Medical Faculty of UHKBPN 2020 Special Sense System (SSS)



BAB IPENDAHULUANSistem indera adalah penghubung manusia dengan dunia luar, yang dapat menerima keindahan, kemanisan, wewangian ataupun sebaliknya, untuk kemudian dipersepsi oleh otak. Peran penting dari sistem indra, mencakup mata, telinga, hidung, dan tenggorokan, berikut dengan kelainan yang bisa terjadi dan komplikasinya akan dibahas dalam blok Special Sense System ini.Keluhan pada sistem indera adalah keluhan umum yang banyak didapatkan di perawatan primer. Oleh karena itu, seyogianya mahasiswa kedokteran harus mengetahui dasar-dasar penyakit pada mata dan THT, cara diagnosis, dan tatalakasana yang tepat.Vision 2020, program WHO untuk memberantas kebutaan yang dapat dicegah di seluruh dunia, merupakan program yang juga harus diwujudkan oleh pemerintah Indonesia dimana Indonesia memiliki angka kebutaan yang cukup tinggi. Sehubungan dengan isu global ini, mahasiswa kedokteran harus cepat tanggap dalam pencegahan kasus kebutaan dengan cara deteksi dini dan penatalaksanaan yang lebih dini. Adapun penyebab dari kebutaan yaitu katarak, glukoma, gangguan refraksi. serta penyakit degeneratif, sementara itu penyakit infeksi telah bergeser dari perannya sebagai kausa utama. Ketulian, sebagaimana dengan kebutaan juga memiliki angka yang tinggi di Indonesia. Hal ini sebenarnya dapat dicegah dengan pendidikan kesehatan yang baik kepada masyarakat. Untuk dapat mendidik masyarakat, mahasiswa harus mengetahui pengetahuan tentang organ pendengaran. Karsinoma nasofaring, juga keganasan yang banyak didapatkan di Indonesia, bisa muncul dengan gejala yang sering dikeluhkan oleh masyarakat pada stadium dini, sehingga diagnosisnya sering terlewatkan dan baru terdeteksi pada stadium lanjut. Pengetahuan akan faktor risiko, sebagaimana pengetahuan tentang patofisiologi penyakit tentu sangat krusial.Sebagaimana dengan blok-blok sebelumnya, tutorial, skills lab, praktikum, dan kuliah pakar, akan menjadi metode belajar mahasiswa untuk membentuk pola pikir, mengasah ketrampilan, dan membentuk perilaku mahasiswa sehingga kelak saat berpraktek, bisa menjadi tenaga profesional yang kompeten. BAB IITUJUAN BLOKTujuan umumBlok Special Sense System (SSS) bertujuan agar mahasiswa memahami Sistem Indera manusia normal dan kelainan yang dapat terjadi pada sistem ini, sehingga dapat menggunakannya untuk mengatasi kasus penyakit Sistem Indera. Sesuai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diterapkan di Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen, maka melalui blok ini, mahasiswa diharapkan dapat belajar/menguasai 7 area kompetensi yaitu:Menguasai keterampilan komunikasi efektifMenguasai keterampilan klinik dasarDapat menerapkan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku dan ilmu kedokteran komunitas beserta cabang-cabangnya.Mampu mengelola masalah-masalah individu, keluarga dan masyarakatMampu mengakses dan mengelola informasi secara kritisDapat lebih mawas diri dan pengembangan diri dalam menghadapi pasien maupun masyarakat.Melakukan praktek dokter secara profesional, beretika dan bermoralSetiap kompetensi ini dijabarkan lagi atas kompetensi inti, komponen kompetensi dan sasaran penunjangb. Tujuan khususSetelah menjalankan dan menyelesaikan blok Special Sense System ini, mahasiswa diharapkan mampu:Berkomunikasi secara efektif pada saat melakukan anamnesis terhadap penderita.Menguasai ketrampilan pemeriksaan fisik pada saat menghadapi penderita penyakit sistem indera.Menerapkan ilmu biomedik, klinik, dan kedokteran komunitas untuk memecahkan masalah kasus penyakit Sistem InderaMampu mengelola masalah kesehatan Sistem Indera yang terjadi pada tingkat komunitasMenggunakan/memilih pemeriksaan penunjang yang lengkap untuk dapat menafsirkan hasilnya dan menetapkan diagnosa pasien.Melakukan tindakan pencegahan dan tindak lanjut dan tata laksana untuk menangani proses penyakit penderita kelainan Sistem InderaMencari informasi dari berbagai sumber dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu diagnosa, terapi, tindakan pencegahan dan promosi kesehatan dan lainnya.Menentukan besarnya masalah kelainan/penyakit dalam masyarakat sehubungan dengan kelainan Sistem Indera termasuk faktor resiko dan faktor penyebab.BAB IIILINGKUP BAHASANPada blok Special Sense System, lingkup bahasan yang perlu dicapai adalah :Anatomi organ sistem indera.Fisiologi sistem indera.Kelainan anatomi sistem indera.Kelainan fungsional sistem indera.Penyakit-penyakit sistem indera termasuk penyakit mata, penyakit hidung, telinga dan tenggorokan dan penyakit lainnya yang terkait dengan penyakit sistem indera.Masalah kebutaan di Indonesia.BAB IVSASARAN PEMBELAJARANSasaran pembelajaran terminal Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mahasiswa harus mengikuti seluruh kegiatan kuliah, tutorial, skills lab dan praktikum dengan lengkap.Sasaran pembelajaran penunjangSetelah menjalani Blok Special Sense System, mahasiswa diharapkan mampu:Melakukan anamnesis pada pasien dan keluarganya mengenai kasus pada Sistem Indera.Melakukan komunikasi efektif dengan penderita dan teman sejawat berkaitan dengan kasus pada Sistem Indera.Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting mengenai pasien pada kasus dengan gangguan pada Sistem Indera.Melakukan prosedur klinis dan laboratorium sesuai dengan kebutuhan dan kewenangan pada kasus dengan gangguan pada Sistem Indera.Menentukan keadaan kedaruratan klinis pasien pada kasus dengan gangguan pada Sistem Indera.Menggunakan dasar pengetahuan untuk menjelaskan proses penyakit atau masalah kesehatan yang relevan dengan Sistem Indera.Menjelaskan masalah kesehatan/penyakit pada Sistem Indera meliputi aspek : identifikasi, tanda dan gejala, etiologi dan faktor risiko, klasifikasi penyakit, mekanisme/patofisiologi, proses klinis untuk penegakkan diagnosis, manajemen terapi dan prognosis, dan epidemiologi.Menjelaskan tujuan, indikasi, kontraindikasi, dan cara kerja pengobatan secara fisiologis.Menjelaskan secara rasional/ilmiah dalam menentukan penanganan penyakit. Menjelaskan data klinis dan laboratorium untuk menegakkan diagnosis pasti.Menjelaskan hasil diagnosis dengan mengacu pada evidence based medicine.Melakukan pencegahan penyakit.Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu menegakkan diagnosis, pemberian terapi, serta tindakan pencegahan dan promosi kesehatan.Menunjukkan sikap kritis terhadap praktek kedokteran berbasis bukti.c. Karakteristik mahasiswaMahasiswa yang ikut adalah mahasiswa yang sudah mendapatkan mata kuliah dasar ilmu biomedik yang telah diperoleh pada semester-semester sebelumnya. Pengetahuan tentang metodologi ilmiah juga perlu diketahui sebelum mengikuti blok ini, agar mahasiswa sudah terlebih dahulu memiliki sikap kritis terhadap ilmu yang diberikan dan mampu memberikan penjelasan secara evidence based terhadap informasi yang diterimanya. Selain itu, pengetahuan ilmu kedokteran komunitas juga memegang peranan penting dalam kaitannya dengan pemberantasan kebutaan di Indonesia. BAB VCABANG ILMU TERKAITIlmu BiomedikAnatomiHistologiFisiologiMikrobiologiFarmakologi & TerapiPatologi AnatomiIlmu KlinisIlmu Penyakit MataIlmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorokan, Kepala dan LeherRadiologiIlmu Kedokteran KomunitasIlmu GiziLingkup BahasanNo.Pokok BahasanSub Pokok BahasanDEPARTEMENJamTkt. KemampuanKode1.Anatomi1. MataTulang pembentuk orbitaLobang pada orbita serta struktur - struktur yang melewatinyaOtot – otot mataStruktur dalam cavum orbitaVascularisasi alat ekstra dan intrabulbarInervasi ala tekstra dan intra bulbarGlandulala crimalisAnatomi6SSS.1SSS.2SSS.32. TelingaTelinga luarTelinga tengahTelinga dalamSSS.4SSS.5SSS.63. HidungStruktur Tulang PembentukVascularisasi dan Inervasi4. LidahPembagian strukturVascularisasi dan inervasi5. TenggorokanStruktur AnatomiVascularisasi dan Inervasi2.Histologi Organ Sistem Indera1. Histologi organ penglihatanBulbus oculi atau Bola mataTunica fibrosa Tunica vasculosaatau Uvea Tunica internaatau RetinaLensaStruktur tambahan :PalpabraeTunica conjunctivaApparatus lacrimalis2. Histologi organ audio reseptorAurisexterna (Telinga luar)1.1 Auricula1.2 Glandula ceruminosaAuris media (Telinga tengah) 2.1 Cavitas tympanica(Membrana tympani, Ossicula Tympani) 2.2 Tuba auditori usEustachiiAurisinterna (Telinga dalam)3.1 Labirin thusvestibularis (Utriculus, Sacculus, DuctusSemicircularis dan Ductusendolymphaticus)Labiryn thuscochlearis(Ductuscochlearis danOrgan Corti)3. Histologi organ umgustatorius (Kuncup pengecap)cellulagustatoria (selpengecap)cellulasustentacularis (selpenopang)Cellulabasalis4. Histologi organ umolfaktoriuscellula olfaktorius (selpenghidu)cellulasustentacularis (sel penopang)cellulabasalisglandulaolfaktoriusHistologi2-SSS.7SSS.83.Fisiologisystemindera1. Fisiologi organ penglihatanFungsi umum indera penglihatanAir mataCairan mataIrisKornea dan lensaRetinaLintasan penglihatanPergerakan bola mataFisiologi4-SSS.9SSS.102. Fisiologi organ pendengaranFungsi telinga bagian luar, tengah, dan dalamGelombang suaraLintasan persarafan sensoris telingaPatofisiologi ketulianStruktur keseimbangannsoris telingaan dalamSSS.113. Fisiologi organ pembau dan pengecapanStruktur dan fungsi organ pengecapMekanisme sensasi rasaStruktur dan lokasi reseptor penghiduLintasan persarafan sensorik hidungOrgan pembau dan hubungannya dengan nafsu makanSSS.124.Mikroorganism penyebab infeksi system indera1. Virus, bakteri, dan jamur penyebab infeksi pada organ penglihatanMikrobiologi2-SSS.132. Virus, bakteri, dan jamur penyebab infeksi pada organ THTSSS.145Eyelid disordersEyelid RetractionIlmu Penyakit Mata184SSS.15Chalazion3AEntropion2Xantelasma2Eyelid Laceration4SSS.16Lagopthalmus2Epicanthus2Ptosis2Hordeolum3A (BPJS)SSS.17Blepharitis3A (BPJS)Trichiasis2 (BPJS)SSS.18Sclera/ Cornea DisorderScleritis2(BPJS)Keratitis2SSS.19Corneal Erotion2Foreign Body2Burn2KeratoconjunctivitisSicca2SSS.20Corneal Oedema2Corneal Dystrophy2Keratoconus2Conjunctival disordersConjunctivitis Allergy4 (BPJS)SSS.21Conjunctivitis Viral4 (BPJS)Conjuctivitis Bacterial4 (BPJS)SubconjunctivalForeign Body3B (BPJS)SSS.22Subconjunctival Hemorrhage3B (BPJS)Pterigium3ALacrimal Apparatus disorderDacryostenosis2SSS.23Lacrimal Duct Laceration2Eyeball DisordersEndopthalmitis2Micropthalmus2Bupthalmus2Hypaema2Hypopion2Anterior ChamberIritis3ASSS.24Tumor Iris3AIris and ChoroidChorioretinitis3AVitreous Hemorrhage2GlaucomaGlucoma Congenital3ASSS.25Acute Glucoma3ASimple Glucoma3ASecondary Glucoma3ALensCataract3ASSS.26Aphakia3APseudoapakia3ALens Dislokasi3BRefraction and Accomodation disorderAnisometropia3ASSS.27Miopia3A (BPJS)Hipermetropia3A (BPJS)Astigmatism3A (BPJS) SSS.28Presbiopia3A (BPJS)Vision and Visual FieldsNight Blindness3A (BPJS)Amblyopia3ASSS.29Diplopia3ASuppresion3AScotoma3ASSS.30Hemianopia3ALoss of Vision and Blindness3ARetina, Optic Disc, and Optic NerveMacular Degeneration2SSS.31Retinal Detachment2Retinal, vessel occlusion or bleeding2Retinopahty of prematurity2Retinopathy DM2Retinopathy Hipertensi2Papiledema3ASSS.32Optic Disc Capping2Optic Atrophy3AOptic Neuropathy2Optic Neuritis26Outer Ear DisordersPreauricular FistulaIlmu Penyakit THT-KL164SSS.33SSS.34Herpes ZoosterAuticus3AForeign BodiesBPJSWaxBPJSSSS.35SSS.36Otitis eksternaBPJSMiddle Ear DisordersAcute Otitis Media3A (BPJS)SSS.37Otitis Media SupuratifKronika3A Otitis Serosa SSS.38Perforated Tympani3AMastoiditis3ASSS.39Inner Ear DisordersOtosclerosis3ATympani Sclerosis4SSS.40Congenital deafness4Nose DisordersEpistaxis4SSS.41SSS.42Acute Rhinitis4Chronic Rhinitis4SSS.43SSS.44Rhinitis Medikamentosa4Allergic Rhinitis4SSS.45Vasomotor Rhinitis4Nose Furuncle4SSS.46Deviasi septum4Foreign Bodies4SSS.47Head and Neck NeoplasmaLeukoplakia3ASSS.48CaNasofaring27. Patologianatomipada organ systeminderaPatologi anatomi pada neoplasma organ mata dan kelainan lainnyaPatologi Anatomi2SSS.49SSS.50Patologi anatomi pada neoplasma telinga, hidung, dan tenggorokan dan kelainan lainnya8.Farmakologiobat-obatan yang digunakanpadapenyakitsysteminderaFarmakologi obat-obatan yang digunakan pada penyakit mata (Ocular Pharmacology)Farmakologi dan Terapi4SSS.51SSS.52Farmakologi obat-obatan pada organ indera pendengaran, penciuman dan pengecapanDrug Induced Hearing Impairment Drug Induced Taste and Smell DisorderSSS.53SSS.549.Radiologipadasystemindera1.Modalitas pemeriksaan radiologi untuk orbita dan interpretasinya pada kasus :traumakatarakcorpus alienumretinoblastoma2. Modalitas pemeriksaan radiologi untuk THT dan interpretasinya pada kasus : sinusitisrhinitisepistaksismastoiditisRadiologi2SSS.55SSS.5610.KedokteranKomunitasManajemen kesehatan (asuransi) BPJSIlmu Kedokteran Komunitas2SSS.57SSS.5811.HubunganGizidenganpenyakitmataGizi untuk organ penglihatanDefisiensi Vitamin ADefisiensi mikro mineral lainnyaIlmu Gizi2SSS.59SSS.6012RefleksiMedical Education2SSS.61SSS.62BAB VIMETODE PENGAJARANMetode pengajaran dalam Blok Special Sense Systemadalah : kuliah, tutorial, skills lab, praktikum biomedik, belajar mandiri, dan pleno pakar. KuliahKuliah pada Blok Special Sense System diberikan secara terbatas, seperti umumnya pada sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Materi kuliah diberikan sebagai konsep dasar. Kuliah diberikan agar dapat membuka wawasan mahasiswa untuk mencari ilmu sendiri yang sehubungan dengan, dengan membuka buku teks dan referensi lainnya yang dianjurkan oleh departemen terkait.Blok Special Sense System (SSS)NoCabang IlmuJamNama DosenInisial1Anatomi6dr. Saharnauli V. Simorangkir, M. Biomeddr. Jenny N. Sitepu, M.BiomedSVSJNS2Histologi2dr. Victor M.L Tobing, DAHKdr. Ervina Julien Sitanggang, M.BiomedVTEJS3Fisiologi4dr. Simon Marpaung, DAKK, M.Kesdr. David Simangunsong, M.Kesdr. Rebecca Rumesty Lamtiar, M.BiomedSMDMSRRL4Mikrobiologi2dr. Ade Pryta R. SimaremareAPS5Ilmu Penyakit Mata18dr. Masang Sitepu, SpMMS6Ilmu Kesehatan THT16dr. Mangain Hasibuan, SpTHT-KLdr. Ita L. Roderthani, SpTHT-KLMHIRT7Patologi Anatomi2dr. Sufida, SpPAdr. Esther Deswani Sitorus, SpPAdr. Poltak Poida Berliana Gurning, SpPASUFEJSPPG8Radiologi2dr. Rudolf Pakpahan, SpRaddr. Netty Lubis, SpRadRPNL9Farmakologi dan Terapi4dr. Datten Bangun,MSc, SpFKdr. Okto P.E Marpaung, M.Biomed DBOPM10Ilmu Kedokteran Komunitas2Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPHdr. Novita Hasiani Simanjuntak, MARSSSRNHS11Ilmu Gizi2Mahdiah DCN, MKesMD12Medical Education2dr. Ristarin Paskarina Zaluchu, M.Med.EdRPZTutorialKegiatan ini merupakan metode pembelajaran yang memacu mahasiswa belajar mandiri dan mampu berdiskusi didalam kelompok. Hal ini akan mengasah keterampilan mahasiswa untuk berpikir kritis dan berkomunikasi secara efektif, baik dalam kelompok maupun dalam presentasi (pada tutorial). Blok Special Sense System terdiri dari 5 pemicu (skenario). Tiap pemicu akan didiskusikan dalam 2 kali pertemuan yaitu : Tutorial I dan Tutorial II. Di antara Tutorial I dan Tutorial II disediakan waktu ± 6 jam untuk belajar mandiri tentang learning issue yang telah disepakati pada Tutorial I. Diskusi akan didampingi oleh seorang tutor yang berperan sebagai fasilitator, bukan narasumber. Metode pelaksanaan tutorial :Mahasiswa dibagi 5 kelompok (kelompok 1 s/d 5), setiap kelompok terdiri dari 10 mahasiswa/i.Setiap tutorial berlangsung selama 120 menitPada Tutorial I mahasiswa tidak dibenarkan membuka text book atau buku referensi lainnya, diharapkan memakai prior knowledge. Pada Tutorial II diizinkan membawa text book atau referensi lainnya.Pada Tutorial II mahasiswa melaporkan hasil temuannya yang dipresentasikan yaitu sehubungan dengan topik learning issue yang sudah disepakati.Kegiatan tutorial dilaksanakan pada minggu 2,3,4,5, dan 6.Materi PemicuNoMateriPemicuDepartemenPenanggungJawab1Mata merah visus normalIlmuPenyakit Matadr. MasangSitepu, Sp.M2Penglihatan kaburIlmuPenyakit Matadr. MasangSitepu, Sp.M3Sakit pada telingaIlmuKesehatan THTdr. MangainHasibuan, Sp.THT-KLdr. ItaL. Roderthani, Sp.THT-KL4Hidung berdarahIlmuKesehatan THTdr. MangainHasibuan, Sp.THT-KLdr. Ita L. Roderthani, Sp.THT-KL5Hidung gatal dan berairIlmuKesehatan THTdr. MangainHasibuan, Sp.THT-KLdr. Ita L. Roderthani, Sp.THT-KLBelajar mandiriSetelah Tutorial I, mahasiswa telah mendapat learning issue yang sudah disepakati. Pada belajar mandiri mahasiswa diberikan waktu yang terjadwal untuk belajar dan memanfaatkan buku yang ada di perpustakaan disamping sumber-sumber lain.Mahasiswa dapat belajar di lingkungan kampus:Ruang Baca PerpustakaanRuang Komputer/InternetTempat lain yang memungkinkan untuk belajar mandiri, dapat juga dipergunakan ruang tutorial bila tidak ada yang menggunakan.Pleno PakarPada pleno pakar mahasiswa mempresentasikan learning issue secara berkelompok, yang merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran tutorial dan belajar mandiri yang dilaksanakan sesudah Tutorial II. Pada pleno pakar mahasiswa diberikan kesempatan kembali untuk mendiskusikan dan mempertanyakan hal-hal yang belum terpecahkan selama masa pembelajaran tutorial dan belajar mandiri. Pada pleno pakar, dosen/pakar yang terkait cabang ilmu yang terkait dalam Blok Special Sense System hadir sebagai narasumber.Praktikum Ilmu BiomedikTujuan dari praktikum adalah untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa/i terhadap materi kuliah yang telah diberikan, begitu pula bahan yang belum diperoleh pada perkuliahan. Praktikum Ilmu BiomedikNoCabang Ilmu BiomedikMateri PraktikumPenanggung Jawab1AnatomiAnatomi Organ Sistem Inderadr. Saharnauli V. Simorangkir, M.Biomeddr. Jenny N. Sitepu, M.Biomed2HistologiHistologi Organ Sistem Inderadr. Victor M.L Tobing, DAHKdr. Ervina Julien Sitanggang3FisiologiPenghantaran Bunyidr. Simon Marpaung, DAKK, M.Kesdr. David Simangunsong, M.Kesdr. Rebecca Rumesty Lamtiar, M.BiomedBAB VIIEVALUASI KEBERHASILAN MAHASISWAMetode Penilaian Hasil BelajarPenilaian hasil belajar dilakukan melalui 2 metode yaitu :Aktivitas sehari-haria. TutorialPenilaian terhadap kegiatan tutorial (diskusi kelompok) langsung dinilai oleh tutor/ fasilitator dengan cara menggunakan daftar tilik (check list). b. Praktikum Penilaian terhadap praktikum dilakukan melalui laporan praktikum dan ujian praktikum di akhir blok. Laporan praktikum memiliki standar baku untuk pembuatannya dan penilaian dilakukan oleh departemen laboratorium yang bersangkutan.Ujian, terdiri dari :Ujian Formatif dan Sumatif Ujian formatif dan sumatif dilaksanakan oleh Medical Education Unit (MEU) dimana soal-soal berasal dari cabang ilmu setiap blok.Ujian PraktikumUjian praktikum dilaksanakan oleh Medical Education Unit bersama dengan departemen yang bersangkutan secara bersama atau paralel dan menyeluruh dimana materi ujian berasal dari departemen yang terkait pada setiap blok. Metode ujian adalah dengan cara practical test.Ujian Skills LabUjian skills lab dilaksanakan oleh MEU dan pimpinan skills lab yang bersangkutan bersama dengan MEU. Metode ujian adalah dengan caraObjective Structured Clinical Examination (OSCE).Penilaian (Evaluasi)Untuk nilai akhir setiap blok adalah dari nilai normal dan dilakukan pembobotan sebagai berikut:Alternatif 1Alternatif 2Alternatif 3Alternatif 4Pengetahuan teori (P)30%50%40% 60%Tutorial (Q)30%30%30%40%Skills Lab (R)30%-30%-Praktikum (S)10%20%--100%100%100%100%Penilaian yang didapat oleh mahasiswa akan berupa Nilai Akhir Blok (NAB), Nilai Huruf (NH) dan Nilai Mutu (NM) sebagai hasil konversi NAB tercantum dalam tabel berikut:Nilai Akhir Blok(NAB)Nilai Huruf (NH) Nilai Mutu (NM)80,0 – 100,0A4,075,0 – 79,9B+3,570,0 – 74,9B3,065,0 – 69,9C+2,560,0 – 64,9C2,050,0 – 59,9D1,0<50,0E0,0Syarat Mengikuti Ujian Akhir BlokSyarat yang harus dipenuhi mahasiswa untuk dapat mengikuti ujian akhir blok adalah :Mengikuti minimal 75% perkuliahan regular.Mengikuti seluruh kegiatan (100%) tutorial, skills lab, praktikum, dan pleno pakar.Mahasiswa yang tidak hadir/ tidak memenuhi syarat No.1 dan No.2 di atas dapat dibenarkan dengan alasan seperti : Sakit, ( dengan surat sakit)Terkena musibah,Mendapat tugas dari fakultas atau universitas,Alasan lain yang dapat dipertanggungjawabkan yang telah diajukan dan mendapat persetujuan sebelumnya dari pihak yang berwenang (pimpinan fakultas). Surat keterangan tersebut diserahkan kepada MEU/ koordinator blok paling lambat satu hari kerja setelah alasan ketidakhadiran. Apabila mahasiswa tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut di atas, kehadirannya dianggap tidak memenuhi syarat. Kriteria KelulusanNilai standar untuk tiap evaluasi metode belajar yang berlaku di FK Nomensen adalah :Materi EvaluasiNilai Standar AngkaNilai Standar HurufUjian Sumatif60CTutorial70BSkills Lab80APraktikum60CPenetapan kelulusan atau kriteria kelulusan dari satu kegiatan blokLulus (L)Mahasiswa dinyatakan lulus dari satu kegiatan blok bila nilai keseluruhan materi evaluasi (Teori: P, Tutorial: Q, Skills Lab: R, Praktikum: S) mencapai nilai standar, yaitu:Nilai P (teori) ≥ 60 Nilai Q (tutorial) ≥ 70 Nilai R (skills lab) ≥ 80 Nilai S (praktikum) ≥ 60Tidak Lulus (TL) dan wajib mengikuti ujian remedialMahasiswa dinyatakan tidak lulus dari satu kegiatan blok dan harus mengikuti ujian remedial pada akhir blok, bila nilai materi evaluasi tidak mencapai nilai standar yaitu:Nilai P (teori) < 60 dan / atauNilai Q (tutorial) < 70 dan / atauNilai R (skills lab) < 80 dan / atauNilai S (praktikum) < 60Materi evaluasi yang diulang adalah yang tidak mencapai nilai standar. Tidak Lulus Remedial akhir blok (TLR)Mahasiswa, bila setelah ujian remedial akhir blok, nilainya masih belum mencapai nilai standar evaluasi, wajib mengikuti kegiatan ujian ulangan akhir semester sesuai dengan materi evaluasi yang masih belum mencapai standar.4. Ujian mengulang blok (UMB)Mahasiswa harus mengulang blok bila nilai setelah ujian ulangan akhir semester masih belum mencapai nilai standar. Ujian mengulang blok yang gagal diulang setelah semester 7.DAFTAR BUKU REFERENSIDepartemen : AnatomiPengarangTahunNama BukuEdisiPenerbitWesner SpalteholzHand Atlas of Human Anatomy7 th edJ.B Lippincott Company Philadelphia and LondonGray Henry FRS2000Anatomy of Human BodyLea & Febiger, Philadelphia New York BarHebyCom,2000Elaine N Marieb, R.N PhD, Jon Mallat PhDHuman Anatomy3 rd ed2001Benyamin, An Imprint of Addison Wesley Longman, IncDepartemen : HistologiPengarangTahunNama BukuEdisiPenerbitLuiz Carlos Junqueira & Jose CarneiroHistologi Dasar, Teks & Atlas10EGC JakartaEroschenko, VPAtlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional9EGC JakartaMescher, Al2010Junquierq’s BASIC HISTOLOGY, Text & Atlas12 th edMc Graw Hill Medical, New YorkEroschenko, VP1993Di Fiore’s ATLAS OF HISTOLOGY, with Functional Correlations7 thLea & Febiger, PhiladelphiaHam, Arthur W.HISTOLOGY5 th and 6 th edJ.B. Lippincott Company, PhiladelphiaDepartemen : FisiologiPengarangTahunNama BukuEdisiPenerbitLauralee Sherwood2001Fisiologi manusia dari sel ke sistem2EGC JakartaW.F Ganong2008Buku ajar Fisiologi Kedokteran22EGC JakartaGuyton & Hall2008Buku ajar Fisiologi Kedokteran11EGC JakartaDepartemen : MikrobiologiPengarangThnNama BukuEdisiPenerbitLewinson W.,Jawetz E.2003Medical Microbiolgy & Immuniology7 thMc. Grow-Hill, BostonJoklik W.K.,et al1992Zinsser Microbiology20 thAppliton & Lange CaliforniaMurray P.R, Rosenthal K.S, Pfaller M.A2009Medical Microbiology6 thMosbyelsevier, PhiladelphiaConant T.N.F, smith D.T ac, allManual of Clinical Mycology3 rdW.B Saunders CompanyBalowsA, et al2006Manual of Clinical Microbiology5 thAmerican Society for microbiology, Washington, DCDepartemen : Patologi AnatomiPengarangTahunNama BukuEdisiPenerbitParakrama Chandrasoma2001Concise Pathology3 rdMc Graw- HillCotran, Kumar, Robbin2009Robins Basic of Pathology8 thEmanuel Rubbin1999Pathology3 rdLippincott Williams & WilkinsDepartemen : Farmakologi & TerapiPengarangTahunNama BukuEdisiPenerbitCarruthers, S.G Hoffman, BB Melmon, K.L Niernberg, DW2000Melmon & Morelli’s Clinical Pharmacology4thMc Graw-HillBrunton L, Parker K, Blumenthal D, Buxton I2008Manual of Pharmacology and TherapeuticsInternationalEdMc Graw-Hill MedcicineGolan D.E et al2006Principles of PharmacologyLippincott, Williams & WalkinsDepartemen : Ilmu Kedokteran KomunitasPengarangTahun Nama BukuEdisiAlamat WebMenteri Kesehatan RI2006Rencana Strategi Nasional Penanggulan Gangguan Penglihatan & Kebutaan Untuk Mencapai Vision 2020 - 2020: Right to Sight plan for the prevention of avoidable blindness and visual impairment impairment and blindness P. Whitcher,M. Srinivasan,& Madan P. Upadhyay2009Corneal blindness: a global perspective(3)214-221.pdfKEVIN D. FRICK, PHD, AND ALLEN FOSTER, FRCS, FRCOPHTH2009The Magnitude and Cost of Global Blindness An Increasing Problem That Can Be Alleviated West & Alfred Sommer2009Prevention of blindness and priorities for the future(3)244-248.pdfDepartemen : RadiologiPengarangTahunNama BukuEdisiPenerbitGunderman, Richard.M.D.,PhD,MPH2006Essensial Radiology, Clinical Pathophysiology Imaging2Thieme Stutgart New YorkSjahriar Rasad R.G.2006Radiologi Diagnostik2FK-UIGrainger & D.J Alison2006Diagnostic Radiology4Churchill Livingstone EdinburgDepartemen: Ilmu GiziPengarangTahunNama BukuEdisiPenerbitMaurice E. Shils (Ed)+ Moshe Shike+A.Catharine Ross+ B. Caballero+ R.J Cousins2006Modern Nutrition Health and DiseaseX/2006Lippincott Williams & Wilkins (Philadelphia, Baltimore, New York, London, Hongkong, Sidney, Tokep)Sunita Almatsier (Ed)2004Pedoman Diet2004Gramedia Pustaka Utama, Jkt-476250100330LAMPIRANPENUNTUN PRAKTIKUMBLOK 11SPESIAL SENSE SYSTEM (SSS)4057653054351. Anatomi2. Histologi453390736603. FisiologiPERATURAN UMUM PRAKTIKUMPraktikan datang tepat waktu dan wajib memakai jas praktikum sebelum memasukilaboratorium .Dilarang makan atau minum di dalam ruangan laboratorium.Praktikan harus sudah belajar (mempersiapkan diri) sebelum praktikum. Tas, buku atau alat-alat keperluan praktikum disimpan di dalam laci, jangan diletakkan di atas meja tempat bekerja.Praktikan dilarang meninggalkan laboratorium sebelum waktu praktikum berakhir.PENUNTUN PRAKTIKUM-25400450850 ANATOMI ANATOMI ORGAN SISTEM INDERABLOK SPESIAL SENSE SYSTEM DEPARTEMEN ANATOMIFAKULTAS KEDOKTERAN UHKBPNDisusun Oleh :dr. Saharnauli Verawaty Simorangkir, M. Biomeddr. Jenny Novina Sitepu, M. BiomedA.Tujuana. Mahasiswa mengetahui anatomi mata dan telingab. Mahasiswa mengerti fungsi mata dan telinga sesuai anatominyaB. Pokok BahasanI. MATAMenjelaskan dan mempelajari tulang-tulang yang membentuk orbitaOs frontalisOs sphenoidalisOs zygomaticusOs maxillarisOs ethmoidalisOs lacrimalisMenjelaskan dan mempelajari lobang-lobang pada orbita serta alat yang melewatinyaForamen opticumFissura orbitalis superiorFissura orbitalis inferiorMenjelaskan dan mempelajari otot-otot mata : origo, insertio, fungsi serta persarafanMenjelaskan alat-alat yang mengisi cavum orbitalisMenjelaskan dan mempelajari struktur orbita (bentuk, ukuran, letak, lapisan, dan fungsi) :ConjunctivaPalpebraIrisChoroideaCorpus vitreusAquous humorScleraRetinaMenjelaskan dan mempelajari vaskularisasi alat ekstra dan intrabulbarMenjelaskan dan mempelajari inervasi alat ekstra dan intrabulbar, sensorik dan motorikMenjelaskan dan mempelajari glandula lacrimalis : struktur, lokasi, vaskularisasi, inervasi serta aliran lacrima II. TelingaMenjelaskan dan mempelajari telinga luar : daun telinga dan liang telinga luarMenjelaskan dan mempelajari struktur telinga tengahMenjelaskan dan mempelajari struktur telinga dalamIII. PengecapStrukturVascularisasi/inervasiIV. HidungPembagian strukturVaskularisasiPENUNTUN PRAKTIKUM-25400450850 HISTOLOGIHISTOLOGI ORGAN SISTEM INDERA BLOK SPESIAL SENSE SYSTEM DEPARTEMEN HISTOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN UHKBPNDisusun Oleh :dr. Victor M. L. Tobing, DAHKdr. Ervina Julien Sitanggang, M.BiomedPENGANTARInformasi dari luar tubuh diterima oleh susunan saraf pusat melalui unit reseptor. Rangsang cahaya dan suara diterima oleh masing-masing reseptor cahaya (fotoreseptor) di dalam mata dan reseptor bunyi serta keseimbangan (sistem audioreseptor) di dalam telinga.TUJUANMenetapkan atau mengenal dengan menggunakan mikroskop cahayasediaan-sediaan histologik organ-organ yang tersedia, baik dari sistem fotoreseptor maupun dari system audioreseptor.(Catatan : Berhubung dengan keterbatasan sediaan, struktur histologik dari organ-organ tersebut digantikan dengan gambar diagram)A. SISTEM FOTORESEPTOROrgan-organ untuk penglihatan terdiri dari bola mata (bulbus okuli) dan struktur tambahan dari mata.Bulbus okuli atau Bola mataBola mata mempunyai tiga lapisan dinding yakni :Tunika fibrosa atau lapisan luar.Terdiri atas kornea di bagian depan dan sklera di bagian belakang.Tunika vaskulosa atau lapisan tengah atau uvea.Terdiri atas koroid, korpus siliaris dan iris.Tunika interna atau retina.Terdiri atas yang fotosensitif di bagian posterior dan yang non-fotosensitif di bagian anterior.LensaStruktur tambahanPalpabraeTunica conjunctivaApparatus lacrimalisB. SISTEM AUDIORESEPTORAparatus vestibulokoklearis terkait dengan keseimbangan atau posisi tubuh dan an ini terdiri dari : Telinga luar (Auris eksterna)AurikulaMeatus auditorius eksternusMembran timpani Telinga tengah (Auris media)Tulang-tulang kecil pendengaran : maleus, inkusdan stapesTuba auditorius atau tuba eustachii Telinga dalam (Auris interna)Utrikulus dengan alat sensorik makulaSakulus dengan alat sensorik juga makula Duktus semisirkularis dengan alat sensorik KristaDuktus koklearis dengan alat pendengaran organCortiTUGASMengamati struktur histologik dari sediaan yang tersedia. Menggambarkan dan menamai (label) dari diagram atau gambar organ-organ terkait. Untuk setiap gambar atau diagram di bawah ini, buatlah di dalam lembaran tersendiri.Rujukan : Junqueira, L C dan Carneiro, J : Histologi Dasar, edisi X, EGC JakartaGambar 1. BULBUS OKULI atau BOLA MATA Gambar 24 – 2, hal. 453Gambar 2. KORNEA Gambar 24 – 4, hal. 454Gambar 3. RETINA PARS OPTIKA Gambar 24 – 10, hal. 458Gambar 4. ORGAN VESTIBULOKOKLEARIS Gambar 24 – 20, hal. 465Gambar 5. MAKULA Gambar 24 – 21, hal. 466Gambar 6. KRISTA AMPULARIS Gambar 24 – 23, hal. 467Gambar 7. DUKTUS KOKLEARIS dengan ORGAN CORTI Gambar 24 – 24, hal. 468Gambar 8. KUNCUP KECAP Gambar 15 – 3, hal. 280Gambar 9. ORGAN OLFAKTORIUS Gambar 17 – 5, hal. 339PENUNTUN PRAKTIKUM-25400450850 FISIOLOGIPENGHANTARAN BUNYIBLOK SPESIAL SENSE SYSTEM (SSS)DEPARTEMEN FISIOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN UHKBPNDisusun Oleh :dr. Simon Marpaung, DAFK, M.Kesdr. David M. T. Simangunsong, M.Kesdr. Rebecca Rumesty Lamtiar, M.BiomedPENDAHULUANTelinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Bagian luar dan tengah menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan untuk memperkuat energi suara dalam proses tersebut. Telinga dalam berisi dua sensoris yang berbeda: koklea yang mengandung reseptor-reseoptor untuk mengubah gelombang suara menjadi impuls-impuls saraf, sehingga kita dapat mendengar dan aparatus vestibularis yang penting untuk sensasi keseimbangan.Pada praktikum kali ini akan mempelajari mengenai pemeriksaan fisiologis dari pendengaran dan ketajaman pendengaran.Pemeriksaan fisiologik pendengaranAlat: Garputala frekuensi 512 HzAda beberapa pemeriksaan yang dipakai antara lain:Pemeriksaan dengan cara RinneMenggetarkan penala berfrekuensi 512 Hz dengan cara memukul ujung jari penala ke telapak tangan, dan menekan ujung tangkai penala pada prosesus mastoideus salah satu telinga praktikan dengan tidak menyentuh jari-jari penala. Menyuruh praktikan mengacungkan jari jika mendengar bunyi penala dan menurunkan jari jika tidak mendengarnya lagi, kemudian memindahkan penala ke depan liang telinga praktikan dan menanyakan apakah masih mendengar atau tidak bunyi dengungan penala tersebut.Mencatat hasil pemeriksaan, rinne positif jika praktikan masih mendengar melalui hantaran aerotimpanal (normal/tuli sensorineural), dan rinne negatif jika praktikan tidak lagi mendengar melalui hantaran aerotimpanal (tuli konduktif).Pemeriksaan dengan cara WeberMenggetarkan penala berfrekuensi 512 Hz dengan cara memukul ujung jari penala ke telapak tangan dan menekan ujung tangkai penala pada dahi praktikan di garis median. Menanyakan praktikan apakah mendengar bunyi dengungan penala sama kuat pada kedua telinga atau terjadi lateralisasi.Pemeriksaan dengan cara SchawabachMenggetarkan penala berfrekuensi 512 Hz dengan cara memukul ujung jari penala ke telapak tangan dan menekan ujung tangkai penala pada prosesus mastoideus salah satu telinga praktikan. Menyuruh praktikan mengacungkan jari jika mendengar bunyi dengungan penala lagi, kemudian memindahkan penala ke prosesus mastoideus pemeriksa sendiri. Pada pemeriksaan schwabach telinga pemeriksa dianggap normal. Mencatat hasil pemeriksaan yaitu schawabach memanjang, schawabach normal atau schwabach memendek dan untuk memastikan ulangi cara yang sama pada pemeriksa terlebih dahulu lalu ke praktikan.Pemeriksaan ketajaman pendengaran/ambang pendengaranAlat dan bahan: headphone, laptop → program audiometri, kertas grafikCara kerja:Persiapkan program audiometer pada laptopSuruh praktikan duduk dan pasanglah headphonePraktikan melakukan pemeriksaan ambang pendengaran secara mandiri dan konsentrasiSetelah selesai masukkan data hasil ke dalam kertas grafikHasil PemeriksaanPemeriksaan fungsi pendengaranNama PraktikanHasil PemeriksaanInterpretasiTest RinneTest WeberTest SchwabachHasil pemeriksaan ambang pendengaran dengan menggunakan audiometriNama Praktikan: Umur: Kelompok:NoFrekuensiTelinga kananTelinga kiri1250 Hz2500 Hz31000 Hz42000 Hz54000 Hz68000 HzDari tiap hasil pada frekuensi tersebut diambil hasil yang terkecil (ambang pendengaran yang didapat dari hasil pengukuran dan dimasukkan dalam kertas grafikTugasJelaskan fisiologi gelombang suara!Apa yang dimaksud dengan gangguan pendengaran?Jelaskan mengenai tuli konduktif dan tuli sensorineural?Test penala merupakan test kualitatif untuk mengevaluasi diagnostik gangguan pendengaran. Jelaskan perbedaan pendengaran yang didapat pada orang yang normal pendengaran, tuli konduktif dan tuli sensorineural dengan metode pemeriksaan Rinne, Weber dan Schwabach?Bagaimana kesimpulan hasil pemeriksaan kalian mengenai pemeriksaan fungsi pendengaran?Bagaimana kesimpulan hasil pemeriksaan kalian mengenai ambang pendengaran dengan menggunakan audiometri? Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran percobaan dengan alat audiometri?JADWAL KEGIATANMinggu ITanggalHariJamKegiatanCabang IlmuDosen Ruangan11 – 052020Senin09.00 – 09.50Overview Blok Special SystemKordinator BlokNHSGoogle classroom/zoom10.00 – 10.50SSS.1AnatomiSVS11.00 – 11.50SSS.212.00 - 12.50Istirahat13.00 – 13.50SSS.7HistologiVT/EJSGoogle classroom/zoom14.00 – 14.50SSS.812 – 052020Selasa08.00 – 08.50SSS. 9FisiologiDMSGoogle classroom/zoom09.00 – 09.50SSS. 1010.00 – 10.50SSS.3AnatomiSVS11.00 – 11.50SSS.412.00 - 12.50Istirahat13.00 – 14.50REMEDIAL UAB BLOK 10Google classroom/zoom13 – 052020Rabu08.00 – 08.50SSS.15Ilmu Penyakit MataMSGoogle classroom/zoom09.00 – 09.50SSS.1610.00 – 10.50SSS. 11FisiologiDMS11.00 – 11.50SSS. 1212.00 - 12.50Istirahat13.00 – 13.50SSS.13MikrobiologiAPSGoogle classroom/zoom14.00 – 14.50SSS.1414 – 052020Kamis08.00 – 08.50Praktikum FisiologiPenghantaran BunyiDMSGoogle classroom/zoom09.00 – 09.5010.00 – 10.50SSS.5AnatomiSVSGoogle classroom/zoom11.00 – 11.50SSS.612.00 – 12.50Istirahat13.00 – 14.50BELAJAR MANDIRI15 – 052020Jumat08.00 – 08.50SSS.17Ilmu Penyakit MataMSGoogle classroom/zoom09.00 – 09.50SSS.1810.00 – 10.50SSS.33Ilmu Penyakit THT-KLIRTGoogle classroom/zoom11.00 – 11.50SSS.3412.00 – 12.50Istirahat16 – 052020SabtuMinggu IITanggalHariJamKegiatanCabang IlmuDosen Ruangan18 – 052020Senin08.00 – 08.50SSS.19Ilmu Penyakit MataMSGoogle classroom/zoom09.00 – 09.50SSS.2010.00 – 11.50BELAJAR MANDIRI12.00 – 12.50Istirahat13.00 – 15.50Praktikum Anatomi Anatomi Organ Sistem InderaKelompok ASVSGoogle classroom/zoom19 – 052020Selasa08.00 – 08.50SSS.21Ilmu Penyakit MataMSGoogle classroom/zoom09.00 – 09.50SSS.2210.00 – 11.50BELAJAR MANDIRI12.00 – 12.50Istirahat13.00 – 15.50Praktikum Anatomi Anatomi Organ Sistem InderaKelompok BSVSGoogle classroom/zoom20 – 052020Rabu08.00 – 08.50SSS.23Ilmu Penyakit MataMSGoogle classroom/zoom09.00 – 09.50SSS.2410.00 – 11.50SSS.35Ilmu Penyakit THT-KLIRT11.00 – 11.50SSS.3612.00 – 12.50Istirahat15.00 – 16.50Praktikum HistologiHistologi Organ Sistema InderaEJSGoogle classroom21 – 052020KamisLIBUR KENAIKAN ISA ALMASIH22 – 052020Jumat08.00 – 08.50SSS.25Ilmu Penyakit MataMSGoogle classroom/zoom09.00 – 09.50SSS.2610.00 – 11.50SSS.37Ilmu Penyakit THT-KLIRT11.00 – 11.50SSS.3812.00 – 12.50ISTIRAHAT10.00 – 10.30Temu Pakar Pemicu 1Mata merah visus normalIlmu Penyakit MataMSZoom/WAG11.00 – 11.30 Temu Pakar Pemicu 2Penglihatan kaburIlmu Penyakit Mata23 – 052020SabtuNB: Temu Pakar : untuk seluruh dosen tetap dan dosen luar biasa yang terlibat dalam penyusunan skenario.Minggu IIITanggalHariJamKegiatanCabang IlmuDosen Ruangan25 – 052020SeninLIBUR HARI RAYA IDUL FITRI26 – 052020Selasa08.00 – 09.50BELAJAR MANDIRI10.00 – 11.50Tutorial IPemicu 1: Mata merah visus normalZoom12.00 – 12.50Istirahat27 – 052020Rabu08.00 – 09.50SSS.27Ilmu Penyakit MataMSGoogle classroom/zoom10.00 – 11.50SSS.2810.00 – 11.50Tutorial IPemicu 2: Penglihatan kaburZoom12.00 – 12.50ISTIRAHAT13.00 – 14.50BELAJAR MANDIRI28 – 052020Kamis10.00 – 11.50BELAJAR MANDIRI12.00 – 12.50ISTIRAHAT13.00 –14.50UJIAN TENGAH BLOKGoogle classroom/zoom29 – 052020Jumat08.00 – 09.50BELAJAR MANDIRI10.00 – 11.50Tutorial IIPemicu 1: Mata merah visus normalZoom12.00 – 12.50ISTIRAHAT12.00 – 12.30Temu Pakar Pemicu 3Sakit pada TelingaIlmu Penyakit THT-KLIRTZoom/WAG12.30 – 13.00 Temu Pakar Pemicu 4Hidung BerdarahIlmu Penyakit THT-KL30 – 052020Sabtu10.00 – 11.50Tutorial IIPemicu 2 : Penglihatan KaburZoomNB: Temu Pakar : untuk seluruh dosen tetap dan dosen luar biasa yang terlibat dalam penyusunan skenario.Minggu IVTanggalHariJamKegiatanCabang IlmuDosen Ruangan01– 062020SeninLIBUR HARI LAHIR PANCASILA02 - 062020Selasa10.00 – 11.50Tutorial IPemicu 3: Sakit pada TelingaZoom12.00 – 12.50ISTIRAHAT13.00 – 13.50SSS.29Ilmu Penyakit MataMSGoogle classroom/zoom14.00 – 14.50SSS.3003 - 062020Rabu08.00 – 09.50BELAJAR MANDIRI10.00 – 11.50Tutorial IPemicu 4: Hidung BerdarahZoom12.00 – 12.50ISTIRAHAT13.00 – 13.50SSS.31Ilmu Penyakit MataMSGoogle classroom/zoom14.00 – 14.50SSS.3204 - 062020Kamis08.00 – 09.50BELAJAR MANDIRI10.00 – 10.50SSS.39Ilmu Penyakit THT-KLIRTGoogle classroom/zoom11.00 – 11.50SSS.4012.00 – 12.50ISTIRAHAT05 - 062020Jumat08.00 – 09.50BELAJAR MANDIRI10.00 – 11.50Tutorial IIPemicu 3: Sakit pada TelingaZoom12.00 – 12.50ISTIRAHAT12.00 – 12.30Temu Pakar Pemicu 5Hidung gatal dan berairIlmu Penyakit THT-KLIRTZoom/WAG06 - 062020Sabtu08.00 – 09.50BELAJAR MANDIRI10.00 – 11.50Tutorial IIPemicu 4: Hidung BerdarahZoomNB :Temu Pakar : untuk seluruh dosen tetap dan dosen luar biasa yang terlibat dalam penyusunan skenario.Minggu VTanggalHariJamKegiatanCabang IlmuDosen Ruangan08 – 062020Senin10.00 – 11.50Tutorial IPemicu 5: Hidung gatal dan berairZoom12.00 – 12.50Istirahat13.00 – 13.50SSS.41Ilmu Penyakit THT-KLIRTGoogle classroom/zoom14.00 – 14.50SSS.4215.00 – 16.50BELAJAR MANDIRI09 – 062020Selasa08.00 – 09.50BELAJAR MANDIRI10.00 – 10.50SSS.43Ilmu Penyakit THT-KLIRTGoogle classroom/zoom11.00 – 11.50SSS.4412.00 – 12.50Istirahat13.00 – 14.50Pleno PakarPemicu 1 ‘Mata merah visus normal’MS & Kordi BlokZoom10 – 062020Rabu08.00 – 08.50SSS.45Ilmu Penyakit THT-KLIRTGoogle classroom/zoom09.00 – 09.50SSS.4610.00 – 10.50SSS.61Medical EducationRPZ11.00 – 11.50SSS.6212.00 – 12.50ISTIRAHAT11 – 062020Kamis08.00 – 08.50SSS.47Ilmu Penyakit THT-KLIRTGoogle classroom/zoom09.00 – 09.50SSS.4810.00 – 11.50Tutorial IIPemicu 5: Hidung gatal dan berairZoom12.00 – 12.50ISTIRAHAT12 – 062020Jumat08.00 – 08.50SSS.49Patologi AnatomiSUF/PPGGoogle classroom/zoom09.00 – 09.50SSS.5010.00 – 10.50SSS.57Ilmu Kedokteran KomunitasNHS11.00 – 11.50SSS.5812.00 – 12.50ISTIRAHAT13 – 062020SabtuMinggu VITanggalHariJamKegiatanCabang IlmuDosen Ruangan15 – 062020Senin10.00 – 10.50SSS.51Farmakologi & TerapiDB/OPMGoogle classroom/zoom11.00 – 11.50SSS.5212.00 – 12.50Istirahat13.00 – 13.50SSS.55RadiologiRPGoogle classroom/zoom14.00 – 14.50SSS.5615.00 – 16.50BELAJAR MANDIRI16 – 062020Selasa10.00 – 10.50SSS.53Farmakologi & TerapiDB/OPMGoogle classroom/zoom11.00 – 11.50SSS.5412.00 – 12.50Istirahat13.00 – 13.50Pleno PakarPemicu 2 ‘Penglihatan kabur’MS & Kordi BlokZoom14.00 – 14.5015.00 – 16.50BELAJAR MANDIRI17 – 062020Rabu10.00 – 11.50Pleno PakarPemicu 3 ‘Sakit pada Telinga’IRT & Kordi BlokZoom12.00 – 12.50ISTIRAHAT13.00 – 13.50SSS.59Ilmu GiziMDGoogle classroom/zoom14.00 – 14.50SSS.6018 – 062020Kamis10.00 – 11.50Pleno PakarPemicu 4 ‘Hidung Berdarah’IRT & Kordi BlokZoom12.00 – 12.50Istirahat19 – 062020Jumat10.00 – 11.50Pleno PakarPemicu 5 ‘Hidung gatal dan berair’IRT & Kordi BlokZoom12.00 – 12.50ISTIRAHAT20 – 062020SabtuMinggu VIITanggalHariJamKegiatanCabang IlmuDosen Ruangan22 – 062020Senin-23 – 062020Selasa-24 – 062020Rabu-25 – 062020Kamis10.00 – 12.50UJIAN AKHIR BLOK Google classroom/zoom26 – 062020Jumat-27 – 062020Sabtu-Minggu VIIIUJIANTanggalHariJamKegiatanPenanggung JawabRuangan29 – 062020Senin-30 – 062020Selasa08.00 – 10.00Remedial UABAssessmentGoogle classroom/zoom01 – 072020Rabu-02 - 072020Kamis -03 - 072020Jumat-04 - 072020Sabtu10.00PengumumanDivisi AssessmentKEPUSTAKAANKonsil Kedokteran Indonesia, 2008 Standar Kompetensi Dokter, Konsil Kedokteran Indonesia, JakartaKonsil Kedokteran Indonesia, 2008 Standar Pendidikan Profesi Dokter, Konsil Kedokteran Indonesia, JakartaDirektorat Jenderal Pendidikan Tinggi 2006, Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Pendidikan Kedokteran Dasar, (Kurikulum Pendidikan Dokter Indonesia = KIPDI III), Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta ................
................

In order to avoid copyright disputes, this page is only a partial summary.

Google Online Preview   Download