuk memilih teman, maka gunakan kesempatan ini agar dakwah Anda lebih optimal. Pastikan pula bahwa teman anda adalah orang yang anda kenal untuk memudahkan tindak lanjut. Namun bila tujuan dari dakwah dunia maya yang Anda lakukan adalah untuk hal yang bersifat masif, maka tidak masalah jika teman Anda di jejaring sosial tidak Anda kenal secara pribadi di dunia nyata. Langkah ketiga adalah dengan membuat komunitas dalam bentuk groups, atau fanpage. Dengan fasilitas ini Anda bisa membuat komunitas yang akan menjadi tempat menyampaikan syiar Islam dengan terfokus pada teman yang sudah bersedia untuk didakwahi. Contoh-contoh grup yang telah ada antara lain: “1 Juz 1 Hari”, “Ayo Mengaji”, atau “Perjalanan Qur’an”. LDK sebagai sebuah lembaga juga bisa membuat grup sendiri agar memudahkan syiar yang dilakukan.Langkah keempat adalah menebar nilai Islam itu sendiri dengan berbagai cara, dari cara sederhana seperti mengubah status dengan kalimat yang baik, menyebar tausiyah panjang melalui pesan yang dikirim secara personal ke setiap teman, maupun dengan men-tag catatan dan foto yang memiliki nilai Islami kepada teman-teman Anda. Dakwah dengan jejaring sosial merupakan sebuah trend baru dalam dunia dakwah kampus. Dengan cara ini pula setiap kader dapat melakukan dakwah secara mandiri di depan komputer masing-masing. Selain itu dakwah dengan jejaring sosial ini juga memberikan kesempatan kepada para aktivis dakwah untuk belajar menulis dan menginspirasi dengan kata. Blog/Website-9969538100Blog dan website memiliki keunggulan lain ketimbang jejaring sosial yaitu kemampuannya untuk bisa masuk dalam search engine sehingga tulisan kita dapat dinikmati tidak hanya dalam waktu pendek akan tetapi dalam jangka waktu yang lebih lama. Dakwah di blog/website bersifat lebih masif walau cenderung tidak personal. Dakwah dengan blog/website membutuhkan keahlian khusus di bidang desain dan menulis. Dari blog/website ini seseorang atau suatu kelompok aktivis dakwah kampus dapat menuliskan segala hal dengan bebas dan menjadi bagian dari kontributor opini Islam dalam persaingan mesin pencarian google, yahoo! atau bing. Pengguna internet bisa mengakses situs yang Anda buat hanya dengan mengetk kata kunci tertentu seperti: dakwah, Islam dan sebagainya. Dakwah dengan blog/website juga memberikan kesempatan untuk menerbitkan sebuah buku. Pengalaman saya menulis buku selalu bermula dari kumpulan tulisan di blog yang nantinya dikumpulkan dan diedit sesuai kebutuhan kemudian dicetak menjadi sebuah buku. Meski demikian, salah satu syarat yang perlu anda pahami bahwa dengan menulis di blog/website, semua tulisan yang anda telah sampaikan telah menjadi milik bersama yang bisa disebar luaskan dan dikembangkan oleh siapapun. Email/Mailing ListDakwah dengan email dan mailing list yang juga sering disebut milis ini merupakan sebuah cara dakwah di dunia maya yang sederhana dan sangat personal. Anda hanya perlu menyiapkan konten dan menyebarkannya melalui email pribadi atau melalui portal mailing list yang memungkinan disebar kepada kelompok yang lebih besar. Perhatian yang perlu diberikan adalah menindaklanjuti tulisan balasan dari orang yang merespon tulisan Anda. Tindak lanjut bisa dilakukan secara personal melalui diskusi singkat atau mengajak untuk menghadiri acara keislaman di dunia nyata. Selain itu perhatikan juga ritme atau tempo pengiriman pesan agar tidak jenuh dan bosan. Kebanyakan aktivis dakwah terlalu bernafsu untuk menyebar tulisan hingga justru membuat tulisannya dihapus bahkan sebelum dibaca oleh objek dakwah.Layanan SMS/MMSDengan persaingan operator yang semakin menghangat, tarif untuk melakukan SMS menjadi sangat murah. Sebagai seorang aktivis dakwah kita bisa memanfaatkan hal ini dengan seksama melalui pengiriman SMS secara personal kepada banyak orang. Jaringan SMS tausiyah, jaringan SMS tahajud wake up call, jaringan SMS inspirasi, dan sebagainya bisa dikembangkan dengan pesat. Meski demikian ada tata cara serta etika yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah memastikan bahwa orang yang Anda SMS adalah mereka yang sudah menyatakan diri siap menerima SMS. Jika tidak, maka Anda hanya akan menganggu kenyamanan seseorang dan justru kontraproduktif terhadap dakwah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyebaran SMS untuk syiar ini antara lain:Buat mekanisme pendaftaran yang sederhana seperti: sms_nama_nomor HP dan dikirim ke nomor tertentu,Tentukan nomor khusus untuk menyebar SMS syiar ini,Tentukan waktu rutin untuk pengiriman, jangan terlalu sering, Variasikan isi SMS seperti ayat Al Qur’an, hadis, atau kata-kata bijak,Isi SMS jangan terlalu panjang, maksimal 2 halaman SMS.Dengan memperhatikan hal-hal di atas, diharapkan layanan SMS ini dapat nyaman diterima oleh objek dakwah dan diresapi isinya dengan baik..Sebagai seorang aktivis dakwah kampus, tentunya penggunaan media dunia maya ini bukanlah hal yang asing. Justru menjadi sebuah tanggung jawab bagi seorang aktivis dakwah kampus untuk bisa menyediakan waktunya berkontribusi di dakwah dunia maya. LDK bisa saja mengeluarkan kebijakan kepada para kadernya untuk mewajibkan menyediakan waktu untuk berdakwah di dunia maya. Dengan demikian dakwah Islam akan kian terasa di dunia nyata dan dunia maya. BAB 23PARAMETERKEBERHASILAN SYIARKerelaan untuk bergabung dalam DakwahPengemasan Produk DakwahDa’i Penjual Objek DakwahPembeli BarangUangAlur Komunikasi DakwahMenganalogikan da’i sebagai penjual dan objek dakwah sebagai pembeli merupakan analogi yang tepat. Ketika produk dakwah kita tidak diterima oleh kalangan objek dakwah, maka janganlah menyalahkan mereka. Justru ini adalah kesempatan bagi kita untuk mengevaluasi dan memperbaiki produk dan pengemasan dakwah kita. Pada bab ini saya akan menyampaikan 5 parameter yang bisa digunakan dalam menilai apakah syiar kita sudah efektif, efisien serta handal.Cash FlowDalam melakukan perencanaan keuangan pada agenda syiar, LDK harus berpedoman pada nilai balance cashflow atau bahkan surplus cashflow. Dakwah butuh jihad, dan jihad butuh dana. Pendanaan yang baik akan membuat syiar kita optimal dan tidak terkesan dipaksakan. Syiar yang baik tidak harus mahal, namun haruslah cocok dan sesuai dengan kebutuhan objek dakwah. Pada situasi inilah LDK harus mempertimbangkan masalah dana, jangan sampai dana yang dibutuhkan terlalu besar, karena hanya akan menjadi beban yang membuat inovasi syiar menjadi terbatasSepatutnya sebuah LDK bisa menghasilkan sendiri uang dalam jumlah besar karena kebebasan finansial membuat LDK bisa mandiri serta independen dari pihak luar.AppreciationApresiasi ini adalah tanggapan atau respon dari semua stakeholder yang berkaitan dengan agenda yang diadakan. Apresiasi pertama tentu dilihat dari peserta agenda. Apakah mereka puas dan senang dengan agenda yang diselenggarakan. Sebab, tujuan syiar adalah mentransformasi objek dakwah yang masih belum tahu menjadi tahu. Penilaian termudah dalam menilai apresiasi adalah dengan melihat respon mahasiswa lain yang sering mengikuti kegiatan syiar. Dalam hal ini peran data sangat penting untuk digunakan dalam mengevaluasi agenda dakwah. Apresiasi lainnya dilihat dari stakeholder lain seperti pengisi acara, pihak yang diajak kerjasama, dana, donatur, dan lain sebagainya. Apresiasi dari mereka sangat penting karena tanpa mereka agenda dakwah ini tidak akan dapat berjalan dengan lancar.ParticipationAda dua pihak dalam hal partisipasi, pihak panitia dan pihak objek dakwah itu sendiri. Partisipasi pihak panitia sangat penting. Kita ini jamaah dakwah sehingga keberhasilan dakwah ini tampak pada kebertambahan keimanan para subjek dakwah. Pada hakikatnya setelah agenda dakwah berhasil dilaksanakan sesuai dengan sirah, seharusnya terjadi pertambahan subjek. Partisipasi dari massa kampus atau objek dakwah akan agenda kita bisa dilihat dari cara mereka merespon dan mendukung keberlangsungan agenda kita, apakah hanya sebagai pengunjung saja, ataukah turut serta memberikan dukungan-dukungan lainnya.ValueSelalu ada fikroh atau pemikiran yang akan disampaikan dalam setiap pelaksanaan syiar. Penyebaran fikroh ini menjadi sebuah misi dalam dakwah kita. Nilai yang kita sampaikan sejatinya bisa menjadi corong opini dan mengubah pola pikir dari objek dakwah kita. Dengan selalu berpegang pada value yang akan disampaikan, dakwah akan senantiasa selalu berada pada asholah-nya. Pentingnya penentuan value juga harus diperhatikan. Jangan sampai nilai atau pesan yang disampaikan kontraproduktif dan tidak sesuai dengan kebutuhan objek.DocumentationDokumentasi menjadi hal yang sangat mahal. Biasanya kita semua seringkali melupakan dokumentasi sehingga tidak ada hal yang bisa diturunkan ke penerus kita kelak. Ada dua hal yang harus terdokumentasi dengan baik. Pertama, dokumentasi data seperti notulensi rapat, proposal, ide-ide, dan lain sebagainya. Kedua, dokumentasi foto dan film kegiatan. Penyimpanan data ini juga harus terorganisir dengan baik sehingga bisa jadi warisan penting bagi penerus gerak dakwah kita di masa yang akan datang.Parameter tersebut dibuat untuk memastikan bahwa kegiatan syiar yang dilakukan sesuai dengan standar minimal, dan ada keberlanjutannya. Penting untuk diperhatikan oleh LDK bahwa dengan menjadikan parameter ini sebagai indikator keberhasilan, maka akan terbentuk sebuah standar kualitas minimal yang akan dicapai oleh lembaga dakwah dalam menjalankan aktivitasnya. Tentunya dengan bermodalkan keikhlasan serta totalitas dalam berdakwah, syiar kita akan berhasil secara kasat mata dan memperoleh berkah. BAB 24INTERNALISASI SEMANGATDAKWAH FARDIYAHMaka disebabkan rahmat dari Allah-lahkamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranyakamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulahmereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.(QS. Al-Imran: 159)Jika berbicara tentang bagaimana pemasaran LDK yang terbaik, saya akan langsung mengatakan bahwa pemasaran terbaik adalah ketika kita sebagai kader dakwah secara terus-menerus melakuakan direct selling atau dakwah fardiyah, yaitu dakwah secara langsung dengan lisan, mengajak objek dakwah untuk bergabung dalam barisan dakwah kita. Sebagai contoh, seorang aktivis dakwah yang berdakwah dengan keteladanannya di kelas berkat kemampuan akademisnya yang baik, seorang aktivis dakwah yang menjadi seorang asisten di perkuliahan, dan sebagainya. Aktivis dakwah kampus ini bisa memanfaatkan perannya dengan sesekali mengadakan ta’lim kecil di laboratorium, mengajak para peserta praktikum mengikuti mentoring, atau dengan mendekati mahasiswa-mahasiswa yang memiliki kelebihan yang dirasa bisa menunjang gerak dakwah kampusPerjalanan dakwah kampus di Indonesia yang telah mencapai usia dua dekade semakin kehilangan khitah da’i yang seharusnya dicita-citakan sejak awal. Karakter seorang da’i yang seharusnya melekat pada jiwa kader atau aktivis dakwah semakin memudar ditelan arus perubahan massa. Perubahan ini terjadi terlalu cepat sehingga tuntutan untuk berubah pun menjadi sebuah keharusan. Sayangnya fungsi da’i yang fundamental justru tidak dapat dipertahankan pada perubahan ini. Kata “dakwah” dan “da’i” secara harfiah bermakna menyampaikan. Pada hakikatnya kita sangat memahami bahwa menyampaikan adalah sesuatu yang berasal dari diri dan disampaikan melalui lisan maupun tindakan. Berdasarkan pemahaman tersebut, fungsi utama seorang kader dakwah adalah menjadi da’i yang mengajak mad’u (objek dakwah) mengenal Islam lebih mendalam. Hal ini juga dicontohkan oleh Rasulullah. Beliau menyampaikan firman Allah di depan umum serta berkunjung langsung ke tempat-tempat tertentu dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai da’i.Begitu pula bagi kita para kader dakwah. Kita ternyata dituntut untuk tidak hanya pandai menyusun sebuah agenda dakwah, tidak hanya cepat dalam menghafal Al Qur’an, atau tidak hanya baik dalam hal manajemen sebuah organisasi, akan tetapi kita dituntut untuk bisa menjadi da’i dimanapun kita berada. Berdakwahlah dengan berkata. Pengaruhilah masyarakat sekitar kita dengan perkataan dan keteladanan, agar objek dakwah bersedia belajar Islam lebih mendalam.Perjalanan dakwah Islam yang sudah memasuki abad ke-15 ini adalah sebuah metode dakwah yang tidak pernah usang, sebuah metode dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, sebuah metode dakwah yang juga dilakukan oleh para Khulafaur Rasyidin, bahkan oleh Adam AS, Ibrahim AS, Musa AS hingga Isa AS. Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi mereka. Dakwah fardiyah adalah dakwah secara personal. Sesuai dengan namanya, metode dakwah ini dilakukan secara personal, man to man, woman to woman. Dapat pula dilakukan kepada beberapa orang dalam jumlah kecil dan terbatas. Biasanya dakwah fardiyah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Misalnya dengan menasehati teman, menegur, memberi anjuran, serta memberi contoh. Termasuk juga saat mengunjungi orang sakit, atau sekedar memberikan ucapan selamat. Dakwah fardiyah dalam konteks ke-LDK-an mengerucut pada sebuah tujuan, yaitu mengajak objek dakwah agar ikut bergabung dalam pembinaan yang dilakukan oleh LDK. Berbeda dengan zaman Rasul yang objek dakwahnya adalah kaum non-muslim atau orang yang masih kafir, pada medan dakwah kampus objek dakwahnya adalah seorang muslim yang akan kita ajak mempelajari Islam secara mendalam. Berbagai metode pembinaan yang ada bisa kita gunakan sebagai wadah untuk mem-follow up hasil pendekatan personal kita. Biasanya wadah yang paling cocok untuk ini adalah kelompok mentoring. Metode lain seperti ta’lim dan mabit juga bisa digunakan sebagai wadah follow up masif.Berikut saya akan menguraikan lima tahapan untuk melakukan dakwah fardiyah yang disebut dengan 5M. 5M, Lima Tahap Dakwah FardiyahMengenali M pertama dalam tahapan dakwah fardiyah adalah mengenali calon mad’u. Perlu diingat, mengenali calon mad’u tidak cukup hanya dengan sebatas tahu nama dan nomor handphone-nya saja, tapi juga betul-betul mengenalinya secara mendalam. Dimulai dari mengetahui kebiasaanya, di mana tempat tinggalnya, apa aktivitas kesehariannya, kesukaan dan ketidaksukaanya, dan lain sebagainya. Proses mengenali mad’u ini sangat penting karena akan mempengaruhi metode pendekatan yang akan kita lakukan selanjutnya. Dalam buku “Personality Plus” karya Florence Littaeur, ada 4 tipikal manusia, yakni sanguinis, melankolis, koleris, dan phlegmatis. Buku ini bisa menjadi sebuah pedoman sederhana dalam melakukan pendekatan terhadap mad’u. Disamping itu, buku “Bagaimana Menyentuh Hati” karangan Abbas Assyisi juga bisa digunakan sebagai pedoman fundamental dalam melakukan pendekatan personal.MendekatiM kedua, yaitu mendekati mad’u. Pendekatan yang dilakukan erbeda-beda untuk setiap mad’u. Ada kalanya kita terlebih dulu harus menyesuaikan dengan kondisi kedekatan kita dan mad’u. Pada dasarnya kita tidak perlu mengubah cara kita berkomunikasi atau bersikap kepada mereka karena justru bisa berakibat pada ketidakproduktifan dakwah yang kita lakukan. Jadilah diri Anda sendiri, dan tentukan pola pendekatan yang paling tepat dengan tipikal diri Anda.Seorang mad’u selalu memiliki kekhasan tersendiri. Seseorang yang gemar membaca bisa didekati dengan membelikan atau meminjaminya buku yang menurut kita bisa mengubah paradigma dirinya tentang Islam. Sebutlah buku “Sirah Nabawiyah” atau “Al islam” karangan Sayyid Qutb, atau mungkin buku umum seperti “The Secret”, “The World is Flat”, atau “Berpikir dan Berjiwa Besar”. Adapun kadang kala kita bisa bertemu dengan seseorang yang kritis dan gemar bertanya. Bisa saja sesekali kita ajak ia bersilaturahim ke tempat seorang ustadz untuk mendiskusikan persoalan agama, menghadiri ta’lim dengan tema pentingnya pembinaan, dan lain sebagainya. Untuk seseorang yang keras kepala, harus bisa kita patahkan kekerasan pendapatnya lalu dicairkan dengan memberikannya pemahaman dan penjelasan yang logis dan realistis. Oleh karena itu, memiliki pemahaman Islam yang baik juga menjadi suatu tuntutan bagi seorang da’i. Lain halnya dengan tipikal mad’u yang melankolis-phlegmatis. Pendekatan intrapersonal, rasa empatik, dan perhatian dari kita bisa menjadi metode yang tepat baginya. Berbagai metode lainnya bisa kita kembangkan tergantung tipikal mad’u dan diri kita sendiri. Tujuan dari tahapan pendekatan ini yakni untuk membentuk kepercayaan antara diri kita dan mad’u, mengikatkan dan mendekatkan hati, serta menumbuhkan perasaan ingin mempelajari Islam secara mendalam dan konsisten, atau dengan bahasa lain, menimbulkan keinginan untuk mengubah diri sendiri.MengajakSetelah mendapatkan kepercayaan dan kedekatan, tugas kita selanjutnya adalah masuk pada tahap M ketiga, yaitu mengajak mad’u mengikuti pembinaan Islam secara konsisten. Bagaimana menentukan cara dan waktu yang tepat, tergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Bisa jadi perlu ada diskusi panjang hingga beliau bersedia ikut pembinaan, atau ada pula yang tipikalnya harus di-“tembak” langsung. Tipikal terakhir ini bisa dilakukan pada mad’u yang sudah dekat secara personal dengan kita. Untuk mad’u yang agak sulit mengambil keputusan, bisa langsung saja kita undang untuk mengikuti agenda pembinaan yang ada. Meskipun mad’u menolak mengikuti pembinaan, proses pengajakan ini tidaklah berhenti sampai di sini. Proses fardiyah harus tetap selalu berjalan. Jika kita sudah merasa tidak ada prospek di salah seorang mad’u, maka mengganti calon mad’u bisa menjadi solusi yang tepat.Mendo’akanDan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah. Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan paramu'min, dan yang mempersatukan hati mereka. Walaupun kamu membelanjakan semua yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Mahagagah lagi Mahabijaksana(QS. Al Anfaal: 62-63)Kekuatan do’alah yang bisa menyatukan hati-hati ini, karena sesungguhnya do’a kita kepada sesama muslim akan menjadi amal yang yang sangat bernilai. Kekuatan do’a ini pula yang akan membukakan hati kita semua, memudahkan masuknya hidayah, dan menjauhi godaan syetan. M keempat yakni mendo’akan mad’u menjadi sebuah kewajiban bagi seorang da’i.??Katakanlah, “Inilah jalan (agamaku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik. (QS. Yusuf: 108)??MenjagaM yang terakhir adalah menjaga mad’u. Jika kita membina langsung mad’u yang adalah hasil dari dakwah fardiyah kita sendiri, proses penjagaan akan lebih mudah karena kita dapat bertemu dengannya secara rutin. Akan tetapi terkadang proses follow up ini tidak selalu di-handle oleh kita sendiri. Bisa jadi ada orang lain yang akan membina mad’u kita. Oleh karena itu, kita perlu tetap selalu menjaga hubungan dengannya. Sesekali bisa kita coba menanyakannya bagaimana pendapatnya terhadap pembinaan yang ia dapat, apa kesannya, serta ajaklah ia berdiskusi jika perlu. Melihat perkembangan event syiar yang semakin semarak dan menghabiskan dana yang banyak, dakwah fardiyah bisa kita manfaatkan sebagai media persiapan massa sebelum event, ataupun sebagai media follow up seusai event. Sebagai media persiapan sebelum event, dakwah fardiyah bisa menjadi metode yang digunakan untuk mengajak peserta mengikuti event tersebut. Dalam dakwah fardiyah, pengajakan mad’u untuk mengikuti agenda dakwah bisa mempercepat tahap pendekatan karena mad’u bisa merasakan nuansa Islam dalam agenda yang diadakan. Jika dilihat dari sisi jumlah peserta, pengajakan mad’u ke agenda dakwah juga turut mendukung keberlangsungan agenda tersebut.Pada setiap event yang dilakukan oleh LDK, sebaiknya ada presensi atau buku tamu dari pengunjung atau peserta event. Pendataan ini sangat penting karena dengan data ini kita bisa menghitung berapa massa simpatisan kita yang berpotensi menjadi kader. Dengan demikian proses follow up dapat dilakukan dengan lebih mudah. Salah satu metode follow up yang bisa digunakan yakni dengan dakwah fardiyah. Seorang kader kita yang dekat dengan peserta agenda dakwah bisa mendekatinya sehingga proses follow up simpatisan untuk menjadi kader dapat berlangsung semakin cepat.Dalam pandangan saya, perkembangan agenda dakwah berbasis event seakan-akan telah menjadi keharusan pada sebuah LDK. Memang betul bahwa ketika lembaga sudah formal, agenda yang masif harus dijalankan karena massa juga semakin banyak. Akan tetapi, janganlah hal ini menjadi satu-satunya tipikal agenda LDK untuk merangkul massa. Jika ini terjadi, maka label LDK yang identik dengan event organizer menjadi layak kita sandangkan. Sungguh sangat zalim bagi kita para pemimpin LDK, jika mendidik kader hanya untuk menjadi ahli dalam manajemen organisasi. LDK adalah lembaga kaderisasi. Maka LDK haruslah dapat mendidik kadernya untuk menjadi da’i—dalam konteks mengajak objek dakwah mengikuti kegiatan pembinaan, lalu melakukan pembinaan tersebut dengan seksama—agar para objek dakwah bisa menjadi orang-orang yang memiliki kepribadian Islam. Dengan demikian, dakwah fardiyah dapat dijadikan kebiasaan di antara kader. Kita pun dapat menstimulus kader kita untuk memilki karakter seorang da’i. Prospek Dakwah FardiyahProspek cerah sangat tampak pada aktivitas dakwah fardiyah karena ada mulitple effect yang sangat baik jika proyek ini bisa dijalankan secara konsisten untuk jangka waktu yang lama. Kita dapat menggerilyakan kader kita untuk terus menerus “menjual” dan mempromosikan produk pembinaan kita setiap saat. Coba kita hitung bagaimana potensi penambahan kader yang mungkin bisa terjadi dalam perkembangan proyek ini.Tabel Prospek Dakwah FardiyahBulanJumlah KaderPertama50Kedua100Ketiga200Keempat400Kelima800Keenam(1 semester)1600Dilihat dari tabel di atas hanya dalam 1 semester peningkatan kader kita akan meningkat hingga 32x lipat. Ini jumlah yang sangat fantastis. Angka 50 kader di awal ini hanya merupakan perumpamaan. Jika jumlah kader real yang ada pada kampus kita lebih banyak, maka multiply effect yang terjadi bisa lebih besar. Perlu dicermati pula bahwa contoh di atas menggunakan asumsi: Setiap kader hanya perlu mengajak satu orang objek dakwah dalam waktu satu bulan. Hanya satu orang bukanlah jumlah yang besar dalam waktu satu bulan. Untuk membiasakan dakwah fardiyah kepada kader, pada dasarnya kita bisa menggunakan sistem yang sederhana. Dakwah fardiyah cukup hanya didukung oleh perangkat promosi dan wadah untuk memfasilitasi objek dakwah dalam pembinaan lanjutan. Menyiasati Pola Pikir Manusia dalam Dakwah FardiyahAlur Pikiran ManusiaManusia selalu memulai sesuatu dari sugesti. Sugesti ini bermula dari sebuah lintasan informasi yang melewati pikirannya. Dalam konteks ini, seorang da’i akan mencoba mengisi lintasan pikiran objek dakwah misalnya dengan: pembinaan itu sangat penting, saatnya berubah ke arah lebih baik, dan sebagainya, dengan cara mengingatkan objek dakwah baik melalui sms, telepon atau pun saat bertemu. Cara lain adalah dengan menggunakan banyak simbol atau pengumuman reklame dan iklan di kampus, agar objek dakwah senantiasa melihat lalu menjadikan informasi yang bertebaran di sekelilingnya sebagai sugesti. Kita kemudian dapat menstimulus lintasan pikiran yang telah dimiliki oleh objek dakwah dengan mengajaknya berdiskusi, meminjamkan buku, atau mengajak menghadiri pertemuan kader dan ta’lim. Melalui hal-hal tersebut akan timbul sebuah memori (ingatan) yang membekas pada objek dakwah. Selanjutnya adalah proses kontemplasi pribadi objek dakwah untuk menyalurkan ingatan ini menjadi sebuah gagasan bahwa “Saya harus mengikuti pembinaan Islam untuk berubah!”. Saat tekad objek dakwah sudah timbul inilah maka tiba saatnya bagi kita untuk mengajaknya bergabung dalam aktivitas dakwah kampus. Pada proses perkenalan dan pengajakan ini kita harus bisa menjelaskan apa keuntungannya mengikuti pembinaan, apa perubahan yang terjadi pada diri setelah ikut pembinaan, kesempatan apa yang bisa didapatkan, dan segala hal positif lainnya. Kita harus bisa mengubah paradigma yang ada pada mad’u. Karena sesungguhnya alasan mereka tidak mau bergabung bukanlah karena memang mereka tidak mau, akan tetapi karena mereka belum mengetahui apa yang bisa mereka dapatkan dengan mengikuti pembinaan ini.Perangkat Pendukung Dakwah FardiyahMekanisme kerja dakwah fardiyah pada sebuah LDK berpusat pada dua departemen yakni departemen kaderisasi dan manajemen sumber daya anggota serta departemen koordinasi mentoring. Kedua departemen ini harus bergerak sinergis satu sama lain. Kaderisasi dan Manajemen Sumber Daya AnggotaDepartemen ini akan berfungsi pada satu hal, yakni penjagaan dan pemantauan proses dakwah fardiyah dengan membuat sel-sel atau kelompok yang bertujuan untuk mengecek keberjalanan yang ada. Sel-sel ini tidak ubahnya seperti kelompok mentoring. Bedanya, kelompok ini tidak diisi dengan majelis ilmu, akan tetapi diisi oleh proses pengecekkan keberjalanan dakwah fardiyah. Pola Koordinasi Jaringan Dakwah FardiyahKelompok ini dipimpin oleh seorang mentor yang lebih tua dan diusahakan berada di program studi atau fakultas yang sama dengan objek dakwah agar transfer ilmu bisa berjalan dengan lebih baik. Dalam pengelompokkan jaringan dakwah fardiyah ini, sebaiknya tempatkan seorang kader yang memang sudah berpengalaman dan bijak sebagai koordinator.Pada kondisi lain, bisa saja fungsi pemantauan digabung dengan kelompok mentoring yang telah ada. Sebetulnya cara ini lebih efektif sehingga ketika ada objek dakwah yang baru bergabung akan lebih mudah dipantau dan di-follow up. Tim Koordinasi Mentoring Tim pada departemen ini menyiapkan dua hal, yakni peralatan pendukung dan tabulasi jadwal mentoring.Peralatan pendukungPeralatan ini adalah sarana yang digunakan oleh kader kita dalam mempromosikan mentoring. Sarananya bisa berupa pamflet yang berisikan tentang segala informasi terkait pembinaan dan mentoring LDK, serta slide powerpoint yang bisa digunakan di laptop untuk “menjual” mentoring. Sarana publikasi lain seperti poster atau leaflet yang bisa ditempel dan dibagikan juga berguna dalam mencitrakan mentoring di lintasan pikiran objek dakwah. Kita juga bisa menggunakan merchandise pendukung seperti kaos untuk mentor kita yang bertuliskan ”Bukan Mentor Biasa” atau ”Supermentor”, atau pin yang dibagikan ke semua kader yang bertuliskan kata-kata persuasif. Selain itu tim mentoring sebaiknya juga membuka stand pendaftaran mentoring di setiap event yang diadakan oleh LDK sehingga LDK bisa menampung mahasiswa muslim setiap saat. Tabulasi jadwal mentorKita akan memakai sistem buka kelas pada permentoringan. Setiap mentor diminta menyediakan waktu 1 sesi setiap pekannya dengan lama waktu 1,5 jam per sesi. Jadwal semua mentor akan digabung sehingga dapat ditabulasikan menjadi jadwal kelas mentoring. Semakin banyak mentor yang ada, pilihan yang tersedia bagi objek dakwah akan semakin banyak.Rooster Jadwal Mentoring GAMAIS ITBWaktuSeninSelasaRabuKamisJum’atSabtuAhad07.00-08.30YusufGammaAditIqbalAlbazLuthfiAisar08.30-10.00NurdinDimasArdhesaGesaIlhamAhmadToni10.00-11.30AminYudaTotohGumilarCecepFikriVerry13.00-14.30IrfanDiptaZukrufUnggulElriAnggitAgung15.30-17.00ArifFahmiLukmanBambangDimasHusniIftitah19.30-21.00RullyAzisThomasWahyuRatnoDiazAndriTabel di atas merupakan contoh tabulasi sederhana. Dengan pilihan jadwal ini ada banyak keuntungan bagi proses dakwah fardiyah yang dilakukan, yakni:Membuat jadwal antara mentor dan binaannya sesuai sehingga tidak perlu memakan waktu untuk menyamakan jadwal,Memberikan kesempatan kepada objek dakwah untuk memilih mentor yang akan membina dirinya,Memberi kesempatan seorang objek dakwah untuk memilih teman satu kelompoknya.Untuk mekanisme input data objek dakwah, kita bisa menggunakan SMS. Objek dakwah yang ingin mengikuti mentoring cukup mengirimkan SMS ke service centre dengan mencantumkan identitas diri dan waktu mentoring yang diinginkan. Data yang dikirim via SMS akan diteruskan ke sistem data mentoring dan ke mentor yang bersangkutan sehingga maksimal objek dakwah hanya perlu menunggu selama satu pekan setelah mendaftar untuk dapat mulai mengikuti proses pembinaan. Mulai dari sekarang!Untuk memulai sesuatu memang butuh waktu. Akan tetapi, semakin cepat kita memulai akan lebih baik. Karena semakin lama kita menunda akan semakin banyak pula pertimbangan yang mungkin bisa membuat kita tidak jadi menjalankan sesuatu. Hal yang menjadi langkah awal—dan bisa jadi cukup berat—adalah menimbulkan kesadaran dan habit dari kader dakwah kita agar senantiasa mengajak sebanyak-banyaknya mahasiswa di kampus untuk mengikuti pembinaan. Adanya pertemuan kader terpusat bisa menjadi sebuah metode yang diharapkan bisa memberikan pemahaman dan semangat secara masif agar kader bisa bergerak dan menjalankan dakwah fardiyah. Mungkin Anda bertanya sudahkah saya sebagai penulis menjalankan dakwah fardiyah? Semester silam saya mencoba mempraktekkan secara mini konsep ini. Saya coba lakukan pada kelompok binaan saya di jurusan. Pada awalnya di bulan September, anggota kelompok binaan saya hanya terdiri dari delapan orang saja. Setiap SMS yang saya kirimkan ke binaan untuk mengingatkan jadwal mentoring selalu saya beri tambahan, “Ajak yang lain yah! ^_^”. Pada setiap mengisi ta’lim di jurusan saya juga selalu mengajak pesertanya untuk mengikuti mentoring. Alhasil dengan usaha saya dan binaan saya, pada awal bulan Desember (sekitar 3 bulan setelah pertemuan pertama), jumlah anggota mentoring ini bertambah menjadi 20 orang.Kita akan membangun sistem di sini. Sistem yang memiliki perangkat pendukung berupa tools untuk promosi, media pencitraan lintasan pikiran, pertemuan-pertemuan untuk sharing dan berbagi ilmu, sel-sel kecil untuk penjagaan dan pengecekkan, serta wadah mentoring yang siap menampung hasil dakwah fardiyah. Dengan pembangunan sistem, semua kader kita dengan segala tipikal kepribadian dan varian kompetensi akan bisa menjalankan amanah ini dengan baik.BAB 25DAKWAH FARDIYAH BERDASARKAN KARAKTER MAHASISWAKita sering mendengar keluhan dari sahabat sesama aktivis dakwah tentang objek dakwah yang tidak “menerima” dan cenderung “berprasangka”. Di lain pihak, para objek dakwah yang agak awam sering pula berpendapat bahwa para aktivis dakwah eksklusif, suka mengelompok, tertutup, dan mudah menghakimi ketika melihat mereka berbuat “dosa”, tanpa mencoba mengklarifikasi dan memberikan nasehat dengan cara yang baik. Bagaimana bisa aktivitas dakwah di kampus berjalan dengan harmonis bila antara subjek dan objek dakwahnya memiliki cara pandang yang bertolak belakang dan saling berprasangka?Hermawan Kertajaya dalam bukunya “Marketing in Venus” menyatakan “Orang Mars bicara dengan bahasa Mars, dan orang Venus bicara dengan bahasa Venus. Tetapi ada satu lagi bahasa yang universal dan bisa diterima oleh semua orang yakni bahasa understanding”. Meski konteks yang disampaikan dalam buku ini tidak berhubungan langsung dengan dakwah, tetapi kita bisa mengambil benang merah bahwa understanding atau kesepahaman ini tidak akan pernah terbentuk jika tidak ada komunikasi. Sedangkan komunikasi tidak akan pernah terjadi bila tidak ada usaha dari masing-masing pihak untuk membuka diri dan memulai memahami. Begitu pula dalam aktivitas dakwah fardiyah di kampus. Seorang aktivis dakwah diharapkan mau membuka diri dan mencoba memahami karakter setiap individu dari objek dakwahnya secara mendalam sehingga dapat meramukan cara pendekatan yang paling tepat untuknya. Langkah awal yang perlu dibangun adalah memulai komunikasi dengan objek dakwah dengan berbagai cara. Perlu diingat bahwa komunikasi bukanlah sekedar berbicara secara oral saja. Komunikasi yang baik melibatkan seluruh sistem yang ada dalam tubuh kita. Saat Anda berkomunikasi dengan orang yang Anda senangi, tubuh Anda akan merespon baik. Bibir secara spontan tersenyum, mata berbinar, hati senang, gerak tangan dan kaki rileks, dan perasaan nyaman menjalar dalam diri Anda. Respon seperti ini pun berlaku untuk objek dakwah yang bisa menangkap perasaan Anda ketika Anda melakukan komunikasi dengan tulus dan ikhlas. Sebagaimana Abbas As-Siisiy dalam bukunya “Bagaimana Menyentuh Hati” menyatakan bahwa “Hati hanya bisa disentuh oleh hati yang bersih”. Dengan demikian pendekatan hati dalam komunikasi, khususnya untuk aktivitas dakwah fardiyah, sangat diperlukan dan dipahami oleh setiap aktivis dakwah. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan Kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal(QS. Al Hujurat: 13)Menarik bila melihat dan mengamati keberagaman karakter mahasiswa dengan berbagai keunikan kepribadiannya. Keberagaman karakter ini melahirkan nuansa tersendiri dalam interaksi antarmanusian. Namun jangan sampai nikmat Allah yang berupa keberagaman ini justru menjadi musibah yang memicu konflik atau hambatan dakwah. Sebagai aktivis dakwah diharapkan kita mampu menjadikan keberagaman sebagai potensi dan kesempatan besar untuk melakukan aktivitas dakwah dengan optimal.Sebuah buku yang sangat bagus untuk memahami karakter manusia, ditulis oleh Florence Littaeur dengan judul “Personality Plus”. Buku ini menjelaskan secara rinci ciri khas dari empat karakter manusia dengan perspektif yang sangat baik: karakter koleris, melankolis, sanguinis dan phlegmatis. Karakter-karakter ini memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Tentunya cara berdakwah terhadap tiap karakter akan berbeda. Ilmu ini bisa dimanfaatkan oleh para aktivis dakwah, khususnya saat melakukan dakwah fardiyah. Dakwah Riang bersama Sanguinis Sanguinis membawa karakter menyenangkan, kesenangan permainan, periang, dan penuh rasa ingin tahu. Ia laksana sang pangeran yang setiap kali merasa bahagia saat akan mendapatkan kekuatannya dan merasa kehilangan kekuatannya saat kesedihan menerpa. Di dalam forum yang besar, sosok sanguinis adalah orang yang bisa membuat tertawa, aktif bertanya, menyapa, dan berkawan. (Littaeur)Florence Littaeur dalam bukunya menuliskan bahwa tipe sanguinis ini memiliki beberapa kekhasan, antara lain:Kepribadian menyenangkan; Suka bicara dan bercerita; Menghidupkan suasana pesta; Ingatan yang kuat akan warna; Memukau pendengar; Baik di panggung; Lugu dan polos; Antusias dan ekspresif; Penuh rasa ingin tahu; Selamanya menjadi kanak-kanak; Sukarelawan untuk tugas; Kreatif dan inovatif; Mempersona orang lain; dan mudah berteman.Pendekatan dakwah untuk objek dakwah dengan tipe ini adalah dengan menjadi bagian dari lingkaran pertemanan objek dakwah. Buatlah dia merasa nyaman untuk tertawa lepas atau menyampaikan humor jenaka kepada diri Anda. Langkah awal ini sangat diperlukan, karena orang sanguinis sangat gemar berteman dan menyukai suasana yang menyenangkan. Setelah itu cobalah untuk banyak mendengar apa yang ia sampaikan. Buat ia percaya pada diri Anda dan meyakini bahwa Anda adalah sosok yang juga menyenangkan dan bersedia menjadi pendengar yang baik bagi dirinya.Tipe sanguinis biasanya senang akan hal baru, hadiah baru, petualangan baru, dan tantangan baru. Mereka memandang semua hal baru ini sebagai suatu kebahagiaan tersendiri. Cobalah sesekali membawakannya sebuah kejutan kecil yang berkesan atau hadiah saat ia berulang tahun. Selain itu cobalah juga memberikannya pengalaman baru seperti mengajaknya mengerjakan sesuatu yang baru. Sangat menyenangkan bila berdakwah dengan orang sanguinis karena suasana menyenangkan akan sangat Anda rasakan meski Anda harus siap dijahili atau sedikit dibuat malu, karena orang sanguinis mendapat kesenangan dengan menjahili dan memalukan orang lain.Karakter sanguinis umumnya juga senang dipuji dan diberi kebebasan. Cobalah memberikannya pujian kecil saat ia menggapai sebuah keberhasilan. Sedangkan dalam memberikan tanggung jawab kepadanya, cobalah memberikan ia kebebasan dalam berekspresi, karena dengan itu ia akan merasa nyaman beraktivitas. Setelah menjadi bagian dari lingkaran pertemanan dari objek dakwah yang sanguinis dan Anda dipercaya olehnya dengan baik, langkah selanjutnya adalah mengajaknya bergabung dengan aktivitas dakwah dengan cara yang menyenangkan. Berikan peran yang membuatnya bisa berekspresi seperti MC kegiatan atau bagian syiar yang sarat akan inovasi. Fasilitasi pula dirinya dengan mentor yang bisa memahami dirinya sebagai seseorang yang periang. Dakwah Serius bersama KolerisOrang koleris adalah sosok yang kuat dan dinamis, mampu memimpikan hal-hal mustahil dan bertujuan meraih bintang yang ada di luar jangkauannya. Koleris kuat selalu mengincar, meraih, dan berhasil. Dia punya karakter yang paling mudah dipahami dan mudah diajak bergaul selama Anda hidup dengan mengikuti peraturan emasnya, ‘Lakukan dengan cara saya, SEKARANG!’. (Littaeur)Tipikal koleris sangat cocok untuk menjadi pemimpin dengan kemampuannya dalam berkomunikasi secara terbuka dan keingintahuannya bahwa segala selalu akan selesai dan beres selama ia memegang kepemimpinan. Orang koleris yang kuat berorientasi pada tujuan dan mempunyai kualitas kepemimpinan bawaan. Dia biasanya menanjak ke puncak pada karir apa pun yang ia pilih. Mayoritas pemimpin dunia berasal dari karakter koleris kuat. Florence Littaeur dalam bukunya menuliskan bahwa tipe koleris ini memiliki beberapa kekhasan, antara lain:Dilahirkan sebagai pemimpin; Sangat memerlukan perubahan; Berkemauan kuat dan tegas; Bisa menjalankan apa saja; Berorientasi tujuan; Mengorganisasi dengan baik; Mendelegasikan pekerjaan; Berkembang karena tantangan; Tidak terlalu perlu teman; Biasanya selalu benar; dan unggul dalam keadaan darurat.Pendekatan dakwah yang dilakukan untuk tipe koleris adalah dengan mengakui bahwa memang dia sosok yang memiliki bakat untuk menjadi pemimpin. Pengakuan kepada dirinya bahwa dia adalah orang yang memiliki kapasitas menjadi sebuah kebanggaan tersendiri.Berkomunikasi dengan koleris perlu kesabaran yang ekstra. Perlu diyakini walau kebanyakan koleris merasa selalu benar, mereka sebenarnya juga adalah pendengar yang baik. Buatlah dirinya terbawa pada komunikasi dua arah yang kita bangun. Dari sinilah proses dakwah bisa dimulai. Koleris yang cenderung rasional bisa kita dekati dengan rasionalisasi yang masuk akal dan cenderung menguntungkan karena mereka melihat segala sesuatu dari sisi untung-rugi. Selain itu seorang koleris cenderung selalu menjadi pribadi yang terbaik. Maka berikan keyakinan kepada dirinya bahwa dengan memahami Islam lebih mendalam, ia tidak hanya akan mendapatkan kebaikan, tetapi juga menjadi lebih komprehensif.Dalam pemberian tanggung jawab, berilah seorang koleris tantangan terberat karena baginya itu merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Dia cenderung siap pada tantangan tanggung jawab yang lebih besar di waktu lain. Pendekatan ini bisa juga sekaligus digunakan untuk mempersiapkan kader yang militan dalam bergerak. Dakwah dengan Hati kepada MelankolisMelankolis adalah seorang pemikir sempurna, mereka adalah orang-orang yang serius terhadap tujuan, mengabdi kepada ketertiban dan keteraturan, serta sangat menghargai kecerdasan dan keindahan. Melakolis yang sempurna adalah jiwa dari kemanusiaan, mereka benar-benar menjalani kegiatan kemanusiaan dengan tulus dan keikhlasan penuh, kecenderungan ini terjadi karena perasaan sensitif yang melekat pada diri seorang melankolis. (Littaeur)Aristoteles pernah mengatakan, “Semua orang jenius punya watak melankolis”. Penulis, pelukis, dan musikus biasanya adalah seorang melankolis karena mereka dilahirkan dengan potensi jenius yang jika dimotivasi dan dikembangkan secara semestinya, mereka dapat menghasilkan karya-karya yang hebat. Florence Littaeur dalam bukunya menuliskan bahwa tipe melankolis ini memiliki beberapa kekhasan, antara lain:Serius dan tekun; Jenius dan intelek; Berbakat dan kreatif; Sadar perincian; Tertib dan terorganisir; Teratur dan rapi; Perfeksionis; Ekonomis; Perhatian dan belas kasih yang mendalam; dan mencari teman hidup yang ideal.Pendekatan dakwah dengan seorang melankolis membutuhkan hati yang bersih dan harus penuh perasaan. Seorang melankolis sangat mudah tersentuh. Biasanya muhasabah atau kontemplasi bisa menjadi metode yang tepat untuknya. Bawalah pembicaraan pada sisi kemanusiaan, atau sosial sehingga dirinya merasa butuh menjadi bagian dari dakwah untuk bisa lebih bermanfaat bagi masyarakat. Dengan membawa seorang melankolis pada titik emosional yang membuat hatinya tersentuh dan tergerak, ia akan meyakinkan dirinya sendiri untuk mendalami Islam dengan lebih baik lagi.Melankolis terkadang cenderung pesimis. Cobalah berikan ia semangat dan motivasi untuk terus bergerak dan berkontribusi secara konsisten. Ciptakan pula rasa optimis pada diri melankolis untuk bisa meyakini bahwa dakwahnya bisa berkembang. Setelah menyentuh hati seorang melankolis, cobalah berikan ia waktu untuk berpikir karena seorang melankolis sangat membutuhkan perenungan dan kesunyian sebelum mengambil keputusan. Pendekatan secara Qur’ani dengan tahsin misalnya, akan sangat cocok untuk melankolis karena memberikannya suasana untuk merenung.Dakwah Tenang bersama PhlegmatisAllah menciptakan karakter phlegmatis yang damai sebagai orang istimewa untuk menjadi bantal bagi emosi ketiga watak lainnya, untuk memberikan kestabilan dan keseimbangan. Seorang phlegmatis meredakan rencana gila sanguinis, tidak terlalu terkesan dengan keputusan cemerlang koleris, dan tidak terlalu menanggapi serius rencana rumit melankolis. (Littaeur)Florence Littaeur dalam bukunya menuliskan bahwa tipe phlegmatis ini memiliki beberapa kekhasan, antara lain:Serba guna; Kepribadian yang rendah hati; Selalu santai; Sabar; Baik keseimbangannya; Berbahagia menerima kehidupan; Punya kemampuan administrasi; Menengahi masalah; Mudah diajak bergaul; dan menjadi pendengar yang baik.Dalam berdakwah kepada seorang phlegmatis, kita tidak perlu memberikan janji atau angan-angan yang berlebihan. Cukuplah berikan ia pendekatan sederhana namun logis dan menyentuh. Phlegmatis suka sesuatu yang konsisten, sehingga sebagai da’i kita diharapkan bisa mendekati seorang phlegmatis dengan konsisten hingga ia merasa nyaman dan bersedia menjadi bagian dari dakwah kampus. Seorang phlegmatis juga membutuhkan motivasi langsung dari aktivis dakwah. Maka berilah dia semangat untuk mempelajari Islam dengan baik.Seorang phlegmatis terkadang memberikan respon yang seadanya. Jadi jangan mengharapkan antusias lebih dari dirinya. Meski begitu kita tetap harus bisa bersabar dalam melakukan pendekatan kepada seseorang yang phlegmatis.Ia juga sulit mengambil keputusan, sehingga kita diharapkan bisa memberikan dukungan kepadanya dalam pengambilan keputusan. Demikian pula dalam pemberikan tanggung jawab. Seorang phlegmatis perlu didorong untuk berani mengambil sebuah tanggung jawab.Pendekatan dakwah berdasarkan karakter ini bisa diaplikasikan ketika anda menjadi mentor bagi sebuah kelompok mentoring. Setiap binaan memiliki karakter tersendiri yang membutuhkan pendekatan khusus sehingga ia merasa nyaman dan mau mengembangkan kapasitasnya dalam dakwah kampus. Walau tak bisa dipungkiri bahwa untuk memahami karakter seseorang tidaklah mudah. Meski begitu bukan tidak mungkin untuk dipahami. Dengan pengalaman yang cukup Anda akan bisa memahami karakter seseorang dan memberikannya metode dakwah personal yang tepat. GlosariumA:Ardhi: bumi, membumiAsholah: keaslian, kemurnianD:Dakwah fardiyah: dakwah personalF:Fikroh: pemikiran, gagasanH:Hujjah: alasan kuat, bargain positionI:Izzah: harga diri, kehormatanK:Kafaah: kemampuan, kapasitas, pemahamanKhitah: keaslian, kemurnianM:Mad'u: objek dakwahMuhasabah: kontemplasi, perenungan, evaluasiS:Samawi: langit, dari AllahSirah nabawiyah: sejarah para nabiSyumul: komprehensifT:Ta'lim: diskusi agama kecilTabligh: diskusi agama besarTadhrib amal: latihan beramalTasyakuran akbar: syukuran bersamaTausiyah: nasehatEpilogSeretas Mimpi Kampus MadaniSemua insan manusia mempunyai mimpi dan mimpi pula yang membuat perbedaan di antara manusia. Mimpi untuk menjadi pribadi yang lebih baik, mimpi meraih keberhasilan, dan mimpi tentang keadaan di masa depan. Dari mimpi pula manusia mendapatkan kekuatan untuk terus memperjuangkan yang terbaik bagi kehidupan dan penghidupannya. Mimpi mimpi dan mimpi, alangkah indahnya mimpi. Saya punya mimpi tentang kampus hijau yang menjadi hijau bukan karena pohon-pohon atau rumput yang bertebaran. Tetapi menjadi hijau karena rasa nyaman dan tenang yang terasa pada setiap langkah yang dipijakkan pada setiap jengkal kampus tersebut. Kampus yang nyaman dengan alunan Qur’an dan senyuman ikhlas. Kampus yang menjadi tenang karena nilai Islam sudah menjadi jiwa bagi setiap insan manusia. Kampus di mana toleransi menjadi benang untuk merajut persaudaraan, nilai profesionalitas menjadi katalis setiap kegiatan, dan semangat saling memberi menjadi ornamen yang membuat kampus hijau itu semakin indah.Kampus Madani, sebuah pilihan diksi yang sangat tepat untuk mengekspresikan tentang keberadaan kampus di masa yang akan datang. Sebagaimana konsep madaniyah yang telah dibangun oleh Rasulullah ketika perkembangan dakwah Islam. Saat itu nilai Islam bisa dirasakan oleh semua penduduk Madinah yang terdiri dari berbagai agama. Saat itu kepemimpinan Rasul menjadi idola bagi setiap penduduk Madinah, tidak peduli ia berasal dari suku atau agama tertentu. Saat itu Islam menjadi sebuah tata nilai yang telah meresap di hati setiap orang yang telah mengenalnya.Keberadaan dakwah kampus adalah solusi atas berbagai problematika umat, bukan menjadi sumber masalah. Dakwah kampus hadir sebagai bagian dari jawaban kegelisahan masyarakat, bukan menjadi beban baginya. Dakwah kampus haruslah menghasilkan pemimpin besar yang mampu menginspirasi dunia, bukan menghasilkan pribadi yang bahkan tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain. Dakwah kampus kini, esok, dan seterusnya adalah kesinambungan yang tiada henti meretaskan mimpi-mimpi indah tentang dunia yang lebih baik dan tiada bosan meninggalkan jenak-jenak karya besar yang bisa merangkai senyum dunia. Karena kita berada di dunia bukan sebagai penonton, tetapi kita adalah katalis peradaban yang akan mengubah dunia dengan inspirasi Islam. ReferensiAchmad, Ridwansyah Yusuf. 2008. Rekayasa Lembaga Dakwah Kampus. Bandung: Gamais PressAchmad, Ridwansyah Yusuf. 2009. Analisis Instan Problematik Dakwah Kampus. Bandung: Gamais PressAchmad, Ridwansyah Yusuf.,dkk. 2008. Pedoman Lembaga Dakwah Kampus GAMAIS ITB. Bandung: Gamais PressAl-Bilali, Abdul Hamid. 2005. Profil Murabbi Ideal. Jakarta: Penerbit An NadwahAminuddin, Hilmi. 2003. Strategi Dakwah Gerakan Islam. Jakarta: Pustaka TarbiatunaAs-Siisiy, Abbas. 2005. Bagaimana Menyentuh Hati. Solo: Era IntermediaChaskin,Robert J..2001. Building Community Capacity. New York: Walter de Gruyter,Inc. Kertajaya,Hermawan. 2004. Marketing in Venus. Jakarta: Penerbit GramediaKurnia, Kafi. 2007. Anti Marketing. Jakarta: AKOERLajnah Ilmiyyah bi Ma’had al Aimmah wa al Khuthaba. 1998. Al Sirah Al Nabawiyah Al Da’wah. Jakarta: WAMYLittauer, Florence. 1994. Personality Plus. Jakarta: Binarupa AksaraLubis, Satria Hadi. 2002. 77 Problematika Halaqoh. Jakarta: Kreasi Cerdas UtamaLubis, Satria Hadi. 2006. Buku Pintar Mengelola Halaqoh. Jakarta: Fatahillah Bina AlfikriMahmud, Ali Abdul Halim. 1999. Perangkat-perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin. Solo: Era IntermediaMichelli, Joseph A. The Starbucks Experience. Jakarta: Penerbit ErlanggaOkviasanti, Fanni, dkk. 2008. Menjadi Muslimah Pembangun Peradaban. Bandung: Gamais PressQutb, Sayyid. 1986. Fiqh Dakwah. Jakarta: Pustaka AmaniSandhiyudha, Arya. 2006. Renovasi Dakwah Kampus. Jakarta: KAF Siddiq, Mahfudz. 2001. Risalah Dakwah Thulabiyah. Jakarta: Pustaka TarbiatunaTim SPMN FSLDK. 2007. Risalah Manajemen Dakwah Kampus edisi Revisi. Bandung: Gamais PressYasmin, Ummu. 2003. Materi Tarbiyah. Solo: Media Insani PressTentang Penulis1424940899795Ridwansyah Yusuf Achmad, yang biasa disapa Yusuf, ialah seorang mahasiswa tingkat akhir di Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung. Ia berkecimpung di dunia dakwah pelajar sejak SMP, dengan turut mendirikan ROHIS SMP 85 Jakarta. Pada tingkat SMU ia pun aktif di ROHIS SMU 34 Jakarta, dan diamanahkan pula sebagai Ketua MPK di SMU tersebut. Kiprahnya di dunia Dakwah Kampus dimulai saat ia mulai beraktivitas di LDK GAMAIS ITB. Ia menerima amanah sebagai Kepala GAMAIS ITB selama 1,5 tahun pada periode 2007-2008. Bersamaan pula dengan amanahnya sebagai Koordinator PUSKOMDA FSLDK Bandung Raya dan Direktur Pelatihan Manajemen LDK Nasional. Setelah selesai amanah di dunia LDK, Yusuf dicalonkan sebagai Presiden Keluarga Mahasiswa ITB dan terpilih sebagai Presiden KM ITB untuk periode 2009-2010. Selama hampir 5 tahun perjalanan dakwahnya di dunia kampus, ia telah menuliskan beberapa buku, antara lain:Risalah Manajemen Dakwah Kampus (edisi revisi), 2007Pedoman LDK GAMAIS ITB, 2008Rekayasa LDK, 2008Analisis Instan Problematika Dakwah Kampus, 2009Selain sebagai pemilik Penerbit Ideasphere books, saat ini Yusuf banyak berperan sebagai penulis lepas dengan berbagai tema, serta pemateri dalam berbagai pelatihan manajemen dakwah kampus di Indonesia. Yusuf juga kini sedang menjadi asisten peneliti di Lab. Perencanaan Wilayah dan Perdesaan di ITB.Untuk berdiskusi lebih lanjut tentang dunia dakwah kampus, silahkan kunjungi blog penulis di atau bisa juga dengan mengirimkan email ke ridwansyahyusuf@. ................
................

In order to avoid copyright disputes, this page is only a partial summary.

Google Online Preview   Download

To fulfill the demand for quickly locating and searching documents.

It is intelligent file search solution for home and business.

Literature Lottery

Related searches