Communication codes



MODULTEORI KOMUNIKASI (3 SKS)POKOK BAHASANPemetaan Teori: Perspektif, Tradisi dan ModelDESKRIPSIBahasan ini adalah bahasan yang mendiskusikan tinjauan perspektif, tradisi dalam teori komunikasi dan model komunikasi.TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS1. Setelah perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan perspektif komunikasi.2. Setelah kuliah ini, mahasiswa diharapkan bisa menjelaskan dan memahami tradisi-tradisi dalam teori komunikasi3. Setelah kuliah, mahasiswa mampu memahami dan menganalisa beberapa model teori komunikasi.DAFTAR PUSTAKA1. Griffin, Em. A First Look at Communication Theory. New York: McGraw-Hill. 2008.2. Littlejohn, Stephen & Karen A. Fos. 2008. Theories of Human Communication.Wadsworth Publishing Company Inc Belmont.PendahuluanKetika ilmu komunikasi berangkat dari sekian banyak disiplin ilmu pengetahuan makatidak mengherankan bahwa ilmu komunikasi dipahami sebagai ilmu yang multiperspektif. Bidang multiperspektif dalam ilmu komunikasi disebabkan bahwa gejala komunikasi merupakan fenomena pokok dalam kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa manusia tidak dapat tidak berkomunikasi. Ketika manusia niscaya berkomunikasi, sementara kehidupan manusia berada dalam konteks-konteks yang beragam maka komunikasi itu sendiri bersifat kontekstual dan unik (Bradac-Bowers, 1982).Sejarah komunikasi sendiri sudah berkembang jauh sebelum ilmu tentang komunikasi itu sendiri berkembang. Sejarah retorika Aristoteles memperlihatkan bahwa tindakan komunikasi sudah berkembang pada era Yunani-Romawi. Ketika komunikasi berada di dalam khasanah ilmu pengetahuan, maka ilmu komunikasi yang dikenal sampai sekarang adalah disiplin ilmu yang berumur relatif lebih muda jika dibandingkan dengan sosiologi, biologi, astronomi, fisika bahkan filsafat.Dalam sejarah perkembangan ilmu komunikasi, kajian ilmu komunikasi berakar dari ilmu politik (Dahlan, 1990:6). Schramm sendiri mengindikasikan Harold Lasswell sebagai salah satu Perintis Komunikasi modern, adalah juga ahli ilmu politik. Komunikasi waktu itu lebih banyak menelaah masalah propaganda dan opini publik. Dalam perkembangan selanjutnya komunikasi mulai dilihat sebagai ilmu ketika sosiologi (dimulai oleh P. Lazarsfeld) dan psychologi social (yang dirintis oleh Carl Hovland) memberikan kontribusi terhadap telaah fenomena komunikasi massa waktu itu. Rintisan sosiologi dan psikologi sosial memberikan kontribusi soal perspektif masyarakat yang mendapatkan pengaruh media massa.Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa dalam perkembangan ilmu komunikasi maka terdapat tiga bidang ilmu yang memberikan kontribusi konkret terhadap perkembangan ilmu komunikasi. Ilmu-ilmu tersebut adalah ilmu politik, ilmu sosial dalam hal ini adalah sosiologi, dan psikologi. Ilmu politik memberikan ruang pertama pada pembahasan propaganda politik berikut pengaruhnya kepada masyarakat. Sosiologi memberikan tempat di mana komunikasi tidak bisa melepaskan diri dari masalah interaksi antar manusia. Psikologi memberikan kajian pelengkap mengenai masalah komunikasi yang berkaitan dengan perilaku psikologis seorang manusia (individu) maupun tindakan masyarakat. Meski demikian bantuan atau kontribusi ilmu selain yang di atas juga tidak bisa dipungkiri seperti ilmu matematika (yang persis juga dipakai oleh Shannon dalam menjelaskan persoalan mendasar komunikasi), linguistik (yang turut membantu komunikasi dalam mempelajari karakteristik pesan dalam sebuah bahasa), biologi (yang turut membantuk komunikasi yang dipahami sebagai sebuah sistem jaringan yang saling terhubung satu sama lain). Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa memang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa komunikasi harus dipahami sebagai disiplin ilmu yang interdisipliner. Jalinan erat antara komunikasi dengan bidang ilmu di luar komunikasi memperlihatkan bahwa komunikasi merupakan disiplin ilmu yang masih berkembang, seturut dengan manusia yang mempunyai kecenderungan berkembang pula.B. Perspektif: Eksplikasi dan SignifikansiSetiap ilmu mempunyai objek formal maupun materialnya. Di dalam objek materialnya beberapa ilmu dapat mempunyai objek yang sama, akan tetapi demi penjelasan pemisahan ilmu yang satu dengan ilmu lainnya maka setiap ilmu mempunyai obyek formal yang berbeda-beda. Obyek formal inilah merupakan perspektif dari masing-masing ilmu berdasarkan apa yang dianggap benar terutama menurut norma dan ukuran ilmiah (Susanto, 1986: 97). Jadi perspektif merupakan pandangan atau pemahaman berdasarkan ukuran-ukuran ilmiah terhadap suatu fenomena atau peristiwa tertentu. Perspektif adalah cara orang memahami hal tertentu – yang sedang dihadapi atau ditemui, di mana proses pemahaman tersebut mempengaruhi seseorang menilai, berpendapat dan bersikap. Apapun pemahaman terhadap objek tergantung pada perspektif yang dimiliki oleh sesseorang dalam mengamati peristiwa yang bersangkutan.Secara umum perspektif diartikan sebagai sudut pandang. Fisher (1986) berpandangan bahwa perspektif dalam ilmu sosial merupakan suatu sistematika cara berpikir yang mencakup “seperangkat ide” atau konseptualisasi untuk menginterpretasikan atau menafsirakan peristiwa atau realitas. Perspektif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:(a) Tidak dapat mengungkapkan realitas secara keseluruhan.(b) Mempunyai penekanan tertentu mengenai apa yang dianggap relevan atau penting.(c) Memiliki keterikatan terhadap waktu dan budaya, karena konsep dalam ilmu sosial terkait dengan fakta kehidupan yang sifatnya dinamis sesuai dengan perubahan waktu dan budaya.(d) Semua perspektif dianggap benar dan mencerminkan realitas.(e) Suatu perspektif dapat digunakan oleh siapa saja (melekat pada orang yang menggunakannya) dan bukan melekat pada realitas.(f) Pilihan perspektif mempunyai implikasi pada metodologi. (g) Antar perspektif tidak dapat diperbandingkan.(h) Pilihan perspektif tergantung dari tujuan dan kegunaan penelitian.Adapun unsur-unsur pokok dalam sebuah perspektif adalah asumsi-asumsi, aksioma, teori, konsep, dinamika aktif atas posisi subjek yang memberikan perspektif, metodologi, kesepakatan yang jelas dalam memahami realitas tertentu dan konteks teoretis yang menjadi latar belakang pemahaman atas realitas tertentu.Meskipun demikian terdapat perbedaan konseptual antara perspektif dengan definisi, teori, paradigma, tradisi, konsep. Perbedaan utama perspektif dengan definisi, teori, paradigma, aksioma terletak pada bahwa perspektif mempunyai fungsi pembanding atas realitas yang sama tapi dilihat dalam sudut pandang yang berbeda tapi definisi lebih memberikan pembatasan atas pengertian realitas tertentu (Chaffee, 1991: 24-43), teori lebih diterapkan pada soal penjelasan realitas yang terdiri dari beberapa variabel atau hal yang saling berhubungan, paradigma lebih merupakan cara pandang yang menentukan metodologi pengamatan dan peneliti pada sebuah realitas tertentu (Denzin. 2001), aksioma lebih terletak pada point asumsi yang tidak perlu dipertanyakan lagi, tradisi lebih dipahami sebagai proses pengelompokan beberapa teori dalam beberapa kesamaan pokok.Adanya perbedaan perspektif antara ilmu yang satu dengan lainnya, di satu sisi dapat melahirkan pendekatan, teori, pandangan, dan interpretasi yang berlainan disisi lain juga dapat melahirkan pertentangan antar disiplin ilmu dalam memahami suatu fenomena. Tiap perspektif sebagai suatu mental window atau world view yang dipergunakan oleh ahli-ahli disiplin tertentu mungkin bertolak belakang dan sulit dipertemukan antara yang satu dengan lainnya. Masing- masing perspektif memiliki asumsi serta mengenai realitas sosial tersendiri yang sulit diperbandingkan satu per satu (incommensureable) berdasarkan sistem nilai yang bebas dari suatu hal tertentu. Setiap perspektif ilmu dalam mengamati fenomena mempunyai kreteria kebenaran (goodness criteria) masing-masing sehingga tidak selayaknya jika kita mempertemukan antara perspektif yang satu dengan lainnya. Menurut Lindloft (1994) yang dikutif dalam Nurhidayat:“…perspectives are incommensurable. That is the asumptions and explanations of two or more perspective within dalam a given discipline are so different that key cannot be compared by meant of an independent value system. Thus adherence to one perspective for closed the possibility of the acceptance of competing one (Lindloft dalam Hurhidayat,2000:4).Secara ringkas dapat dikatakan bahwa perspektif berfungsi dalam beberapa hal penting. Pertama, perspektif berfungsi untuk mendapatkan sudut pandang yang kurang lebih tepat atas realitas tertentu sehingga lebih mudah dalam mengambil sikap atau menilai realitas tersebut. Proses ini terjadi karena perspektif menyertakan seleksi rasional di mana subjek diandaikan mempunyai 'asumsi teoretis' tertentu. Kedua, perspektif berfungsi untuk menjernihkan dan menentukan bagaimana realitas/objek pengamatan dieksplikasi secara benar. Eksplikasi sendiri merupakan proses intelektual yang diterapkan untuk beberapa konsep yan ingin diteliti (Chaffee. 1991: 1-2). Ketiga, bahwa perspektif bisa dipakai untuk mengorganisasikan teori-teori terkait dalam suatu kelompok tertentu sehingga dalam perspektif yang sama teori-teori tersebut dapat diperbandingkan.Sebagai ilustrasi, ilmu sosial yang terdiri dari sosiologi, psikologi, antropologi, ekonomi, dan politik mempunyai obyek materi yang sama, akan tetapi setiap ilmu memfokuskan pada aspek-aspek perilaku yang berbeda. Seperti apa yang diutarakan Calhoun:Sosiology, psychology, antropology, economic, dan political science is part of the family social sciences. All social sciences are concerned with human behavior. But although they share the same basic subject matter, each social science focuses on a different aspek of behavior (Colhoun, 1991: 4).Sosiologi merupakan studi sistematis tentang kelompok dan masyarakat serta bagaimana pengaruh kelompok/masyarakat tersebut pada perilaku individu. Psikologi lebih tertarik pada sumber perilaku internal sedangkan sosiologi memfokuskan pada sumber perilaku eksternal. Psikologi mempelajari studi sistem syaraf dan efek dari neurotransmitter, hormon, atau stres pada individu. Sosiologi mempelajari kerja dari masyarakat dan efek dari peningkatan, perubahan sikap terhadap kepercayaan dan revolusi politik pada individu. Psikologi terjadi pada kepribadian (personality) – pada perilaku dan sikap yang merupakan karakteristik seseorangtanpa memperhatikan situasi. Sosiologi memfokuskan pada peranan sosial – pada perilaku dan sikap yang merupakan karakteristik seseorang dalam situasi tertentu tanpa memperhatikan kepribadian individu. Psikologi sosial merupakan jembatan dua disiplin ilmu (sosiologi dan psikologi) yang mempelajari pengaruh kelompok pada perilaku individu dan pengaruh individu pada perilaku kelompok. Sedangkan antropologi merupakan bagian ilmu sosial yang mempelajari masyarakat non-western, masyarakat preliterate, komunitas lokal, atau kelompok kecil (Calhoun, 1991: 5).Adanya spesialisasi dalam ilmu sosial maka semakin memperkecil kapling disiplin masing-masing ilmu, akan tetapi hal ini tidak menimbulkan masalah sebab dalam kehidupan masyarakat, permasalahan yang dihadapi semakin komplek sehingga tidak cukup hanya dipecahkan oleh satu disiplin ilmu saja. Untuk itu diperlukan perspektif disiplin ilmu lainnya untuk memperjelas permasalahan yang integral dan holistik. Pendekatan interdisipliner merupakan suatu kebutuhan namun tidak mengaburkan otonomi masing-masing disiplin ilmu yang telah berkembang berdasarkan bidangnya masing-masing melainkan dengan menciptakan perspektif baru. Perspektif ini bukanlah ilmu melainkan sarana berpikir ilmiah seperti logika, matematika, statistik, dan bahasa. Pendekatan interdisipliner bukan merupakan fusi antara berbagai disiplin keilmuan yang akan menimbulkan anarki keilmuan, melainkan suatu federasi yang diikat oleh suatu pendekatan tertentu di mana setiap disiplin ilmu dengan otonominya masing-masing menyumbangkan analisisnya dalam mengkaji obyek yang menjadi telaah bersama (Suriasumantri, 2000 :103).Perspektif dalam Khazanah Ilmu KomunikasiDalam kata pendahuluan yang telah dibuat, penulis menyatakan bahwa komunikasi merupakan ilmu multidisipliner dan multiperspektif. Kekayaan dan keragaman perspektif dalam ilmu komunikasi tidak terhindarkan karena sifat ilmu komunikasi yang begitu kompleks. Dalam konteks inilah, perspektif ilmu komunikasi menjadi penting. Perspektif komunikasi tidak bisa dilihat secara tunggal karena memang definisi komunikasi sendiri tersebar dengan sekian banyakdefinisi (red. + 126 definisi)C. 1. Perspektif Dasar Ilmu KomunikasiKomunikasi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mulai tumbuh sehabis perang dunia I sampai perang dunia II. Penelitian ilmu komunikasi semakin meningkat pada perang dunia II melalui antara lain Office of War Information Amerika Serikat (Dahlan, 2003). Definisi komunikasi sendiri sangat banyak bahkan Dance dan Larson (dalam Miller, 2005:3) pernah menyatakan terdapat 126 definisi komunikasi. Penulis ingin mengangkat beberapa definisi. Komunikasi adalah keseluruhan prosedur yang mana prosedur tersebut membuat pesan tertentu mempengaruhi yang lain”one which would inclue the procedures by means of which one mechanism affects another mechanism (Weaver, 1949:3). Carl Hovland menyatakan bahwa komunikasi adalah proses di mana seorang individu (komunikator) mentransmisikan stimuli untuk memodifikasi atau mengubah perilaku individu lainnya (Hovland, 1953). Grebner (dalam Miller, 2005: 4) menyatakan bahwa komunikasi adalah interaksi sosial melalui simbol dan sistem pesan. Maka, penulis menyatakan bahwa komunikasi tidak mempunyai definisi tunggal. Komunikasi lebih merupakan proses penyampaian pesan melalui simbol- tanda yang dilakukan secara transaksional antara penyampai pesan dengan para penerima pesan dengan tujuan tertentu (disesuaikan dengan kepentingan komunikator atau komunikasi, vis a vis). Karena definisi yang begitu banyak maka tidak mengherankan apabila dalam konseptualisasi komunikasi terdapat point of convergence dan point of divergence (Miller, 2005: 5-11).Definisi umum (point of convergence) dari komunikasi terdiri dari definisi komunikasi sebagai proses, komunikasi sebagai sesuatu yang transaksional dan komunikasi sebagai sesuatu yang simbolik. Komunikasi sebagai proses adalah pemahaman bahwa titik utama yang menjadi perhatian sekian banyak definisi komunikasi terletak pada proses. Komunikasi sebagai proses menyiratkan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang berkelanjutan, kompleks dan tidak arbitrer (mana suka). Komunikasi sebagai sesuatu yang transaksional berarti bahwa komunikasi tidak hanya sekedar prosesual dan interaksional melainkan terjadinya intensifikasi hubungan timbal balik antara komunikator, komunikan, pesan, efek dan sebagainya. Komunikasi merupakan sesuatu yang simbolik menyiratkan bahwa ketika komunikasi berproses melalui sesuatu yang transaksional maka hal esensialyang dibutuhkan adalah pemaknaan yang berangkat dari simbol-simbol yang dipakai dalam tindakan komunikasi tersebut. Definisi umum memperlihatkan betapa pun definisi komunikasi tersebar dengan berbagai macam sudut pandang maka setidaknya ada yang menyatukan definisi-definisi tersebut.Berbeda dengan sudut pandang dalam konteks definisi umum, point of divergence lebih melihat pusaran definisi tersebar dalam beberapa karakteristik. Point pertama adalah poin komunikasi sebagai aktivitas sosial. Point ini merujuk konseptualisasi yang tidak sama tapi berada dalam konteks relasi sosial yang beragam dan mempunyai impak terhadap kehidupan sosial. Konseptualisasi relasi sosial dan komunikasi mengakibatkan bahwa komunikasi mempunyai level sosial dari antar pribadi sampai komunikasi massa, termasuk di dalamnya proses kognitif dalam proses interaksi komunikatif. Point kedua adalah komunikasi berhubungan dengan tindakan komunikatif dan intensionalitas. Poin ini berangkat dari adagium Watzlawick yang menyatakan bahwa manusia tidak bisa tidak berkomunikasi. Dalam poin ini terdapat pula bahwa perspektif komunikasi tidak hanya berhenti pada masalah perspektif sumber komunikasi melainkan juga sampai pada masalah perpektif penerima, dan perspektif pesan.C.2. Ragam dan Pemetaan Dasar Perspektif Ilmu Komunikasi Ketidaktunggalan perspektif dalam komunikasi memperlihatkan bahwa komunikasi dipahami dalam sekian sudut pandang. Setidaknya ada beberapa sumber perspektif yang berkutat dalam pemahaman menyeluruh tentang ilmu komunikasi.Pertama adalah perspektif tentang definisi dan konsep yang dikembangkan oleh Frank Dance dan Motley. Frank Dance mengambil suatu langkah besar untuk menjelaskan perbedaan definisi berdasarkan empat hal utama yaitu pembedaan yang dilihat dari level observasi, pembedaan berdasarkan intensionalitas, pembedaan definisi dengan dasar sudut pandang dan hasil pembedaan yang berwujud pemahaman, penerimaan dan sepakat tidaknya definisi tersebut dibuat. Michael Motley sendiri memberikan batasan definisi komunikasi adalah pesan yang bersifat intensional. Perspektif ini dimaknai bahwa unsur utama dalamproses komunikasi adalah maksud orang-orang atau siapa pun yang melakukan tindakan komunikasi.Kedua, perspektif ketokohan dan tema berdasarkan tokoh komunikasi. Perspektif ini dikembangkan oleh Everett Rogers dalam bukunya A History of Communication Study. Perspektif ini digunakan untuk mengklasifikasikan teori komunikasi didasarkan pada sejarah perkembangan ilmu komunikasi. Perspektif dasar sejarah melalui tokok ilmu komunikasi memberikan pengaruh kajian dan alokasi wacana komunikasi yang tidak terputus dari lingkaran ilmu sebelumnya. Tarikan sejarah membuat ilmu komunikasi dipahami sebagai salah satu rumpun ilmu yang meneruskan dan mengembangkan tradisi keilmuan sebelumnya. Dinamika ilmu ini memberikan point lebih pada soal historisitas ilmu dan kemampuan sebuah ilmu berdialog dengan ilmu yang lain. Dalam klasifikasi perkembangan ilmu komunikasi, Rogers membagi ke dalam tiga kategori yaitu: a) kategori European Beginning of Communication Study, b) kategori The Growth of Communication Study in America, c) kategori Establisment Of The Communication Field.Sub Bidang Dari Perspektif Sejarah Perkembangan KomunikasiEuropean Beginning ofCommunication StudyThe Growth OfCommunication Study InAmericaEstablishment Of TheCommunication Field1. Evolutionary of CharlesDarwin (telah mengilhami perkembangan teori-teori komunikasi nonverbal)2. Theory Psychoanalytic of Sigmund Freud (teori ini mengilhami perkembangan teori komunikasi yang menekankan pada analisisindividu seperti balance theory, cognitive dissonance theory, Petty and Cacioppo’s elaboration likelihood model of attitude change).3. Interactional1. Symbolic Interactionismof Chicago School2. Content Analysis of Propaganda Message of Harold Lasswell3. Agenda Setting ofWalter Lippmann4. Two – step flow model of Communication (Paul Lazarsfeld)5. Group DynamicsTheory of Kurt Lewin1. Four Theories of thePress of Wilbur Schramm, Fred S. Siebert dan Ted Peterson.2. The technological determinist of Harold Innis dan Marshall McLuhanCommunication of The Palo Alto Group (pendekatan kelompok ini menekankan pada kesadaran komunikasi equivocal dan pemahaman patologi komunikasi).4. The Critical School memfokuskan pada isu-isu kepemilikan dan kontrol media massa.6. Cognitive DissonanceTheory of Leon Festinger7. Source credibility theory of Carl Hovland8. Cybernetics Theory ofNorbert Wiener9. Systems Theory ofLudwig Von Bertalanffy10. Information Theory ofClaude E. ShannonKetiga, perspektif pendidikan dan institusionalisasi ilmu Komunikasi (Delia). Jesse Delia dalam ”Communication Research: A History” (1987) mengemukakan suatu pemahaman umum tentang sumber-sumber dan tema-tema yang memberikan kontribusi bagi pengembangan dan institusionalisasi studi komunikasi dalam sistem pendidikan tinggi di Amerika. Delia menekankan perhatian pada perkembangan penelitian komunikasi di dalam perspektif yang lebih luas. Perspektif ini memberikan kontribusi pengembangan ilmu komunikasi sebagai studi yang lebih ilmiah, rasional dan serius. Perspektif ini memberikan perspektif rasionalitas dan pelembagaan keilmuan. Komunikasi tidak hanya dipahami sebagai kemampuan dan keahlian atau praksis tindakan tapi juga sebuah disiplin ilmu yang mempunyai metodologi dan metode penelitian.Keempat, perspektif tradisi kajian (Craig, Griffin). Perspektif ini berisi tradisi- tradisi dalam ilmu komunikasi. Dalam ilmu komunikasi, penelitian terhadap gejala-gejala atau realitas komunikasi telah berkembang sejak lama sehingga dalam ilmu komunikasi dikenal tradisi-tradisi yang unik. Robert Craig, telah memetakan tujuh (7) bidang/tradisi dalam teori komunikasi yang disebut sebagai7 tradisi (dalam Griffin 2000:22-35 dan Miller, 2005:13), yakni:Tradisi Retorika (komunikasi sebagai ilmu bicara yang sarat seni). Perspektif teoretis komunikasi dalam tradisi ini menyatakan seni praktikal dari wacana yang berkembang. Problem tradisi ini terletak pada eksigensi sosial mengandaikan pertimbangan dan penilaian kolektif. Keistimewaan yang mencirikan tradisi iniadalah bahwa keyakinan bahwa berbicara membedakan manusia dari binatang. Ada kepercayaan bahwa pidato publik yang disampaikan dalam forum demokrasi adalah cara yang lebih efektif untuk memecahkan masalah politik. Retorika merupakan sebuah strategi di mana seorang pembicara mencoba mempengaruhi seorang audiens dari sekian banyak audiens melalui pidato yang jelas-jelas bersifat persuasif. Public speaking pada dasarnya merupakan komunikasi satu arah. Pengertian Retorika lebih merujuk kepada seni bicara daripada ilmu berbicara.Tradisi semiotic (komunikasi sebagai proses membagi makna melalui tanda). Perspektif utama teoritis tradisi ini terletak adanya mediasi intersubjektif melalui tanda-tanda yang dibuat. Permasalahan teoritisnya terletak pada kemungkinan adanya misunderstanding atau gap di antara cara pandang subjektif para pelaku komunikasi. Semiotika adalah ilmu tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja. Sebuah tanda adalah sesuatu yang menunjukkan sesuatu yang lain. Contohnya asap menandai adanya api. Lebih lanjut dinyatakan bahwa tradisi ini lebih memusatkan pada perhatian lambang-lambang dan simbol-simbol, dan memandang komunikasi sebagai suatu jembatan antara dunia pribadi individu- individu dengan ruang di mana lambang-lambang digunakan oleh individu- individu untuk membawa makna-makna tertentu kepada khalayak. Sehingga dalam tradisi ini memungkinkan bahwa individu-individu akan memaknai tanda- tanda secara beragam.Tradisi Fenomenologi (Komunikasi sebagai pengalaman diri dan orang lain melalui dialog). Perspektif teoritis tradisi ini adalah dialog atau kebersamaan dengan yang lain. Problematika teoritisnya terletak pada ketidakhadiran dan masalah otentisitas relasi antar manusia. Meski fenomenologi adalah sebuah filosofi yang mengagumkan, pada dasarnya menunjukkan analisis terhadap kehidupan sehari-hari. Titik berat tradisi fenomenologi adalah pada bagaimana individu mempersepsi serta memberikan interpretasi pada pengalaman subjektifnya. Bagi seorang fenomenologis cerita kehidupan seseorang lebih penting daripada axioma-axioma komunikasi. Seorang psikologis, Carl Rogers percaya bahwa kesehatan kliennya akan pulih ketika komunikasinya menciptakanlingkungan yang nyaman baginya untuk berbincang. Dia menggambarkan tiga kondisi yang penting dan kondusif bagi perubahan suatu hubungan dan kepribadian, yakni: kecocokan/kesesuaian, hal positif yang tidak bersyarat, pemahaman empatik.Tradisi Cybernetic (komunikasi sebagai pemrosesan informasi). Perspektif dasar tradisi ini adalah proses informasi. Hanya memang ada beberapa masalah teoritis yang muncul dalam tradisi ini, yaitu noise, overload information, kerusakan dalam sistem komunikasi. Ide komunikasi sebagai pemrosesan informasi pertama kali dikemukakan oleh ahli matematika, Claude Shannon. Karyanya, The Mathematical Theory Communication yang diterima secara luas sebagai salah satu benih studi komunikasi. Teori ini memandan komunikasi sebagai transmisi pesan. Karyanya berkembang selama Perang Dunia kedua di Bell Telephone Laboratories di AS. Eksperimennya dilakukan pada saluran kabel telepon dan gelombang radio bekerja dalam menyampaikan pesan. Meski eksperimennya sangat berkaitan dengan masalah eksakta, tapi Warren Weaver mengklaim bahwa teori tersebut bisa diterapkan secara luas terhadap semua pertanyaan tentang komunikasi insani (human communication). Jadi dalam tradisi ini konsep-konsep penting yang dikaji antara lain pengirim, penerima, informasi, umpan balik, redundancy, dan sistem.Tradisi Sosio-Psikologi (komunikasi merupakan pengaruh antarpribadi). Konsep pokok dalam tradisi ini adalah ekspresi interaksi dan pengaruh. Sementara itu, permasalahan yang timbul di dalam tradisi ini adalah situasi yang menuntuk manipulasi hubungan sebab akibat dari perilaku untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penganut tradisi ini percaya bahwa kebenaran komunikasi bisa ditemukan melalui pengamatan yang teliti dan sistematis. Tradisi ini mencari hubungan sebab-akibat yang dapat memprediksi kapan sebuah perilaku komunikasi akan berhasil dan kapan akan gagal. Adapun indikator keberhasilan dan kegagalan komunikasi terletak pada ada tidaknya perubahan yang terjadi pada pelaku komunikasi. Semua itu dapat diketahui melalui serangkaian eksperimen. Jadi perhatian penting dalam tradisi ini antara lain perihal pernyataan, pendapat(opini), sikap, persepsi, kognisi, interaksi dan efek (pengaruh).Tradisi Socio Kultural (Komunikasi sebagai penciptaan dan pembuatan realitas sosial). Premis tradisi ini adalah ketika orang berbicara, mereka sesungguhnya sedang memproduksi dan memproduksi kembali budaya. Sebagian besar dari kita beranggapan bahwa kata-kata mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi. Pandangan kita tentang realita dibentuk oleh bahasa yang telah kita gunakan sejak lahir. Ahli bahasa Universitas Chicago, Edwar Sapir dan Benyamin Lee Whorf adalah pelopor tradisi sosio kultural. Hipotesis yang diusungnya adalah struktur bahasa suatu budaya menentukan apa yang orang pikirkan dan lakukan. Dapat dibayangkan bagaimana seseorang menyesuaikan dirinya dengan realitas tanpa menggunakan bahasa, dan bahwa bahasa hanyasemata-mata digunakan untuk mengatasi persoalan komunikasi atau refleksi tertentu. Hipotesis ini menunjukkan bahwa proses berpikir kita dan cara kita memandang dunia dibentuk oleh struktur gramatika dari bahasa yang kita gunakan. Secara fungsional, bahasa adalah alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan (socially shared), karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Bahasa diungkapkan dengan kata-kata dan kata-kata tersebut sering diberi arti arbiter (semaunya). Contoh; terhadap buah pisang, orang sunda menyebutnya cau dan orang jawa menyebutnya gedang. Secara formal, bahasa adalah semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan bahasa. Setiap bahasa dapat dikatakan mempunyai tata bahasa/ grammarnya tersendiri.Tradisi Kritis (komunikasi adalah refleksi penolakan terhadap wacana yang tidak adil). Tiga asumsi dasar tradisi kritis: Menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu sosial interpretif. Ilmuwan kritis menganggap perlu untuk memahami pengalaman orang dalam konteks. Mengkaji kondisi-kondisi sosial dalam usahanya mengungkap struktur-struktur yang seringkali tersembunyi. Istilah teori kritis berasal dari kelompok ilmuwan Jerman yang dikenal dengan sebutan Frankfurt School. Para teoritisinya mengadopsi pemikiran Marxis. Kelompok ini telah mengembangkan suatu kritik sosial umum, di mana komunikasi menjadi titik sentral dalam prinsip-prinsipnya. Sistem komunikasi massa merupakan fokus yang sangat penting di dalamnya. Tokoh-tokoh pelopornya adalah Max Horkheimer, Theodore Adorno serta Herbert Marcuse. Pemikirannya disebut dengan teori kritis. Ketika bangkitnya Nazi di Jerman, mereka berimigrasi ke Amerika. Di sana mereka menaruh perhatian besar pada komunikasi massa dan media sebagai struktur penindas dalam masyarakat kapitalistik, khususnya struktur di Amerika. Teori kritis menganggap tugasnya adalah mengungkap kekuatan-kekuatan penindas dalam masyarakat melalui analisis dialektika. Teori kritis juga memberikan perhatian yang sangat besar pada alat-alat komunikasi dalam masyarakat. Komunikasi merupakan suatu hasil dari tekanan antara kreativitas individu dalam memberi kerangka pesan dan kendala-kendala sosial terhadap kreativitas tersebut. Salah satu kendala utama pada ekspresi individu adalah bahasa itu sendiri. Kelas-kelas dominan dalam masyarakat menciptakan suatu bahasaa penindasan dan pengekangan, yang membuat kelas pekerja menjadi sangat sulit untuk memahami situasi mereka dan untuk keluar dari situasi tersebut. Kewajiban dari teori kritis adalah menciptakan bentuk-bentuk bahasa baru yang memungkinkan diruntuhkannya paradigma dominan. Hal itulah yang diungkapkan oleh Jurgen Habermas, tokoh terkemuka kelompok Franfurt School di era berikutnya.Kelima, perspektif metodologi. Perspektif lain yang digunakan untuk mengelompokkan teori komunikasi didasarkan pada paradigma penelitian. Paradigma penelitian yang digunakan meliputi : paradigma klasik, kritis, dan konstruktivis. Kontribusi perspektif metodologi ini lebih memecah dan mengklasifikasikan ilmu komunikasi di dalam beberapa paradigma pokok dalam sebuah penelitian. Perspektif dasar dari perspektif ini adalah paradigma. Paradigma dipahami keseluruhan cara berpikir, bernalar dalam sebuah penelitianilmiah. Untuk lebih jelasnya, pengelompokkan teori komunikasi berdasarkan paradigma penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini. Teori/PendekatanParadigmaKlasikKritisKonstruktivisTheories ofMessage:? Theories ofDiscourse?Theories of Sign and LanguageXXXXXInterpersonalCommunication :?Symbolic interactionism?Social Judgement theory? CognitiveDissonance theory?Theories of experience and interpretation?Theories Information Reception and ProcessingXIowa SchoolXXXX Chicago SchoolXMassCommunication and Society :?Structural- Functional theories of mass media? Agenda SettingTheory? CultivationTheory? Uses andGratifications?Political-economy theories?Mass Media and social construction of reality? Media andCultural Studies? Theories ofMessage Production?Theories of Mass Media and Persuasion, effectiveness of ads and communication programXX X XXLiberal political economyXXX Mattelart, Schiller, etc.InstrumentalStructuralXCulturalXXKeenam, perspektif Mikro dan Makro. Perspektif dasar dari perspektif ini adalah keumuman dan kekhususan pembahasan dari sebuah teori. Perspektif ini memberikan kontribusi bahwa ilmu komunikasi dipahami dalam pemahaman umum sehingga mempengaruhi tingkat atau level pembahasan umum sebuah teori dalam ilmu komunikasi. Demikian juga sebaliknya pada pemahaman khusus ilmu komunikasi. Berdasarkan keumuman atau kekhususan teori Cragan dan Shields(1998) mengelompokkan menjadi Teori-Teori Umum (general theories) yangtermasuk di dalamnya teori “Information Systems” (Sistem Informasi), Teori “Rational Argumentation” (Argumentasi Rasional), Teori “Symbolic Convergence”, Teori “Uncertainty Reduction”, teori “Narrative Paradigm”, teori “Diffusion of Innovation”.Teori-Teori Kontekstual (contextual theories) yakni teori Komunikasi Interpersonal (teori-teori Constructivist, Coordinated Meaning Management, Dialectical Relationship dll), teori Komunikasi Kelompok (teori-teori Decision Emergence, Role Emergence, Functional Decision Making dll), teori Komunikasi Publik (teori-teori Neo-Aristotelian, Burke’s Dramatism, Image Restoration dll), teori Komunikasi Keorganisasian (teori-teori Weick’s Organizing, Unobstrusive Control, artistic Ethnografy dll), Teori Komunikasi Massa (teori-teori Spiral of Silence, Agenda Setting, Cultivation Effects, Uses and Gratifications)Teori-Teori Mikro (micro theories). Yang termasuk dalam perspektif ini adalah subperspektif dengan penekanan pada konsep dasar (Information Manipulation, Interpersonal Deception, Compliance Gaining), penekanan pada struktur pesan (Action Assembly, Speech/Communication Accomodation, Expectancy Violation), penekanan dinamika komunikasi (teori-teori Relational Control, Marital Communication), penekanan pada ciri komunikator (teori Communication Apprehension, Medium Structure Emphasis, McLuhan’s Media Law), penekanan pada evaluasi (Muted Group, Feminist Genre, Habermas’s Critical). Ketujuh, perspektif disiplin atau sub-disiplin dalam ilmu komunikasi. Perspektif disiplin ilmu ini diartikan sebagai bagaimana komunikasi menjadi metode tindakan komunikasi dan metode ilmu pengetahuan. Hal ini menyatakan bahwa komunikasi memberikan perspektif kepada disiplin ilmu lain, sementara disiplin ilmu lain memberikan kontribusi kepada proses komunikasi. Ragam ilmu pengetahuan yang ada tidak dibatasi dalam rumpun ilmu sosial saja tapi juga dalam rumpun ilmu alam dan humaniora. Dapat dikatakan bahwa lintas hubungan antara ilmu komunikasi dengan ilmu yang lain merupakan dialog ilmu pengetahuan. Ilmu sosial sendiri yang secara menyolok berhubungan dengan ilmu komunikasi adalah sosiologi, anthropologi, sejarah, hukum, ekonomi, ilmu politik.Ilmu alam yang menyolok berhubungan dengan ilmu komunikasi adalah ilmu fisika, biologi dan kimia. Ilmu humaniora yang menonjol berhubungan komunikasi adalah filsafat, arsitektur.D. Perspektif Disiplin terhadap Proses KomunikasiD.1. Definisi dan Perspektif DasarBagian ini mau membahas hubungan antara ilmu politik, psikologi, sosiologi, filsafat, fisika dengan komunikasi. Yang perlu dipahami dalam bagian ini adalah salah satu atau bagian kecil dari sekian banyak perspektif dari ilmu pengetahuan dalam pembahasan tentang komunikasi. Tapi sebelum masuk pada hubungan timbal balik antara ketiga cabang ilmu pengetahuan tersebut maka penulis ingin meletakkan beberapa hal pokok dari ketiga ilmu tersebut dalam beberapa hal diskusi, yaitu definisi, perspektif dasar, dan konsep pokok.Pertama, filsafat sebagai disiplin ilmu yang mempunyai sistematika dan logika telah dikembangkan oleh peradaban Yunani sejak abad VI sebelum masehi (Bertens, 1989: 13-26). Kata falsafah atau filsafat merupakan kata serapan bahasa Arab ????, yang juga diambil dari philosophy (Inggris), philosophia (Latin), Philosophie (Jerman, Perancis). Kata-kata tersebut diambil dari bahasa Yunani philo dan sophia. Kata ini merupakan gabungan dua kata philein berarti mencintai atau philos berarti persahabatan, cinta dan sophos berarti bijaksana atau Sophia berarti kebijaksanaan. Filsafat adalah usaha untuk memahami dan mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilainya. Ia juga termasuk ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya dan bertujuan untuk memahami (understanding) dan kebijaksanaan (Wisdom). Dengan kata lain, filsafat adalah kajian atau ilmu yang mempelajari, merefleksikan secara kritis, rasional dan radikal realitas untuk mendapatkan kebenaran realitas yang bersifat asali dan mendasar. Perspektif dasar dari ilmu filsafat adalah pemahaman dan refleksi terhadap seluruh realitas sedemikian rupa sehingga realitas dapat dilihat secara kritis dan mendasar untuk mendapatkan penjelasan tentang asal usul, tujuan, manfaat dan alasan keberadaan realitas tersebut (Kattsof, 2004: 3-16). Konsep pokok, dengan demikian, dalam filsafat adalah pemahaman, refleksi dan kritis-mendasar. Kedua Ilmu Politik adalah ilmu yang mengkaji bagaimana kekuasaan dikelola, dicari, diraih dan dipertahankan. Dapat dikatakan ilmu politik adalah ilmu yang mau memahami bagaimana kekuasaan dilakukan dan dipraktekkan dalam sebuah masyarakat. Perspektif dasar dari ilmu politik adalah kekuasaanKetiga, Psikologi meneliti kesadaran dan pengalaman internal kejiwaan manusia. Psikologi terutama mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran internal yang menyebabkan terjadinya perilaku manusia itu. Perspektif dasar dari psikologi adalah motivasi tindakan yang berangkat atau berasal dari tindakan internal manusia.Keempat, Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari dan memahami aktivitas dan proses relasi sosial dalam sebuah masyarakat. Dapat dikatakan bahwa sosiologi adalah ilmu tentang perilaku sosial manusia dan kumpulan manusia serta hasil dari aktivitas sosial. Sosiologi mempelajari manusia dari aspek sosial yang disebut masyarakat. Perspektif dasar sosiologi adalah relasi sosial manusiawiKelima, Fisika adalah ilmu yang memahami dan mempelajari alam dan sifat-sifatnya yang bermanfaat bagi manusia dengan dasar gerak dan perubahan. Perspektif dasar dari fisika adalah materi dan peranan gerak serta perubahan dalam hidup manusia.D.2. Perspektif Masing-Masing Terhadap Proses Komunikasia. Filsafat dan Komunikasi.Dalam kaitannya dengan ilmu komunikasi maka dapat dijelaskan sebagai berikut: perspektif filsafat yang memposisikan sebagai proses tiada kunjung selesai dalam pemahaman yang mendasar atas realitas memberikan warna kepada komunikasi yaitu sejauh mana proses pemahaman mendasar atas realitas (secara ontologis, epistemologis, aksiologis) menentukan bagaimana proses komunikasi dilakukan (mulai dari makna mendalam komunikator sampai makna terdalam dari efek komunikasi). Komunikasi sendiri memberikan peran bagi filsafat dengan sejauh mana serta bagaimana pengolahan dan proses komunikasi atas informasi- informasi yang lengkap, jelas dan argumentatif bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan keteraturan dari alam semesta. Situasi alam semesta yang terkait dengan komuniksi adalah sesuatu yang teratur di udara yang mampu menjadi penghantar medium komunikasi manusia. Shannon dalam pendekatan teknis dan matematis memperlihatkan ada sesuatu yang terdapat di pemahaman yang mendasar – benar – rasional sedemikian rupa mampu masuk pada inti masalah yang paling dasar atau fundamental.b. Politik, Sosiologi, Psikologi dan Komunikasi.Ilmu politik sebagai ilmu yang membahas kekuasaan, bagaimana memperoleh, menggunakan dan mempertahankan kekuasaan. Disiplin ilmu politik melihat komunikasi sebagai kegiatan yang penting untuk memengaruhi pihak-pihak yang diajak berkomunikasi. Mekanisme untuk memengaruhi pihak-pihak yang diajak berkomunikasi pada masa ini adalah melalui propaganda. Melalui propaganda, kekuasaan dapat diperoleh, digunakan dan dipertahankan. Sebagai ilustrasi, Ekspansi Nazi Jerman mencapai hasil yang gemilang di mana Joseph Goebells menjalankan praktik propaganda (proses komunikasi kepada khalayak banyak) yang ditujukan ke Amerika Serikat dan memengaruhi kondisi politik dalam negeri Amerika Serikat.Propaganda saat itu ingin dibatasi tetapi hal itu berarti mengingkari hakekat demokrasi, maka ahli komunikasi diajak untuk mengatasi dilemma ini. Dalam perspektif mereka, propaganda dapat digunakan untuk kebaikan. Pada masa ini Harold Lasswell (ahli politik), John Dewey (psikologi), dan Walter Lippmann mencetuskan teori mengenai propaganda yang dipengaruhi oleh Behaviorisme dan Freudianisme. Jadi pada masa ini, komunikasi massa menjadi alat yang digunakan untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam masyarakat. Dalam konteks yang terakhir ini, sesungguhnya artinya disiplin ilmu sosiologi dilibatkan dalam usaha untuk menyelesaikan masalah dalam masyarakat.Kegelisahan pemimpin Amerika Serikat pada propaganda, kemudian justru membuat mereka menjadikan kajian komunikasi massa diintensifkan berkaitan propaganda. Lebih lanjut propaganda bahkan dimanfaatkan oleh Amerika Serikat pada masa Perang Dunia ke-2.Pengaruh disiplin ilmu politik terlihat nyata dalam usaha untuk memengaruhi pandangan anggota masyarakat melalui propaganda, Lasswell sebagai seorang ahli politik dengan rumusan pendapatnya, “Who says what to whom in which channel with what effect” mendorong munculnya kajian politik yang didasari pada aspek perilaku (Rogers, pp. 211). Artinya di sini, disiplin ilmu politik saling jalin dengan ilmu psikologi.c. Fisika dan KomunikasiPerspektif fisika terhadap proses komunikasi lebih mau memperlihatkan keacakan, alam semesta yang memungkinkan penghantaran gelombang media. Hal itu disebut frekuensi radio. Dengan demikian alam menghantarkan suara manusia. Alam yang bergerak menjadi medium proses komunikasi. Dalam disiplin ilmu fisika, yang menjadi pokok perhatian adalah sifat, gerak dan perubahan benda-benda. Dalam konteks ini, ilmu fisika melihat bahwa dalam proses komunikasi terjadi perubahan/gerak aliran udara/gelombang. Dalam konteks ini, disiplin ilmu matematika memiliki kemiripan ketika bicara perubahan tersebut dengan menciptakan rumusan baku yang kuantitatif. Maka, seorang ahli matematika dan fisik, Claude Shannon yang bekerja pada Bell Company, perusahaan telepon, mengidentifikasi mengenai noise. Menurut Shannon dalam aliran gelombang penghantaran sinyal, semakin sinyal dikuatkan semakin noise- nya juga menguat. Sumbangan Shannon yang besar adalah komunikasi memiliki tolok ukur untuk mengukur keberhasilan komunikasi secara teknis yaitu apakah informasi yang dikirimkan dapat diterima persis seperti informasi yang dikirimkan semula, walaupun mengalami berbagai kendala dalam proses komunikasi (Alwi Dahlan (1997). “Pemerataan Informasi, Komunikasi dan Pembangunan). Warren Weaver kemudian menambahkan dengan tolok ukur semantic dan efek: apakah pengertian informasi yang diperoleh si penerima sama dengan makna asli yang dimaksudkan oleh si pengirim dan apakah informasi memengaruhi perilaku si penerima. Seorang ahli matematika, Norbert Wiener tertarik pada feedback dan rancangan system sebagai hasil riset pada Perang Dunia ke-2 (1941-1942) di laboratorium radiasi MIT. Sibernetika menganggap bahwa kendali system terletak pada system itu sendiri. Hasil dari tindakan sebuah system dapat menyediakan informasi yang mampu mengubah perilaku berikutnya. Informasi mengenai perubahan dalam lingkungan memengaruhi sistemnya hanya ketika perubahan tersebut perlu disesuaikan dengan feedback.Aplikasi Perspektif Dalam Bidang Ilmu KomunikasiTeori-teori yang ada pada bidang komunikasi telah dikelompokkan oleh berbagai ahli komunikasi sesuai dengan sudut pandang yang dimilikinya. Berikut ini merupakan contoh berbagai perspektif yang telah dibuat guna mengelompokkan teori komunikasi yang ada selamaini.a. Em Griffin telah mengklasifikasikan teori-teori komunikasi berdasarkan perspektif Tataran Komunikasi. Griffin dalam bukunya “A First Look At Communication Theory” membagi teori – teori komunikasi menjadi 4 (empat) sub disiplin antara lain : 1)Interpersonal Communication; 2) Group And Public Communication; 3) Mass Communication, dan 4) Cultural Context. Sedangkan teori-teori komunikasi yang berada dalam sub disiplin dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel Pengelompokkan Teori Komunikasi Berdasarkan Tataran KomunikasiInterpersonalCommunicationGroup And PublicCommunicationMassCommunicationMedia AndCultureCultural Contexta. InterpersonalMessage :1. Symbolic Interactionism of G. Herbert Mead2. Coordinated Management of Meaning of Barnett Pearce & Venon3. Expectancy ViolationsTheory4. InterpersonalDeception Theorya. Group DecisionMaking1. Fungtional Perspektif On Group Decision Making of Randy Hirokawa dan Dennis Couran2. Adaptive Structuration Theory of Marshall Scott Poolea. Media andCulture1. Technological Determinism of Marshall McLuhan2. Semiotics ofRoland Barthes3. Cultural Studies of Stuart Halla. InterculturalCommunication1. Anxiety /UncertaintyManagement Theory of William Gudykunst2. Face NegotiationTheory of StellaTing-Toomey3. Speech CodeTheory of GerryPhilipsenCognitive Processing1. Constructivism ofJesse Delia2. Social PenetrationTheory3. Uncertainty ReduvtionTheory4. Relational Dialectics of Leslie Baxter &Barbara Montgomery5. Social Judment TheoryOrganizationalCommunication1. Information System Approach to Organizations of Karl Weick2. Cultural Approach to Organizations of Clifford Geertz & Michael Pacanowsky3. Critical Theory of Communication Approach to Organizations of Stanley DeetzMedia effects1. Cultivation Theory of Gorge Gerbner2. Agenda SettingTheory of Maxwell McCombs & Donald Shaw3. The MediaEquation of Byron Reeves & Clifford NassGender andCommunication1. Genderlect Styles of Deborah Tannen2. Standpoint Theory of Sandra Hardingand Julia T Wood3. Muted GroupTheory of CherisKramaraec. Public Rhetoric1. The Rhetoric ofAristotle2. Dramatism ofKeneth Burke3. Narative Paradigm of Walter FisherStephen W. Littlejohn mencoba memetakan teori komunikasi berdasarkan perpspektif “proses komunikasi”. Littlejohn membagi perspektifnya ke dalam subdisiplin seperti yang terlihat pada table berikut.Sub Bidang Dari PerspektifProses KomunikasiTeori-Teori Dalam Sub Bidang1. System1. Information Theory2. Cybernetics Theory3. Dynamic Social Impact Theory2. Signs and Language1. Classical Semantic Theory (yang tergolong dalamkategori ini adalah : a) Charles Moris b)SusaneLanger; c) Structural Linguistics; d) GenerativeGrammer2. Theories of nonverbal communication (yang tergolong kelompok ini seperti a) Birdwistell on Kinesics; b) Ekman and Friesen on Kinesics; c) Hall on Proxemics)3. Discourse1. Speech Act Theory of Ludwig Wittgenstein2. Conversation Analysis (teori yang ada dalam ketegori ini antara lain : a) conversational maxims; b) conversational coheren c) conversational argument4. Message Production1. Trait and Behaviors (yang termasuk kategori ini : a)Conversational narcissism; argumentativeness; c) Social and Communivative Anxiety; d) Traits,temperament, and Bilology; e) AccomodationTheory).2. Cognitive Theories (teori dalam kelompok ini antara lain : a) Theories of Planning and Action; b) Theoriesof Message Selection; c) Theories of MesssageDesign)5. Message Reception and1. Message Interpretation (teori yang ada dalamPerspektif Berdasarkan Proses KomunikasiProcessingkategori ini antara lain : a) Osgood Meaning; b)Attribution Theory)2. Information Organization (teori yang ada dalam kategori ini antara lain : a) Information- integration theory; b) Consistency theories3. Judment Process ( teori yang ada dalam kelompok ini antara lain : a) Social Judment Theory; b) Elaboration Likelihood Theory; c) Expectancy Violations theory; d) Interperspnal Deception Theory)6. Symbolic Interaction,Structuration, andConvergence1. Symbolic Interactionism (teori yang ada dalamkelompok ini antara lain : a) Symbolic Interactionism of Chicago School; b) Symbolic Interactionism of Iowa School; c) Extending Inteactionism : Erving Goffman2. Structuration Theory3. Symbolic Processes in Convergence (teori yang tergolong dalam kelompok ini antara lain : a) Kennet Burke and Indetification ; b) Symbolic Convergence Theory).7. Social and CulturalReality1. The Social Construction of Reality (teori yang adadalam kelompok ini antara lain : a) Some Examples of Social Contruction; b) Coordinated Managementof Meaning )2. Language and Culture ( teori yang ada dalam kategori ini antara lain : a) Linguistic Relativity; b) Elaborated and Restrical Codes)8. Experience AndInterpretation1. Phenomomenology2. Text Hermeneutics ( yang termasuk dalam kategoriini antara lain : (a) Paul Ricouer; b) Stanley Fish; c) Hans-Georg Gadamer)3. Cultural Interpretation ( teori yang termasuk dalam kelompok ini antara lain : a) Ethnography of Communication; b) Performance Ethnography;c ) Organizational Culture; d) Interpretive Media Studies9. Critical1. Sorting Out Critical Theoris2. Structural Approaches ( yang termasuk dalamkategori ini antara lain : a) Marxist Foundation; b) The Frankfurt School and Universal Pragmatics)3. The Poststructural Tradition (yang termasuk dalam kelompok ini : a) Cultural Studies; b) Michel Foucoult).4. Feminist Studies (yang termasuk kategori ini : a) Power and Language; Invitational Rhetoric).10. Communication InRelationships1. The Nature of Relationship (yang termasuk dalamkategori ini : a) Basic Axioms of RelationalCommunication; b) Dialectics of Relationships)2. Managing Relationship (yang termasuk dalam kategori ini : a) Managing Uncertainty and Anxiety;b) Managing Face; c) Managing Boundaries; d)Managing Conlict11. Communication InGroup DecesionMaking1. The Input-Processes-Output Model (yang termasukdalam kategori ini : a) A General Organizing Model; b) The Functional Tradition; c) The Interactioanl Tradition)2. The Structurational Perspective12. Communication abdOrganizationalNetwork1. Organizational Networks2. The Posisitional Tradition (yang termasuk dalam kategori ini : a) Classical Foundations : Weber; b)Likert”s Four System3. The Relational Tradition (yang termasuk dalam kategori ini : a) The Process of Organizing; b) Conversation and Text in the Process of Organizing; c)Structuration in organizations; d) Structuration in organizational Control and Identiity4. Cultural Tradition13. Communication andMedia1. An organizing Model2. Media Content and Structure (yang termasuk dalam kategori ini : a) Medium Theory; b) Jean Baudrillard and the Semiotics of Media3. Media as Social Institution4. Media and Audience (yang termasuk dalam kategori ini : a) Mass Society Versus Community; b) ActiveAudience versus Passive Audience5. Theories of Cultural Outcomes (termasuk dalam kategori ini : a) The Functions of Mass Communication; b) The Diffusion of information and influence; c) Public opinion and the spiral of silence; d) Cultivation analysis; e) The agenda settingfunction6. Theories of individual outcomes : a) The effect tradition; b) limited or powerful effects; c) Uses,gratifications, and dependencyPENGERTIAN DAN FUNGSI MODELApa yan disebut dengan model? Apakah model sama atau berbeda dengan teori? Dalam buku-buku dan jurnal-jurnal komunikasi, masih banyak ditemui kerancuan tentang penggunaan konsep teori dan model. Akibatnya pembaca sulit untuk membedakan yang mana yang disebut teori dan yang mana yang disebut sebagai model. Bahkan tidak jarang ditemui teori X disebut sebagai model X atau sebaliknya. Meskipun penjelasan dan batasan tentang kedua konsep tersebut masih merupakan sesuatu yang dapat diperdebatkan, untu keperluan buku ini uraian tentang teori dan model yang diberikan oleh Littlejohn (1983) dan Hawes (1975) akan dijadikan sebagai patokan.Menuru Littlejohn (1983: 12) In a broad a sense the term model can apply to any symbolic representation of a thing, process, or idea (dalam pengertian luas, pengertian model menunjuk pada setiap representasi simbolis dari suatu benda proses atau gagasan/ide). Pada level konseptual model merepresentasikan ide-ide dan proses. Dengan demikian model bias berbentuk gambar-gambar grafis, verbal atau matematikal. Biasanya model dipandang sebagai analogi dari beberapa fenomena. Perbedaan antara teori dan model menurut Littlejohn dan Hawes (1983), adalah: Teori merupakan penjelasan (explanation), sedangkan model hanya merupakan representasi (representation). Dengan demikian model komunikasi dapat diartikan sebagai representasi dari suatu peristiwa komunikasi. Melalui model komunikasi bisa dilihat faktor-faktor yang terlibat dalam proses komunikasi. Akan tetapi, model tidak berisikan penjelasan mengani hubungan daninteraksi antara faktor-faktor atau unsur-unsur yang menjadi bagian dari model. Penjelasanny diberikan oleh teori. Ini berarti terdapat kaitan antara teori dan model. Menurut Deutsc (1966), model dalam konteks ilm pengetahuan sosial mempunyai empat (4) fungsi. Pertama, fungsi mengkomunikasikan. Artinya model membantu kita mengorganisasikan sesuatu hal dengan cara mengurut-urutkan serta mengaitkan satu bagian sistem dengan bagian/sistem lainnya sehingga kita memperoleh gambaran yang menyeluruh, tidak sepotong-potong. Aspek lainnya dari fungsi pertama ini adalah model memberikan gambaran umum tentang sesuatu hal dalam kondisi-kondisi tertentu. Kedua, model membantu kita dalam menjelaskan tentang suatu hal melalui penyajian informasi yang sederhana. Tanpa model, informasi tentang suatu hal akan tampak rumit atau tidak jelas. Ketiga, fungsi heuristic. Artinya melalui model, kita akan dapat mengetahui sesuatu hal secara keseluruhan. Karena, model membantu kita dengan memberikan gambaran tentang komponen-komponen pokok dari sebuah proses atau sistem. Keempat, fungsi prediksi. Melalui model, kita dapat memperkirakan tentang hasil atau akibat yang akan dapat dicapai. Oleh karena itu, dalam dunia ilmiah model ini sangat penting, karena dapat dipergunakan sebagai dasar bagi para peneliti dalam merumuskan hipotesis, yakni pertanyaan-pertanyaan yang berisikan penjelasan mengenai kemungkinan adanya hubungan sebab-akibat antara satu faktor dengan faktor/faktor-faktor lainnya.Komunikasi adalah suatu proses yang dinamis dan melibatkan banyak unsur atau faktor. Kaitan antara satu unsur/faktor dengan unsur/faktor lainnya dapat bersifat struktural atau fungsional. Dengan demikian, model-model komunikasi juga memberikangambaran kepada kita tentang struktur dan hubungan fungsional dari unsur-unsur/faktor-faktor yang ada dalam sistem. Pengertian struktur menunjuk pada tatanan kedudukan dan garis hubungan antara satu unsur/faktor dengan unsur-unsur /faktor-faktor lainnya dalam sebuah sistem. Pengertian fungsional menunjuk pada tugas dan peran dari setiap unsur/faktor dalam sebuah sistem. Oleh karena itu, melalui model kita akan dapat memahami secara mudah dan komprehensif mengenai struktur dan fungsi dari unsur-unsur/faktor-faktor yang terlibat dalam proses komunikasi, baik dalam konteks individual, di antara dua orang atau lebih, kelompok/organisasi ataupun dalamkonteks komunikasi dengan masyarakat secara luas.Denis McQuail dan Sven Windahl (1981) dalam buku mereka telah menginventarisasikan dan menjelaskan 28 buah model komunikasi. Kedua puluh delapan model komunikasi ini menurut McQuail dan Windhal dapat dibagi dalam lima kelompok. Kelompok pertama, disebut sebagai model-model dasar. Kelompok kedua, menyangkut pengaruh personal, penyebaran dan dampak komunikasi massa terhadap perorangan. Kelompok ketiga, meliputi model-model tentang efek komunikasi massa terhadap kebudayaan dan masyarakat. Kelompok keempat berisikan model-model yang memusatkan perhatian pada khalayak. Kelompok kelima, mencakup model-model komunikasi tentang sistem, produksi, seleksi dan alur dari media massa.Sebagai pengantar, contoh-contoh; model komunikasi yang akan dibahas dalam modul ini hanyalah terbatas pada beberapa model yang tergolong kelompok model-model dasar dan kelompok model pengaruh personal, penyebaran dan dampak komunikasi massa. Model-model dasar yang akan diuraikan adalah: (1) model komunikasi intra-pribadi dan komunikasi antar pribadi dari Barnlund, (2) model komunikasi klasik dari Lasswell, (3) model komunikasi sirkuler dari Osgood dan Schramm, (4) model komunikasi dari Gerbner, (5) model komunikasi Riley dari Riley, (6) model ABS Newcomb, (7) model komunikasi dari Shannon dan Weaver, dan (8) model komunikasi DeFleur. Model-model pengaruh personal, penyebaran dan dampak komunikasi yang akan dibahas adalah: (1) model S-R dari DeFleur, (2) model pengaruh pdikologis TV dari Comstock, (3) model komunikasi massa dua tahap dari Katz dan Lazasfeld serta (4) model spiral keheningnan dari Noelle-Neumann.DAFTAR PUSTAKABaran, Stanley dan Dennis K. Davis. (2000). Mass Communication Theories: Foundation, Ferment, and Future. 2nd edition. Belmont, CA: WadsworthBates, Daniels dan Elliot Fratkin. 2003. Cultural Anthropology. 3rd edition. Boston : PearsonEducationDahlan, Alwi (1997). “Pemerataan Informasi, Komunikasi dan Pembangunan”, PidatoPengukuhan Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, 5 Juli 1997---------, “The Dynamics of Information Sharing” dalam Under Asian Eyes, tahun dan penerbit tidak diketahui (hanya dalam bentuk fotokopi satu tulisan)Delia, Jesse (1987), “Communication Research: A History” dalam Handbook of CommunicationScience, USA: Sage Publ.Edelstein, Alex. (1983). “Communication and Culture: The Value of Comparative Studies”, dalam Ferment in the Field, Journal of Communication, Vol. 33 Number 3Fiske, John. (1990) Introduction to Communication Theory. London and New York: RoutledgeGerbner, George, ed. 1983. Ferment in the Field. The Journal of Communication.Griffin, Em (2005). A First Look at Communication Theory. 6th edition. US: The McGraw-HillCompanies, Inc.Gudykunst, William B dan Young Yun Kim (1997). Communicating with Strangers: AnApproach to Intercultural Communication. Boston, Massachussets: McGraw-HillHaber, Audrey dan Richard P. Runyon. (1986) Fundamentals of Psychology. 4th ed. New York: Random HouseHoed, Benny H. (2001). Dari Logika Tuyul ke Erotisme. Magelang : IndonesiateraKoentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.Kusno, Abidin, 2000, Behind the Postcolonial: Architecture, urban space and colonial culture in Indonesia, London-New York: Routledge.Littlejohn, Stephen (2002 & 2005 with Karen Foss). Theories of Human Communication., 7th and8th edition. Belmont, CA: WadsworthMcManus, John. (1994). Market Driven Journalism: Let The Citizen Beware. New Delhi: SagePublicationsMcQuail, Denis (ed.) (2002). McQuail’s Reader in Mass Communication Theory. London, Thousand Oaks, New Delhi: Sage Publications----------. (2005). McQuail’s Mass Communication Theory. 5th edition. London, Thousand Oaks, New Delhi: Sage PublicationsPacey. Arnold. (2000). The Cutlure of Technology. Cambridge: The MIT PressPearce, Barnett dan Karen Foss. (1990). “The Historical Context of Communication as A Science” dalam Human Communication Theory and Research, USA: WadsworthRogers, Everett M. (1997). A History of Communication Study: A Biographical Approach. NewYork: The Free PressRuben, Brent dan Lea Stewart. 2006. Communication and Human Behavior. 5th edition. Boston: Pearson EducationStraubhaar, Joseph dan Robert LaRose (2004). Media Now: Understanding Media, Culture, andTechnology. US: WadsworthWhite, Robert A. (1983). “Mass Communication and Culture: Transition to A New Paradigm”, dalam Ferment in the Field, Journal of Communication, Vol. 33 Number 3Wright, Charles R. (1959). Mass Communication: A Sociological Perspective. New York: Random House ................
................

In order to avoid copyright disputes, this page is only a partial summary.

Google Online Preview   Download